You are on page 1of 5

1

HUBUNGAN ANTARA SHIFT KERJA (PAGI-MALAM) 12 JAM


KERJA TERHADAP TINGKAT KELELAHAN KERJA SATPAM
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG (ITB)

RELATIONSHIP BETWEEN SHIFT WORK (MORNING-NIGHT) 12-
HOUR OF WORK ON LEVEL OF THE FATIGUE ITB SECURITY

Akram Murijal
1
dan Herto Dwi Ariesyady
2
Program Magister Teknik Lingkungan

Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung
Jalan Ganesha 10 Bandung 40132
1
bulsara.1989@yahoo.com dan
2
herto@ftsl.itb.ac.id

Abstrak: Berbagai masalah kesehatan telah diketahui dari kerja gilir. Institut Teknologi Bandung (ITB)
merupakan salah satu perguruan tinggi besar di Indonesia dengan berbagai sarana dan prasaran di dalamnya
sehingga memungkinkan terjadinya resiko kelelahan terhadap Satuan Pengaman (Security) ITB. Kampus ITB
menerapkan sistem pergantian shift tiap 12 jam kerja (07.00 19.00) pagi dan (19.00 07.00) malam. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kerja shift (pagi-malam) dengan lama kerja 12 jam,
terhadap tingkat kelelahan yang dialami satpam ITB. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dan
pengukuran kelelahan kerja dengan menggunakan alat ukur waktu reaksi (reaction timer) dan pengukuran
kadar enzim amylase dari kelanjar saliva pekerja. pengukuran dengan alat ukur waktu reaksi dilakukan
dengan responden pekerja shift pagi dan shift malam selama seminggu berturut turut. Pengukuran kadar
enzim amilase menggunakan air liur pekerja, dilakukan sebelum maupun setelah pekerja melakukan aktivitas
kerjanya.

Kata kunci: Institut Teknologi Bandung, kelelahan kerja, shift kerja, enzim amilase

Abstract: A variety of health problems has been known to shift work. Bandung Institute of Technology (ITB) is
one of the biggest colleges in Indonesia with a variety of facilities and infrastructure. It could cause risk of
fatigue to the ITB securities. ITB implements shift system every 12-hours of works (07.00 19.00) in the
morning and (19.00 07.00) in the night. This study aims to determine the relationship between shift work and
12-hours of works and uses cross-sectional designs. The measurement of fatigue uses reaction timer and levels
of the amylase enzyme can be measured from the salivary glands of workers. The measurement of reaction
timer is taken starting the morning till the night shift respondent for week in the row. Levels of the amylase
enzyme are measured using saliva of ITB security, and taken before and after doing the jobs.

Keywords: Bandung Institute of Technology, fatigue, shift work, amylase enzyme

PENDAHULUAN
Data dari ILO menyebutkan hampir setiap tahun sebanyak dua juta pekerja meninggal
dunia karena kecelakaan kerja yang disebabkan oleh faktor kelelahan. Penelitian tersebut
menyebutkan bahwa dari 58115 sampel, 32,8% (18828 sampel) menderita kelelahan yang
berpotensi akan mengalami kecelakaan dalam bekerja. Kelelahan tersebut disebabkan oleh
banyak faktor dan salah satunya adalah kerja gilir (shift work). Menurut Sumamur (1994),
kerja gilir merupakan pola waktu kerja yang diberikan oleh tenaga kerja untuk mengerjakan
sesuatu oleh instansi dan biasanya dibagi atas kerja pagi, sore, dan malam. Berbagai macam
pekerjaan yang berhubungan dengan kerja gilir menurut Wright jr dkk (2013) antara lain
adalah pekerjaan yang berkaitan dengan service terhadap pengamanan, service terhadap
pengawetan makanan, transportasi, asuransi, produksi, sales, dan lain-lain.
Institut Teknologi Bandung (ITB) merupakan salah satu perguruan tinggi besar di
Indonesia yang tiap tahunnya menerima mahasiswa baru sekitar 4500 mahasiswa dan dengan
berbagai sarana dan prasaran di dalamnya. Oleh karena itu sistem pengaman di dalam suatu
institusi dianggap sangat penting untuk menjaga hal tersebut. Salah satu sistem pengaman

tersebut adalah pekerja Security
kecelakaan dan kesehatan kerja akibat faktor ke
kerja) merupakan suatu pilihan dalam bekerja yang harus diambil oleh satpam sebagai suatu
cara untuk meningkatkan keamanan di
rotasi terhadap kerja giir pagi dan
menimbulkan efek terhadap ritme
tidur. Efek yang ditimbulkan dari kerja gilir
internal, kesulitan tidur, kelelahan, resiko kesehatan, dan faktor kecelakaan. Efek tersebut
tentunya tidak akan terjadi apabila sudah diterapkannya manajemen yang baik terhadap
pengorganisasian kerja gilir (Roth, 2012).
Enzim adalah satu atau lebih gugus polipeptida (protein) ya
sebagai katalis dalam suatu reaksi kimia. Amilase mengacu pada sekelompok enzim katalis
yang berfungsi untuk menghidrolisis gula dan pati. Amilase mencerna karbohidrat
(polisakarida) manjadi unit
dalam kelenjar saliva. Beberapa laporan mengatakan bahwa salivary
merupakan suatu informasi untuk mengetahui tingkat kegelisahan yang berhubungan dengan
kelelahan pekerja (Kawano dkk, 2012).
kerja gilir 12 jam kerja terhadap tingkat kelelahan satpam ITB
enzim amilase sehingga dapat dilakukan langkah
sistem shift kerja Satpam ITB.
METODE PENELITIAN
Dalam kegiatan penelitian
mendukung pelaksanaan penelitian sehingga dapat dijadikan sebagai dasar bagi pelaksanaan
penelitian. Data sekunder tersebut antara lain berupa:
1. Profil Kampus ITB
2. Data Kesehatan Satpam Kampus ITB
3. Laporan Tahunan Pola Penugasan Satpam ITB
Terdapat total 174 pekerja satpam ITB rentang umur 25
sebanyak 30 satpam untuk dijadikan objek teliti dalam penelitian ini. Sampel yang di
tidak dipilih secara acak tetapi disesuaikan dengan karateristik berikut:
1. Telah bekerja sebagai satpam ITB selama kurang lebih 1 tahun.
2. Berjenis kelamin laki-laki
3. Berumur 25-50 tahun
4. Dalam keadaan sehat (tidak dalam perawatan dokter/
5. Faktor faktor lain yang dapat menyebabkan kelelahan peker
kerja, lingkungan sosial, dll
Jumlah objek penelitian diambil berdasarkan pedoman penentuan jumlah sampel dalam
Occupational Exposure Samp
Safety and Health (Leidel, 1977
(Sumber: Leidel et al. dalam Ekaputri, 2012)
2
Security (Satpam) dan pekerjaan tersebut tidak lepas dari resiko
kecelakaan dan kesehatan kerja akibat faktor kelelahan yang dialaminya. Kerja gilir (
kerja) merupakan suatu pilihan dalam bekerja yang harus diambil oleh satpam sebagai suatu
cara untuk meningkatkan keamanan di dalam suatu lingkungan kampus.
rotasi terhadap kerja giir pagi dan malam hari yang dimulai sebelum 07.00 am seringkali
efek terhadap ritme circadian endogenus dan dapat mengganggu waktu normal
itimbulkan dari kerja gilir antara lain adalah gangguan terhadap bagian
kelelahan, resiko kesehatan, dan faktor kecelakaan. Efek tersebut
tentunya tidak akan terjadi apabila sudah diterapkannya manajemen yang baik terhadap
(Roth, 2012).
Enzim adalah satu atau lebih gugus polipeptida (protein) yang memiliki fungsi
sebagai katalis dalam suatu reaksi kimia. Amilase mengacu pada sekelompok enzim katalis
yang berfungsi untuk menghidrolisis gula dan pati. Amilase mencerna karbohidrat
unit disakarida yang lebih sederhana. Enzim amilase berada di
dalam kelenjar saliva. Beberapa laporan mengatakan bahwa salivary amylase (sAA) adalah
merupakan suatu informasi untuk mengetahui tingkat kegelisahan yang berhubungan dengan
kelelahan pekerja (Kawano dkk, 2012).. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
terhadap tingkat kelelahan satpam ITB dengan mengetahui kadar
sehingga dapat dilakukan langkah langkah perbaikan dan evaluasi terhadap
kerja Satpam ITB.

NELITIAN
Dalam kegiatan penelitian ini akan dikumpulkan referensireferensi yang dapat
mendukung pelaksanaan penelitian sehingga dapat dijadikan sebagai dasar bagi pelaksanaan
penelitian. Data sekunder tersebut antara lain berupa:
1. Profil Kampus ITB
2. Data Kesehatan Satpam Kampus ITB
3. Laporan Tahunan Pola Penugasan Satpam ITB
erja satpam ITB rentang umur 2550 tahun. Sampel yang diambil
sebanyak 30 satpam untuk dijadikan objek teliti dalam penelitian ini. Sampel yang di
tidak dipilih secara acak tetapi disesuaikan dengan karateristik berikut:
1. Telah bekerja sebagai satpam ITB selama kurang lebih 1 tahun.
4. Dalam keadaan sehat (tidak dalam perawatan dokter/ mengonsumsi obat
faktor lain yang dapat menyebabkan kelelahan pekerja seperti pola tidur, beban
lingkungan sosial, dll.
Jumlah objek penelitian diambil berdasarkan pedoman penentuan jumlah sampel dalam
Occupational Exposure Sampling Strategy Manual dari National Institute of Occupational
(Leidel, 1977 ), seperti terlihat pada (Tabel 1).
Ekaputri, 2012)
(Satpam) dan pekerjaan tersebut tidak lepas dari resiko
lelahan yang dialaminya. Kerja gilir (shift
kerja) merupakan suatu pilihan dalam bekerja yang harus diambil oleh satpam sebagai suatu
dalam suatu lingkungan kampus. Jadwal kerja atau
malam hari yang dimulai sebelum 07.00 am seringkali
endogenus dan dapat mengganggu waktu normal
antara lain adalah gangguan terhadap bagian
kelelahan, resiko kesehatan, dan faktor kecelakaan. Efek tersebut
tentunya tidak akan terjadi apabila sudah diterapkannya manajemen yang baik terhadap
ng memiliki fungsi
sebagai katalis dalam suatu reaksi kimia. Amilase mengacu pada sekelompok enzim katalis
yang berfungsi untuk menghidrolisis gula dan pati. Amilase mencerna karbohidrat
Enzim amilase berada di
amylase (sAA) adalah
merupakan suatu informasi untuk mengetahui tingkat kegelisahan yang berhubungan dengan
i bertujuan untuk mengetahui hubungan
dengan mengetahui kadar
langkah perbaikan dan evaluasi terhadap
referensi yang dapat
mendukung pelaksanaan penelitian sehingga dapat dijadikan sebagai dasar bagi pelaksanaan
50 tahun. Sampel yang diambil
sebanyak 30 satpam untuk dijadikan objek teliti dalam penelitian ini. Sampel yang dipilih,
mengonsumsi obat-obatan)
ja seperti pola tidur, beban
Jumlah objek penelitian diambil berdasarkan pedoman penentuan jumlah sampel dalam
National Institute of Occupational

3

Penentuan sampel dan responden juga dilakukan menggunakan metoda-metode yang sesuai
dengan karakteristik daerah dan populasi setempat guna mendapatkan hasil yang lebih tepat.
Responden pada studi ini adalah Satpam ITB.
Teknik pengambilan sampel dapat menggunakan rumus Slovin (1) dikutip dari (Setiawan,
2007) dengan formula sebagai berikut:

n = N (Persamaan 1)
(N x d
2
) + 1
Dimana : n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
d = Presisi yang ditetapkan = 5%
174
n = = 121,25 ~ 121 responden
(174 x 0,05
2
) + 1
Parameter yang diukur dalam penelitian ini terdiri dari pengukuran kadar enzim
amylase, tekanan darah, temperature udara, dan reaction time yang merupakan data
kuantitatif untuk mengetahui hubungan pekerja shift satpam ITB (pagi-malam) 12 jam
dengan tingkat kelelahan yang diterimanya. Selain itu dilakukan pengukuran berdasarkan
parameter usia pekerja, masa kerja, status pernikahan, luas kerja area, dan pendidikan. Data
kualitatif didapatkan dari penilaian terhadap pengisian kuisioner terhadap pekerja. Semua hal
tersebut merupakan parameter parameter yang harus diukur karena merupakan data primer
yang pada akhirnya dapat menjelaskan mengenai penelitian ini.
Menurut Koesyanto dan Tunggul (2005), tingkat kelelahan kerja dapat diklasifikasikan
berdasarkan waktu reaksi yang diukur dengan reaction timer yaitu:
1) Normal (N) : waktu reaksi 150.0-240.0 milidetik
2) Kelelahan Kerja Ringan (KKR) : waktu reaksi >240.0-<410.0 milidetik
3) Kelelahan Kerja Sedang (KKS) : waktu reaksi 410.0-<580.0 milidetik
4) Kelelahan Kerja Berat (KKB) : waktu reaksi >580.0 milidetik
Berdasarkan pengukuran kadar enzim amilase bahwa semakin besar kadar enzim
mengindikasikan bahwa pekerja tersebut mengalami kelelahan yang sangat tinggi.
1) Sangat lelah : (>61 KU/L)
2) Lelah : (46 60 KU/L)
3) Agak lelah : (30-60 KU/L)
4) Tidak Lelah : (0 30 KU/L)
Variable karateristik responden seperti usia pekerja, masa kerja, status pernikahan, luas
kerja area, dan pendidikan terhadap waktu reaksi dihitung p-value dengan menggunakan
unpaired t-test untuk data yang terdistribusi normal. Statistik non-parametrik digunakan
apabila data tidak terdistribusi normal, uji mann-whitney merupakan suatu uji non-parametrik
dari dua kelompok yang tidak berpasangan (independent), uji kruskall wallis merupakan
suatu uji non-parametrik untuk kelompok tidak berpasangan lebih dari dua (Dahlan, 2009
dalam Ihsan, 2012). Tujuan dilakukan analisis statistik tersebut adalah untuk mengetahui
hubungan antra variabel karateristik responden terhadap waktu reaksi yang telah diukur
sebelumnya. Terdapat perbedaan nyata apabila p-value lebih kecil dari 0.05 (p<0.05).
Analisis statistik untuk mengetahui hubungan antara kondsisi fisik lingkungan kerja
terhadap waktu reaksi menggunakan unpaired t-test (terdistribusi normal) atau wilcoxon-test
(tidak berdistribusi normal). Wilcoxon-test adalah salah satu uji non-parametrik yang
merupakan Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan antara dua kelompok data yang
saling berhubungan (Dahlan, 2009).
4

Hubungan shift kerja dengan berbagai parameter kelelahan (waktu reaksi, tekanan
darah, dan kadar enzim amilase) dihitung dengan menggunakan unpaired t-test untuk data
yang terdistribusi normal dan paired t-test untuk data yang tidak terdistribusi normal. Uji
mann-whitney merupakan salah satu uji non-parametrik yang melihat apakah terdapat
perbedaan respon dari 2 populasi data yang saling independen (tidak berpasangan).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Satpam ITB bertugas menjaga keamanan dan keselamatan warga ITB serta properti ITB
selama 24 jam.
Satpam di Kampus ITB Ganesha pada pukul 07.00-19.00 terdiri atas:
a. 18 orang petugas Satpam yang bertugas patroli kampus, yang diawasi oleh 1 orang
Ka Unit (total 19 orang),
b. 11 orang anggota Satpam yang mengelola keamanan 3 gerbang dan lalu lintas
Kampus Ganesha dan dibawahi oleh 1 orang Ka Unit Pintu (total 12 orang).
c. Wakil Komandan Satpam Ganesha, Kasie 1, Kasie 2, Supervisor Sentinel dan 1 orang
anggota Satpam Kasie I.
Total petugas Satpam pagi hingga sore hari di Kampus ITB Ganesha adalah 35 orang, 12
orang petugas gerbang dan hanya 23 petugas (pada poin a + c) yang dapat melakukan patroli,
dengan hanya 19 orang petugas yang melakukan patroli regular di area kampus. Dengan luas
area ITB 286.830 m
2
(sumber Fakta dan Angka, http://www.itb.ac.id/about-itb/facts), artinya
1 orang petugas Satpam harus mengawai area seluas 11.473,2 m
2
. Kendala dalam
pengawasan adalah:
1. Wakil Komandan dan Satpam Ganesha, Kasie 1, Kasie 2, , Supervisor Sentinel tidak
dapat selalu melakukan patroli, sebab ada tugas dan kewajiban lain, seperti tugas rapat
koordinasi yang harus mereka lakukan.
2. Banyaknya gedung-gedung yang menghalangi pandangan, selain itu terdapat banyak
ruangan termasuk ruangan laboratorium yang seringkali tidak dikunci dan berisi
peralatan dan laptop, serta perlengkapan lainnya yang mencapai harga ratusan juta
rupiah bahkan lebih, yang meningkatkan risiko pencurian di ITB.
3. Lapangan parkir di dalam kampus yang letaknya tersebar, sehingga sulit untuk
diawasi.
Jumlah Satpam di Kampus ITB Ganesha pada pukul 19.00-07.00 adalah 19 orang,
yang terdiri atas 18 orang petugas Satpam yang bertugas patrol kampus, dan 1 orang Ka Unit.
Luas wilayah yang harus diawasi pada malam hari bertambah besar, mencapai 14.341,5 m
2
/
orang, dengan kendala dan risiko kehilangan properti yang tetap sama.
Dengan melihat beberap fakta tersebut maka perlu penambahan petugas Satpam.
Menurut The National Research Council (2004) (pada Providing Efficient Police Service: A
Cost Benefit Analysis, rasio ideal jumlah petugas keamanan dan warga yang diawasi adalah
2,4 : 1000 (Gul dan Dogutas, 2009). Menurut Statistik, jumlah mahasiswa ITB tahun 2012
adalah 20.781 orang (http://www.itb.ac.id/about-itb/facts) sedangkan jumlah tenaga
akademik ITB tahun 2012 adalah 1.155 orang tenaga non akademik ITB tahun 2012
berjumlah 1.498 orang. Tabel 2 dan Tabel 3.
Tabel 2. Populasi Mahasiswa ITB
Populasi
Mahasiswa
Tahun
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Strata 1 (S1) 11.321 11.804 12.422 13.049 13.403 13.595 13.503 13.671 14.070
Strata 2 (S2) 2.999 2.679 2.422 2.448 3.592 4.243 4.642 5.024 5.877
Strata 3 (S3) 457 410 396 352 465 536 626 745 834
5

Tabel 3. Populasi Tenaga Akademik dan non Akademik ITB

Tahun
2004 2005 2006 2007* 2008* 2009* 2010* 2011* 2012*
Tenaga Akademik 1.097 1.038 1.041 1.03 1.019 1.022 1.022 1.182 1.155
Tenaga non Akademik 1.071 1.028 967 1.591 1.578 1.571 1.489 1.528 1.498
*Data tahun 2007 mencakup data PNS dan pegawai ITB BHMN, sementara data tahun tahun sebelumnya hanya data PNS
saja.
Dengan menggunkan data tersebut maka jumlah warga ITB tahun 2012 adalah 23.434 orang
dan jumlah Satpam ideal adalah 50 orang. Artinya, dengan tidak menghitung petugas dengan
tugas khusus (keamanan pintu dan lalu lintas Kampus Ganesha, Ka Unit Pintu, Wakil
Komandan Satpam Ganesha, Kasie 1, Kasie 2, dan Supervisor Sentinel maka untuk setiap
shift hanya terdapat 20 orang petugas patrol sehingga idealnya perlu ditambah 30 orang
petugas Satpam untuk tiap shift.

Daftar Pustaka
Ekaputri, Sintayati. 2012. Analisis Paparan Toluen Terhadap Kadar Asam Hipurat Urin Pekerja Pengecatan
Mobil (Studi Pada Bengkel Pengecatan Mobil Informal Di Karasak, Kota Bandung). Tesis: Program
Studi Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung
Gul, S. K & Dogutas, C. 2009. Providing Efficient Police Service A Cost-Benefit Analysis. International Police
Executive Symposium: Working Paper (16), 1-26 hlm
Ihsan, Taufiq. 2012. Hubungan antara Shift kerja dengan Tingkatan Kelelahan Kerja pada Pekerja di Pabrik
Perakitan Mobil Indonesia. Tesis: Program Studi Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung.
ITB. 2012. Fakta dan Angka . Diakses di http://www.itb.ac.id/about-itb/facts.Pada tanggal 2 November 2013.
Kawano, A., Tanaka, Y., Ishitobi, Y., Maruyama, Y., Ando, T., Inoue, A., Okamoto, S., Imanaga, Junko.,
Kanehisa, M., Higuma, H., Ninomiya, T., Tsuru, J & Akiyoshi, J. 2012. Salivary alpha-amylase and
cortisol responsivenesse following electrical stimulation stress in obsessive-compulsive disorder patients.
Psychiatry Research, 1 6.
Koesyanto, H & Tunggal, E. P. 2005. Panduan Praktikum Laboratorium Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
UPT UNNES Press: Semarang.
Roth, T. 2012. Appropriate therapeutic selection for patients with shift work disorder. Sleep Medicine, Vol 13:
335 341.
Setiawan, N. 2007. Penentuan Ukuran Sampel Memakai Rumus Slovin dan Tabel Krejcie-Morgan: Telaah
Konsep dan Aplikasinya. Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran
Wright Jr, K. P., Bogan, R. K & Wyatt, J. K. 2013. Shift work and the assessment and management of shift work
disorder (SWD). Sleep Medicine Review, Vol 17: 41 54.
.

You might also like