You are on page 1of 6

1

BAB I
PENDAHULUAN

Hipertensi dalam kehamilan sering ditemukan dan merupakan penyulit
kehamilan dengan angka kematian maternal dan perinatal yang cukup tinggi ( MMR
33,3 % dan PMR 50 % ). Insiden hipertensi dalam kehamilan umumnya berkisar 7
12%.
1,3,4
Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan yang saat ini digunakan , sesuai dengan yang
dikemukakan oleh The Committee on Terminology of the American College of
Obstetricians and Gynecologist (1972) , dan di Indonesia dibakukan oleh Satgas
Gestosis POGI (1985) sebagai berikut :
2,4
A. Hipertensi dalam kehamilan sebagai penyulit yang berhubungan langsung
dengan
Kehamilan :
1. Preeklampsia
2. Eklampsia
B. Hipertensi dalam kehamilan sebagai penyulit yang tidak berhubungan
langsung dengan kehamilan :
Hipertensi kronik
C. Preeklampsia / eklampsia pada hipertensi kronik (superimposed)
D. Transient hypertension
E. Hipertensi dalam kehamilan yang tidak dapat diklasifikasikan

Preeklamsia dibagi menjadi preeklamsia ringan dan preeklamsia berat.
Preeklamsia berat adalah preeklamsia dengan tekanan darah sistolik 160 mmHg dan
tekanan darah diastolik 110 mmHg disertai proteinuria lebih 5 g/24 jam.




2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Preeklamsia berat ialah preeklamsia dengan tekanan darah sistolik 160 mmHg
dan tekanan darah diastolik 110 mmHg disertai proteinuria lebih 5 g/24 jam.
7

B. Diagnosis
7

Diagnosis ditegakkan berdasar kriteria preeklamsia berat sebagaimana tercantum
di bawah ini.
Preeklamsia digolongkan preeklamsia berat bila ditemukan satu atau lebih gejala
sebagai berikut:
Tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekanan darah diastolik 110
mmHg.
Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di
rumah sakit dan sudah menjalani tirah baring.
Proteinuria lebih 5 g/24 jam atau 4 + dalam pemeriksaan kualitatif.
Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam.
Kenaikan kadar kreatinin plasma.
Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, nyeri kepala,
skotoma dan pandangan kabur.
Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kana atas abdomen (akibat
teregangnya kapsula Glisson).
Edema paru-paru dan sianosis.
Hemolisis mikroangiopatik.
Trombositopenia berat: <100.000 sel/mm
3
atau penurunan trombosit
dengan cepat.
Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoselular): peningkatan kadar
alanin dan aspartate aminotransferase
3
Pertumbuhan janin intrauterin yang terlambat.
Sindrom HELLP

C. Pembagian preeklamsia berat
7

1. Preeklamsia berat tanpa impending eclampsia
2. Preeklamsia berat dengan impending eclampsia

D. Perawatan dan pengobatan preeklamsia berat
7

Pengelolaan preeklamsia dan eklamsia mencakup pencegahan kejang,
pengobatan hipertensi, pengelolaan cairan, pelayanan suportif terhadap penyulit
organ yang terlibat, dan saat yang tepat untuk persalinan.
Pengobatan medikamentosa untuk preeklamsi berat:
Monitoring cairan (melalui oral maupun infus) dan output cairan (melalui
urin), cairan yang dapat diberikan berupa:
Ringer Laktat : <125 cc/jam
Dextrose 5% yang tiap liternya diselingi dengan infus Ringer Laktat (60-
125 cc/jam) 500 cc.
Pemberian obat anti kejang
MgSO
4

Contoh obat lain yang dapat dipakai untuk antikejang:
Diasepam
Fenitoin
Difenihidantoin obat antikejang untuk epilepsi telah banyak
dicoba pada penderita eklamsia.
Diuretikum tidak diberikan secara rutin, kecuali bila ada edema paru-
paru, payah jantung kongestif atau anasarka. Diuretikum yang dipakai
ialah Furosemida.
Pemberian anti hipertensi


4
E. Sikap terhadap kehamilan
Dilakukan perawatan konservatif, observasi dan evaluasi sama seperti
perawatan aktif, hanya di sini tidak ada terminasi, termasuk pemeriksaan
NST dan USG untuk memantau kesejahteraan janin.
MgSO
4
dihentikan bila sudah mencapai tanda-tanda preeklamsia ringan,
selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam.
Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan, maka keadaan ini dianggap
sebagai kegagalan pengobatan medisinal dan harus diterminasi.






















5
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Preeklamsia berat ialah preeklamsia dengan tekanan darah sistolik 160
mmHg dan tekanan darah diastolik 110 mmHg disertai proteinuria lebih
5 g/24 jam
2. Di golongkan preeklamsia apabila tekanan darah sistolik 160 mmHg
dan tekanan darah diastolik 110 mmHg. Tekanan darah ini tidak
menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di rumah sakit dan sudah
menjalani tirah baring, proteinuria lebih 5 g/24 jam atau 4 + dalam
pemeriksaan kualitatif, oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/24
jam.
3. Penanganan dengan pemberian cairan kemudian diikuti dengan
pemberian antikejang (MgSO
4
) hingga tekanan darah menunjukkan tanda
preeklamsia ringan. Apabila dalam 24 jam pemberian MgSO
4
tidak
memberikan perubahan maka dilakukan terminasi.

B. Saran
Seperti yang di uraikan di sini maka penulis menyarankan bagi ibu hamil yang
menunjukkan gejala-gejala preeklamsia berat untuk segera menghubungi pusat
pelayanan kesehatan terdekat agar segera mendapatkan pertolongan sesuai
dengan gejala yang ada.










6
DAFTAR PUSTAKA



1. Wiknjosastro H, editor. Ilmu Bedah Kebidanan, edisi pertama. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2000.

2. Cunningham FG, MacDonald PC, Gant MF. Hypertensive Disorders In
Pregnancy. In: Ronardy DH, editor. Obstetric Williams,21
st
Ed.. McGrw
Hill.2001:567-609

3. Mochtar R. Penyakit kardiovaskuler. Lutan D, editor. Dalam: Sinopsis
Obstetri Jilid 1 edisi ke-2. Penerbit EGC, Jakarta;1998. hal 142-4

4. Warouw NN. Hipertensi Dalam Kehamilan. Manado : Bagian Obstetri
Ginekologi FK Unsrat. 2001

5. Reynold C. Hypertensive States of Pregnancy. In: Decherney A,Nathan L.
Lange Current Obstetric and Gynecologic Diagnosis and Treatment.9
th
Ed.
India: Mc Graw Hill:2003.p 339-53

6. Manuaba I. Kapita Selekta Penatalaksanan Rutin Obstetri Ginekolohi dan KB.
Jakarta: EGC;2001hal 403-26

7. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo;2010.p 544-545

You might also like