You are on page 1of 29

MAKALAH

PENDIDKAN PANCASILA

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah


Pendidikan Pancasila

Disusun oleh :
Nama :
NPM :
Dosen : Drs. Wahyono, M.Hum
Kelas :

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2009
KATA PENGANTAR

Indonesia mengalami perubahan yang sangat besar, terutama berkaitan dengan


gerakan reformasi,serta perubahan Undang-Undang termasuk amandeman UUD 1945
serta TAP MPR NO.XVIIJ/MPR/1998,yang menetapkan mengembalikan kedudukan
pancasilapada kedudukan semula,sebagai dasar filsafat negara.Hal ini menimbulkan
penafsiran yang bermacam-macam,akibatnya akhir-akhir ini bangsa Indonesia
menghadapi krisis ideologi.

Oleh karena itu agar kalangn intelektual terutama mahasiswa sebagai calon
pengganti pemimpin bangsa di masa mendatang memaharai makna serta kedudukan
pancasila yang sebenarnya maka harus dilakukan suatu kajian yang bersifat ilmiah.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i


KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Landasan Pendidikan Pancasila ....................................................... 1
B. Tujuan Pendidikan Pancasila ........................................................... 3
C. Pembahasan Pancasila secara Ilmiah ............................................... 3
BAB II PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH PERJUANGAN
BANGSA INDONESIA ....................................................................... 9
A. Pengantar ......................................................................................... 9
B. Zaman Kutai .................................................................................... 9
C. Zaman Sriwijaya .............................................................................. 9
D. Zaman Kerajaan-Kerajaan Sebelum Majapahit ............................... 9
E. Kerajaan Majapahit ......................................................................... 10
F. Zaman Penjajahan ........................................................................... 10
G. Kebangkitan Nasional ...................................................................... 10
H. Zaman Penjajahan Jepang ............................................................... 10
I. Sidang BPUPKI Pertama ............................................................... 10
J. Sidang BPUPKI Kedua ................................................................... 11
K. Proklamasi Kemerdekaan dan PPKI ................................................ 11
L. Masa Setelah Proklamasi Kemerdekaan ......................................... 13
BAB III PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT .................................. 14
A. Pengertian Filsafat ........................................................................... 14
B. Rumusan Kesatuan Sila - sila Pancasila sebagai suatu system ........ 15
C. Kesatuan Sila - sila Pancasila Sebagai suatu Sistem Filsafat .......... 15

iii
BAB IV PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK ........................................ 17
A. Pengertian Etika ............................................................................... 17
B. Pengertian Nilai, Moral dan Norma ................................................. 17
C. Hubungan Nilai, Moral dan Norma ................................................. 18
D. Nilai - nilai Pancasila Sebagai Sumber Etika .................................. 19
BABV PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL 20
A. Pengertian Asal Mula Pancasila ...................................................... 20
B. Kedudukan dan Fungsi Pancasila .................................................... 20
C. Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Paham Ideologi Besar
lainnya di Dunia ............................................................................... 22
BAB V PENUTUP ............................................................................................ 24
A. Kesimpulan ...................................................................................... 24
B. Saran - saran .................................................................................... 24

iv
BAB I
PENDAHULUAN

Pancasila adalah dasar filsafat negara republik Indonesia yang secara resmi
disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam pembukaan
UUD 1945, diundangkan dalam Berita Republik Indonesia tahun II no. 7 bersama-
sama dengan batang tubuh UUD 1945.

A. Landasan Pendidikan Pancasila


1. Landasan historis
Bangsa Indonesia terbentuk melalui proses sejarah yang cukup panjang.
Setelah melalui suatu prosesyang cukup panjang dalam perjalanan sejarah bangsa
Indonesia menemukan jatidirinya, yang didalamnya tersimpul ciri khas, sifat dan
karakter yang berbeda dengan bangsa lain, yang oleh para pendiri negara kita
dirumuskan dalam suatu rumusan yang sederhana namun mendalam yang
meliputi lima prinsip (lima sila) yang kemudian diberi nama Pancasila.
Jadi secara historis bahwa nilai - nilai yang terkandung dalam setiap sila
Pancasila sebelum dirumuskan dan disahkan menjadi dasar negara Indonesia
secara objektif historis telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri. Oleh karena
itu berdasarkan fakta objektif secara historis kehidupan bangsa Indonesia tidak
dapat dipisahkan dengan nilai - nilai Pancasila.

2. Landasan Kultural
Setiap bangsa di dunia dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara senantiasa memiliki pandangan hidup. Berbeda dengan bangsa lain,
bangsa Indonesia berdasarkan pandangan hidupnya pada suatu asas kultural yang
dimiliki dan melekat pada bangsa itu sendiri.
Nilai - nilai yang terkandung dalam sila - sila Pancasila bukan hanya
merupakan suatu hasil konseptual seseorang saja melainkan merupakan suatu

1
hasil karya besar bangsa Indonesia sendiri, yang duangkat dari nilai -
nilai kultural yang melalui proses refleksi filosofis para pendiri negara seperti
Soekarno, M. Yamin, M. Hatta, Supomo, serta tokoh pendiri negara lainnya.

3. Landasan Yuridis
Landasan yuridis perkuliahan Pendidikan Pancasila di pendidikan tinggi
tertuang dalam UU no. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pasal
39 telah menetapkan bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang
pendidikan wajib memuat Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, dan
Pendidikan Kewarganegaraan.

4. Landasan filosofis
Secara filosofis, bangsa Indonesia sebelum mendirikan negara adalah
sebagai bangsa yang berketuhanan dan berkemanusiaan, hal ini berdasarkan
kenyataan objektif bahwa manusia adalah makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Syarat
mutlak suatu negara adalah adanya persatuan yang terwujudkan sebagai rakyat
(merupakan unsure pokok negara), Sehingga secara filosofis negara berpersatuan
dan berkerakyatan. Konsekuensinya rakyat adalah merupakan dasar ontologis
demokrasi, karena rakyat merupakan asal mula kekuasaan negara.

5. Tujuan Pendidikan Pancasila


Pendidikan Pancasila bertujuan untuk menghasilkan peserta didik yang
beriaman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dengan sikap dan
perilaku:
- Memiliki kemampuan wntuk mengambil sikap yang bertanggungjawab sesuai
dengan hati nuraninya.
- Memiliki kemampuan tmtuk mengenali masalah hidup dan kesejahteraan serta
cara - cara pemacahannya.

2
- Mengenali perubahan-perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan,
tekhnologi dan seni.
- Memiliki kemampuan untuk memaknai peristiwa sejarah dan nilai-nilai budaya
bangsa untuk menggalang persatuan Indonesia.

B. Tujuan Pendidikan Pancasila


Tujuan pendidikan diartikan sebagai perankat tindakan intelektual penuh
tanggung jawab yang berorientasi pada kompetensi mahasiswa pada bidang
profesi masing-masing. Kompetensi lulusan pendidikan pancasila adalah
seperangkat tindakan intelektual. Penuh tangguang jawab sebagai seoarang warga
negara dalam memecahkan sebagai masalah dalam hidup bermasyarakat.
Berbangsa dan bernegara dengan menerapkan pemikiran yang berlandasankan
nilai-nilai pancasila.
C. Pembahasan Pancasila secara Ilmiah
Pembahasan Pancasila termasuk filsafat Pancasila, sebagai suatu kajian
ilmiah, harus memiliki syarat ilmiah seperti dikemukakan oleh I.R. Poedjowijatno
dalam bukunya "Tahu dan Pengetahuan" yang merinci syarat -syarat ilmiah
sebagai berikut:
1. Berobjek
Pembahasan Pancasila secara ilmiah harus memiliki objek, yang di dalam
filsafat ilmu pengetahuan dibedakan atas dua macam yaitu ”objek forma” dan
”objek materia”.
"objek forma" Pancasila adalah suatu sudut pandang tertentu dalam
pembahasan pancasila, ^atau dari sudut pandang apa pancasila itu dibahas.
"objek materia" Pancasila adalah suatu objek yang merupakan sasaran
pembahasan dan pengkajian Pancasila tidak bersifat empiris maupun non
empiris.

3
2. Bermetode
Setiap pengetahuan ilmiah harus memiliki metode yaitu seperangkat cara
atau sistem pendekatan dalam rangka pembahasan Pancasila untuk mendapatkan
suatu kebenaran yang bersifat objektif. Metode dalam pembahasan Pancasila
sangat tergantung pada karakteristik objek fonna maupun objek materia Pancasila.
Salah satu metode dalam pembahasan Pancasila adalah metode 'analitico symtetic'
yaitu suatu perpaduan metode analisis dan sintetis.

3. Bersistem
Suatu pengetahuan ilmiah harus merupakan suatu yang bulat dan utuh.
Bagian - bagian dari pengetahuan ilmiah itu harus merupakan suatu kesatuan
antara bagian - bagian itu saling berhubungan, baik hubungan interelasi (saling
berhubungan) maupun interdependensi (saling ketergantungan). Pancasila itu
sendiri merupakan suatu kesatuan dan keutuhan 'majemuk tunggal' yaitu kelima
sila itu baik rumusannya, inti dari isi dari sila - sila Pancasila itu adalah
merupakan suatu kesatuan dan kebulatan.

4. Bersifat Universal
Kebenaran suatu pengetahuan ilmiah harus bersifat universal, artinya
kebenarannya tidak terbatas oleh waktu, ruang, keadaan, situasi, kondisi, maupun
jumlah tertentu.

Tingkat Pengetahuan Ilmiah


Tingkat Pengetahuan Ilmiah dalam masalah ini bukan berarti tingkatan
dalam hal kebenarannya namun lebih menekankan pada karakteristik
pengetahuan masing-masing.
1. Pengetahuan Deskriptif
Pengetahuan Deskriptif merupakan suatu jenis pengetahuan yang
memberikan suatu keterangan, penjelasan secara objektif, tanpa adanya unsur
subjektivitas.

4
2. Pengetahuan Klausal
Pengetahuan Klausal merupakan suatu pengetahuan yang memberikan
jawaban tentang sebab akibat.
3. Pengetahuan Normatif
Tingkatan pengetahuan Normatif yaitu sebagai hasil dari pertanyaan
ilmiah 'kemana'.
Pengetahuan Normatif senantiasa berkaitan dengan suatu ukuran,
parameter serta norma - norma.
4. Pengetahuan Essensial
Pengetahuan Essensial adalah tingkatan pengetahuan untuk menjawab
suatu pertanyaan yang terdalam yaitu suatu pertanyaan tentang hakikat sesuatu,
dan hal ini dikaji dalam bidang ilmu filsafat.

Lingkup Pembahasan Pancasila Yuridis Kenegaraan


Tingkatan pengetahuan ilmiah dalam pembahasan Pancasila Yuridis
Kenegaraan adalah meliputi tingkatan pengetahuan deskriptif, kausal dan
normatif.

D. Beberapa Pengertian Pancasila


1. Pengertian Pancasila secara Etimologis
Secara Etimologis istilah 'Pancasila' berasal dari sansekerta dari India
(Bahasa Kasta Brahmana).
Menurut Muhammad Yamin, dalam bahasa sansekerta perkataan
'Pancasila' memiliki dua macam arti secara leksikal yaitu : "Panca" artinya lima
"Syila" vokal i pendek artinya "batu sendi" alas atau "dasar" "Syiila" vokal i
panjang artinya "peraturan tingkah laku yang baik, yang penting atau yang
senonoh".

5
2. Pengertian Pancasila secara Historis
a. Mr. Muhammad Yamin (29 Mei 1945)
Pidato Mr. Muh Yamin yang berisi lima dasar negara Indonesia
Merdeka yang diidam - idamkan sebagai berikut :
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat
Setelah berpidato beliau menyampaikan usul tertulis mengenai
rancangan UUD Republik Indonesia yang berisi lima asas dasar negara yang
rumusannya sebagai berikut,
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kebangsaan Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan yang adil dan beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
b. Ir. Soekarno (Uuni 1945)
Pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno mengucapkan pidatonya di
hadapan sidang Badan Penyelidik.
Dalam pidato tersebut diajukan oleh Soekarno secara lisan usulan lima
asas sebagai dasar negara Indonesia yang rumusannya sebagai berikut;
1. Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau Peri kemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang berkebudayaan

6
Selanjutnya beliau mengusulkan bahwa kelima sila tersebut dapat
diperas menjadi 'Tri sila' yang rumusannya sebagai berikut;
1. Sosio Nasional yaitu 'Nasionalisme dan Internasionalisme'
2. Sosio Demokrasi yaitu 'Demokrasi dengan kesejahteraan rakyat'
3. Ketuhanan Yang Maha Esa
Adapun 'Tri sila' tersebut masih diperas lagi menjadi 'Eka sila' (satu
sila) yang intinya gotong royong
c. Piagam Jakarta (22 Juni 1945)
Panitia sembilan setelah mengadakan sidang berhasil menyusun
sebuah naskah piagam yang dikenal 'Piagam Jakarta' yang di dalamnya memuat
Pancasila, sebagai tuah hasil pertama kali disepakati oleh siding. Yang
rumusannya adalah sebagai berikut:
1. Ketuhanan dengan kewajibanmenjalankan syari'at islam bagi pemeluk -
pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yan dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

3. Pengertian Pancasila secara Terminologis


Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengadakan sidang pada
tanggal 18 Agustus 1945 telah berhasil mengesahkan UUD 1945. UUD 1945
tersebut terdiri atas dua bagian yaitu Pembukaan UUD 1945 dan pasal -pasal
UUD 1945 yang^berisi 37 pasal, 1 Aturan peralihan yang terdiri atas 4 pasal dan
1 Aturan Tambahan terdiri atas 2 ayat.
Dalam bagian Pembukaan UUD 1945 yang terdiri atas empat alenia
tersebut tercantum rumusan Pancasila sebagai berikut :

7
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan / perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
a. Dalam Konstitusi RIS (Republik Indonesia Serikat)
Dalam Konstitusi RIS yang berlaku tanggal 29 Desember 1949 sampai
dengan 17 agustus 1950 tercantum rumusan Pancasila sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Peri Kemanusiaan
3. Kebangsaan
4. Kerakyatan
5. Keadilan Sosial
b. Dalam Undang - undang Dasar Semetara 1950
Dalam UUDS 1950 yang berlaku mulai 17 Agustus 1950 sampai
tanggal 5 Juli 1959, terdapat pula rumusan Pancasila seperti rumusan yang
tercantum dalam konstitusi RIS.

c. Rumusan Pancasila di Kalangan masyarakat


Rumusannya beraneka ragam antara lain,
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Peri Kemanusiaan
3. Kebangsaan
4. Kedaulatan Rakyat
5. Keadilan Sosial

8
BAB II
PANCASILA DALAM KONTEKS
SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA

A. Pengantar
Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia sebelum disahkan
pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI, nilai - nilainya telah ada pada bangsa
Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum bangsa Indonesia mendirikan negara,
yang berupa nilai - nilai adat istiadat, kebudayaan serta nilai - nilai religius.

B. Zaman Kutai
Indonesia memasuki zaman sejarah pada tahun 400 M, dengan
ditemukannya prasasti yang berupa 7 yupa (tiang batu).

C. Zaman Sriwijaya
Menurut Mr. Muh. Yamin bahwa berdirinya negara kebangsaan Indonesia
tidak dapat dipisahkan dengan kerajaan - kerajaan lama yang merupakan warisan
nenek moyang bangsa Indonesia. Negara kebangsaan Indonesia terbentuk melalui
3 tahap yaitu :
1. Zaman Sriwijaya dibawah wangsa Syailendra (400 - 1400) yang berincikan
kedaulatan.
2. Zaman Majapahit (1293 - 1525) yang berincikan keprabuan.
3. Zaman kebangsaan modern yaitu Negara Indonesia merdeka (sekarang negara
proklamasi 17 Agustus 1945).

D. Zaman Kerajaan — kerajaan sebelum Majapahit


Sebelum Kerajaan Majapahit muncul sebagai suatu kerajaan yang
memancangkan nilai - nilai nasionalisme, telah muncul kerajaan - kerajaan di Jawa
Tengah dan Jawa Timur secara silih berganti.

9
E. Kerajaan Majapahit
Pada than 1293 berdirilah kerajaan Majapahit yang mencapai zaman
keemasannya pada pemerintahan raja Hayam Wuruk dengan Mahapatih Gajah
Mada yang dibantu oleh Laksamana Nala dalam memimpin armada untuk
menguasai nusantara.
F. Zaman Penjajahan
Penghisapan mulai memuncak ketika belanda mulai menerapkan sistem
monopoli melalui tanam paksa (1830 - 1870) dengan memaksakan beban
kewajiban terhadap rakyat yang tidak berdosa.
G. Kebangkitan Nasional
Budi Utomo yang didirikan pada tanggal 20 Mei 1908 inilah yang
merupakan pelopor pergerakan nasional, sehingga setelah itu muncullah
organisasi - organisasi pergerakan lainnya.
H. Zaman Penjajahan Jepang
Fasis jepang masuk ke Indonesia dengan propaganda "Jepang pemimpin
Asai, Jepang saudara tua bangsa Indonesia". Akan tetapi dalam perang melawan
Sekutu Barat nampaknya Jepang semakin terdesak.
Oleh karena agar mendapat dukungan dari bangsa Indonesia, maka Jepang
bersikap bermurah hati terhadap bangsa Indonesia, yaitu menjanjikan Indonesia
merdeka dikelak kemudian hari.
I. Sidang BPUPKI pertama
Sidang BPUPKI pertama dilaksanakan selama empat hari, berturut - turut
yang tampil untuk berpidato menyampaikan usulnya adalah sebagai berikut:
a. Mr. Muh. Yamin (29 Mei 1945)
Dalam pidatonya/mengusulkan rumusan dasar negara Indonesia
sebagai berikut : I. Peri Kebaiigsaan, II. Peri Kemanusiaan, III. Peri Ketuhanan,
IV. Peri Kerakyatan (A. Permusyawaratan, B. Perwakilan, C. Kebijaksanaan)
dan V. Kesejahteraan Rakyat (Keadilan Sosial).

10
b. Prof. Dr. Soepomo (31 Mei 1945)
Prof. Dr. Soepomo mengemukakan teori - teori negara sebagai berikut:
1. Teori Negara perorangan (Individualis)
2. Paham negara kelas atau Teori golongan
c. Ir. Soekarno (1 Juni 1945)
Beliau mengusulkan dasar negara yang terdiri atas lima prinsip yang
rumusannya sebagai berikut:
1. Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia)
2. Internasionalisme (Peri Kemanusiaan)
3. Mufakat (Demokrasi)
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan Yang Maha Esa (Ketuhanan yang berkebudayaan)
J. Sidang BPUPKI kedua (10 - 16 Juli 1945)
Beberapa keputusan penting yang patut diketahui dalam rapat BPUPKI
kedua adalah sebagai berikut: Dalam rapat tanggal 10 Juli tentang bentuk negara.
Pada tanggal 11 Juli 1945 keputusan yang penting adalah tentang wilayah
negara baru.
Keputusan - keputusan lain adalah untuk membentuk panitia kecil.
K. Proklamasi Kemerdekaan dan Sidang PPKI
Sekembalinya dari Saigon pada tanggal 14 Agustus 1945 di kemayoran Ir.
Soekarno mengumumkan dimuka orang banyak bahwa bangsa Indonesia akan
merdeka sebelum jagung berbunga (secepat mungkin), dan ketnerdekaan itu
bukan merupakan hadiah dari Jepang, melainkan merupakan hasil perjuangan
bangsa Indonesia sendiri.
a. Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
Pada tanggal 17 Agustus 1945 di Pegangsaan Timur 56 Jakarta, tepat
pada hari jum'at legi, jam 10 pagi Waktu Indonesia Barat (jam 11.30 waktu

11
Jepang), Bung Karno didampingi Bung Hatta membacakan naskah
Proklamasi dengan khidmat dan diawali denga pidato sebagai berikut:

PROKLAMASI
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Hal —
hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain - lain diselenggarakan
dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkat - singkatnya.

Jakarta, 17 Agustus 1945

Atas nama Bangsa Indonesia


Soekarno Hatta

b. SidangPPKI
Sehari setelah proklamasi keesokan harinya tanggal 18 Agustus 1945, PPKI
mengadakan sidang yang pertama, untuk membahas beberapa perubahan yang
berkaitan dengan Piagam Jakarta terutama yang menyangkut perubahan sila
pertama Pancasila.
1. Sidang Pertama (18 Agustus 1945)
Mengesahkan Undang - undang Dasar 1945
2. Sidang Kedua (19 Agustus 1945) Pembagian daerah propinsi.
3. Sidang Ketiga (20 Agustus 1945) Pembahasan terhadap agenda tentang
"Badan Penolong Keluarga Korban Perang".
4. Sidang Keempat (22 Agustus 1945)
Membahas agenda tentang Komite Nasional
Partai Nasional Indonesia

12
L. Masa Setelah Proklamasi Kemerdekaan
Mengadung pengertian sebagai berikut:
a. Dari sudut ilmu hukum (secara yuridis)
Proklamasi merupakan saat tSidak berlakunya tertib hukum kolonial, dan saat
mulai berlakunya tertib hukum nasional.
b. Secara politis ideologis
Proklamasi mengandung arti bahwa bangsa Indonesia terbebas dari penjajahan
bangsa asing dan memiliki kedaulatan untuk menentukan nasib sendiri dalam
suatu negara Proklamasi Republik Indonesia.

Dekrit Presiden 5 Juli 1959


Yang isinya:
I. Membubarkan Konstituante
II. Menetapkan berlakunya kembali UUD 1945
Tidak berlakunya UUDS tahun 1950
III. Dibentuknya MPRS dan DP AS dalam waktu yang sesingkat - singkatnya.

Pengertian Dekrit
Dekrit adalah suatu putusan dariorgan tertinggi (kepala negara atau
Organ lain) yang merupakan penjelmaan kehendak yang sifatnya sepihak. Dekrit
dilakukan bilamana negara terancam oleh bahaya.
Masa Orde Baru
Yaitu suatu tatanan masyarakat dan pemerintahan yang menuntut
dilaksanakannya Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Isi "Tritura" (Tiga tuntutan H&ti Nurani Rakyat)
1. Pembubaran PKI dan ormas - ormasnya
2. Pembersihan kabinet dari unsur - unsur G 30 S PKI
3. Penurunan harga

13
BAB III
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

A. Pengertian Filsafat
Secara etimologis istilah "filsafaf'berasal dari bahasa yunani "philein"
artinya "cinta" dan "sophos" artinya "hikmah" atau "kebijaksanaan". Jadi
mengandung makna cinta kebijaksanaan.
Keseluruhan arti filsafat yang meliputi berbagai masalah dapat dikelompokkanc
menjadi dua macam yaitu sebagai berikut:
Pertama Filsafat sebagai produk yang mencakup pngerian,
a. Filsafat sebagai jenis pengetahuan, ilmu, konsep pemikiran - pemikiran dari
para filosof pada zaman dahulu yang lazimnya merupakan suatu aliran atau
sistem filsafat tertentu, misalnya rasionalisme, materialisme, pragmatisme,dll.
b. Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi oleh manusia sebagai
hasil dan aktifitas berfilsafat. Jadi manusia mencari suatu kebenaran yang
timbul dari persoalan yang bersumber pada akal manusia.
Kedua:
Filsafat sebagai suatu proses, yang dalam hal ini filsafat diartikan dalam
bentuk suatu aktivitas berfilsafat dalam proses pemecahan suatu permasalahan
dengan menggunakan suatu cara dan metode tertentu yang sesuai dengan
objeknya.
Adapun cabang - cabang filsafat yang pokok adalah sebagai berikut:
1. Metafisika, yang membahas tentang hal - hal yang bereksistensi dibalik fisis,
yang meliputi bidang ontologi, kosmologi, dan antropologi.
2. Epistemologi, yang berkaitan dengan persoalan hakikat pengetahuan.
3. Metodologi, yang berkaitan dengan persoalan hakikat metode ilmu
pengetahuan.
4. Logika, yang berkaitan dengan persoalan filsafat berfikir, yaitu rumus -rumus
dan dalil - dalil berfikir yang benar.

14
5. Etika, yang berkaitan dengan moralitas, tingkah laku manusia.
6. Estetika, yang berkaitan dengan persoalan hakikat keindahan.

B. Rumusan Kesatuan Sila - sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem


Sistem adalah suatu kesatuan bagian - bagian yang saling berhubungan,
saling bekerjasama untuk suatu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan
suatu kesatuan yang utuh. Sistem memiliki ciri - ciri sebagai berikut:
1. Suatu kesatuan bagian - bagian.
2. Bagian - bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri - sendiri.
3. Saling berhubungan dan saling ketergantungan.
4. Keseluruhannya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu (tujuan
sistem).
5. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks (shore and voice. 1974).
Pancasila yang terdiri atas bagian - bagian yaitu Sila - sila Pancasila setiap sila
pada hakikatnya merupakan suatu asas sendiri, fungsi sendiri - sendiri namun
secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang sistematis.

C. Kesatuan Sila - sila Pancasila Sebagai Suatu sistem Filsafat


Pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat memiliki dasar :
1. Dasar antropologis Sila - sila Pancasila
Dasar antologis Pancasila pada hakikatnya adalah manusia yang memiliki
hakikat mutlak monopluralis, oleh karena itu hakikat dasar ini juga disebut sebagai
dasar antropologis. Manusia pendukung pokok sila - sila Pancasila secara
ontologis memiliki hal - hal mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga dan
jiwa j asmani dan rokhani.
Sifat kodrat manusia adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, serta
kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

15
2. Dasar epistemologis Sila - sila Pancasila
Suatu ideologi maka Pancasila memiliki tiga unsur pokok agar dapat
menarik loyalitas dari pendukungnya yaitu : 1. Logos yaitu rasionalitas atau
penalarannya, 2. Pathos yaitu penghayatan, dan 3. Ethos yaitu kesusilaanya
(Wibisono, 1963:3).
Terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam epistemology yaitu :
 Sumber pengetahuan manusia
 Teori kebenaran pengetahuan manusia
 Watak pengetahuan manusia

3. Dasar Aksiologis Sila - sila Pancasila


Sila - sila sebagai sistem filsafat juga memiliki satu kesatuan dasar aksiologisnya
sehingga nilai yang terkandung didalamnya juga merupakan satu kesatuan.
Max Ssheler menggolongkan nilai menurut tinggi rendahnya yaitu :
1. Nilai - nilai kenikmatan yaitu nilai yang berkaitan dengan indra manusia.
2. Nilai - nilai kehidupan yaitu nilai - nilai yang penting bagi kehidupan manusia.
3. Nilai - nilai kejiwaan dalam tingkatan ini terdapat nilai - nilai kejiwaan (geistige
werte) yang sama sekali tidak tergantung dari keadaan jasmani ataupun
lingkungan.
Menurut Notonagoro nilai dibedakan menjadi tiga antara lain :
1. Nilai material yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia.
2. Nilai vital yaitu segala ssuatu yang berguna bagi manusia unntuk mengadakan
suatu aktifitas atau kegiatan.
3. Nilai - nilai kerokhanian yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rokhani manusia.

16
BAB IV
PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK

A. Pengertian Etika
Etika merupakan kelompok filsafat praktis dan dibagi menjadi dua
kelompok yaitu Etika umum dan Etika khusus. Etika merupakan suatu pemikiran
kritis dan mendasar tentang ajaran - ajaran dan pandangan - pandangan moral.
Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita
mengikuti suatu ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita harus mengambil sikap
yang bertanggungjawab berhadapan dengan berbagai ajaran moral (Suseno, 1987).
Etika umum mempertanyakan prinsip - prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan
manusia, sedangkan Etika khusus membahas prinsip - prinsip itu dalam
hubungannya dengan berbagai aspek kehidupan manusia (Suseno, 1987), etika
khusus dibagi menjadi etika individual dan etika sosial.

B. Pengertian, Nilai, Norma, dan Moral.


1. Pengertian Nilai
Di dalam Dictionary of sosciology and Related Sciences dikemukakan
bahwa nilai adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda
untuk meuaskan manusia. Jadi nilai itu pada hakikatnya adalah sifat atau
kualitas yang melekat pada suatu objek, bukan objekk itu sendiri.
2. Hierarki Nilai
Max Scleler mengemukakan menurut tinggi rendahnya, nilai - nilai
dapat dikelompokkan dalam 4 tingkatan yaitu :
1. Nilai kenikmatan : dalam tingkatan ini terdapat deretan nilai - nilai yang
mengenakkan dan tidak mengenakkan yang menyebabkan orang senang
atau menderita tidak enak.

17
2. Nilai kehidupan : dalam tingkat ini terdapatlah nilai - nilai yang penting
bagi kehidupan.
3. Nilai kejiwaan : dalam tingkat ini terdapat nilai - nilai kejiwaan yang sama
sekali tidak tergantung dari keadaan jasmani maupun lingkungan.
4. Nilai kerokhanian : dalam tingkat ini terdapatlah modalitas nilai dari yang
suci dan tak suci.
Walter G. Everet menggolongkan nilai — nilai manusiawi kedalam
delapan kelompok yaitu:
1. Nilai - nilai ekonomis
2. Nilai - nilai kejasmanian
3. Nilai - nilai hiburan
4. Nilai-nilai sosial
5. Nilai nilai watak
6. Nilai nilai estetis
7. Nilai - nilai intelektual
8. Nilai nilai keagamaan
Dalam kaitannya dengan deviasi atau penjabarannya nilai
dikelompokkan menjadi tiga yaitu :
 Nilai dasar
 Nilai instrumental
 Nilai praktis

C. Hubungan Nilai, Norma dan Moral


Agar nilai menjadi lebih berguna dalam menuntun sikap dan tingkah laku
manusia, maka perlu dikongkritkan lagi serta diformulasikan menjadi lebih
objektif sehingga memudahkan manusia untuk menjabarkannya dalam tingkah
laku secara kongkrit, wujud yang lebih kongkrit dari nilai tersebut adalah
merupakan suatu norma.

18
D. Nilai - nilai Pancasila sebagai Sum her Etika Politik
Negara Indonesia yang berdasarkan sila I, bukanlah negara "teokrasi"
yang mendasarkan kekuasaan negara dan penyelenggara negara dalam legitimasi
religius, melainkan religitimasi hukum serta legitimasi demokrasi. Walaupun
dalam negara Indonesia tidak mendasarkan pada legitimasi religius, namun secara
moralitas kehidupan negara harus sesuai dengan nilai - nilai yang berasal dari
Tuhan terutama hukum serta moral dalam kehidupan negara. Selain nilai I dan II
juga merupakan nilai - nilai moralitas dalam kehidupan negara.

19
BAB V
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL

A. Pengertian asal mula pancasila


Pancasila secara ilmiah harus ditinjau berdasarkan proses kualitas, maka
secara kualitas asal mula pancasila dibedakan menjadi dua macam yaitu :
1. Asal mula yang langsung
Asal mula yang langsung tetang pancasila adalah asal mula yang
langsung terjadinya pancasila sebagai dasar Negara yaitu asal mula yang
menjelang dan sesudah proklamasi yang menurut Noto Negoro adalah sebagai
berikut:
 Asal mula bahan (Kkausa Materialis)
 Asal mula bentuk (Kausa Formalis)
 Asal mula karya (Kausa Effisien)
 Asal mula tujuan (Kausa Finalis)
2. Asal mula yang tidak langsung
Asal mula yang tidak langsung pancasila adalah asal mula sebelum
proklamasi kemerdekaan yang terdapat kepribadian serta dalam pandangan
hidup sehari - hari bangsa Indonesia, yang bilamana dirinci sebagai berikut:
 Unsur - unsur pancasila sebelum secara langsung dirumuskan menjadi
dasar filsafat negara, nilai - nilainya yaitu ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan dan keadilan yang telah ada dan tercemin dalam
kehidupan sehari - hari bangsa Indonesia sebelum membentuk negara.
 Nilai-nilai tersebut berupa adat istiadat, nilai kebudayaan serta nilai religius
yang menjadi pedoman dalam memecahkan problema kehidupan sehari-
hari bangsa Indonesia.
 Dengan demikian dapat disimpulkan asal mula tidak langsung pada
hakikatnya adalah bangsa Indonesia itu sendiri.

20
3. Bangsa Indonesia ber - pancasila dalam "Tri prakara"
Bangsa Indonesia ber - pancasila dalam tiga asas atau "Tri prakara"
rinciannya adalah sebagai berikut:
 Pancasila Asas kebudayaan
 Pancasila Asas religius
 Pancasila Asas kenegaraan

B. Kedudukan dan Fungsi Pancasila


1. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dalam
perjuangan untuk mencapai kehidupan yang lebih sempurna, senantiasa
memerlukan nilai-nilai yang luhur. Nilai-nilai luhur adalah merupakn suatu
tolok ukr kebaikkan yang berkenaan dengan hal-hal yang bersifat mendasar
dan abadi dalam hidup manusia, seperti cita-cita yang hendak dicapainya
dalam hidup manusia.
Pandangan hidup berfungsi sebagai kerangka acuan baik untuk menata
kehidupan diri pribadi maupun dalam interaksi antar manusia dalam
masyarakat serta alam sekitarnya.

2. Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia


Kedudukan pancasila sebagai dasar negara dapat dirinci sebagai berikut:
a) Pancasila sebagai dasar negara adalah merupakan sumber dari segala
sumber hukum (sumber tertib hukum) Indonesia
b) Meliputi suasana kebatinan (Geistlichenhintergrund) dari UUD 1945
c) Mewujudkan cita - cita hukum bagi hukum dasar negara
d) Mengandung norma yang mengharuskan UUD mengandung isi yang
mewajibkan pemerintah dan lain - lain penyelenggara negara
e) Merupakan sumber semangat bagi UUD 1945

21
3. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia
a. Pengertian Ideologi
Ideologi berasal dari kata "idea" yang berarti gagasan, konsep, pengertian
dasar, cita - cita dan "logos" berarti ilmu. Kata idea berasal dari bahasa yunani
"eidos" yang berarti bentuk, disamping itu ada kata idein yang artinya
'melihat', maka secara harafiah, ideologi berarti ilmu pengertian-pengertian
dasar. Pengertian ideologi secara umum dapat dikatakan sebagai kumpulan
gagasan - gagasan, ide - ide, keyakinan-keyakinan, kepercayaan-kepercayaan,
yang menyeluruh dan sistematis yan menyangkut : Bidang politik, sosial,
kebudayaan dan keagamaan.
b. Ideologi terbuka dan ideologi tertutup
Ideologi terbuka merupakan suatu sistem pemikiran terbuka yang
memiliki khas bahwa nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari luar,
sedangkan ideologi tertutup merupakan suatu sistem pemikiran tertutup yang
berciri khas merupakan cita-cita suatu kelompok yang mendasari suatu
program untuk mengubah dan memperbaharui masyarakat.

C. Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Paham Ideologi Besar lainnya di


Dunia
1. Paham negara persatuan
Bangsa Indonesia mendirikan Negara Indonesia dipergunakan aliran
pengerian"Negara persatuan" yaitu Negara yang mengatasi segala paham
golongan dan paham perseorangan. Jadi Negara persatuan bukanlah Negara
yang berdasar individualisme sebagai mana diterapkan di Negara liberal diman
Negara hanya merupakan suatu ikatan individu saja. Penjelmaan persatuan
bangsa dan wilayah Negara RI disimpulkan dalam PP. No. 66 tahun 1951, 17
Oktober dan diundangkan tanggal 28 November 1951 dan termuat

22
dalam lembaran Negara No. II / tahun 1951 yaitu dengan lambing
Negara burung garuda pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika.
2. Paham Negara Kebangsaan
a. Hakikat Bangsa
Deklarasi bangsa Indonesia sebagai suatu pernyataan hak kodrat
manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Maka dalam
pembukaan UUD 1945 dinyatakan bahwa '.... Kemerdekaan adalah hak
segala bangsa'. Pernyataan tersebut merupakan pernyataan universal hak
kodrat manusia sebagai bangsa, dan merealisasikannya sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial.
b. Teori kebangsaan
Teori - teori besar kebangsaan yang merupakan bahan komparasi
bagi para pendiri bangsa Indonesia untuk mewujudkan suatu bangsa yang
memiliki sifat dan karakter tersendiri sebagai berikut:
- Teori Hans Kohn
- Teori kebangsaan Ernest Renan
- Teori Gepolitik oleh Frederich Retzel
- Negara Kebangsaan Pancasila

23
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang disusun dalam makalah ini maka penulis
menyampaikan bahwa pendidikan pancasila sangat dibutuhkan dalam berbagai
kalangan untuk mewujudkan suatu bangsa dan negara yang mampu
mengembangkan pancasila sebagai landasan utama dalam kehidupan berbangsa
dan beraegara pada khususnya. Oleh karena itu dengan penyusunan makalah ini
semoga dapat berguna bagi para pembaca sebagai acuan proses pembelajaran
dalam menjawab segala tantangan yang ada.

B. SARAN-SARAN
1. Untuk pemerintah
- Hendaknya pemerintah dapat mewujudkan keadilan bagi rakyatnya
sebagaimana tercantum dalam pancasila sila ke - 5.
- Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
- Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan.
2. Untuk rakyat
- Hendaknya dapat mengamalkan sila - sila pancasila dalam keseharian.
- Menjadikan pancasila sebagai pedoman hidup.

24
DAFTAR PUSTAKA

Kaelan, 2004. Pendidikan Pancasila. Edisi Reformasi, 2004 Paradigma, Yogyakarta

25

You might also like