You are on page 1of 28

Ketimpangan Sumber Penerimaan: Ketimpangan Sumber Penerimaan:

Potret Wajib Pajak di Indonesia


Ah. Maftuchan, Perkumpulan Prakarsa
Lokakarya Ketimpangan di Indonesia: Trend dan Penyebab
INFID - Jakarta, 26 Februari 2014
Pertanyaan & Batasan
Bahasan:
Di j d b k ti j k ? Di mana saja area dan sumber ketimpangan perpajakan?
Bagaimana peran pajak dalam penurunan ketimpangan?
Pajak berkeadilan? Pajak berkeadilan?
Batasan: Batasan:
Tidak mengukur insidens manfaat (benefit incidence) pajak: (i) siapa
yang benar-benar menanggung beban pajak; (ii) siapa yang paling y g gg g p j ; ( ) p y g p g
diuntungkan dari pengeluaran publik.
P t k Pustaka
H d i li ? (Al C 2012) How tax can reduce inequality? (Alan Carter, 2012)
Tax rich, solve inequality? (Louis, 2013)
Tax alone cannot tackle inequality? (Comerford and Eiser Tax alone cannot tackle inequality? (Comerford and Eiser,
2014)
Tax reform is the best way to tackle income inequality
(Hubbard, 2014)
A democratic context, high levels of income inequality should
lead governments to carry out significant redistribution usually lead governments to carry out significant redistribution, usually
financed by progressive taxation (Meltzer and Richard, 1981;
Alesina and Rodrik,1994).
Dasar-Dasar Dasar Dasar
Ketimpangan Ketimpangan
Lebih luas dari kemiskinan karena ketimpangan mencakup
seluruh populasi
Ketimpangan dihitung berdasarkan pengeluaran dan distribusi
dan pengeluaran termasuk: pembayaran pajak dan pengeluaran termasuk: pembayaran pajak
Cara mudah mengukur ketimpangan: membagi populasi menjadi
lima (kuintil) mulai dari yang termiskin sampai yang terkaya dan ( ) y g p y g y
menarik tingkat / proporsi pendapatan (pengeluaran) yang
terakumulasi di setiap tingkatan.
Pengukuran ketimpangan
Koefisien gini: jika pendapatan semua orang sama maka
koefisien gini adalah nol dan jika seluruh pendapatan hanya
dikuasai oleh satu orang maka koefisien gini adalah satu.
Koefisien gini adalah pengukuran sesaat yang tidak menjelaskan Koefisien gini adalah pengukuran sesaat yang tidak menjelaskan
bagaimana ketimpangan itu terjadi dan bagaimana
kelanjutannya. y
Ketimpangan Pendapatan
Penilaian distribusi pendapatan atas pendapatan yang diterima oleh 40%
penduduk berpendapatan terendah (World Bank). Kesenjangan distribusi
d dik ik pendapatan dikategorikan:
(a) tinggi, bila 40% penduduk berpenghasilan terendah menerima kurang
dari 12% bagian pendapatan;
(b) d bil 40% d d k b h il d h i 12% (b) sedang, bila 40% penduduk berpenghasilan terendah menerima 12% -
17% bagian pendapatan;
(c) rendah, bila 40% penduduk berpenghasilan terendah menerima lebih
dari 17% bagian pendapatan dari 17% bagian pendapatan.
Dua komponen ketimpangan pendapatan: (a) market inequality and (b)
government redistribution via taxes and transfers.
I i i l th t b bi d i f i t f l In principle, the two can be combined in any of a variety of ways: low
market inequality with high redistribution, low market inequality with low
redistribution, high market inequality with moderate redistribution and so
on (Kenworthy & McCall, 2008) ( y , )
Pajak dan Pembangunan j g
Pajak berkontribusi rerata sebesar 72 75 %
terhadap total penerimaan negara; p p g
Setiap tahun fiskal, penerimaan dari sektor pajak
selalu tidak mencapai target yang telah ditargetkan;
Tahun 2013, penerimaan pajak +- 91,31% dari target
yang ditetapkan dalamAPBN-P 2013, terendah
dalamtiga tahun terakhir; dalamtiga tahun terakhir;
Indonesia adalah lower-middle income country
dengan tax ratio rendah; g ;
Pajak sangat vital dan menjadi sumber pembiayaan
pembangunan yang paling berkelanjutan.
Pajak dan Ketimpangan
Pemerintah melalui kebijakan fiskal dan moneter merubah
keadaan masyarakat sesuai yang dinginkan; keadaan masyarakat sesuai yang dinginkan;
Apakah distribusi pendapatan semakin merata atau justru
distribusi pendapatan menjadi semakin tidak merata karena p p j
pengeluaran yang dilakukan oleh masyarakat untuk pajak?
Pengalihan transfer sumberdaya dari masyarakat yang g y y y g
berpendapatan tinggi kepada masyarakat yang berpendapatan
rendah melalui kebijakan fiskal (pajak).
Ketimpangan pendapatan: p g p p
Jumlah rekening dan nominal simpanan
Total Simpanan & Jumlah Rekening 2009 2013
(LPS S t b r 2013) (LPS, September 2013)
Tahun Jumlah Rekening Jumlah Nominal
(Miliar Rupiah) (Miliar Rupiah)
2009 88.086.017 1.995.789,56
2010 97 204 863 2 370 982 77 2010 97.204.863 2.370.982,77
2011 101.503.564 2.830.322,74
2012 119.917.930 3.277.154,34
2013 130.943.737 3.599.132,84
Distribusi Nominal Dana Pihak Ketiga (DPK)
Berdasarkan Jenis Simpanan (LPS - Sept, 2013)
No Jenis Simpanan Jumlah Simpanan Persentase No Jenis Simpanan Jumlah Simpanan
(Miliar Rupiah)
Persentase
1 Giro 858.168,81 24,30%
2 Tabungan 1.124.637,59 31,85%
3 Deposit On Call 36.648,53 1,04%
4 Deposito 1.511.637,51 42,81% p , ,
5 Sertifikat Deposito 22,68 0,000%
Distribusi Jumlah Rekening Dana Pihak Ketiga
Berdasar Jenis Simpanan (LPS Sept 2013) Berdasar Jenis Simpanan (LPS - Sept, 2013)
No Jenis Simpanan Jumlah Rekening Persentase p g
1 Giro 2.926.173 2,24%
2 T b 124 982 786 96 47% 2 Tabungan 124.982.786 96,47%
3 Deposit On Call 3.006.267 2,30%
4 Deposito 3.178 0,00%
5 Sertifikat Deposito 363 0,000%
DPK Berdasarkan Segmen Nominal
(LPS Sept 2013) (LPS, Sept 2013)
No Nominal Simpanan
(Rupiah dan Valas)
Rekening Persen Nominal Persen
1 N 100 Jt 127.733.160 97,57% 534.175,34 15,13%
2 100 Jt < N 200 Jt 1.450.383 1,11% 197.617,60 5,60% , , ,
3 200 Jt < N 500 Jt 956.074 0,73% 305.432,68 8,65%
4 500 Jt < N 1 M 402 540 0 31% 293 395 22 8 31% 4 500 Jt < N 1 M 402.540 0,31% 293.395,22 8,31%
5 1 M < N 2 M 205.772 0,16% 283.578,67 8,03%
6 2 M < N 5 M 107 710 0 08% 339 427 08 9 61% 6 2 M < N 5 M 107.710 0,08% 339.427,08 9,61%
7 N > 5 M 63.128 0,05% 1.577.488,54 44,67%
Ketimpangan pajak dan p g p j
Area ketimpangannya
Area Ketimpangan Pajak p g j
1. Subyek pribadi atau badan hukum
2. Wajib Pajak (WP) Subyek yang punya kewajiban pajak
3. Obyek PPh, PPN, PBB, BPHTB, Bea Meterai
4. Basis pajak Siapa pembayar pajak
5. Tarif pajak Besaran pajak yang harus dibayarkan p p y g y
6. Distribusi Redistribusi
7. Insentif Pajak j
Sumber Penerimaan Negara
Total Penerimaan:
Rp. 1.210,56 Triliun
Total Penerimaan:
Rp. 1.358,13 Triliun p
Sumber: Kemenkeu, 2011 2012; Prakarsa, Desember 2013
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) 2013
Basis Pajak dan Kontribusinya
S b Di kt t J d l P j k 2007 2012 Sumber: Direktorat Jenderal Pajak, 2007 - 2012
Ketimpangan Sumber Pendapatan Pajak
(PPh Non Migas) ( g )
Ketimpangan Sumber Pendapatan Pajak
(Berdasarkan Sektor) (Berdasarkan Sektor)
Klasifikasi
LapanganUsaha
Tahun
2008 2009 2010 2011 2012
Pertanian 1.8 1.7 1.4 1.3 1.2
PertambangandanPenggalian 12.6 5.7 8.1 8.1 6.3
IndustriPengolahan 9.7 10.8 11.2 12.5 12.6 g
Listrik,GasdanAirBersih 15.5 14.0 19.1 20.0 13.5
Konstruksi 4.3 3.6 3.5 3.8 3.2
Perdagangan Hotel dan Restoran 9 7 9 5 9 6 10 4 10 3 Perdagangan,HoteldanRestoran 9.7 9.5 9.6 10.4 10.3
PengangkutandanKomunikasi 10.6 8.4 7.9 7.5 7.1
Keuangan,RealEstate&JasaPerusahaan 19.4 19.7 19.8 18.3 18.0
Jasa jasa 5 4 5 3 4 5 4 5 4 2 Jasajasa 5.4 5.3 4.5 4.5 4.2
TOTALMENURUTSEKTOR 8.9 7.9 8.1 8.5 8.0
Sumber: Direktorat Jenderal Pajak dan Badan Kebijakan Fiskal, 2008 2012 (diolah Prakarsa, 2013)
Ketimpangan bracket / tarif PPh
(Orang Pribadi Dalam Negeri) (Orang Pribadi Dalam Negeri)
lapisan penghasilan kena pajak (PKP) sampai dengan Rp 50 lapisan penghasilan kena pajak (PKP) sampai dengan Rp 50
juta, tarif pajaknya 5 persen.
di atas Rp50 juta hingga Rp 250 juta tarif pajaknya 15 persen. p j gg p j p j y p
lapisan PKP di atas Rp 250 juta hingga Rp 500 juta tarif
pajaknya 25 persen.
lapisan PKP di atas Rp 500 juta tarif pajaknya 30 persen.
Tarif Pajak PKP Wajib Pajak Badan dalam
i & B t k U h T t negeri & Bentuk Usaha Tetap
S i d R 50 000 000 00 10% Sampai dengan Rp 50.000.000,00 10%
Di atas Rp 50.000.000 s.d. Rp 100.000.000 15%
Di atas Rp 100 000 000 30% Di atas Rp 100.000.000 30%
(Dengan Peraturan Pemerintah, tarif tertinggi dapat diturunkan
menjadi paling rendah 25%) j p g )
Wajib Pajak luar negeri
Sebesar 20% dari bruto, atau tarif berdasarkan Perjanjian
Perpajakan yang berlaku untuk Wajib Pajak luar Negeri yang
berkenaan.
Pajak Berkeadilan Pajak Berkeadilan
Pajak dan Belanja Sosial Pajak dan Belanja Sosial
Mengurangi ketimpangan dengan tiga cara: pemajakan,
l i t h d l i pengeluaran pemerintah, dan regulasi.
Pajak adalah cara paling efektif, yaitu dengan menerapkan
pajak progresif kepada golongan kaya untuk membiayai p j p g p g g y y
pengeluaran pemerintah dalam program sosial.
Pajak progresif di Indonesia tidak dapat berjalan dalam
ktik k k l h i t j k d k t t praktiknya karena kelemahan sistem perpajakan dan ketaatan
membayar pajak yang rendah.
Pajak berkeadilan Pajak berkeadilan
Pajak tidak hanya digunakan untuk mencapai tujuan ekonomi
tetapi harus ditujukan untuk tujuan sosial sehingga dapat dinikmati tetapi harus ditujukan untuk tujuan sosial sehingga dapat dinikmati
secara nyata oleh semua warga negara.
Memungut pajak sama rata itu berarti pemerintah sedang
l k k d k d k f h d b k melakukan tindakan diskriminatif terhadap pembayar pajak.
Tindakan yang adil secara sosial dalam hal perpajakan adalah
memberlakukan tarif yang berbeda bagi wajib pajak: semakin y g g j p j
banyak penghasilan yang diperoleh oleh wajib pajak maka semakin
besar pajak yang harus dibayarkan dan dilaporkan oleh wajib pajak
tersebut.
Pajak berkeadilan
Adanya insentif pajak kepada mereka yang menengah dan yang miskin
(WP). Misalnya, memberlakukan PTKP (PenghasilanTidak Kena Pajak) ( ). y , ( g j )
kepada perempuan karyawan yang menjadi kepala rumah tangga (woman
headed household), kepada pekerja usia non-produktif dan kepada kelompok
difable dan rentan lainnya.
b k b h l k f k Kebijakan penerapan penambahan lapisan struktur tarif Pajak
Penghasilan/PPh (tax bracket) dengan menerapkan pajak 35-40% bagi
mereka yang berpendapatan di atas Rp 5 miliar / tahun.
Kebijakan earmarking untuk jenis pajak tertentu (sin taxes dan extractive Kebijakan earmarking untuk jenis pajak tertentu (sin taxes dan extractive
industries), baik di pusat maupun di daerah, yang diperuntukkan untuk
sektor pelayanan dasar seperti pendidikan, kesehatan dan tunjangan tunai
bagi warga miskin (Prakarsa, 2012).

You might also like