You are on page 1of 81

1

Kisah Ruh Syeikh Abdul Qadir Al Jilani dan Buroq


http://pena-tintaku.blogspot.sg/search/label/Syaikh%20Abdul%20Qadir%20Al%20Jailani



Berikut adalah Manaqib dari Rajanya para Aulia ( Qutbul Aqtob ) Syeikh Abdul Qodir Jaelani
diterjemahkan dari kitab " Al-Lujaini Ad-Daani " yang di susun oleh Syeikh Al-Karim Ja'far bin
hasan bin abdul karim Al-Barzanji R.A, Mudah-mudahan anda pembaca dan saya mendapatkan
Barokah serta Karomahnya amin ya robbal 'alamin

Di riwayatkan oleh Syeikh Rasyid bin Muhammad Al-junaidi dalam kitab Raudhoh An-Nadzir,
Pada malam Rosululloh S.A.W Mi'raj, Malaikat Jibril A.S datang menghadap rosululloh S.A.W
sambil membawa binatang Buraq, telapak kaki Buraq tsb mengeluarkan cahaya seperti cahaya
rembulan,

Buraq tsb di berikan kepada nabi Muhammad S.A.W oleh Malaikat Jibril A.S, Seketika juga
Buraq tsb tidak mau diam karena sangat senang yang luar biasa sehingga Nabi bersabda : "Wahai
Buraq kenapa engkau tidak mau diam ?, Apa karena engkau tidak mau aku tunggangi ? ", Buraq
menjawab : " Wahai Rosululloh S.A.W bukan aku tidak mau Baginda tunggangi, Tetapi aku
mempunyai permintaan kepada Baginda wahai kekasih Alloh, Permintaanku adalah nanti di hari
Qiamat ketika baginda masuk kedalam Surga agar tidak menunggangi yang lain kecuali aku ",
Rosululloh bersabda : " Wahai Buraq permintaanmu aku kabulkan ", Buraq pun berkata lagi : "
Wahai baginda sudikah kiranya baginda memegang pundak ku agar menjadi ciri di hari qiamah ?
", Kemudian Rasululloh S.AW memegangkan kedua tangannya pada pundak Buraq tsb, Karena
Buraq saking gembiranya yang sangat luar biasa, Sehingga badannya tidak muat lagi untuk
ditempati Ruhnya, Terpaksa Buraq tsb membesar dan tinggi sampai 40 Hasta,Setelah itu
2

Rasululloh S.A.W berdiri sebentar sambil melihat betapa tingginya Buraq tsb dan berpikir
bagaimana caranya untuk naik ke punggungnya sedangkan pada saat itu tidak ada satupun tangga
untuk naik, Pada saat itu juga datang ruh nya Syeikh Abdul Qodir Al-Jaelani seraya berkata : "
Silahkan Baginda naik ke Pundak saya", Kemudian Rosululloh S.A.W Naik kepundaknya ruh
Ghautsul 'Adzom Syeikh abdul Qodir Jaelani, Kemudian Syeikh abdul qodir berdiri sehingga
Rosululloh S.A.W dapat naik ke pundaknya Buraq kemudian nabi bersabda : " Dua telapak
kakiku menaiki pundakmu wahai Abdul Qodir, Maka telapak kakimu nanti yang akan menaiki
pundak semua para wali -wali Alloh ".


Manaqib Syaikh Abdul Qadir Al Jailani
HIKMAH MANAQIB SYEKH ABDUL QODIR
AL-JAILANI qs
I. Mukodimah
Segala puja, puji dan syukur kita
panjatkan ke Hadirat Allah SWT, Sholawat
dan salam kita limpahkan kepada Jungjunan
alam habibana wa Nabiyyanan Muhammad
SAW., kepada keluarganya, sehabatnya, dan
para Aulia Allah serta para sholihin sampai
akhir zaman, Karena dengan Kudrat dan
Irodat Allah SWT. Serta dengan wasilah para
hamba pilihan kitapun diberi kemampuan
dan kemauan untuk mempelajari dan
mengamalkan serta mengikuti rotinitas
amaliah dalam beribadah.
Firman Allah SWT:
dan jika mereka istiqomah berada di
3

atas jalan yang lurus (thoriqoh), maka
kami benar-benar akan memberi mereka
minum air yang segar (rizqi yang
banyak) (QS. Al-Jin, ayat: 16)
Kalau sering dikaji dan diteliti serta
rotin hadir dalam acara amaliyah
Manaqiban, maka dari manqobah ke
manqobah dalam Kitab Manaqib Syekh
Abdul qodir Al-Jailani qs. yang dijadikan
salah satu rujukan amaliah rotin Ikhwan
TQN. Pontren Suryalaya terutama yang
berbahasa sunda, dari susunan kata-katanya
saja mengandung arti dan berbagai makna
mulia serta pelajaran kaafah/lengkap
mengagumkan, bisa membawa kepada
kebahagiaan hidup yang haqiqi di dunia dan
di akherat; apalagi mampu menggali kata-
kata karomah yang tak terjangkau oleh nalar
dan pikiran, karena semua itu merupakan
karunia dari Allah SWT. bagi hamba-hamba
pilihan, baik itu para Rasul, para Nabi, para
Shahabat, para Suhada, para Sholihin dan
yang bersahabat baik dengan mereka.
Rasulullah bersabda:
memperingati orang-orang sholeh
4

adalah kifarat dari dosa dan dengannya
akan turun rahmat (kasih sayang) serta
sampainya keberkahan (bertambah
kebaikan).
Ulama-ulama Arifiin mengingatkan:
takutlah/berhati-hatilah dengan firasatnya
orang-orang beriman karena dengan
keihlasan hati penuh iman, mereka dapat
melihat jauh kedepan apa-apa yang tidak
dapat kita lihat dan dengan kasih sayang
Allah SWT. Mereka dapat merasakan apa-apa
yang kita belum rasakan, ahli syair berkata:
Nabimu selalu menunggu dengan cemas
memikirkanmu. Nabi Saw bersabda: aku
menghawatirkan keadaan ummatku yang ada
di akhir zaman (Kitab Sirrur Asror hal. 16)
Tulisan ini ibarat setetes air di lautan yang
masih jauh dari kesempurnaan mampu
mengambil seluruh hikmah/pelajaran dari
Kitab Manaqib Syekh Abdul Qodir Al-Jailani
qs., mengingat keterbatasan ilmu,amal,dan
waktu kami dalam berhidmat. Namun karena
adanya permintaan dan dukungan kuat dari
rekan-rekan yang merasa haus di perjalanan,
maka dengan segala kemampuan, kami
5

tuangkan setetes air ini semoga menjadi
amal bakti dan bermanfaat. Adapun yang
kami sajikan berupa terjemahan Buku
Manaqib dari Bahasa Sunda ke Bahasa
Indonesia dan beberapa hikmah/pelajaran
dengan memberikan tamsil atau pemahaman
yang serupa (kias) dan tafsir dari sebagian
kata-kata yang tersusun. sebab susunan kata-
kata dalam Manqobah yang berbahasa Sunda
(menurut kami) selain memiliki makna
Karomah juga kaya dengan bahasa falsafah
azas dalam amaliyah.
Wallohu Alam.
II. Arti Hikmah Manaqib
Syekh Abdul Qodir Al-Jailani
Hikmah dalam kamus bahasa arab artinya:
mengetahui yang benar , Manaqib adalah
bentuk jama dari kata manqobah artinya:
kebaikan atau sifat. Di dalam kamus Al-
Munjid Manaqib dijelaskan sbb: yang
dengan Manaqib, diketahui apa-apa (yang
berhubungan) dengan perangai terpuji dan
akhlak mulia cantik/indah/bagus .
Jadi yang dimaksud Hikmah Manaqib Syekh
Abdul Qodir Al-Jailani qs. disini adalah:
6

mengetahui dengan benar tentang kebaikan,
sifat, perangai terpuji dan akhlak mulia Tuan
Syekh Abdul Qodir Al-Jailani qs.
III. Pembukaan Kitab Manaqib
Bismillahirrahmaanirrahiim
Segenap puji yang sempurna dan sanjungan
seutuhnya adalah tetap milik Allah SWT.
yang menyayangi kepada hamba-hamba-Nya
dan mengangkat darajat yang berbakti
kepada-Nya. Rahmat serta salam yang utama
semoga tetap bagi Nabi yang paling utama,
yaitu Nabi Muhammad SAW yang sudah
diperkuat dengan Mujizat dan diutus jadi
rahmat begi seluruh alam, kepada
keluarganya, kepada semua sahabatnya,
kepada para wali Allah SWT yang telah
ditinggikan dan diberi bermaca-macam
karormah. Amma Badu
Maka ini sebuah kitab yang sangat ringkas,
meriwayatkan Manaqibnya Raja Para Wali
dan Imam para Ulama, yaitu Sayyid Abdul
Qodir Al-Jailani qs. dikutip dari Kitab
Uquudul Laaalii fii Manaqibil Jaelii dan
dari Kitab Tafriihul Khootir fii Manaaqibisy
Syayyid Abdul Qodir, semoga ada
7

manfaatnya bagi para ikhwan yang mau
membaca atau mendengrkan dengan
mengagungkan pemilik Manaqib ini. Semoga
dengan barorkah dari pemilik Manaqib ini
Allah SWT Yang Maha Suci, bagi kita semua,
menurunkan Rahmat dan menolak dari
bermacam-macam musibah dunia akhirat,
dihasilkan maksud dan di beri keselamatan.
Aamiin.
MANQOBAH KE- 15 :
NAMA SYEKH ABDUL QODIR AL-JAIANI
SEPERTI ISMUL 'ADHOM
Diriwayatkan di dalam Kitab Haqooiqul
Haqooiq: ada seorang perempuan menghadap
Syekh Abdul Qodir dan berkata:Tuan saya ini
punya anak hanya satu-satunya, sekarang
tenggelam di lautan; adapun saya punya
keyakinan bahwa Tuan bisa mengembalikan
anak saya serta hidup. Syayyid Abdul Qodir
berkata: benar..Silahkan saja kembali, anakmu
sudah ada dirumah. dari situ (dengan petunjuk
Syekh Abdul Qodir) perempuan itu segera
kembali, ketika sapai dirumah, anaknya tidak
ada. Segera ia menghadap Syayyid Abdul Qodir
lagi sambil menangis dan menyatakan bahwa
8

anaknya tidak ada di rumah. Kata Syayyid
Abdul Qodir: sekarang itu tentu sudah ada.
perempuan itu segera kembali lagi kerumah dan
anaknya tetap belum ada. semakin jadi dan
memilukan tangisan perempuan itu kemudian
menghadap Syayyid Abdul Qodir dengan penuh
harap agar anaknya hidup lagi dan ada lagi.
kemudian Syayyid Abdul Qodir menundukan
kepala, setelah itu beliau berkata: Sekarang
tidak salah lagi bahwa anakmu sudah ada.
perempuan itu segera kembali lagi kerumah,
ketika sampai dirumah ternyata anaknya sudah
ada serta selamat.
Dari situ (Atas kejadian ini) Syayyid Abdul Qodir
munajat kepada Allah SWT. dan berkata: Saya
merasa malu dengn perempuan tadi sampai
tiga kali baru anaknya ada, mengapa terjadi
demikian dan apa hikmahnya diperlambat
sampai saya harus memikul malu dua kali.
Firman Allah SWT.: perkataanmu kepada
perempuan itu semuanya juga benar. Yang
pertama menyebutkan ada... itu benar, namun
malaikat baru mengumpulkan jiwa raganya yang
berserakan. Perkataanmu yang ke-dua juga
benar namun baru lengkap anggahota tubuhnya
9

serta dihidupkan. Dan yang ketiga kalinya ketika
perempuan itu sudah sampai dirumah, anaknya
sudah diangkat dari lautan, dan didatangkan
kerumahnya.
Kemudian Syayyid Abdul Qodir qs. munajat lagi
dan berkata: Yaa Allah SWT. Engkau membuat
makhluk yang tak terhingga tidak mendapat
kesulitan, begitu pula di alam baasy
mengumpulkan jiwa raga makhluk yang sangat
banyak hanya sekajap nyata. Sedangkan dalam
masalah ini hanya seorang hamba, Ya..Allah
SWT. apa hikmahnya sampai lama sekali?.
Firman Allah SWT.: Abdul Qodir engkau jangan
jadi sakit hati, sekarang silahkan segera minta,
ingin apa? Tentu Aku kabulkan. Terus Syayyid
Abdul Qodir bersujud dan berkata: Yaa Allah
SWT. Engkau Kholik (yang membuat)
sedangkan aku makhluk (yang dibuat) apapun
pemberian-Mu aku sangat bersyukur. Firman
Allah SWT.: siapapun yang melihatmu pada hari
Jumat akan Aku jadikan wali dan bila engkau
melihat tanah tentu jadi emas. Kata Syayyid
Abdul Qodir. Ya.. Allah keduanya itu juga
kurang ada manfaatnya bagiku setelah aku
mati, aku memohon yang lebih aggung dari itu
10

dan tetap manfaatnya setelah aku mati. Firman
Allah SWT. Namamu djadikan seperti nama
Kami dalam balasan atau ganjaran dan
kemanjuranya, siapa yang membaca namamu
pahalanya sama dengan membaca nama Kami.
Hikmahnya:
Dalam kisah ini tersirat satu pemahaman,
bahwa pada dasarnya manusia lahir kedunia
dalam keadaan lemah tidak tahu apa-apa
bahkan kehilangan hakekat manusia/bayi
maknawi dari lubuk hatinya. tenggelam di dasar
lautan duniawi, terobsesi oleh persoalan hidup,
terhalang dan terbelenggu oleh Nafsaniah Al-
Khobisah (Nafsu jasmani) dari megingat Allah
SWT.
Firman Allah SWT.:
Dan Allah SWT. mengeluarkan kamu dari perut
ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu
bersyukur. (QS.16, An-Nahl, ayat: 78)
Firman Allah SWT:
Apakah manusia tidak memperhatikan bahwa
Kami menciptakannya dari setitik air (mani),
maka tiba-tiba ia menjadi musuh (penantang)
11

yang nyata (QS. Yasin. Ayat: 77)
Untuk menggambarkan keadaan tersebut bisa
ditamsilkan dengan seorang perempuan, karena
perempuan bersifat lemah dan membutuhkan
pertolongan. Mafhum mukholafah dari
perempuan adalah laki-laki, istilah laki-laki
adalah menggambarkan sosok yang kuat,
memiliki kemampuan memimpin dan memberi
pertolongan. Sebagaimana Firman Allah SWT.
di dalam Al-Quran sebutan laki-laki tidak
ditinjau dari sisi jenis kelamin tapi dari
kepatuhan dan ketaatan serta kokohnya iman
sebagai karunia dari Allah SWT. yang diberikan
kepada hamba-hamba pilihan, seperti yang
diberikan kepada Tuan Syekh Abdul Qodir Al-
Jailani qs.
Firman Allah SWT:
Laki-laki itu tidak dilalaikan oleh perniagaan
dan tidak oleh jual-beli dari mengingat Allah
SWT., dari mendirikan Shalat dan dari memberi
zakat. Mereka takut pada suatu hari (yang dihari
itu) dimana hati dan penglihatan menjadi
goncang (QS. (24). An Nuur. Ayat: 37)
Firman Allah SWT:
Kami tiada mengutus Rasul-Rasul sebelum
12

kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang-
laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka,
Maka Tanyakanlah olehmu kepada orang-orang
yang berilmu, jika kamu tiada
mengetahui. (QS. (21) Al-Anbiyya, ayat: 7)
Dari ayat tersebut menjadi tuntutan hukum bagi
setiap insan agar hidupnya bahagia didunia dan
selamat diakherat untuk mencari ilmu dan
bertanya kepada yang memiliki keahlian sebagai
karunia dari Allah SWT. dalam berbagai hal
kehidupan, dengan diiringi rasa tawadhu dan
tadhoru serta penuh harap mendapatkan banjir
barokah melalui wasilahnya, seperti seorang
perempuan yang datang menghadap kepada
Syayyid Abdul Qodir Al-Jaailani qs. dengan
tekad yang kuat dan usaha maksimal sambil
menangis penuh dengan harapan dan keyakinan
bahwa Tuan Syekh Abdul Qodir bisa
menghidupkan lagi anaknya yang hilang
tenggelam di lautan.
Firman Aallah SWT.:
Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah
kepada Allah SWT. Dan carilah jalan yang
mendekatkan diri kepada-Nya dan berjihadlah
pada jalan-Nya supaya kamu mendapat
13

keberuntungan. (QS.5 Al Maidah ayat: 35)
Sulthon Auliya Syech Abdul Qodir Al-Jailani
berkata:
Wahai saudaraku masuklah pada thoriq (jalan)
dan kembalilah kepada Tuhanmu bersama
kafilah ruhaniyah, waktunya sudah sempit, jalan
hampir terputus dan sulit mencari teman
menuju jalan itu. Sedangkan kita lahir ke dunia
yang hina dan rusak ini bukan untuk makan dan
minum saja, dan bukan pula untuk memuaskan
kepentingan nafsu kotor belaka (Kitab Sirrul
Asror hal: 15)
Sulthon Auliya Syech Abdul Qodir Al-Jailani
berkata:
Wajib kepada manusia mencari/belajar agar
hatinya hidup bersifat ukhrowi dari ahli talqien
didunia sebelum waktunya habis (mati). Karena
sesungguhnya dunia itu kebunnya akherat,
siapa yang tidak bercocok tanam didunia maka
nanti tidak akan memetik buahnya diakherat.
(Kitab Bayanutasdiq, hal: 17)
Dalam pembahasan Ilmu Tasawuf hati yag
hidup adalah hati yang berdzikir kepada Allah
SWT. (Dzikrullah). Orang yang dzikrullah disebut
Marifatullah atau mengenal alam Lahut yaitu
14

negeri asal tempat Ruh Al-Qudsi diciptakan
dalam bentuk terbaik (waktu semua ruh di
tanya: bukankah Aku ini Rab kalian ?, semua
ruh menjawab: benar..Engkau adalah Rab
kami QS.{7} Al-Araaf, ayat: 172). yang
dimaksud dengan Ruh-Alqudsi adalah hakekat
manusia yang disimpan rapat di dalam lub Al-
Qolbi (lubuk hati) dan para Ulama Sufi
menyebutnya bayi maknawi karena berasal dari
maknawiyah Al-qudsiyah (Sirrur Asror, hal: 20)
Hati yang mati adalah hati yang tidak dzikrullah
dan orang yang hatinya tidak dzikrullah
(Ghoflah) dapat diibaratkan kehilangan anak
satu-satunya tenggelam di lautan. Maka ketika
perempuan itu memohon bantuan Syayyid
Abdul Qodir agar anaknya hidup lagi, beliau
hanya berkata: benar.. Sekarang kembali saja
kerumah anakmu sudah ada!. Rumah secara
khusus adalah tempat tinggal yang resmi bagi
manusia sedangkan tempat tinggal yang resmi
bagi Ruh Al-Qudsi/ bayi maknawi/ bibit iman
adalah Al-qolbu (hati). Rasulullah SAW
bersabda: Hati orang yang beriman adalah
tempat untuk mengingat Allah SWT.
Sulthon Auliya Syech Abdul Qodir Al-Jailani
15

berkata:
di dalam hati tidak bisa berkumpul makhluk
dan kholik, dunia dan akhirat. Jika kamu
menginginkan Allah SWT. Maka keluarkan dari
dalam hatimu dunia dan akhirat serta apa-apa
selain-Nya, karena bila di dalam hatimu masih
ada selain Allah SWT. Walaupun seberat biji
sawi, selamanya tidak akan melihat apa yang
disebut dengan ketenangan, ketentraman,
kebahagiaan dan kebenaran yang haqiqi.
(Kitab Fathu Ar-Rabaniy, hal: 118)
Dapatlah difahami bahwa kata kembali saja
kerumah menjadi kata kias dari amar (perintah)
kembali kepada Allah SWT, kembali kepada
hukum Allah SWT, kembali kepada fitrah
penciptaan manusia, kembali ke Qolbu sesuai
fungsinya atau kembali kepada ikrar janji
manusia sebelum lahir kedunia.
Firman Allah SWT.
Siapa yang mengharap perjumpaan dengan
Allah SWT. maka hendaknya ia mengerjakan
amal sholeh dan jangan mempersekutukan
Allah SWT. dalam beribadah (QS. Al-Kahfi,
ayat: 110)
Diterangkan pula bahwa: sampainya ke alam
16

marifat yaitu dengan cara melatih diri
meninggalkan keinginan nafsaniah walaupun
terasa susah serta istiqomah melatih ruhaniah
pada jalan yang diridloi Allah SWT. tanpa ada
unsur riya dan sumah (ingin dipuji orang dan
mencari kemasyhuran). (Kitab Sirrul Asror hal:
19)
Hidup di dunia adalah sebuah proses dan tidak
ada yang sempurna, yang ada adalah menapaki
jalan resmi menuju kesempurnaan serta tidak
ada yang berakhir (selesai) dalam amaliyah
yang ada adalah beramal (bekerja) pasti
sampai batas akhir karena dunia adalah lahan
konsekuensi ikhtiari yang disediakan bagi
manusia untuk menentukan jati-dirinya. .
Firman Allah SWT.:
(Allah SWT.) yang menjadikan mati dan hidup
untuk mengujimu, siapa diantara kamu yang
lebih baik amalnya, dan Dia Maha Perkaksa lagi
Maha Pengampun.(QS. Al-Mulk, ayat : 2)
Walaupun demikian namun dengan Rahman
dan Rahimnya Allah SWT. sebagian kecil
tanda-tanda pintu kesempurnaan atau hasil
akhir dari pekerjaan yang dilakukan sudah
dapat dirasakan manusia di dunia dan itu-pun
17

sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan dan
tujuan hidupnya, sebagaimana Rasululah
banyak ber-do,a dengan ini: Yaa Allah, berilah
hamba kebaikan di dunia dan kebikan di akhirat
dan jagalah hamba dari siksa neraka. Hadits
Muttafaq alaih (Bulughul Maram, hal: 568)
Upaya untuk mencapai marifatullah tersebut
ditamsilkan dengan cara seorang perempuan
memohon doa dan mengikuti petunjuk Sayyid
Abdul Qodir secara rotin kembali kerumah
untuk melihat keadaan anaknya, akhirnya
dengan ke-Maha Kuasaan Allah SWT. anaknya-
pun ada dalam keadaan selamat.
Sedangkan dari dialog Sayyid Abdul Qodir Al-
Jailani dengan Allah SWT. mengisarohkan
tentang penjelasan sebuah proses, bahwa
dalam setiap kebaikan (thoyyibah) dan Syariat
Islam yang sudah dapat dilakukan pada
dasarnya telah tumbuh bibit Iman, namun untuk
mencapai iman yang sempurna, iman yang
kokoh dan kuat memerlukan tahapan-tahapan
pasti rotinitas amaliyyah dalam wilayah hukum-
Nya, karena semua yang diatur dalam Syariat
Islam adalah satu-satunya cara yang dapat
mengantarkan manusia mencapai
18

kesempurnaan iman dan akhir dari semua
pengharapan.
Secara sistematis kaifiyyat mencapai derajat
marifatullah itu dijelaskan sbb: bahwa Ruh Al-
Qudsi/bayi maknawi/iman yang haqiqi (atau
disebut dengan istilah: anak yang hilang
tenggelam dilautan) akan dirasakan
keberadaanya (Hidup lagi) dalam kehidupan
manusia di dunia dengan tiga cara (tidak bisa
dipisahkan), yaitu: 1. dengan bertaubat, 2.
dengan ditalqien, dan 3. dengan membiasakan
mengucapkan kalimat: Laa Ilaaha Illa Alloh.
(Kitab Sirrul Asror hal: 20)
1. Taubat
Taubat adalah kembali dari sifat-sifat tercela
kepada sifat-sifat terpuji (Tanwirul Qulub, hal.
418). Taubat itu membersihkan hati dari
berbagai kotoran (Hamka, Pelajaran Islam, hal:
351). Taubat itu sebuah penyesalan Hadits Ibnu
Majah (Kitab Ibnu Katsir jilid IV, hal 393).
Secara umum Taubat itu berhenti dari dosa
kembali kepada Thoat, dari sifat tercela kepada
sifat terpuji, dari Neraka Jahim kepada Surga,
dari istirahat jasmani kepada sibuk melatih
ruhani dengan dzikir dan perjuangan maksimal.
19

Secara khusus, taubat itu dari kebaikan kepada
marifat, dari derajat kepada qurbah, dari
kenikmatan jasmani kepada kenikmatan ruhani,
meninggalkan apapun selain Allah SWT.,
menjadi jinak dengan-Nya dan melihat Allah
SWT. dengan Ainul Yaqin (Sirrur Asror, hal: 57).
Maka tahap awal untuk mencapai marifatullah
adalah dengan melakukan berbagai aktifitas
thoyyibah jasmani dan ruhani yang diridloi Allah
SWT. (manivestasi iman) khususnya dzikru bi
Laa Ilaha Illa Alllah sehingga tidak ada waktu
terbuang dengan sesuatu yang tidak berguna,
ini dianalogikan dan ditegaskan sbb:
ucapanmu yang pertama benar ada, namun
malaikat baru mengumpulkan jiwa raganya yang
sudah berserakan.karena pada hakekatnya
bahwa ibadah (manivestasi iman) atau semua
kebaikan yang dapat dilakukan manusia pada
dasarnya hidayah dari Allah SWT. melalui
pengawasan dan bimbingan Ruh suci. Sepeti
dijelaskan: dengan Rahman Rahimnya Allah
SWT. kepada hamba-hamba-Nya, maka
diutuslah para malaikat untuk membelai hati
para hamba dengan sayapnya sehingga ia
mencucurkan air mata (Tanwirul Qulub, hal: )
20

2. Talqien
Talqien menurut bahasa artinya pelajaran,
menurut istilah ulama sufi artinya: mengambil
pelajaran dzikir dari seorang ahli yang hatinya
taqwa dan bersih dari selain Allah SWT. (Sirrur
Asror, hal: 52). Talqien itu peringatan guru
kepada murid, sedangkan baiat yang juga
dinamakan ahad, adalah sanggup dan setia
murid dihadapan gurunya untuk mengamalkan
dan mengerjakan segala kebajikan yang
diperintahkan (Miftahus Shudur, hal: 28)
Firman Allah SWT.:
Siapa yang diberi petunjuk oleh Allah SWT,
maka dialah yang mendapat petunjuk; dan
siapa yang disesatkan-Nya maka tidak akan
mendapatkan pemimpin yang akan memberi
petunjuk kepadanya. (QS. Al-Kahfi, ayat: 17)
Rasulullah bersabda:
Aku ajarkan kalimat baik ini kepada para
sehabat agar dapat membersihkan hatinya dan
mensucikan Nafsnya sehingga sampai ke-
Hadirat Allah SWT. dan mendapat kebahagiaan
yang abadi (qudus) . (Miftahus Shuduur II, hal:
25)
Imam Al-Ghozali berkata: Guru itu sebagai
21

pembuka jalan untuk mengetahui ilmu, dan jika
beserta guru akan lebih gampang dan lebih
senang, dan Allah SWT. dengan karunia-Nya
akan memberi langsung kepada para hamba-
Nya yang Ia kehendaki. Dalam hal demikian
Allah SWT. jualah yang mengajarkan kepada
mereka. (Minhajul Abidin, hal: 47).
Jadi talqien itu merupakan petunjuk lahir
bathin/proses kesediaan insan taklifi dari dan
dihadapan seorang ahli untuk menerima
limpahan hidayah dari Allah SWT. Yang Maha
Suci, yaitu dengan cara menyalakan kembali
pelita hati yang padam dengan api iman yang
menyala dari jiwa orang yang telah mendapat
limpahan lampu iman, atau mengingatkan
kembali hati yang lupa dengan kalimat ingat
(iman) dan menghidupkan kembali hati yang
mati dengan kalimat yang menjadi sebab
adanya hidup dan kehidupan yaitu: kalimat Laa
Ilaaha Illalloh. Hal ini nampaknya dianalogikan
sbb: Perkataanmu yang ke-dua juga benar
namun baru lengkap anggahota tubuhnya serta
dihidupkan. Tegasnya bahwa: Dzikir itu tidak
memberi manfaat yang lengkap kecuali dengan
cara ditalqienkan. (Miftahuysh Shudur.I, hal:
22

21), Sayyid Abdul Qodir berkata: Ilmu itu
diambil dari lisan rijal bukan dari kitabnya.
Rijaalullah itu: ia bertaqwa, memiliki tirkah,
mewariskan, mengetahui, mengamalkan dan
ihlash (Fathur Robani, hal: 124)
Firman Allah SWT:
hampir saja minyaknya itu menerangi
walaupun tidak disentuh api, cahaya diatas
cahaya dan Allah SWT. akan memberikan
hidayah cahaya-Nya kepada siapa saja yang Ia
kehendaki .(QS. {24}An-Nuur, ayat: 35)
Rasulullah bersabda:: iman itu bukan hanya
harapan yang tak kunjung tiba (tamanni) dan
bukan pula hiasan diujung lidah, tapi iman itu
ialah yang tertanam di lubuk hati dan dibuktikan
dengan amal perbuatan. Riwayat Ibnu Najar dan
Dailami dari Anas. (Lautan Tanpa Tepi, hal: 62)
3. Membiasakan mengucapkan Kalimat
Laa Ilaaha Illa Alloh
Kalimat Laa Ilaaha Illa Allah adalah kalimat
nafi dan isbat, kalimat dzikir paling utama
mengandung makna: tidak ada yang dimaksud
kecuali Allah SWT., tidak ada yang disembah
kecuali Allah SWT. dan tidak ada yang maujud
kecuali dari Allah SWT, disukai para Rasul, para
23

Nabi, para Shahabat, para Wali dan para
Ulama pewaris Nabi.
Firman Allah SWT.:
siapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi
Allah-lah kemuliaan itu semuanya, kepada-
Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan
amal saleh dinaikan-Nya (QS. Al Fathir, ayat:
10)
Para mufasiriin mengatakan bahwa kalimat yang
baik itu adalah kalimat Laa ilaaha Illa Allah,
kalimat yang membawa naik semua amal shaleh
ke-Hadirat Allah SWT.,kalimat yang menjadi
wasilah semua yang asalnya dari Allah SWT.
kembali kepada Allah SWT. dan kalimat yang
menjadikan hatinya hidup abadi bersifat ukhrowi
bila diucapkan memenuhi syarat-syarat tertentu,
Nabi Muhammad SAW. bersabda: Syarat dzikir
itu harus punya wudlu yang sempurna, dengan
pukulan yang mengena, dan dengan suara yang
kuat, sehingga Nur dzikir itu mencapai
bathinnya orang-orang yang berdzikir, maka
dengan nur dzikir itu hati mereka menjadi hidup
abadi bersifat ukhrowi . (Miftahush Shudur. I,
hal: 9)
Firman Allah SWT:
24

dan jika mereka istiqomah berada di atas jalan
yang lurus (Thoriqoh), maka Kami benar-benar
akan memberi mereka minum air yang segar
(rizki yang banyak) (QS. Al-Jin, ayat: 16)
Syekh Ibrahim Al-Matbuli berkata:
Angkat suaramu pada waktu dzikrullah sampai
menghasilkan Al-Jamiyyyat seperti para
Aarifiin (ahli marifat), Al-Jamiyyat itu adalah
terkumpulnya cita-cita (ingatan) dalam
bertawajuh kepada Allah SWT. serta penuh
(sibuk) dengan dzikrullah tidak dengan yang
lainya dalam bertawajuh. dan dikatakan: bila
murid ber-dzikir (Dzikrullah) dengan sungguh-
sungguh dan tekad kuat, maka tingkatan
(derajat) perjalanan (thoriqot) akan terbuka
cepat, mugkin ditempuh dalam satu jam, bila
dengan yang lain (selain dzikrullah) ditempuh
dalam satu bulan atau lebih. (Miftahush Shudur,
Jilid:I, hal: 10-11)
Dari sini dapat diketahui bahwa Dzikrullah
hanya dapat dicapai dengan satu prinsip :
syariatnya manusia yang melakukan,
hakekatnya Allah SWT. yang menentukan, bila
kalimat Laa Illaha Illa Alloh dirotinkan dan
diutamakan (memenuhi Syarat tertentu diatas)
25

melebihi kesibukan serta tidak terkontaminasi
oleh urusan duniawi, maka pintu rahmat/karunia
akan terbuka lebar untuk mendapatkan
limpahan hidayah yang tak terbatas dari Allah
SWT. karena kalimat tersebut adalah akhir dari
semua permohonan (doa) dan puncak dari
segala pengharapan (cita-cita) dikatakan: bila
(Allah. SWT) telah melepaskan lidahmu
meminta, maka ketahuilah bahwa Allah SWT.
mau memberi (Al-Hikam, hal:84). Asalya dzikir
itu nikmat dan lezat, apabila Dzikrullah telah
menguasaimu maka menjadi khusyu,
mencucurkan air mata, terbakar dan tenggelam,
itu sebagai tanda terbuka hijab (Miftahush
Shudur.I, hal: 19)
Abi Qoyyim Al-Jaujiyah berkata:
Hidupnya ruh itu dengan hidupnya kalimat
Laa Ilaaha Illa Allah di dalam ruh, seperti
hidupnya badan dengan adanya ruh di badan,
siapa yang hidupnya di dunia ber-azaskan pada
Kalimat Thoyyibah, maka ruh-nya berkisar di
Surga Mawa dan hidupnya sebaik-baik
kehidupan. (Kitab Jawabul Kaafi, hal: 235)
Dengan keterangan tersebut nampak jelas
pemahaman dari kata-kata: Dan yang ketiga
26

kalinya ketika perempuan itu sudah sampai
dirumah anaknya sudah diangkat dari lautan
dan di datangkan kerumahnya
Firman Allah SWT:.
. lalu Allah menurunkan ketenangan kepada
Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mukmin
dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat-
takwa dan adalah mereka berhak dengan
kalimat takwa itu dan patut memilikinya.." (QS
(48) Al-Fath, ayat: 26)
Firman Allah SWT.:
.kemudian menjadi tenang (lentur dan ringan)
kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah
SWT. yang demikian itu petunjuk dari Allah
SWT (QS. Az-Zumaar, ayat: 23).
Mafhumnya:
kalau bukan dari Allah SWT. manusia tidak akan
mengenal Allah SWT., kalau tidak melalui
Syariat Allah SWT. manusia akan sesat jalan,
dan kalau bukan wasilah orang yang telah
mendapat hidayah dari Allah SWT. manusia
tidak akan mendapat bimbing jalan hidup yang
benar. Demikian pula kalau bukan ke-Maha
Kuasaan Allah SWT. anak yang tengelam
dilautan tidak mungkin bisa datang lagi
27

kerumahnya dalam keadaan selamat. Zunnun
Al-Misri berkata: aku mengenal Allah SWT.
Karena Allah SWT. dan kalau bukan karena
Allah SWT. aku tidak akan mengenal Allah SWT.
(Filsafat dan Mistisisme dalam Islam, hal. 76)
Hikmah kata-kata: Ya Allah SWT. Engkau
membuat makhluk tak terhingga tidak
mendapat kesulitan, begitu pula di alam baasy
mengumpulkan jiwa makhluk yang banyak
hanya sekajap. Sedangkan dalam masalah ini
hanya seorang hamba, Ya..Allah SWT. apa
hikmah dan alasan diperlambat ? Firman Allah
SWT: Abdul Qodir engkau jangan sakit hati,
sekarang silahkan meminta, apapun yang kamu
inginkan akan Aku kabulkan (Manqobah).
Sulthon Auliya Syekh Abdul Qodir Al-jailani
qs. berkata: dunia adalah daerah untuk beramal
dan sabar atas segala ujian, daerah untuk
berpayah-payah serta daerah untuk berusaha
(Kitab Fahur Robanny, hal: 120), penjelasan ini
adalah redaksi kata-kata dengan illat yang
berbeda untuk mempertegas tujuan yang sama,
yaitu mempertegas, bahwa Allah SWT. Maha
Kuasa atas segala sesuatu termasuk menjadikan
hidup di dunia ini serba instan, namun bila itu
28

ditakdirkan artinya sama dengan melanggar
takdir-Nya dan hidup mausia di dunia menjadi
tidak berguna, sedangkan Allah SWT bersifat
Al-Wadu Wal Waid (Yang Maha Menepati
Janji), dunia ditakdirkan untuk beramal dan
akhirat ditakdirkan untuk memetik seluruh
hasilnya.
Sebagai wujud syukur atas karunia Allah
SWT. yang telah mentakdirkan hidup jadi
berguna di dunia adalah dengan cara istikomah
beramal dan beramal ibadah tanpa lelah dan
putus-asa sampai batas akhir (ajal menjemput).
dalam segala hal dilakukan tanpa pamrih,
secara totalitas, kompleksitas kesetiaan muncul
dari kesadaran terdalam berlandaskan pada
iman dan keyakinan hanya Allah SWT. yang
bisa dan pantas memberi pertolongan dan
keutamaan. sehingga pengabdian dan cinta
setia hanya kepada Allah SWT. tidak kepada
yang lainnya, dan seandainya ada, itupun pasti
tidak akan sama, karena merupakan wujud
kepatuhan atau keihlasan yang bersumber dari
Allah SWT.
Firmn Allah SWT.:
Maka Ketahuilah bahwasanya Allah SWT.
29

pelindungmu. Dia adalah sebaik-baik pelindung
dan sebaik-bak penolong. (QS. Al-Anfal, ayat:
40)
Firman Allah SWT.
Siapa yang mengerjakan kebaikan seberat
dzarahpun, niscaya dia melihat balasannya,
dan siapa yang mengerjakan keburukan sebarat
dzarahpun, niscaya dia melihat balasanya
pula. (QS. Az-Zalzalah, ayat 7-8)
Keterangan tersebut menunjukan bahwa dalam
syariat/hukum agama sudah terdapat
permintaan (doa) dan dengan amal ibadah
sudah terdapat ijabah (ter-kabulnya doa). maka
dapat pula dianlogikan dengan redaksi kata
yang berbeda namun memiliki makna yang
sama yaitu: Wahai para hamba Allah SWT,
janganlah berputus asa (atas rahmat Allah SWT.
dalam hal amal ibadah), sekarang silahkan
(pelajari terus hukumnya /berdoa) apapun amal
ibadah yang dilakukan pasti mendapat balasan
(Ijabah) yang setimpal baik di dunia maupun di
akherat. Sayyid Abdul Qodir Al-Jailani berkata:
Aku mohon pertolongan (Allah SWT) dengan
Laa Ilaaha Illa Allah (Manqobah ke-53, hal:
73).
30

Friman Allah SWT:
.aku mengabulkan permohonan orang yang
berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka
hendaklah mereka itu memenuhi (segala
perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman
kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam
kebenaran (QS. Al-B aqoroh, ayat: 186).
Sayyid Abdul Qodir Al-Jailani qs, adalah
hamba Allah SWT. yang patut diteladani dan
dijadikan rujukan amaliah ibadah, setelah beliau
mendengar jawaban pasti dari Allah SWT.
kemudian bersujud, ini memberi pelajaran dan
pemahaman penting bagi insan taklifi, antara
lain: apabila telah mengetahui hukum syariyyah
atau Wadiyyah dalam beribadah seharusnya
bersyukur dan patuh, begitu pula dalam
dzikrullah, setelah mengetahui kaifiyyatnya
(melalui talqien) sudah seharusnya diamalkan
dan Istiqomah, seperti dilakukan Salman bin
Uyanah setelah mendengar penjelasan
Rasulullah SAW., tentang shalat sunat di bulan
Rajab beliau terus sujud, bersyukur sambil
menangis (gembira) karena ada tambahan amal
yang jelas dibulan Rajab, Al-Hadits (Kumpulan
Salat Sunat dibulan Rajab, hal: 10), begitu pula
31

caranya para fuqoha dalam hal beribadah
mereka selalu berpegang pada kaidah: Asal-
nya (dasarnya) ibadah itu dilarang kecuali ada
dalil yang menunjukan pada ibadah itu.
Sayyid Abdul Qodir Al-Jailani qs diwaktu sujud
bermunajat: Yaa Allah SWT. Engkau Kholik
(yang membuat) dan aku makhluk (yang dibuat)
apapun pemberian-Mu aku sangat bersyukur.
Ini tuntunan sikap orang-orang besar, sikap
seorang hamba Allah SWT. yang menjadi
tauladan dalam segala hal, apapun yang
dilakukanya sebagai totalitas pengabdian wujud
kepasrahan, tidak mengharapkan apa-apa yang
bersifat duniawi bahkan bersyukur dapat
melakukan amaliyyah dan ibadah dengan
adanya pedoman yang jelas dan diridoi Allah
SWT.; Apapun bentuknya tentu ada hikmahnya
walaupun secara kasat mata tidak
menyenangkan, karena yang datang dari Allah
SWT. (bersumber dari Syariat-Nya) pasti
membawa kepada sesuatu yang berharga.
Dari keteladanan ini lahir bermacam-macam
sikap hidup terpuji dalam berbagai bentuk
silaturrahmi, seperti tidak meminta namun tidak
menolak pemberian walaupun dengan cara
32

dilemparkan, dan menghargai niat baik yang
memberi. dalam arti tidak menghinakanya, tidak
membuangnya, tidak memberikan lagi pada
orang lain dihadapanya walaupun tidak
diperlukan dan tidak diinginkan dengan cara-
cara yang tidak dibenarkan atau tanpa idzin
darinya. Itulah akhlak terpuji yang dijadikan
tradisi untuk melatih diri dan pengakuan hati
pada semua yang terjadi, bahwa pada
hakekatnya baik dan buruk itu datangnya dari
Allah SWT. Yang Maha Suci.
Sebagai umat yang berpegang teguh pada
Syariat Islam kadang-kadang tidak tepat dalam
memahami arti doa dan kerja yang diwujudkan
dalam bentuk ibadah dan muamalah
berlandaskan dzikrullah. Seharusnya
permohonan atau doa itu untuk sesuatu yang
belum ada, sedangkan ikhtiar atau kerja itu
untuk sesuatu yang sudah ada. Kalau begitu
hal-nya, terus untuk apa memohon (berdoa)
kalau masalahnya sudah ada dan untuk apa
bekerja (ikhtiar) kalau masalahnya belum ada.
Sering dalam permohonan itu mengharapkan
duniawi, padahal kita ini sudah berada didunia.
kalau alasan permohonan dilakukan karena
33

tidak memiliki dunia yang diinginkan, itu bukan
berarti masalahnya tidak ada, yang sebenarnya
ada, namun belum sampai martabat memiliki,
maka cara untuk mencapainya adalah dengan
bekerja dan bekerja (ikhtiar) bukan dengan cara
memohon dan memohon (berdoa) tanpa kerja.
karena memohon sesuatu yang sudah ada itu
tidak berguna (atau loba/tamak), seperti ikan
yang hidup di air mencari air, karena air penting
bagi kehidiupan, hal ini dilakukan karena ikan
makhluk yang tidak tahu air.
Dari sini dapat difahami munajatnya Sayyid
adul Qodir yang ter-akhir, setelah Allah SWT.
menawarkan keutamaan hidup dan harta yang
banyak, beliau berkata: Yaa Allah keduanya itu
kurang ada manfaatnya bagiku setelah aku
mati, aku memohon yang lebih agung dari itu
dan tetap manfaatnya setelah aku mati.
Intinya bahwa: mencari sesuatu yang bersifat
duniawi di dalam pengabdian dan peribadatan
menurut pandangan beliau kurang bermafaat,
bukan tidak bermanfaat karena sifatnya
sementara. dalam arti: selama hidup didunia
bisa bermanfaat dan memang dibutuhkan serta
dapat/harus diusahakan, karena dunia telah
34

ditakdirkan bersifat ikhtiari yang bisa dicari,
seperti untuk mendapatkan harta, tahta atau
sesuatu yang luar biasa bersifat duniawi
(Karomah atau kemuliaan hidup), namun semua
itu tidak akan dibawa mati, sedangkan hidup di
dunia untuk bekal hidup kekal di-akherat. oleh
karena itu beliau memohon yang lebih agung
dari diniawi dan tidak bersifat ikhtiri tapi
merupakan karunia dari Allah SWT.
Firman Allah SWT:
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi
petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi
Allah memberi petunjuk kepada orang yang
dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui
orang-orang yang mau menerima
petunjuk. (QS. Al-Qshosh, ayat: 56)
Begitulah cara Sayyid Abdul Qodir Al-Jailalni
qs bermunajat, hanya rahmat dan hidayah dari
Allah SWT. yang diharapkan dalam setiap
amaliyyah thoyyibah yang dilakukan, dan cara
ini pula yang di ikuti oleh para penerusnya
seperti yang diajarkan oleh Syekh Mursyid,
Syekh Ahmad Shohibul Wafa Taajul Arifiin
sebelum mengamalkan kalimah Dzikrullah (Laa
Ilaaha Illa Allah) memohon kepada Allah SWT.
35

dengan doa: Yaaa Allah Engkau-lah yang aku
maksud dan ridlo-Mu yang aku minta berilah
aku untuk bisa mahabbah dan marifat kepada-
Mu.
Namun dalam kenyataan waktu kita beramal
tidak mudah untuk membedakan, semudah
membalikan kedua telapak tangan, karena ada
keinginan kuat berbersifat samar dalam wujud
rupa yang sama, artinya: untuk duniawi dengan
amal dan ibadah, untuk ukhrowi-pun dengan
amal dan ibadah. Disini pentingnya ada
tuntunan untuk melatih diri dengan hal yang
utama dari yang dibiasakan para pendahulu
hamba-hamba pilihan, seperti telah disusun
dalam Kitab Untaian Mutiara
Berkilau (Uquudul Juman Syekh Shohibul Wafa
Taajul Arifiin), antara lain ada permohonan,
artinya: Wahai Yang Maha Lembut dan Maha
Samar, berilah kami dengan kelembutan-Mu
yang samar.
Adapun martabat dan kemuliaan orang yang
wusul kepada Allah SWT (marifatullah) tersebut
adalah Allah SWT. yang menentukan, karena ia
telah kembali kepada kemuliaan akhlak Allah
SWT. Yang Maha Mulia, dan namanya telah
36

menyatu dengan nama Allah SWT. yang
meliputi seluruh nama-nama, serta telah sirna
dalam ke-Maha Besaran Allah SWT. Yang Maha
Besar. Ibarat setetes air dituangkan pada air di
lautan, maka tidak ada lagi istilah sebutan
setetes air, yang ada, yang nampak dan yang
disebut adalah air laut yang ada dilautan. Itulah
sebuah analogi dari redaksi kata-kata:
Namamu djadikan seperti nama Kami dalam
balasan (ganjaran) dan kemanjuranya, siapa
yang membaca namamu pahalanya
(balasannya) sama dengan membaca nama
Kami.
Wallohu alam
MANQOBAH KE- 16
MENGHIDUPKAKN SESEORANG DARI
DALAM KUBUR
Diceritrakan dalam kitab Asroruth
Tholobiin, pada suatu ketika Sayyid Abdul
Qodir Al-Jailani qs. melewati satu tempat,
beliau bertemu dengan orang Islam yang
sedang berdebat (adu argument) dengan
bangsa Nasrani, kemudian Sayyid Abdul Qodir
Al-Jailani mencari tahu penyebab terjadinya
perdebatan, kata orang Islam: kami sedang
37

memperdebatkan siapa nabi yang paling utama
Tuan..!, kata saya Nabi Muhammad SAW. Kalau
kata nasrani ini lebih utama nabi Isa as. Sayyid
Abdul Qodir berkata kepada nasrani: kamu itu
menyatakan nabi Isa lebih utama apa
dalilnya..?. kata nasrani: nabi Isa itu bisa
menghidupkan orang yang sudah mati.. Kata
Sayyid Abdul Qodir: kamu tahu saya ini bukan
nabi tapi yang mengikuti dan memegang agama
nabi Muhammad SAW.? Kata Nasrani: kalau itu
tentu saja saya tahu. Kata Sayyid Adul Qodir:
seandainya aku bisa menghidupkan yang sudah
mati, apa kamu akan iman kepada nabi
Muhammad.? Jawabnya: tentu saya akan iman.
Kata Sayyid Abdul Qodir: mari kita cari kuburan
yang sudah lama, akhirnya menemukan kuburan
kira-kira sudah lima ratuas tahun lamanya. Kata
Sayyid Abdul Qqodir: kalau Nabi Isa
mengidupkan yang mati bagaimana
perkataannya?, Kata Nasrani Kum biidznillah!
artinya: bangun kamu dengan idzin Allah SWT.
coba dengarkan kalau kami begini: Kum
Biidznii artinya: bangun kamu dengan idzinku.
Kemudian kuburan itu terbelah dan mayitnya
keluar dari kuburan sambil bernyayi karena
38

tadinya orang itu pekerjaanya
bernyanyi.kemudialn nasrani itu-pun masuk
islam.
Hikmahnya:
Kalau kita perhatikan dari pertanyaan dan
tindakan Sayyid Abdul Qodir Al-Jaiani qs,
dalam upaya melerai perdebatan, maka tersirat
pemahaman dari ceritra dalam Kitab Asroruth
Tholibin (beberapa Rahasia para murid)
tersebut, intinya lebih mempertegas hakekat
para Nabi diutus oleh Allah SWT. kedunia,
bukan semata-mata mempermasalahkan siapa
nabi yang paling utama (karena hal ini sudah
jelas). Semua Nabi menjadi paling utama pada
zamannya, sedangkan pengalaman dalam
risalah ke-nabian dari zaman ke-zaman terus
dijadikan pelajaran dan disempurnakan sampai
zaman Nabi Muihmammad SAW sehingga
beliau mendapat gelar Sayyidul Anbiya.
Khotamin Nabiyyin Rohmatan Lilaalamiin dan
orang-orang Nasranipun mengenal Nabi
Muhammad sebelum lahir seperti mengenal
kepada anaknya sendiri.
Firman Allah SWT:
Dan (ingatlah) ketika Isa Ibnu Maryam berkata:
39

"Hai Bani Israil, Sesungguhnya aku adalah
utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab
sebelumku, Yaitu Taurat, dan memberi khabar
gembira dengan (datangnya) seorang Rasul
yang akan datang sesudahku, yang namanya
Ahmad (Muhammad)." . (QS (61) As- Shaf,
ayat: 6)
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari
seorang laki-laki di antara kamu, tetapi Dia
adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan
adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
(QS. (33) Al-Ahzab, ayat: 40)
Firman Allah SWT:
pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu
agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi
agama bagimu.
(QS. (5) Al-Maidah, ayat: 3)
Tahapan-tahapan risalah kenabian ini menjadi
pelajaran penting bagi kehidupan umat manusia
di dunia, bahwa hidup didunia adalah sebuah
proses amaliyah taklifiyah. apapun bentuknya
hari ini, adalah hasil dari perjalanan dan
perjuangan masa lalu/para pendahulu. yang
harus disyukuri, dihormati dan jangan
40

dilupakan.
dikatakan: siapa yang tidak beradab dianggap
tidak menjalankan syariat, tidak beriman, dan
tidak bertauhid. Dengan beribadah seorang
hamba bisa sampai ke-sorga tapi tidak sampai
ke-Hadirat Allah SWT, kecuali dengan beradab
dalam beribadah. (Kitab Minahus Saniyah, hal:
16) dan dikatakan: menghadirkan guru (akhlaq
guru) dalam berdzikir agar rasanya ditemani
rasa gurunya (wusul) kepada Allah SWT. adalah
adab yang paling utama. (Kitab Kifayatul Atqiya,
hal: 107). Manivestasi adab ini telah
dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. dalam
perjalanan Isro Miraj (memenuhi panggilan
Allah SWT), beliau mendatangi dahulu
ketempat-tempat Nabi pilihan ditugasakan dan
melaksanakan shalat dua rakaat ditempat itu
atas perintah Allah SWT. melalui bimbingan
Malaikat Jibril as (Kitab Hasyiyah, hal: 7-8).
Didalam Al-Quran tempat-tempat itu disebut
dengan: yang disekitarnya penuh
barokah (QS. 17- Al- Israa, ayat: 1). Sekarang
perjalanan itu populer dengan istilah ziaroh atau
bersilaturrahim kepada Ulama bersar baik
masih hidup ataupun sudah meninggal dunia
41

dengan mengharap keberkahan.
Para Nabi diutus oleh Allah SWT. ke-dunia
untuk tugas yang sama yaitu meluruskan dan
memperkokoh Tauhid yang diwujudkan dalam
bentuk ibadah sesuai syariat-Nya, dalam arti
untuk menghidupkan kembali hati yang mati
terkukbur dalam kenikmatan jasmani,
sebagaimana dikatakan: ketika ruh merasa
senang berada di dalam jasad, ruh lupa pada
perjanjian awal (waktu di alam Lahut) yaitu
pada hari ditanya: Bukankah Aku ini Rab
kalian, ruh menjawab: benar Engkau adalah
Rab kami, ( QS.{7} Al-Araaf, ayat: 172).
akibatnya ruh tidak bisa pulang kenegeri asal,
maka Allah SWT. dengan kasih-Nya memberi
pertolongan kepada mereka, dengan
menurunkan kitab-kitab samawi sebagai
peringatan tentang negeri asal. Firman Allah
SWT: berilah peringatan pada mereka tentang
hari-hari Allah (hari-hari pertemuan dengan
Allah SWT. di alam Lahut).(QS. 14 Ibrahim,
ayat: 5)
Firman Allah SWT:
Hai Nabi sesungguhnya Kami mengutusmu
untuk jadi saksi, membawa kabar gembira,
42

memberi peringatan, menyeru untuk kembali
kepada Allah SWT. Dengan izin-Nya serta untuk
menjadi cahaya yang menerangi. (QS. (33) Al-
Ahzab, ayat: 45-46)
Firman Allah SWT:
Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta
huruf seorang Rasul di antara mereka, yang
membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka,
mensucikan mereka dan mengajarkan mereka
kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan
Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar
dalam kesesatan yang nyata,(QS. (62) Al-
Jumuah, ayat: 2)
Syariat Nabi Muhammad SAW. (yaitu: Al-
Quran dan Al-Hadits) sudah sempurna dan
telah melengkapi Syariat Nabi-Nabi
sebelumnya, maka tidak ada lagi syariat Nabi
setelah Nabi Muhammad SAW, yang ada
adalah Ulama pewaris para Nabi. melanjutkan
risalah Nabi Muhammad SAW.sampai akhir
zaman. dan segala sesuatunya dalam hal amal
ibadah lebih lengkap. lebih jelas dan menjadi
lebih mudah untuk dapat dilaksanakan.
Diantaranya yang paling mendasar adalah:
Frman Allah SWT.:
43

Katakanlah: "Hai ahli Kitab, Marilah
(berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan)
yang tidak ada perselisihan antara Kami dan
kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah
dan tidak kita persekutukan Dia dengan
sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita
menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan
selain Allah". jika mereka berpaling Maka
Katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah,
bahwa Kami adalah orang-orang yang berserah
diri (kepada Allah)". (QS- (3) Ali Imron, ayat:
64)
Firman Allah SWT:
Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan
orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu)
kepada Allah dengan pandangan yang nyata
(basyiroh), Maha suci Allah, dan aku tiada
Termasuk orang-orang yang musyrik". (QS. (12)
Yusuf, 108)
Di dalam tafsir Ibnu Abas hal: 49: dijelaskan,
bahwa: yang dimaksud kalimat sawa adalah
kalimat: La Ilaaha Illa Allah, sedangkan yang
dimaksud dengan basiroh adalah pandangan
yang jelas (agama). atau pandangan Rasulullah
SAW yang telah mendapat limpahan hidayah
44

dari Allah SWT. Firman Allah SWT: dan yang
telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi
Kami (QS. {18} Al-Kahfi, ayat 65). Rasulullah
bersabda: yang paling utama aku ucapkan dan
yang diucapkan Nabi-nabi sebelumku adalah
Laa Ilaaha Illa Allah (Miftahus Shudur.I, hal:
13), kalimat ini secara khusus diajarkan oleh
Rasulullah SAW. kepada para sahabatnya yang
disebut dengan Talqien Dzikir.
Rasulullah bersabda:
Aku ajarkan kalimat baik ini kepada para
sehabat agar dapat membersihkan hatinya dan
mensucikan Nafsnya sehingga sampai ke-
Hadirat Allah SWT. dan mendapat kebahagiaan
yang abadi (qudus) . (Miftahus Shuduur II, hal:
25)
Setiap baiat (pelajaran) yang di dapat setelah
Nabi Muhammad SAW. Itu memperbaharui
baiat (pelajaran) yang telah dicotohkannya,
adapun orang-orang Arifiin adalah pengganti
beliau. (Miftahush Shuduur (II) , hal: 27)
Talqien (pelajaran) Dzikir meliputi dua hal
mendasar, yaitu Jahar dan khofi berazaskan
ilmu syariat dan marifat, lisan dan janan, Lahir
dan bathin karena Al-quran meliputi dhohir
45

bathin memenuhi kebutuhan jismani dan rohani
manusia bisa kembali ke-negeri asal (alam
Lahut). maka Dzikir Jahar itu lahiryiah (Kalimah
Thoyyibah) diucapkan di lisan berdasarkan ilmu
syariat atau dlohirnya Al-Quran, sedangkan
Dzikir khofi itu bathiniyah (Kalimah Thoyyibah)
diucapkan dihati berdasarkan ilmu marifat atau
bathinnya Al-Quran,
Syekh Abdul Mawahib Asy Syazili: berkata:
Ulama-ulama berlainan pendapat: manakah
yang lebih utama, Dzikir jahar atau dzikir Sirri?
Disitu aku berkata: sesungguhnya dzikir Jahar
sangat utama untuk menambah kekuatan
(bulatnya tekad) bagi Ahli bidayah. dan dzikir
Sirri sangat utama untuk menambah kekuatan
Al-Jamiyyat (kumpulnya cita-cita dalam
bertawajuh) bagi Ahli Nihayah (Miftahus Sudur,
hal: 11).
Dan dikatakan: untuk melihat keberadaan ruh
Al-qudsi, mula-mula dzikir diucapkan dengan
lisan lidahnya, setelah hatinya hidup kemudian
dengan lisan hatinya. Oleh karena itu mula-
mula manusia memerlukan ilmu syariat agar
jasmaninya mempunyai kegiatan untuk
mencapai pengetahuan di alam marifat sifat,
46

yaitu darajat. Kemudian membutuhkan ilmu
bathin agar ruhnya mempunyai kegiatan untuk
mencapai pengetahuan di alam marifat Dzat,
yaitu Al-Qurbah di alam Lahut negeri asal
tempat diciptakanya Ruh Al-Qudsi dalam
bentuk terbaik. Rasulullah SAW bersabda: Ilmu
itu ada dua macam, pertama illmu lisan,
sebagai hujjah Allah SWT. kepada hamba-
hamba-Nya kedua ilmu bathin, ilmu yang
berguna untuk mencapai tujuan. (Sirrul Asror,
hal: 20)
Firman Allah SWT:
Sesungguhnya ilmu bathin itu adalah rahasia
dari rahasia-Ku yang Aku jadikan di dalam
qolbu hamba-Ku dan tidak ada sesuatupun
yang bisa tetap di dalam hati hamba-Ku selain
Aku. (Sirrul Aasror, hal: 26)
Dengan demikian bahwa dzikir Jahar itu dzikir
yang secara tekstual masih ada antara/jarak
sebagai hujjah ikhtiariyah Jismaniyah
merupakan tahap awal selama hidup didunia
dan masih membutuhkan penyempurnan yang
bersifat bathinyyah (dikiaskan dengan Syariat
Nabi Isa yang belum lengkap). difahami dari
jawaban orang Nasrani: kalau Nabi Isa
47

mengidupkan yang mati bagaimana
perkataannya?, Kata Nasrani Kum biidznillah!
artinya: bangun kamu dengan idzin Allah SWT.
Sedangkan dzikir Khofi secara tekstual tidak
ada antara/jarak sebagai hujjah ikhtiariyah
bathiniyah tahap penyempurna di dunia untuk
mendapatkan limpahan hidayah qolbiyah
ukhrowiyah tidak bersifat ikhtiri jismai tapi
bersifat karunia dari Allah SWT Yang Maha
Rahman dan Maha Rahim. (dikiaskan dengan
syariat Nabi Muhmammad yang sudah lengkap
yang dilajutkan oleh para Ulama pewaris para
Nabi sampai akhir zaman), difahami dari
perkataan Sayyid Abdul Qodir Al-Jailani: Coba
dengarkan kalau kami begini: Kum biidzni
artinya: bangun kamu dengan idzinku..
Dzikir Jahar tidak sempurna tanpa dzikir khofi,
dzikir khofipun tidak akan sempurna tanpa
diawali dengan dzikir Jahar, sebagaimana
dikatakan: bahwa ibadah yang sempurna itu
dengan keduanya tidak dengan mengambil
salah-satunya. Firman Allah SWT:
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka mengabdi kepada-
Ku. (QS. (51) Adz Dzariyyaat, Ayat: 56), yaitu
48

untuk Marifatullah. Karena bagi orang yang
tidak Marifatullah bagaimana bisa beribadah
kepada Allah SWT.
Marifatullah bisa dicapai dengan membuka tirai
diri yang menghalangi cermin hati dengan
membersihkannya (dzikrullah), maka dengan
(dzikrullah) akan melihat keindahan mutiara
yang tersembunyi di dalam Sirr Lub Al-Qolbi/
lubuk hati (Sirrul Asror, hal: 16) . keterangan ini
nampaknya dikiaskan dengan kata-kata:
Kemudian kuburan itu terbelah dan mayitnya
keluar dari kuburan sambil bernyayi karena
tadinya orang itu pekerjaanya bernyanyi.
Bernyanyi adalah ungkapan perasaan yang
tampak kepermukaan menjadi alunan suara
yang sangat indah memberi kedamaian.
Sebenarnya tidak ada kedamaian yang hakiki
dan tidak ada ketenangan yang abadi di dunia
ini melebihi kedamaian hati dan ketenangan
ruhani dengan dzikrullah, karena tadinya (di
alam arwah) semua ruh berdzikrullah.
Firman Allah SWT.:
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati
mereka manjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-
49

lah hati menjadi tenteram. (QS. (13) Ar Radu,
ayat: 28)
Dengan dzikrullah semua amal sholeh menjadi
terangkat, semua perkataan jadi manfaat,
semua yang kurang jadi lengkap dan semua
aturan jadi sempurna, ini nampaknya dikiaskan
dengan Istilah: Kemudian Nasranipun akhirnya
masuk Islam
Firman Allah SWT.:
kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang
baik dan amal saleh dinaikan-Nya (QS. Al
Fathir, ayat: 10)
Adapun kuburan yang usianya sudah 500 tahun
mengisyarohkan pada jarak antara waktu
Sayyid Abdul Qodir Al-Jailani qs dengan Nabi
Muhammad SAW kurang lebih 500 tahun.
Difahami dari keterangan sbb: semua Ruh
berasal dari Ruh Muhammadiyyah, sabda Nabi
Muhammad SAW: aku dari Allah SWT, dan yang
beriman dariku (Sirrul Asror, hal: 11),
sedangkan Nabi Muhammad SAW. Lahir
kedunia berbarengan dengan lahirnya Ruh
Muhammadiyyah dalam bentuk tatanan dan
takaran syariat Agama Islam yang sempurna,
sebagaimana Siti Aisyah mengatakan: bahwa
50

Akhlaq Nabi Muhammad SAW itu akhlak Al-
Quran, dan jelaskan: Ketika Allah SWT. ingin
menampakan Hakikat Muhammadiyyah maka
diwujudkan dalam bentuk rupa jasmani dan
rohani Nabi Muhammad SAW. (Kitab Barjanji,
hal: 76-77).
Dari keterangan ini dapat pula dianalogikan
(sebuah istilah) bahwa ruh yang lahir dalam
wujud jasmani di zaman Sayyid Abdul qodir Al-
Jailani adalah ruh yang telah mati terkubur
selama 500 tahun, demikian pula yang lahir di
tahun 2011 M. ini, adalah ruh yang telah mati
terkubur selama kurang lebih 1.500 tahun.
Wallohu alam

Sang Quthubul Ghouts
Muhammad bin Abi Abbas al-Khidr al-Husaini al-Maushuli meriwayatkan bahwa ia pernah
mendengar ayahnya berkata, Tahun 551 H, dalam tidur aku bermimpi melihat para syaikh besar
berkumpul disuatu tempat yg luas di Madrasah Syaikh Abdul Qodir. Diantara mereka ada yg
hanya mengenakan serban dan ada pula yg mengenakan serban dg selendang diatasnya, ada yg
mengenakan dua selendang di atasnya. Dan diatas lilitan serban Syaikh terdapat tiga helai
selendang. Dalam mimpi tersebut aku berpikir tentang makna tiga helai selendang tsb. Ketika
aku terbangun aku mendapatkan jawabnya. Sehelai selendang merupakan penghormatan
terhadap ilmu syariah, helai lainnya merupakan penghormatan terhadap ilmu hakikat dan helai
terakhir merupakan penghormatan untuk beliau.
Syaikh Abu Barakat Shakr bin Shakr bin Musafir menyatakan bahwa setiap wali pada zamannya
disumpah untuk tidak menceritakan kondisinya baik zahir maupun batin kecuali dg izinnya
(Syaikh Abdul Qodir Jailani). Beliau adalah orang yg dianugerahi izin untuk berbicara dihadapan
ALLAH dg izin-NYA. Dan beliau adalah orang yg diberi otoritas untuk berinteraksi dg alam
setelah meninggal dunia maupun sebelum beliau meninggal dunia
51

Sang Quthubul Ghouts
Menyanyi Untuk Mayat
Di lain riwayat, Abu Ridho bercerita, Suatu hari Syaikh Abdul Qodir Jailani Ra menjelaskan
tentang cinta. Tiba-tiba beliau bangkit dan diam. Lalu beliau berkata, Aku tidak akan berbicara
kecuali dg 100 dinar. Orang2 pun menyerahkan apa yg beliau minta. Kemudian beliau
memanggilku dan berkata, Pergilah engkau ke pekuburan Syuniziyah dan cari seorang Syaikh
yg sedang bermain2dg kayu lalu berikan emas ini kepadanya dan bawa dia kepadaku. Aku pun
pergi dan menemukan Syaikh yg beliau maksud sedang berdiri dan memain-mainkan tongkat
kayu. Aku pun mengucapkan salam dan menyerahkan emas tersebut kepadanya. Dia berteriak
dan jatuh pingsan. Saatbeliau sadar, aku berkata kepadanya, Syaikh, syaikh Abdul Qodir ingin
bertemu denganmu
Beliau kemudian mengikuti menemui Syaikh Abdul Qodir. Setibanya disana, Syaikh Abdul
Qodir memberi perintah untuk menaikkan di kursi tempat beliau mengajardan meminta orang
tersebut untuk menceritakan kisahnya. Dia berkata, Tuanku, sewaktu masih muda aku adalah
seorang penyanyi bagus yg dikenal banyak orang. Tapi setelah tua, tidak ada seorang pun yg
memperhatikan aku. Aku pergi dari baghdad dan berkata dalam hati, Aku tidak akan menyanyi
kecuali untuk yg mati. Saat aku mengelilingi pekuburan ini, aku duduk disalah satu kuburan yg
ternyata telah terbelah dan nampak kepala mayat yg ada didalamnya. Mayat tersebut berkata
kepadaku, Mengapa engkau menyanyi untuk orang2 mati, bernyanyilah untuk Sang Maha
Hidup sekali maka DIA akan memberikan kepadamu apa yg engkau inginkan. Aku pun jatuh
pingsan. Kemudian setelah sadar aku berkata :
Tuhanku, aku persiapkan apa yg kumiliki tuk hari pertemuan dengan-MU, kecuali pengharapan
hati dan ucapan mulutku Memang, sudah asalnya para pengharap mengharapkan harapan dan
mereka akan bersedih apabila ENGKAU menolaknya Jika hanya segolongan muhsin yg boleh
mengharap kepada-MU, lalu kepada siapa si pendosa berlindung dan melarikan diri Ubanku
membuatku jelek dihari penghabisan dan perjumpaan dengan-MU, semoga engkau
menyelamatkan aku dari apiku
Saat aku berdiri, pelayan anda datang membawakan emas ini. Sambil mematahkan tongkat kayu
yg ada ditangannya dia berkata, Sekarang aku bertobat kepada ALLAH Usai mendengarkan
kisah tersebut, Syaikh Abdul Qodir berkata, Ya fuqara, jika kejujuran (Ash-Shidq) orang ini
terhadap sesuatu yg sia-sia saja menyebabkannya memperoleh apa yg dia inginkan apalagi dg
para sufi yg bersungguh2 dalam kesufian, ahwal dan thariqahnya
Kemudian beliau melanjutkan, Hendaknya kalian berlaku jujur dan bersih hati. Tanpa
keduanya, tidak mungkin seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya. Apakah
kalian tdk mendengar firman ALLAH, Jika berbicara hendaklah kalian berkata jujur Saat
beliau meminta 100 dinar, ada 40 orang mengantar jumlah yg sama kepada beliau. Beliau hanya
mengambil dari satu orang. Dan setelah orang ini bertobat, sisa dari uang pemberian tersebut
52

beliau bagikan kepada orang-orang. Peristiwa hari itu menyebabkan 5 orang meninggal dunia
(Mungkin karena terkejut dg keagungan ALLAH)

Sang Quthubul Ghouts
Syaikh Muhammad bin Qaid al-Awani meriwayatkan : Pada suatu hari beliau bertanya kepada
Syaikh Abdul Qodir Jailani Ra, Apa yg membuatmu dpt meraih derajad ini? Beliau menjawab,
Kejujuran, tdk pernah sekalipun aku berbohong bahkan ketika aku masih menuntut ilmu.
Kemudian syaikh Andul Qodir melanjutkan, Ketika tiba hari arafah saat aku keil, aku pergi
kesekitar baghdad dan menggembala sapi. Tiba2 sapi tsb menolehkan kepalanya kepadaku dan
berkata, Abdul Qodir! Bukan untuk ini engkau diciptakan. Masih dalam keadaan terkejut aku
pulang ke rumah dan naik ke atas atap. Disana aku melihat orang2 sedang melaksanakan wukuf
di Arafah. Aku turun dan berkata kpd ibuku, Ibu, serahkan diriku kepada ALLAH dan izinkan
aku pergi ke baghdad menuntut ilmu.
Ketika beliau menanyakan apa yg menyebabkan aku mengajukan permintaan tsb, aku pun
menceritakan kisah diatas dan beliau menangis. Kemudian beliau mengambil 80 dinar uang
peninggalan ayahku dan memberikannya kepadaku. Aku tinggalkan 40 dinar utk adikku dan ibu
menjahitkan uang tersebut dibalik bajuku. Beliau memintaku utk berjanji akan selalu jujur dalam
kondisi apapun. Aku menyanggupi hal tsb. Ketika akan melepasku pergi, beliau berkata
kepadaku, Pergilah, aku serahkan engkau kepada ALLAH. Wajah ini tidak akan aku lihat lagi
sampai hari kiamat.
Aku pun pergi ke baghdad mengikuti sebuah khafilah kecil. Namun setibanya kami di rabik,
daerah selatan hamdzaan, muncul 60 orang perampok yg merampok khafilah tsb tanpa
memedulikan diriku. Salah seorang perampok tsb berkata kepadaku, Hai orang miskin, apa yg
engkau miliki?. 40 dinar jawabku. Dimana uang tersebut tanyanya kembali. Dijahitkan
dalam bajuku dibawah ketiak jawabku. Mengira aku bercanda, perampok tsb pergi dan tdk
memedulikan aku. Kemudian datang perampok lainnya dan menanyakan pertanyaan yg sama.
Aku pun menjawabnya dg jawaban yg sama. Kali ini perampok tsb melaporkan apa yg dia
dengar kepada ketuanya yg sedang membagi2 hasil rampokan disebuah bukit kecil.
Mendengar laporan tsb, kepala perampok itu berkata, Bawa dia kemari. Dihadapannya, kepala
rampok tsb menanyakan pertanyaan yg sama dan aku kembali menjawabnya dg jawaban yg
sama. Dia lalu memerintahkan anak buahnya utk melepaskan bajuku, menyobek jahitannya dan
mereka menemukan uang tsb.
Mengapa engkau melakukan ini? tanya kepala rampok kepadaku. Aku telah berjanji kepada
ibuku utk tidak berbohong dan aku tidak ingin mengingkari janjiku kepadanya jawabku. Kepala
perampok tsb menangis mendengar jawabanku dan berkata, Engkau tdk mau mengkhianati
53

janjimu kpd ibumu sedangkan aku hingga saat ini selalu mengingkari janji ALLAH. Kepala
perampok itu pun bertobat ditanganku.
Melihat hal tsb para pengikutnya berkata, Engkau ketua kami dlm hal merampok. Sekarang
engkau ketua kami dalam hal tobat, dan mereka semua bertobat dan mengembalikan apa yg
mereka ambil dari khafilah tersebut. Merekalah orang2 pertama yg bertobat ditanganku

Syaikh Abu Hasan Ali bin al-Hamidtinggal di qana, sebuah desa di mesir atas. Disanalah beliau
meninggal pada 15 syaban 612 H dan dikuburkan bersebelahan dg syaikhnya Syaikh
Abdurrahim di pekuburan qana. Berkenaan dg Syaikh Abdul Qodir al-Jaelani, beliau berkata,
Syaikh Abdul Qodir memiliki kekhususan dari ALLAH yg tidak diketahui oleh banyak mereka
yg termasuk golongan Shiddiq. Apabila beliau mengingat Syaikh Abdul Qodir al-Jiili, beliau
menyitir syair: Kebaikanmu tidak pupus oleh keajaibanmu, seperti laut yang selalu baru

MANAQIB SULTHANUL AULIYA SAYYIDI SYAIKHABDUL QADIR AL-JAILANI

Disadur dari Kitab Mawaidz Asy-Syaikh Abdul
Qadir Al-Jailani Karya Syaikh Shalih Ahmad Asy-
Syami
Sewaktu kecil , ada malaikat yang selalu datang
kepadaku setiap hari dalam rupa pemuda tampan.
Ia menemaniku ketika aku berjalan menuju
madrasah dan membuat teman-temanku selalu
mengutamakan diriku seharian hingga aku pulang.
Dalam sehari, aku peroleh lebih banyak daripada
yang diperoleh teman-teman sebayaku selama
satu minggu.
Aku tak tak pernah mengenali pemuda itu. Di saat
yang lain, ketika aku bertanya kepadanya, ia
54

menjawab: Aku adalah malaikat yang diutus
Allah. Dia mengutusku untuk melindungimu selama
engkau belajar.
Itulah sepenggal kisah Syaikh Abdul Qadir al-
Jailani tentang pengalamannya pada masa kecil.
Kelahiran Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani
Beliau lahir pada tahun 470 H. (1077-1078 M) di
al-Jil (disebut juga Jailan dan Kilan), kini termasuk
wilayah Iran. Tahun kelahirannya ini didasarkan
atas ucapannya kepada putranya bahwa ia berusia
18 tahun ketika tiba di Baghdad, bertepatan
dengan wafatnya seorang ulama terkenal , at-
Tamimi, pada tahun 488 H.
Tahun itu juga bertepatan dengan keputusan Imam
Abu Hamid al-Ghazali untuk meninggalkan
tugasnya mengajar di Universitas Nidzamiah,
Baghdad. Sang imam ternyata lebih memilih uzlah.
Penentuan Awal Ramadhan Melalui Syaikh Abdul
Qadir Al-Jailani saat Balitanya
Ibunya, Ummul Khair Fatimah binti Syaikh Abdullah
Sumi, adalah keturunan Rasulullah Saw. Beliau
pernah menuturkan: Anakku , Abdul Qadir , lahir
di bulan Ramadhan. Pada siang hari bulan
Ramadhan, bayiku itu tak pernah mau diberi
makan.
55

Dikisahkan pada suatu Ramadhan ketika Abdul
Qadir masih bayi, orang-orang tak dapat melihat
hilal karena tertutup awan. Akhirnya untuk
menentukan awal puasa, mereka mendatangi
rumah Ummul Khair dan menanyakan apakah
bayinya sudah makan hari itu. Saat mengetahui
bayi itu tak mau makan, mereka yakin bahwa
Ramadhan telah tiba.
Dalam kesempatan lain Syaikh Abdul Qadir al-
Jailani bercerita: Setiap kali terlintas keinginan
untuk bermain bersama teman-temanku, aku
selalu mendengar bisikan: Jangan bermain, tetapi
datanglah kepadaku wahai hamba yang
dirahmati. Karena takut, aku berlari ke dalam
pelukan ibu. Kini, meskipun aku beribadah dan
berkhalwat dengan khusyuk, aku tak pernah bisa
mendengar suara itu sejelas dulu.
Tauladan Kejujuran Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani
Ketika ditanya mengenai apa yang
menghantarkannya kepada maqam ruhani yang
tinggi, beliau menjawab: Kejujuran yang pernah
kujanjikan kepada ibuku. Kemudian Syaikh Abdul
Qadir al-Jailani menuturkan kisah berikut:
Pada suatu pagi di hari raya Idul Adha, aku pergi
ke ladang untuk membantu bertani. Ketika berjalan
56

di belakang keledai, tiba-tiba hewan itu menoleh
dan memandangku, lalu berkata: Kau tercipta
bukan untuk hal semacam ini. Mendengar hewan
itu berkata-kata, aku sangat ketakutan. Aku segera
berlari pulang dan naik ke atap rumah. Ketika
memandang ke depan, kulihat dengan jelas para
jamaah haji sedang wukuf di Arafah.
Kudatangi ibuku dan memohon kepadanya:
Izinkanlah aku menempuh jalan kebenaran,
biarkan aku pergi mencari ilmu bersama para bijak
bestari dan orang-orang yang dekat dengan allah.
Ketika ibuku menanyakan alasan keinginanku yang
tiba-tiba, kuceritakan apa yang terjadi. Mendengar
penuturanku, ia menangis dengan sedih. Namun, ia
keluarkan delapan puluh keping emas, harta satu-
satunya warisan ayahku. Ia sisihkan empat puluh
keping untuk saudaraku. Empat puluh keping
lainnya dijahitkannya di bagian lengan mantelku. Ia
memberiku izin untuk pergi seraya berwasiat agar
aku selalu bersikap jujur apapun yang terjadi.
Sebelum berpisah ibuku berkata: Anakku,
semoga Allah menjaga dan membimbingmu. Aku
ikhlas melepas buah hatiku karena Allah. Aku
sadar aku takkan bertemu lagi denganmu hingga
hari kiamat.
57

Aku ikut kafilah kecil menuju Baghdad. Baru saja
meninggalkan kota Hamadan, sekelompok
perampok, yang terdiri atas enam puluh orang
berkuda, menghadang kami. Mereka merampas
semua anggota kafilah. Salah seorang perampok
mendekatiku dan bertanya: Anak muda apa yang
kau miliki? Kukatakan bahwa aku punya empat
puluh keping emas.
Ia bertanya lagi: Di mana? Kukatakan di bawah
ketiakku.
Ia tertawa-tawa dan pergi meninggalkanku.
Perampok lainnya menghampiriku dan
menanyakan hal yang sama. Aku menjawab
sejujurnya. Tetapi seperti kawannya, ia pun pergi
sambil tertawa-tawa mengejek.
Kedua perampok itu mungkin melaporkanku
kepada pimpinannya, karena tak lama kemudian
pimpinan gerombolan itu memanggilku agar
mendekati mereka yang sedang membagi-bagi
hasil rampokan. Si pimpinan bertanya apakah aku
memiliki harta. Kujawab bahwa aku punya empat
puluh keping emas yang dijahitkan di bagian
lengan mantelku.
Akhirnya ia menyobeknya dan ia temukan keping-
keping emas itu. Keheranan, ia bertanya:
58

Mengapa engkau meberi tahu kami, padahal
hartamu itu aman tersembunyi?
Jawabku: Aku harus berkata jujur karena telah
berjanji kepada ibuku untuk selalu bersikap jujur.
Mendengar jawabanku, pimpinan perampok itu
tersungkur menangis. Ia berkata: Aku ingat janjiku
kepada Dia yang telah menciptakanku. Selama ini
aku telah merampas harta orang dan membunuh.
Betapa besar bencana yang akan menimpaku!?
Anak buahnya yang menyaksikan kejadian itu
berkata: Kau memimpin kami dalam dosa. Kini,
pimpinlah kami dalam taubat!
Keenam puluh orang itu memegang tanganku dan
bertaubat. Mereka adalah sekelompok pertama
yang memegang tanganku dan mendapat ampunan
atas dosa-dosa mereka.
Perjumpaan Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani dengan
Nabi Khidhir di Baghdad
Syaikh Abdul Qadir al-Jailani berusia delapan
belas tahun ketika tiba di Baghdad. Saat tiba di
gerbang kota, Nabi Khidhir muncul dan
melarangnya memasuki kota. Nabi Khidhir
mengatakan bahwa Allah melarangnya memasuki
kota itu selama enam tahun. Kemudian Nabi
Khidhir membawanya ke sebuah bangunan tua
59

dan berkata: Tinggallah di sini dan jangan pergi
meninggalkan tempat ini.
Akhirnya beliau menetap di sana selama tiga
tahun. Setiap tahun Nabi Khidhir datang dan
memerintahkannya menetap di sana. Mengenai
pengalamannya di tempat itu, Syaikh Abdul Qadir
al-Jailani bercerita:
Selama menetap di padang pasir di luar
Bagdhad, semua yang kulihat hanyalah keindahan
dunia. Semuanya menggodaku. Namun, Allah
melindungiku dari godaannya. Setan, yang muncul
dalam berbagai paras dan rupa, terus
mendatangiku, menggoda, mengusik, bahkan
menyerangku. Allah selalu menjadikanku sebagai
pemenang.
Hawa nafsuku pun datang setiap hari dengan
paras dan rupa diriku sendiri memohon agar aku
sudi menjadi sahabatnya. Ketika kutolak, ia
menyerangku. Allah menjadikanku sebagai
pemenang dalam peperangan tanpa henti itu. Aku
berhasil menjadikannya sebagai tawananku selama
bertahun-tahun dan memaksanya tinggal di
bangunan tua di padang pasir itu.
Selama beberapa tahun aku hanya makan
rerumputan dan akar-akaran yang dapat
60

kutemukan. Selama itu pula aku tak pernah
minum. Tahun berikutnya aku hanya minum tanpa
makan apa-apa. Dan tahun berikutnya aku tak
makan, tak minum, bahkan tak tidur. Aku tinggal di
bangunan tua istana raja-raja Persia di Karkh.
Aku berjalan bertelanjang kaki di atas duri-duri
padang pasir dan tak merasakan apa-apa. Aku
terus berjalan. Setiap kali kulihat tebing, aku
merasa mendakinya. Tak sedikitpun kuberikan
kesempatan kepada hawa nafsuku untuk
beristirahat atau merasa nyaman.
Pada akhir tahun ketujuh, pada suatu malam, aku
mendengar satu suara menyeru: Hai Abdul Qadir
kini kau dapat memasuki Baghdad.
Akhirnya kumasuki kota Baghdad dan tinggal
beberapa hari. Namun, aku tak tahan menyaksikan
kemaksiatan, kesesatan dan kelicikan yang
merajalela di kota itu. Agar terhindar dari pengaruh
buruknya, aku pergi meninggalkan Baghdad
dengan hanya membawa al-Quran.
Namun, ketika tiba di gerbang kota itu untuk
kembali menyendiri di padang sahara, kudengar
satu suara berbisik: Ke mana kau akan pergi?
Kembalilah. Kau harus menolong masyarakat.
Kenapa harus kupedulikan orang-orang bobrok
61

itu? Aku harus melindungi imanku! Seruku
lantang.
Kembalilah, dan jangan khawatirkan imanmu.
Bisikan suara itu terdengar lagi. Tak ada sesuatu
pun yang akan membahayakan dirimu. Aku tak
dapat melihat siapa gerangan yang berbicara itu.
Kemudian sesuatu terjadi atas diriku. Entah apa
yang mendorongku, tiba-tiba aku bertafakur.
Seharian aku berdoa kepada Allah semoga Dia
berkenan membuka tabir dariku sehingga
mengetahui apa yang harus aku lakukan.
Awal Mula Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani Belajar
Tasawuf
Hari berikutnya, ketika aku mengembara di
pinggiran kota Baghdad, di sekitar Mudzafariyah,
seorang lelaki yang tak pernah kukenal
sebelumnya, membuka pintu rumahnya dan
memanggilku: Hai Abdul Qadir.
Ketika berada tepat di depan pintu rumahnya, ia
berkata: Katakan padaku apa yang kau minta
kepada Allah. Apa yang kau doakan kemarin?
Aku diam terpaku, tak dapat kutemukan
jawabannya. Orang itu menatapku, lalu tiba-tiba
membanting pintu dengan sangat keras sehingga
debu-debu berterbangan dan mengotori nyaris
62

seluruh tubuhku.
Aku pergi, sambil bertanya-tanya apa yang kupinta
kepada Allah sehari sebelumnya. Aku berhasil
mengingatnya, lalu kembali ke rumah itu untuk
memberikan jawaban. Namun, rumah tadi tak
dapat kutemukan, begitu pun orang itu. Rasa takut
menyelubungiku. Pikirku, ia tentu orang yang dekat
dengan Allah. Kelak , aku mengetahui bahwa
orang itu adalah Syaikh Hammad ad-Dabbas, yang
kemudian menjadi guruku.
Pada suatu malam yang dingin, di tengah guyuran
hujan deras, tangan ghaib menuntun Syaikh Abdul
Qadir al-Jailani ke padepokan tasawuf milik
Syaikh Hammad bin Muslim ad-Dabbas. Pimpinan
padepokan itu mengetahui kedatangan Syaikh
Abdul Qadir al-Jailani melalui ilham. Syaikh
Hammad memerintah agar pintu padepokan
ditutup dan lampu dipadamkan.
Setibanya di depan pintu padepokan, Syaikh
Abdul Qadir al-Jailani dilanda kantuk yang hebat
dan langsung tertidur lelap. Dalam tidurnya beliau
berhadats besar sehingga beliau pergi untuk mandi
dan berwudhu di sungai. Usai bersuci kembali
beliau tertidur dan berhadats lagi, hingga tujuh kali
dalam semalam. Tujuh kali beliau mandi dan
63

berwudhu dengan air yang nyaris membekukan
tubuh.
Keesokan paginya, pintu padepokan dibuka dan
beliau pun masuk ke dalamnya. Syaikh Hammad
bangkit untuk mengucapkan salam kepada beliau.
Dengan penuh suka cita, Syaikh Hammad
memeluk beliau dan berkata: Anakku, abdul
Qadir, hari ini keberuntungan milik kami. Esok,
engkaulah pemiliknya. Jangan pernah tinggalkan
jalan ini.
Syaikh Hammad menjadi guru pertama beliau
dalam bidang tasawuf. Melalui tangan Syaikh
Hammad itulah beliau bersumpah dan memasuki
jalan thariqah. Mengenai hal ini, Syaikh Abdul
Qadir al-Jailani bercerita:
Aku belajar kepada banyak guru di Baghdad.
Namun, setiap kali aku tak dapat memahami
sesuatu atau ingin mengetahui suatu rahasia,
Syaikh Hammad memberiku penjelasan.
Kadangkal aku dimintanya mencari ilmu dari ulama
lain, mengenai akidah, hadits, fiqih dan lain-lain.
Setiap kali aku pulang ke padepokan, ia selalu
bertanya: Ke mana saja kau? Selama
kepergianmu, kami mendapatkan begitu banyak
makanan yang sangat lezat bagi tubuh, akal, serta
64

jiwa dan tak sedikitpun yang kami sisakan
untukmu.
Di saat yang lain ia berkata: Demi Allah, dari
mana saja kau? Adakah orang lain di sini yang
lebih tahu (alim) daripada engkau?
Murid-muridnya mengusikku dengan mengatakan:
Kau adalah ahli fiqih, mahir menulis dan ahli ilmu.
Mengapa kau tidak keluar saja dari sini!?
Syaikh Hammad menegur dan menenangkan
mereka: Sungguh memalukan! Aku bersumpah,
tak ada seorang pun diantara kalian yang lebih
tinggi dari tumitnya. Jika kalian kira bahwa aku iri
kepadanya (Syaikh Abdul Qadir al-Jailani) dan
kalian mendukungku, ketahuilah bahwa aku justru
akan mengujinya dan mengantarkannya kepada
kesempurnaan. Ketahuilah, di alam ruhani,
kedudukannya seperti batu sebesar gunung.
Kesengsaraan Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani saat
Belajar di Baghdad
Semasa belajar di Baghdad, Syaikh Abdul Qadir
al-Jailani pernah mengalami masa penceklik.
Semua orang merasa kesulitan, termasuk beliau.
Mengenai hal ini, beliau menuturkan:
Aku Cuma makan duri, kacang dan daun kubis
yang ada di tepian sungai dan danau. Kesulitan
65

lain tiba-tiba masih menyusul di Baghdad.
Kesulitan itu yaitu melambungnya harga-harga.
Ketika itu aku sampai tidak bisa makan apa-apa.
Aku bahkan harus mencari sisa makanan yang
bisa dimakan. Saking laparnya, aku lalu pergi ke
danau. Aku berharap bisa menemui daun kubis,
kacang atau apapun yang bisa dimakan.
Sayangnya, setiap kali aku pergi ke suatu tempat ,
pasti sudah ada orang yang sudah lebih dulu di
sana. Ketika mendapati ada orang fakir yang ikut
mencari makanan, aku langsung pergi. Aku malu.
Aku kembali berjalan ke tengah kota.
Setiap menemukan satu biji-bijian, aku pasti
keduluan. Aku terus mencari sampai aku tiba di
suatu masjid yang ada di pasar Raihaniyin,
Baghdad. Aku sudah terlalu lelah. Bahkan, untuk
untuk memegang sesuatu saja aku sudah tidak
mampu lagi. Aku lalu masuk ke dalam masjid .
Aku duduk-duduk di sana.
Aku hampir mati saat itu. Untungnya ada seorang
pemuda non Arab yang juga baru masuk ke
masjid. Ia membawa kue lapis dan roti bakar. Ia
duduk lalu makan roti yang dibawanya. Setiap kali
pemuda itu hendak memasukkan makanan ke
dalam mulut, mulutku seolah mengikuti gerak
66

mulutnya seperti orang yang hendak memasukkan
makanan. Itu aku lakukan karena terlalu lapar.
Sebetulnya aku merasa aneh dengan apa yang aku
lakukan. Apa yang aku lakukan ini? kataku
dalam hati.
Sejurus kemudian, pemuda itu menengok ke
arahku. Ia pun menawariku. Aku menolak. Dia lalu
membagi makanannya untukku. Nafsukku terus
menggoda, tetapi aku terus menolak. Ia pun
membagi lagi. Akupun menerimanya. Aku lalu
memakan makanan itu. Ia lalu menanyaiku: Kamu
dari mana? Namamu siapa?
Aku pelajar dari Jailan, jawabku.
Aku juga dari Jailan. Apakah kamu mengenal
seorang pemuda dari Jailan yang bernama Abdul
Qadir. Ia lebih dikenal dengan panggilan Abu
Abdullah as-Samai az-Zahid, kata pemuda itu
Itu aku, jawabku.
Mendengar jawabanku, pemuda itu kaget dan
wajahnya langsung berubah. Demi Allah, aku
sudah sampai di Baghdad semenjak tiga hari yang
lalu. Kemarin aku masih memiliki beberapa bekal.
Aku sudah bertanya ke mana-mana tentang
keberadaanmu, tetapi tidak ada yang
membantuku. Akupun menghabiskan bekalku.
67

Selama tiga hari, aku tidak menemukan apa yang
bisa aku makankecuali yang kita makan ini.
Padahal kematian sudah mengancamku. Aku pun
memutuskan kue lapis dan roti bakar itu aku
berikan padamu. Makanlah! Habiskan saja! Itu
untukmu. Sekarang aku tamumu. Sebelumnya
kamu memang tamuku. Kata pemuda itu.
Aku bertanya padanya: Apa itu?
Ibumu menitipkan delapan dinar untukmu, aku
pakai sebagian untuk membeli roti ini karena
terpaksa. Aku benar-benar minta maaf padamu.
Mendengar itu, aku pun menenangkannya. Aku
memuji pemuda itu. Aku pun menyerahkan sisa
makanan dan sedikit emas. Dia pun menerimanya
lalu pergi.
Syaikh Abdul Qadir al-Jailani baru sadar bahwa
ibunya selalu mengirimi beliau sejumlah uang.
Sebagiannya sampai kepada beliau, dan sebagian
lagi tidak sampai. Baghdad teralu besar dan luas.
Beliau tidak mungkin mengetahui hal serumit itu
sebelumnya.
Baju Kesufian Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani
Syaikh Abdul Qadir al-Jailani tampil sebagai
contoh penting yang menunjukkan bahwa mencari
ilmu merupakan kewajiban suci setiap muslim dan
68

muslimat, dari buain hingga liang lahat. Beliau
mengungguli sufi terbesar pada zamannya. Beliau
hafal al-Quran dan belajar tafsir kepada Syaikh Ali
Abul Wafa al-Qail, Abul Khattab Mahfudz dan Abul
Hasan Muhammad al-Qadhi.
Menurut sebagian sumber, beliau belajar kepada
Qadhi Abu Said al-Mubarak bin Ali al-Muharami,
ulama besar pada zamannya di Baghdad. Meski
Syaikh Abdul Qadir al-Jailani belajar tasawuf dari
Syaikh Hammad ad-Dabbas dan memasuki jalan
thariqah melaluinya, namun beliau juga
dianugerahi jubah darwis, simbol jubah Nabi Saw.
dari Qadhi Abu Said melalui jalur Syaikh Abul
Hasan Ali Muhammad al-Qurasyi dari Abul Faraj
at-Tarsusi dari at-Tamimi dari Syaikh Abubakar
asy-Syibli dari Abu Qasim dari Sari as-Saqati dari
Maruf al-Karkhi dari Dawud ath-ThaI dari Habib
al-Adzami dari Hasan al-Bashri hingga sampai
kepada Sayyidina Ali Bin abu Thalib Ra. Sayyidina
Ali menerima jubah pengabdian dari Nabi
Muhammad Saw. kekasih Allah semesta alam,
yang menerimanya dari Jibril dan ia menerimanya
dari Yang Maha Besar Allah Swt.
Suatu hari, seorang bertanya kepada Syaikh Abdul
Qadir al-Jailani tentang apa yang diperolehnya
69

dari Allah Swt. Beliau menjawab: Ilmu dan akhlak
mulia.
Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani Disuwuk oleh
Rasulullah Saw. dan Sayyidina Ali saat Kesulitan
di Awal Mengajar
Qadhi Abu Said al-Muharrami mengajar di
madrasahnya di Bab al-Azj, Baghdad. Kemudian
ia serahkan madrasah itu kepada Syaikh Abdul
Qadir al-Jailani, yang telah menjadi pengajar di
sana. Ketika itu, Syaikh Abdul Qadir al-Jailani
berusia lima puluh tahun. Ucapan beliau sangat
fasih dan dahsyat, mampu memengaruhi siapa
saja yang mendengarnya. Murid-murid dan
jamaahnya bertambah pesat. Dalam waktu yang
sangat singkat, tak ada lagi tempat di madrasah
itu untuk menampung mereka. Syaikh Abdul Qadir
al-Jailani bercerita tentang saat-saat pertama
pengajarannya:
Suatu pagi aku bertemu Rasulullah Saw. yang
bertanya kepadaku: Mengapa kau diam saja?
Aku menjawab: Aku orang Persia, bagaimana aku
dapat berbahasa Arab dengan fasih di Baghdad?
Bukalah mulutmu, ujar Rasulullah Saw.
Aku menuruti perintahnya. Kemudian Rasulullah
Saw. meniup (meludahi) mulutku tujuh kali dan
70

berkata: Berdakwahlah dan ajak mereka ke jalan
Allah dengan hikmah dan kata-kata yang baik.
Lalu aku shalat Dzuhur dan beranjak menemui
orang-orang yang telah menantikan ceramahku.
Saat melihat mereka, aku gugup. Lidahku menjadi
kelu. Tiba-tiba aku melihat Imam Ali mendekatiku
dan memintaku membuka mulut. Lalu ia
meniupkan napasnya ke mulutku sebanyak enam
kali. Aku bertanya: Mengapa tidak tujuh kali
seperti yang dilakukan Rasulullah?
Karena aku menghormati Rasulullah, ujar Imam
Ali, dan ia berlalu.
Seketika itu pula meluncur kata-kata yang sangat
lancar dari mulutku: Akal adalah penyelam, yang
menyelami samudera hati untuk menemukan
mutiara hikmah. Jika ia membawanya ke tepian
wujudnya, ia akan memicu pengucapan kata. Dan
dengan itu ia membeli mutiara ibadah dan
pengabdian kepada Allah.
Lalu kukatakan: Pada suatu malam seperti
malam-malam yang kualami, jika diantara kalian
mampu menaklukkan birahinya, kematian akan
menjadi sangat indah. Sehingga baginya, tak ada
sesuatupun yang dapat menandingi
keindahannya.
71

Sejak saat itu dan seterusnya, baik ketika terjaga
maupun terlelap, aku senantiasa menjalankan
kewajibanku sebagai pengajar. Ada banyak ilmu
keimananan dan agama dalam diriku. Ketika aku
tak membicarakan atau melafalkannya, aku merasa
ilmu-ilmu meluncur dengan sendirinya. Saat mulai
mengajar. Hanya ada beberapa murid yang
mendengarkanku. Namun tak lama kemudian,
mereka bertambah hingga tujuh puluh ribu orang.
Perluasan Madrasah Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani
Madrasah dan pondok beliau tak lagi mampu
menampung para pengikut beliau. Dibutuhkan
tempat yang lebih luas. Orang kaya dan miskin
membantu mendirikan bangunan. Orang kaya
membantu dengan harta dan orang miskin
membantu dengan tenaganya. Bahkan kaum
wanita di Baghdad pun membantu.
Seorang wanita muda yang bekerja secara suka
rela memperkenalkan suaminya yang enggan
bergotong-royong kepada Syaikh Abdul Qadir al-
Jailani. Ini suamiku. Aku telah menerima mahar
darinya sebanyak dua puluh keping emas,
separuhnya akan kuberikan kembali kepadanya
dan separuh lagi akan kubayarkan jika ia ikut
bekerja di sini. Kata wanita itu.
72

Lalu keping emas itu ia serahkan kepada Syaikh
Abdul Qadir al-Jailani, dan laki-laki itupun mulai
bekerja. Ia pun terus bekerja meskipun jatah
maharnya telah habis. Kendati demikian, Syaikh
Abdul Qadir al-Jailani tetap membayarnya karena
beliau tahu bahwa ia miskin.
Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani Menjadi Pemuka
Agama yang Paling Mumpuni dan Disegani
Syaikh Abdul Qadir al-Jailani adalah ulama dan
imam dalam ilmu-ilmu agama, kalam dan fiqih,
serta tokoh terkemuka Madzhab Syafii dan
Hanbali. Keberadaan beliau memberi manfaat
yang sangat besar bagi semua orang. Doa dan
kutukannya selalu dikabulkan. Beliau memiliki
banyak keistimewaan. Beliau adalah manusia
sempurna yang selalu mengingat Allah, bertafakur,
merenung serta belajar dan mengajar.
Hati beliau lembut, perilaku beliau santun, dan
paras beliau senantiasa tampak ceria. Beliau juga
selalu bersimpati dan memelihara perilaku yang
mulia. Di mata orang-orang, beliau tampil sebagai
sosok yang berwibawa, dermawan dan gemar
memberi bantuan berupa uang, nasehat, maupun
ilmu. Beliau menyanyangi sesama, terutama kaum
mukmin yang taat dan selalu beribadah kepada
73

Allah.
Penampilan beliau selalu terjaga sehingga nampak
tampan dan necis. Beliau tak suka berbicara
berlebihan. Jika bicara, meski cepat, setiap kata
maupun suku kata beliau terdengar jelas. Bicara
beliau santun dan hanya yang diucapkan hanya
kebenaran. Beliau sampaikan kebenaran dengan
lantang dan tegas. Beliau tak peduli apakah orang
lain akan memuji, mencela, mengkritik atau
bahkan memaki beliau.
Ketika Khalifah al-Muqtafi mengangkat Yahya bin
Said sebagai Qadhi (kepala pengadilan), Syaikh
Abdul Qadir al-Jailani mengkritiknya di hadapan
khalayak: Kau telah mengangkat orang yang
sangat dzalim sebagai hakim atas kaum mukmin.
Mari kita saksikan apa pembelaanmu ketika kau
dihadapkan kepada Hakim Agung, Tuhan Semesta
Alam.
Mendengar kritikan pedas itu khalifah gemetar dan
menangis . Ia segera memecat qadhi itu.
Saat itu, penduduk Baghdad mengalami
kemerosotan moral dan perilaku. Berkat kehadiran
Syaikh Abdul Qadir al-Jailani, banyak penduduk
yang benar-benar bertaubat, menjaga perilaku dan
menjalankan syariat Islam dengan baik.
74

Orang-orang pun semakin mencintai dan
menghormati Syaikh Abdul Qadir al-Jailani.
Pengaruh beliau semakin meluas. Orang shaleh
mencintai beliau dan para pelaku maksiat takut
kepada beliau. Banyak orang, termasuk raja,
menteri dan kaum bijak bestari, datang meminta
nasehat beliau. Banyak kaum Yahudi dan Kristen
yang masuk Islam karena beliau.
Pendeta yang Meragukan Miraj Rasulullah Saw.
Dengan Ruh dan Jasadnya
Ada seorang pendeta yang sangat bijak dan
berpengaruh di Baghdad yang memilki banyak
pengikut. ia memiliki pengetahuan yang luas tidak
hanya mengetahui tradisi Yahudi dan Kristen,
tetapi juga mengenai Islam. Ia pun mengetahui
kitab suci al-Quran dan sangat menghargai Nabi
Muhammad Saw. Khalifah sangat menghormatinya
dan berharap ia dan pengikutnya masuk Islam.
sebenarnya, pendeta itu ingin masuk Islam. Hanya
saja, ia masih meragukan bahwa Miraj Nabi
Muhammad Saw. terjadi berikut raganya.
Miraj itu terjadi ketika Nabi Saw. diperjalankan
dari Makkah ke Yerusalem dengan jasad dan ruh
beliau. Kemudian naik ke tujuh lapis langit serta
menyaksikan banyak hal. Beliau Saw. melihat
75

surga dan neraka, lalu bertemu dengan Allah Swt.
yang menyampaikan sembilan ribu kata. Saat
pulang dari perjalanan itu, kasur Nabi Saw. belum
mendingin dan daun yang tersentuh dalam
perjalanan belum berhenti bergoyang.
Akal sang pendeta tidak menerima peristiwa Miraj
itu dan segala yang disampaikan Nabi Saw.
sepulang dari perjalanan itu. Bahkan,
sesungguhnya banyak kaum Muslimin ketika itu
yang tidak mempercayai penjelasan Nabi Saw.,
dan menjadi murtad. Peristiwa itu benar-benar
menjadi ujian yang sangat berat bagi keimanan
kaum Muslimin. Karena akal tidak dapat menerima
fenomena serupa itu.
Khalifah mengundang para bijak bestari dan para
syaikh untuk menyakinkan si pendeta. Namun tak
ada satupun yang mampu. Kemudian pada suatu
sore, ia memohon kepada Syaikh Abdul Qadir al-
Jailani untuk menyakinkan si pendeta mengenai
kebenaran Miraj Nabi Saw.
Ketika Syaikh Abdul Qadir al-Jailani datang ke
istana, si pendeta dan khalifah tengah bermain
catur. Saat pendeta mengangkat sebuah bidak
catur, tiba-tiba matanya beradu pandang dengan
Syaikh Abdul Qadir al-Jailani. Si pendeta
76

memejamkan matanya. Ketika membuka mata,
tiba-tiba ia berada di sebuah sungai dan
dihanyutkan oleh alirannya yang deras. Ia berteriak
minta tolong.
Seorang penggembala pemuda lompat ke sungai
menyelamatkannya. Ketika pemuda itu
memeluknya, ia sadar bahwa ia tidak berpakaian
dan dirinya telah berubah menjadi seorang gadis.
Si penggembala menariknya keluar dan serta-
merta menanyakan keluarga dan rumahnya.
Ketika gadis itu (pendeta) menyebutkan Baghdad,
si penggembala itu mengatakan bahwa butuh
waktu berbulan-bulan untuk sampai ke sana. Si
penggembala menghormati, menjaga dan
melindunginya. Namun karena tak ada tempat
yang ditujunya, si penggembala menikahinya. Dari
pernikahan itu mereka memiliki tiga orang anak.
Suatu hari, saat si istri mencuci pakaian di sungai
yang menghanyutkannya beberapa tahun silam, ia
tergelincir dan jatuh ke air. Ketika sadar dan
membuka mata, ia dapati dirinya duduk di
hadapan khalifah, memegang bidak catur dan
masih bertatap pandang dengan Syaikh Abdul
Qadir al-Jailani. Lalu Syaikh Abdul Qadir al-Jailani
berujar kepadanya: Hai pendeta yang malang,
77

apakah saat ini kau masih enggan mengakui?
Si pendeta yang masih ragu dan menganggap apa
yang dialaminya itu hanyalah mimpi, menjawab:
Apa yang kau maksudkan?
Apakah engkau ingin berjumpa dengan anak dan
suamimu? Tanya Syaikh Abdul Qadir al-Jailani
seraya membuka pintu.
Di depan pintu istana itu telah berdiri si
penggembala dengan tiga orang anaknya.
Mengalami runtutan kejadian itu, si pendeta
langsung menyatakan keimanan dan mengakui
kebenaran Miraj Nabi Saw. Ia dan jamaahnya
yang berjumlah sekitar lima ribu orang masuk
Islam melalui Syaikh Abdul Qadir al-Jailani.
Allah Mencatat Tidak Akan Murka kepada Syaikh
Abdul Qadir Al-Jailani
Meskipun dikenal orang yang lembut, santun dan
penyanyang, dan selalu menepati janji jika
berurusan dengan keadilan, Syaikh Abdul Qadir al-
Jailani bersikap tegas. Beliau tak pernah marah
jika orang lain memperlakukan beliau dengan
buruk. Namun, jika mereka mengusik agama dan
keimanan, beliau akan sangat marah dan segera
menimpakan hukuman yang berat.
Seorang syaikh kala itu, Abu Najib as-Suhrawardi,
78

menceritakan:
Pada tahun 523 H, dalam sebuah majelis yang
dihadiri oleh Syaikh Hammad, guru Syaikh Abdul
Qadir al-Jailani, Syaikh Abdul Qadir al-Jailani
mengucapkan suatu pernyataan besar. Saat itu
juga Syaikh Hammad menegur beliau: Hai Abdul
Qadir, kau berbicara terlalu lancing. Aku takut
murka Allah akan menimpamu.
Lalu Syaikh Abdul Qadir al-Jailani menempelkan
telapak tangan beliau ke dada Syaikh Hammad:
Lihatlah telapak tanganku dengan mata hatimu.
Dan katakan tulisan yang terbaca di sana.
Ketika Syaikh Hammad tak dapat menjawab,
Syaikh Abdul Qadir al-Jailani mengangkat
tangannya lalu menunjukkan kepada Syaikh
Hammad. Di sana nampak tulisan yang sangat
jelas: Ia (Syaikh Abdul Qadir al-Jailani) telah
menerima tujuh puluh janji dari Allah bahwa ia
tidak akan dimurkai.
Manyaksikan itu, Syaikh Hammad berkata:
Takkan ada sedikitpun keburukan atas orang yang
dikaruniai janji itu dari Allah. Tak seorang pun
kesal kepadanya. Allah merahmati siapa saja yang
dikehendakiNya diantara hamba-hambaNya.
Para Pengikut Syaikh Abdul Qadir al-Jailani
79

Semua Mati dalam Keadaan Bertaubat
Dalam riwayat lain, Syaikh Abdul Qadir al-Jailani
mengatakan: Tidak ada seorang pun pengikutku
yang mati sebelum bertaubat. Mereka mati
sebagai hamba yang beriman kepada Allah. Setiap
satu orang pengikutku yang shaleh akan
menyelamatkan tujuh orang saudaranya yang
berdosa di api neraka. Seandainya ada aib salah
seorang pengikutku, yang berada di bagian paling
barat dunia, yang akan disingkapkan secara
semena-mena, maka kami, meski berada di
bagian paling timur dunia, akan menutupinya
sebelum diketahui siapapun.
Aku dikarunia kitab. Tidak semua orang dapat
melihatnya. Dalam kitab itu tercantum nama para
pengikutku hingga hari kiamat. Dengan rahmat
Allah akan kami selamatkan mereka. Beruntunglah
orang yang pernah bertemu denganku. Aku prihatin
kepada orang-orang yang tidak akan bertemu
denganku.
Semua orang yang dekat dengan beliau selalu
merasakan ketenangan dan kebahagiaan.
Seseorang pernah bertanya kepada beliau: Kami
tahu keadaan para pengikutmu yang shaleh dan
apa yang telah disediakan bagi mereka di hari
80

kiamat. Namun, bagaimana dengan pengikutmu
yang berbuat maksiat?
Syaikh Abdul Qadir al-Jailani menjawab: Para
pengikutku yang shaleh setia kepadaku. Dan aku
setia untuk menyelamatkan mereka yang berbuat
maksiat.
Seorang wanita muda pengikut Syaikh Abdul Qadir
al-Jailani tinggal di Ceylon, suatu hari ketika
melintas di tempat yang sepi, seorang laki-laki
mencegat dan bermaksud memperkosanya. Dalam
keadaan tak berdaya, wanita muda berteriak:
Wahai Syaikh Abdul Qadir al-Jailani guruku
tolonglah aku!
Ketika itu di Baghdad, Syaikh Abdul Qadir al-
Jailani sedang berwudhu. Orang-orang melihat
beliau menghentikan wudhunya dan dengan marah
beliaupun mencopot sandalnya lalu
melemparkannya ke udara. Mereka tak melihat
jatuhnya sandal itu. Ternyata sandal itu mengenai
kepala si lelaki yang tengah menganiaya gadis itu
dan menewaskannya. Konon, sandal itu kini masih
ada di sana dan dijaga sebagai benda suci.
Sahl bin Abdullah at-Tustari meriwayatkan bahwa,
pada suatu hari para pengikut Syaikh Abdul Qadir
al-Jailani di Baghdad mencari-cari guru mereka.
81

Ke mana-mana mereka mencari namun tak juga
diketemukan. Ketika seseorang mengatakan bahwa
Syaikh Abdul Qadir al-Jailani berjalan ke arah
sungai Tigris, mereka bergegas ke sana. Setibanya
di sana, mereka melihat Syaikh Abdul Qadir al-
Jailani berjalan di permukaan sungai. Mereka
melihat semua ikan muncul di permukaan dan
menyalami Syaikh Abdul Qadir al-Jailani.
Peristiwa ini terjadi pada waktu Dzuhur. Mereka
melihat permadani luas terhampar di atas kepala
mereka, dan menutupi angkasa. Pada permadani
itu tertulis ayat dengan tinta emas dan perak:
Ingatlah, sesungguhnya para wali Allah itu tidak
ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula
mereka bersedih hati. (QS. Yunus ayat 62). Para
malaikat berkata: Apakah kamu merasa heran
tentang ketetapan Allah? (Itu) rahmat Allah dan
keberkahanNya, dicurahkan atasmu hai Ahlul Bait.
Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha
Pemurah. (QS. Hud ayat 37).

You might also like