You are on page 1of 18

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumor dalam arti luas hanya merupakan suatu benjolan atau
pembengkakan yang dapat disebabkan oleh edema atau perdarahan dalam
jaringan. Namun istilah tumor sekarang ini hanya semata-mata untuk massa
neoplastik yang dapat menyebabkan benjolan pada permukaan tubuh. Suatu tumor
dikatakan jinak bila ciri-ciri makroskopik dan sitologinya tergolong relatif tidak
berbahaya yaitu diantaranya tetap dilokalisasi, tidak dapat menyebar ketempat
yang lain, oleh karena itu biasanya mudah diangkat dengan pembedahan lokal dan
tidak menyebabkan kematian. Pada tumor jinak tata nama ditambahkan dengan
akhiran oma pada jenis sel dari mana tumor tersebut timbul. Contohcontoh
tumor jinak yaitu: fibroma, lipoma, kondroma, osteoma, leiomioma. Yang sering
ditemukan yaitu lipoma.
13

Suatu tumor dikatakan ganas bila dapat menembus dan menghancurkan
struktur yang berdekatan dan menyebar ketempat yang jauh (metestasis) dan dapat
menyebabkan kematian. Pada tumor ganas tata nama secara langsung mengikuti
tata nama tumor jinak dengan tambahan tertentu. Tumor ganas yang berasal dari
masenkim atau turunannya, disebut sarkoma. Jadi nama- nama sarkoma dibentuk
dari histogenesisnya, yaitu jenis sel penyusunnya. Contoh-contoh yaitu:
fibrosarkoma, liposarkoma, kondrosarkoma, karsinoma, rhabdisarkoma.
13

Biasanya lipoma dijumpai pada usia lanjut (40-60 tahun),namun juga
dijumpai pada anak-anak dan terdapat pada wanita-wanita. Lipoma biasanya 1%
penduduk dengan tingkat prevalensi 1/1500 pada orang dewasa. Kondroma jinak
biasanya tumbuh pad tulang kecil, 50% tumbuh di tulang tulang, 10% tumbuh
pada tulang kecil di kaki. Kondroblastoma biasanya menyerang laki-laki remaja
15- 19 tahun. Leiomioma merupakan tumor yang paling sering ditemukan pada
wanita dan terbentuk dari massa sel-sel otot polos yang jinak. Tumor ewing jarang
terjadi, usia muda 10-20 tahun, pria 2:1. Liposarkoma sel bulat dan liposarkoma
pleomorfik adalah sarkoma sarkoma derajat tinggi dan agresif 85%-90%
bermetastase. Fibrosarkoma 10% dari sarkoma muskuloskeletal dan kurang 5%
2


dari seluruh tumor tulang primer, laki-laki lebih banyak dari wanita, biasanya usia
empat puluhan, sering menyerang tungkai femur distal atau tibia proksimal. Dari
kasus sarkoma muskuloskletal, rhabdomiosarkoma dijumpai sekitar 19%.
4,5,6,7

Biopsi aspirasi jarum halus (BAJAH) adalah suatu tindakan memeriksa
suatu bagian tubuh dengan cara menyuntikkan sebuah jarum yang halus (lebih
kecil dari jarum suntik biasa) kebagian yang membenjol, lalu melakukan aspirasi
(penyedotan) untuk mengambil isi benjolan tersebut. Selanjutnya bahan hasil
sedotan itu dikirim ke dokter Ahli Patologi untuk diperiksa. Beberapa keuntungan
BAJAH untuk pasien yaitu dapat diterima pasien dan tidak menimbulkan rasa
nyeri, serta tidak menimbulkan jaringan parut dan komplikasi.
1

Pada dasawarsa terakhir ini, sitologi biopsi aspirasi jarum halus (BAJAH),
dipergunakan secara luas dalam bidang diagnosis berbagai tumor, baik sebagai
diagnostik preoperatif maupun konfirmatif.
2

Penelitian lain mengenai ketepatan diagnostik dari BAJAH, dari hasil
penelitian Sensitivitas Sheikh F A dari 2623 sample, didapatkan sensivitas 94%,
spesifisitas 98%. Lester J Lay Field MD dari 176 sample, didapatkan sensivitas
81,81%, spesifisitas 95,23% dengan akurasi diagnostik 90,62%.
3
Telah dilakukan penelitian awal, tentang akurasi diagnostik tentang
BAJAH, penelitian Agoes Tino, dari 70 sample didapatkan BAJAH sensivitas
87,5%, spesifisitas 96,3%, dan akurasi diagnostiknya 91,4%.
3

Berdasrkan data di atas peneliti ingin melakukan penelitian bagaimana
akurasi biopsi aspirasi terhadap hasil histopatologi tumor muskuloskletal di rumah
sakit umum Dr. Pirngadi Medan tahun 2012.


1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini
adalah untuk mengetahui bagaimana akurasi biopsi aspirasi tumor muskuloskletal
terhadap histopatologi di Rumah Sakit Pirngadi Medan.



3


1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Mengetahui frekuensi umur yang melakukan biopsi aspirasi dengan hasil
jinak dan ganas di Rumah Sakit Umum Dr.umum Pirngadi Medan tahun
2012.
2. Mengetahui frekuensi jenis kelamin yang melakukan biopsi aspirasi
dengan hasil jinak dan ganas di Rumah Sakit Umum Dr.umum Pirngadi
Medan tahun 2012.
3. Mengetahui lokasi tumor histopatologi muskuloskletal yang melakukan
biopsi aspirasi dengan hasil jinak dan ganas di Rumah Sakit Umum
Dr.umum Pirngadi Medan tahun 2012.
4. Mengetahui akurasi biopsi aspirasi dengan hasil histopatologi tumor
muskuluskletal di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan tahun 2012.

1.4 Manfaat Penelitian
1. Melalui penelitian ini, penelitian dapat menerapkan dan memanfaatkan
ilmu yang didapat selama pendidikan dan menambah pengetahuan dan
pengalaman dalam membuat penelitian ilmiah.
2. Dapat menambah ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan
biopsi aspirasi pada muskuloskletal.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat rujukan pada penelitian selanjutnya.
4. Dapat menjadi perencanaan tindakan pencegahan dan pengobatan yang
lebih tepat dan efisien tentang gambaran yang berhubungan dengan
kejadian biopsi aspirasi tumor muskuloskletal di Rumah Sakit Pirngadi
Medan.






4


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Sistem muskuloskletal menentukan bentuk dan gerakan tubuh manusia.
Istilah penyakit muskuloskletal mencakup sejumlah besar keadaan yang berkisar
dari lesi lokal jinak di tulang, seperti osteokondroma hingga penyakit generalisata
yang mengancam nyawa, seperti distrofi otot.
8

2.1 Tumor jinak
Tumor jinak/benigna tumbuh progresif lambat dengan ekspansi dibatasi
simpai jaringan ikat derivat stromanya yang menyatu dengan fibrosis jaringan
serikat oleh desakan pertumbuhan tumor.
8

2.1.1 Gambaran dan Gejala Klinis Lipoma
Lipoma merupakan tumor jinak jaringan lunak yang paling sering
ditemukan pada orang dewasa dengan tumbuh di daerah subkutan pada segala
lokasi kendati paling sering didaerah punggung,bahu serta leher. Tumor ini dapat
pula timbul dalam otot rangka, mediastinum, retroperitoneum atau dinding usus.
.9

Lipoma merupakan tumor yang biasanya berukuran kecil dan memiliki
kapsula yang halus dengan menunjukan jaringan adiposa yang normal, matur serta
berwarna putih. Kadang-kadang beberapa contoh aptikal terjadi dalam jaringan
subkutan ketika tumor ini seharusnya tidak salah tafsirkan dengan liposarkoma.
9

2.1.2 Gambaran dan Gejala Klinis Kondroma Jinak
Kondroma jinak biasanya terjadi pada orang yang berusia 10-30 tahun,
timbul di bagian tengah tulang. Beberapa jenis kondroma menyebabkan nyeri.
Jika tidak menimbulkan nyeri,tidak perlu diangkat atau di obati. Untuk memantau
perkembangannya, dilakukan dengan rontgen. Jika tumor tidak dapat didiagnosa
melalui foto rontgen perlu dilakukan biopsi untuk menentukan apakah tumor
tersebut bisa berkembang menjadi kanker atau tidak.
10

Tumor jinak ini tersusun dari kartilago hialin.
Kondroma yang terdapat di dalam tulang dinamakan enkondroma dan
varian ini dianggap muncul dari sisa-sisa kartilago epifisis. Sekitar
5


sepertiga kasus tumbuh dalam tulang tubular yang pendek pada jari-jari
tangan dan biasanya ditemukan di antara dewasa muda. Dalam
pemeriksaan radiologis, kondroma terlihat sebagai gambaran radiolusen
dengan batas yang jelas dan disertai klasifikasi titik-titik yang tersebar.
Kondroma dapat tunggal atau multipel. Bentuk multipel nonfamilial
dikenal sebagai enkondromatosis atau penyakit ollier, dan familial dengan
kondroma yang multipel dan disertai hemangioma dikenal sebagai
sindrom Maffucci.
Enkondroma tampak sebagai massa keras, berbatas jelas, berkilau yang
meluas ditulang dari bagian tengah dan menyebabkan penipisan
korteks,secara mikroskopis, enkondroma terdiri atas lobulus-lobulus
kartilago hialin dengan selularitas rendah.
Transformasi kondroma sporadis yang soliter menjadi bentuk sarkoma
jarang terjadi kendati pada tumor multipel dalam berbagai sindrom
sistemis transformasi sarkomatosa (biasanya menjadi kondromasarkoma)
dapat terjadi.
Kondroma biasnya asistomatik tetapi dapat pula menimbulkan deformatis
tulang, nyeri dan fraktur. Lesi pada tangan dan kaki hampir selalu terjadi
sebagai lesi yang tidak berbahaya kendati dapat muncul kembali jika
pengangkatannya tidak sempurna. Kondroma pada tulang panjang
menghasilkan diagnosis diferensial kondrosarkoma dengan diferensiasi
yang baik.
10

2.1.3 Gambaran dan Gejala Klinis Kondroblastoma
Kondroblastoma jarang terjadi. Tumor yang tumbuh pada ujung tulang ini,
biasanya timbul pada usia anak berusia 10-20 tahun. Ia dapat menimbulkan nyeri,
yang juga merupakan petunjuk adanya penyakit tersebut. Pengobatan bisa
dilakukan dengan pengangkatan melalui pembedahan, namun meskipun telah
dilakukan pembedahan, tumor ini bisa timbul kembali. Laki-laki lebih sering
terkena daripada wanita dengan perbandingan 2:1. Tempat yang sering terkena
adalah femur bagian distal, tibia bagian proksimal, dan humerus bagian
proksimal.
7

6


Kondroblastoma terjadi pada daerah epifisis. Secara radiologis,
kondroblastoma tampak sebagai lesi lusen berbatas tegas yang dapat menunjukan
adanya kalsifikasi. Secara mikroskopis, kondroblastoma sangat seluler. Sel yang
dominan adalah kondroblas embionik, yang tampak sebagai sel bulat kecil dengan
sedikit sitoplasma, sel-sel ini cukup seragam, dengan sedikit aktivitas mitotik.
Sel-sel raksasa seperti osteoklas berinti banyak sering ditemukan. Biasanya
ditemukan daerah pembentukan kartilago. Sering terjadi kalsifikasi.
10

Tumor ini hampir selalu ditemukan di dalam epifisis pasien yang tulang
masih imatur (jangan salah tafsirkan dengan tumor sel raksasa atau
kondrosarkoma clear cell, yang keduanya terjadi pada lokasi yang sama tetapi
biasanya ditemukan di antara pasien-pasien yang berusia lanjut).
Sel-sel tumor berbentuk poliginal yang tersusun dalam lembaran dan
kadang-kadang dikelilingi oleh pola seperti jalinan benang dari kartilago
hialin. Nukleus sel tersebut sering menunjukkan lekukan yang dalam atau
alur longitudinal.
Sel-sel raksasa multinukleus yang mirip osteoklas dapat ditemukan dan
cukup banyak untuk menunjukkan tumor sel raksasa pada tulang.
Tumor ini bersifat jinak, tetapi sekitar 1% dapat bermetastasis, yang
biasanya terjadi sesudah fraktur patologis atau rekurensi multipel.
Metastasis disembuhkan melalui reseksi.
9

2.1.4 Gambaran dan Gejala Klinis Leiomioma
Leiomioma merupakan tumor yang paling sering ditemukan pada wanita
dan terbentuk dari massa sel-sel otot polos yang jinak. Tumor ini paling sering
terjadi pada wanita dalam usia reproduktif aktif, berhubungan dengan stimulasi
hormon estrogen dan memiliki korelasi dengan sejumlah kelainan sitogenetik
yang spesifik.
Lesi tumor berupa nodul dengan batas tegas, diskret, bulat, kenyal dan
berwarna putih-kelabu di dalam miometrium (intramural), di bawah lapisan serosa
(subserosa), atau tepat di bawah endometrium (submukosa). Leiomioma dapat
mengalami degenerasi kistik dan kalsifikasi. Tumor ini dapat asimtomatik atau
berkaitan dengan perdarahan uterus yang abnormal, nyeri kelainan kandung
7


kemih, dan gangguan fertilitas. Transformasi menjadi bentuk ganas sangat jarang
ditemukan.
9

2.2 Tumor Ganas
Tumor ganas/maligna tumbuh progresif cepat dengan ekspansi
invasif/infiltratif ke jaringan sekitar; ada kalanya terbentuk simpai semu jaringan
ikat berisi akar-akar sel parenkim, sehingga sukar pengangkatan atau
pembersihannya secara total atau radikal oleh sifat invasif ini, melalui berbagai
macam cara dan jalan tertentu terjadi penyebaran metastasis yaitu terlepasnya sel
parenkim dan ikatan jaringan di tempat pertumbuhan primer, dengan melakukan
migrasi sampai di tempat baru yang jauh dari fokus primer, untuk tumbuh
membentuk tumor sejenis sebagai neoplasma sekunder metastatik di tempat baru
tersebut.
8

2.2.1 Gambaran dan Gejala Klinis Tumor Ewing
Tumor Ewing (Sarkoma Ewing) muncul pada pubertas, dimana tulang
Tumbuh sangat cepat. Jarang ditemukan pada anak yang berumur kurang dari 10
tahun dan hampir tidak pernah ditemukan pada anak-anak Afro-Amerika. Tumor
bisa tumbuh di bagian tubuh manapun, namun yang paling sering di tulang
panjang anggota gerak, panggul atau dada. Tumor juga bisa tumbuh di tulang
tengkorak atau tulang pipi lainnya. Laki-laki terkena dua kali lebih sering dari
pada wanita. Awalnya (oleh Ewing) dianggap berasal dari sel endotel, sekarang
tumor ini diyakini berasal dari sel-sel neuroektodermal berdasarkan positivitas
enolase spesifik-neuron, enzim transmiter koligernik yang dapat dideteksi, yang
dilaporkan pada beberapa tumor neuroepitelial lain. Sarkoma Ewing terjadi pada
tulang panjang, iga, tulang pelvis, tulang belakang , dan meluas merusak rongga
medula, korteks tulang dan jaringan lunak di sekililingnya. Secara radiologis,
sarkoma Ewing tampak sebagai lesi radiolusen yang destruktif pada diafisis, yang
menginfiltrasi korteks dari dalam. Pembentukan tulang periosteal reaktif dapat
menimbulkan gambaran berlapis-lapis.
10

Sarkoma Ewing adalah neoplasma yang sangat ganas dan tumbuh cepat
yang cenderung menyebar melalui aliran darah pada stadium awal. Sarkoma
8


Ewing berespon terhadap pengobatan kemoterapi yang agresif. Angka daya tahan
hidup 5 tahun secara keseluruhan adalah 30-40%.
11

2.2.2 Gambaran dan Gejala Klinis Liposarkoma
Liposarkoma jauh lebih jarang terjadi dan cendrung berupa massa tumor
yang berukuran sangat besar. Pada dasarnya, liposarkoma bisa terdapat di setiap
bagian tubuh dan tidak harus terjadi pada jaringan adiposa saja. Sebagian besar
tumor ini tumbuh dalam jaringan lunak yang dalam dan kemudian mengikuti
perjalanan penyakit yang sangat bergantung pada ciri-ciri morfologisnya.
9

Liposarkoma menempati sekitar 21,4% dari seluruh sarkoma jaringan
lunak. Umumnya terjadi pada dewasa, khususnya terbanyak usia 40-60 tahun. Di
setiap lokasi berjaringan lemak dapat timbul liposarkoma, lokasi predileksi
adalah retroperitoneal, ekstrimitas bawah, torso. Durasi penyakit sangat
bervariasi. Bahaya utama terletak pada pertumbuhan invasif lokal dan rekurensi
berulng-ulang.
11

Tumor sering kali lobular, konsistensi lunak, liposarkoma yang timbul di
retroperitoneum ada kalanyatak memiliki batas tegas dengan jaringan lemak
normal, penampang irisan tumor berwarna kuning keputihan. Dibawah
mikroskop: dapat dibagi menjadi lima jenis, yaitu miksoid berdiferensiasi baik,
miksoid berdiferensiasi buruk, pleomorfik, sel bulat dan lipomatoid. Liposarkoma
diferensiasi baik sangat mirip dengan lipoma, sering memiliki cukup banyak
jaringan lipoid yang cukup matur, di dalam liposarkoma diferensiasi buruk
terdapat lipoblas, ukuran sel bervariasi, dan terdapat berbagai bentuk
dismorfisme.
11

Sarkoma jenis ini tumbuh relatif lambat. Umumnya berupa massa
berlokasi dalam, berbatas tidak jelas dan tidak nyeri. Dengan berkembangnya
penyakit, dapat timbul nyeri, gejala desakan terkait dan gangguan fungsi.
Liposarkoma di retroperitoneal lebih sulit dideteksi dengan klinis, paasien sering
datang dengan komplikasi, seperti hernia inguinal, oedem tungkai bawah atau
tanda atau tanda desakan organ dalam. Pada stadium lanjut dapat disertai
penurunan berat badan, pengurusan, dll.
11


9


2.2.3 Gambaran dan Gejala Klinis Fibrosarkoma
Fibrosarkoma paling sering ditemukan di antara berbagai sarkoma
jaringan lunak. Tapi belakangan ini dengan perbaikan dan peningkatan teknik
diagnosis. Sebagian tumor yang terbentuk dari serat kolagen yang diproduksi sel
spindel di diagnosis sebagai histiositoma fibrosa maligna, neurilemoma maligna,
dll. Sehingga proporsi fibrosarkoma dalam sarkoma jaringan lunak menurun.
9

Fibrosarkoma adalah tumor ganas berasl dari sel fibroblas. Konsistensinya
lembut, permukaan irisan umumnya berwarna abu-abu putih dan warna daging
ikan, dapat terjadi nekrosis, hemoragi dan transformasi. Dapat timbul kapsul
semu. Namun bila tumor tubuh relatif besar, batasnya sering tidak jelas, bentuk
dapat tidak beraturan berekspansi menonjol ke jaringan sekitarnya. Dibawah
mikroskop: struktur jaringan sangat dismorfik, bukan hanya terdapat sangat
banyak gambaran mitosi, tapi dapat timbul sel datia tumor berbentuk sangat aneh.
Pola ekspansi utamanya adalah pertumbuhan invasif lokal, dan bukan metastasis
jauh, eksisi bedah sulit tuntas. Oleh karena itu, faktor utama pengancam pasien
dari fibrosarkoma bukanlah metastasis, melainkan rekurensi refratek. Jika timbul
diseminasi hematogen, terutama metastasis ke paru. Pada sedikit kasus dapat juga
timbul metastasis kelenjar limfe regional. Fibrosarkoma sering berupa massa
berukuran besar yang tampak seolah-olah berkapsul (padahal tidak), tetapi tumor
ini tidak bersifat infiltrasi.
10

Usia prediliksi fibrosarkoma adalah 30-55 tahun, wanita agak lebih
banyak dari pria, dapat timbul di setiap lokasi tubuh, namun paling sering timbul
di ekstrimitas. Gejala utamanya berupa tumor tidak nyeri. Perjalan penyakit
lambat, bervariasi dari beberapa minggu hingga 20 tahun, bila menekan saraf
dapat timbul nyeri. Permukaan tumor yang berlingkup luas, bervolume besar
dapat mengalami udem, venodilitasi, ulseras dan perdarahan. Secara keseluruhan
60% hingga 80% pasien dapat bertahan hidup selama 5 tahun dengan metode
terapi yang tersedia saat ini.
9




10


2.2.4 Gambaran dan Gejala Klinis Rhabdomiosarkoma
Rhabomiosarkoma merupakan sarkoma jaringan lunak yang paling sering
ditemukan pada anak-anak. Tumor ini dibagi menjadi tiga tipe utama berdasarkan
ciri-ciri morfologinya:
Embrional (yang meliputi varian botroid [seperti kumpulan buah anggur]
dan gelendong)
Alveolar
Pleomorfik.
Pola botroid pada dasarnya merupakan varian morfologi dengan pola
embrional Yang pada lokasi submukosa, menonjol ke dalam suatu rongga
(misalnya vagina, kandung kemih sebagai massa berbentuk buah anggur sehingga
diberi nama botroid).
Sekitar 90% rhabdomiosarkoma embrional dan alveolar terjadi sebelum
usia 20 tahun. Rhabdomiosarkoma embrional sering timbul pada anak-
anak di daerah yang tidak mengandung banyak otot rangka seperti kepala,
leher dan regio urogenital. Sebaliknya rhabdomiosarkoma alveolar terjadi
pada anak-anak yang lebih tua dan umumnya tumbuh pada otot rangka
ekstrimitas.
Varian embrional dan alveolar merupakan tumor dengan diferisiansi yang
sering memperlihatkan diferensiasi otot rangka setempat dalam bentuk sel-
sel rhabdomioblas. Sel-sel ini memiliki sitoplasma yang berlimpah,
eksentrik serta eosinofilik dan dapat mempelihatkan gambaran seran-
lintang.
Diferensiasi rhabdomioblastik hanya dapat dilihat dengan mikroskop
elektron atau teknik imunohistokimia (filamen tebal dan tipis dengan
gambaran atau positivitas imunoperoksidae dengan desmin, miogenin serta
Myo D1). Varian alveolar ditandai oleh translokasi kromosom 2:13.
Tipe pleomorfik jarang terdapat dan terjadi pada pasien yang berusia lebih
tua dari 45 tahun. Tumor ini tersusun dari sel-sel tumor atipikal berukuran
besar yang sebagian di antaranya mempelihatkan sitoplasma berlimpah
11


dengan gambaran seran-lintang. Varian ini mempunyai prognosis yang
buruk.
Tumor otot rangka biasanya ditangani dengan komunikasi terapi
pembedahan bersama kemoterapi radiasi. Variasi alveolar dan pleomorfik
merupakan tipe yang paling agresif dan mempunyai prognosis yang
paling buruk.
9


2.3 Sitologi Biopsi Aspirasi Jarum Halus
Biopsi aspirasi merupakan alat diagnostik jaringan dengan cara memeriksa
sejumlah sel dari ekstrak tumor atau nodul yang diambil dengan mempergunakan
jarum dan tabung suntik.
Biopsi aspirasi jarum halus (BAJAH) merupakan sarana diagnostik
terobosan (invasive diagnostic) yang banyak dipergunakan dalam diagnosis
berbagai tumor. Peralatan dan tekniknya sangat sederhana, murah dan
diagnosisnya tepat.
2.3.1 Indikasi Biopsi Aspirasi Jarum Halus
Biopsi aspirasi dapat dilakukan pada hampir semua tumor dengan
berbagai indikasi yaitu:
Diagnosis preoperatif dengan sangkaan klinis, tumor maligna operable.
Diagnosis konfirmatif dengan sangkaan klinis, tumor maligna inoperable.
Diagnosis konfirmatif dengan sangkaan klinis tumor Recurrent.
Diagnosis konfirmatif tumor metastasis.
Diagnosis tumor neoplasma atau non neoplasma.
Diagnosis kista, benigna atau maligna.
Mengambil bahan untuk pemeriksaan mikrobiologi.
Mengambil bahan penelitian jaringan.
2.3.2 Teknik Biopsi Aspirasi Jarum Halus
Teknik biopsi aspirasi adalah langkah-langkah kegiatan, mulai dari
persiapan pasien, pendekatan pasien, pengambilan ekstrak atau aspirat tumor dan
pembuatan sedian hapus.

12


a) Persiapan alat
Peralatan yang dipergunakan terdiri dari jarum dengan tabung suntik, alat
pemegang tabung suntik, kaca obyek, bahan pengawet alkohol 70-90%,
desinfektan dan plaster steril.
b) Pendekatan pasien
Pendekatan pasien dimulai dengan anamnesis. Kemudian dijelaskan secara
singkat tujuan biopsi aspirasi. Suasana wawancara dengan pasien dibuat
sedemikian rupa, sehingga pasien tidak merasa takut dan bersifat
kooperatif. Biasanya pasien memberi respon yang baik dan tidak menolak
biopsi aspirasi. Namun, kadang-kadang pasien merasa takut pada tusuk
jarum, apalagi arah jarum dari depan leher, terutama pada waktu biopsi
aspirasi tiroid.
c) Pengambilan aspirasi tumor
1) Nodul atau tumor difiksasi diantara jari tangan, sambil kulit di atasnya
direnggangkan.
2) Jarum diinsersi ke dalam massa tumor
3) Piston ditarik ke arah proksimal dan ditekan di dalam tabung menjadi
negatif; jarum digerakkan maju mundur. Sehingga ekstrak/aspirat yang
mengandung sejumlah sel tumor masuk kedalam lumen tabung suntik
4) Sebelum dicabut, piston dalam tabung suntik dikembalikan pada
tempat semula dengan cara melepaskan pegangan.
5) Aspirat dikeluarkan dan dibuat sediaan hapus, di keringkan di udara
dan dikirim ke laboratorium pusat pemeriksaan kanker.
1

2.3.3 Komplikasi Biopsi Aspirasi Jarum Halus
Biopsi aspirasi dengan menggunakan jarum halus, biasanya tidak
menimbulkan komplikasi yang berarti, namun perlu dipertimbangkan beberapa
kelainan yang mungkin terjadi sebagai efek trauma yaitu perdarahan dan
hematom, infeksi sekunder dan penyebaran tumor.
2

2.3.4 Keuntungan Biopsi Aspirasi Jarum Halus
Penggunaan biopsi aspirasi dalam diagnosis tumor sangat menguntungkan
ditinjau dari segi manajemen tumor yaitu lebih sederhana, penggunaan alat lebih
13


selektif dan alternatif pengobatan dapat segera dilakukan. Dari segi pelayan
onkologik karena teknik dan peralatan biopsi aspirasi yang sederhana mudah dan
cepat maka terutama rumah sakit pemerintah dapat meningkatkan pelayanan
onkologik dan menurunkan biaya operasional rumah sakit. Bagi pasien,
keuntungan di dapat dari segi psikologi (rasa cemas dan takut dipersingkat),
biaya, hasil pemeriksaan yang cepat, dan mendapat pengobatan dengan segera.
1


2.4 Kerangka Teori























Histopatologi
jaringan
Sitologi biopsi aspirasi
jarum halus
Muskuloskletal
Tumor jinak Tumor ganas
Ewing sarkoma
Liposarkoma
Fibrosarkoma
Rhabdomiosarkoma


Lipoma
Kondroma jinak
Kondroblastoma
Liomioma



14


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian kesehatan yang dilakukan adalah metode penelitian survei
analitik prospektif (cohort) mengacu pada data-data yang diperoleh dari rekam
medik bagian Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan tahun
2012
12.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi di Medan.
Waktu penelitian dilakukan dari bulan Januari sampai Desember 2012.

3.3 Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah semua penderita tumor pada muskuluskletal
dengan menggunakan biopsi aspirasi jarum halus di Rumah Sakit Umum
Dr.Pirngadi Medan tahun 2012. Populasi tersebut adalah 42 orang.

3.4 Besar Sampel penelitian
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menerapkan secara random
sampling (probability samples), yaitu pengambilan sampel secara acak dengan
teknik pengambilan sampel secara acak sederhana (simple random sampling)
dimana setiap anggota atau unit populasi mempunyai kesempatan yang sama
untuk diseleksi sebagai sampel.







15


3.5. Kriteria Sampel
Tabel 3.1 kriteria sampel
Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi
Pasien yang melakukan pemeriksan
biopsi aspirasi tumor
muskuloskletal di Rumah Sakit
Umum Dr. Pirngadi Medan dari
Januari-Desember 2012
Pasien yang bukan penderita tumor
muskuloskletal dari hasil biopsi
aspirasi
Pasien dengan Histopatologi tumor
muskuloskletal di Rumah Sakit
Umum Dr. Pirngadi Medan dari
Januari-Desember 2012

3.6. Teknik Pengambilan Data
Data sampel di ambil dari pasien yang menderita tumor pada organ
muskuluskletal dan telah melakukan biopsi aspirasi jarum halus di Rumah Sakit
Pirngadi Medan.

3.7. Kerangka Konsep












Biopsi Aspirasi
Muskuluskletal
Histopatologi
Muskuluskletal
16


3.8. Definisi Operasional
Tabel 3.2 Definisi Operasional

Definisi Operasional
Alat Ukur
Dan Cara
Ukur
Hasil Ukur
Skala
Ukur
Biopsi
Aspirasi
tindakan memeriksa
suatu bagian tubuh
dengan cara menyuntik-
kan sebuah jarum yang
halus (lebih kecil dari
jarum suntik biasa)
kebagian yang
membenjol, lalu
melakukan aspirasi
(penyedotan) untuk
mengambil isi benjolan
tersebut.
Data
Rekam
medik RSU
Dr.
Pirngadi
Medan
tahun 2012
Seluruh tumor
jinak dan ganas
pada
muskuloskletal
Ordinal
Akurasi Suatu indeks yang
menunjukkan alat ukur
tersebut benar-benar
mampu mengukur ciri-
ciri dari sesuatu yang
ingin di ukur
Uji
sensitivitas
dan
spesifitas
Presentasi
akurasi dari uji
sensitivitas dan
spesifitas
berdasrkan
analisa data
Nominal
Histopat
ologi
tumor

Muskulo
skletal
Pemeriksaan jaringan
tumor muskuloskletal
dari sediaan biopsi
aspirasi
Data rekam
medik RSU
Dr.
Pirngadi
Medan
2012
Ordinal


17


3.9 Metode Dan Analisa Data
Data yang berhasil dikumpulkan berupa data kualitatif yang kemudian di
olah dan selanjutnya di sajikan dalam bentuk tabel dan di deskripsikan. Penelitian
cohort adalah suatu penelitian yang digunakan untuk mempelajari dinamika
korelasi antara faktor resiko dengan efek melalui pendekatan longitudinal ke
depan atau prospektif. Artinya, faktor resiko yang akan dipelajari diidentifikasi
dulu, kemudian diikuti ke depan secara prospektif timbulnya efek, yaitu penyakit
atau salah satu indikator status kesehatan.

3.10 Akurasi Pada Tumor Muskuloskletal
Sensitifitas =

Spesifitas =



Rumus diatas ditentukan berdasarkan tabel berikut:
Tabel 3.3 rumus
Pemeriksaan
Kenyataan
Total
(jumlah) Kelompok kasus


Kelompok kasus
Biopsi aspirasi (+) A B A + B
Biopsi aspirasi (-) C D C + D
Total (jumlah) A + C B + D n
A
A + C
D
B + D
18


Keterangan:
A : Menyatakan bahwa dari pemeriksaan biopsi aspirasi ditemukan
keganasan pada muskuloskletal (+) dan dari pemeriksaan histopatologi
muskuloskletal benar / terbukti dijumpai keganasan pada muskuloskletal (+).
B : Menyatakan bahwa dari pemeriksaan biopsi aspirasi ditemukan
keganasan pada muskuloskletal (+) dan dari pemeriksaan histopatologi tidak
terbukti dijumpai keganasasan pada muskuloskletal (-).
C : Menyatakan bahwa dari pemeriksaan biopsi aspirasi tidak ditemukan
kegansasan pada muskuloskletal (-) dan dari pemeriksaan histopatologi dijumpai
keganasan pada muskuloskletal (+).
D : Menyatakan bahwa dari pemeriksaan biopsi aspirasi tidak ditemukan
keganasan pada muskuloskletal (-) dan dari pemeriksaan histopatologi
benar/terbukti tidak dijumpai keganasan pada muskuloskletal (-).

You might also like