You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.Latar belakang


Panas adalah suatu bentuk energi yang dapat dipindahkan dari suatu tempat ke tempat
yang lain yang dapat menimbulkan akibat dalam suatu proses, akibat yang ditimbulkan antara
lain, kenaikan suhu benda, perubahan tekanan, perubahan fasa dan reaksi kimia (Masyithah,
Z, 2006).
Ada 2 macam panas yaitu:
1. Panas sensible adalah panas yang menyebabkan terjadinya kenaikan/penurunan
temperatur, tetapi fasa (wujud) tidak berubah.
2. Panas laten adalah panas yang diperlukan untuk merubah fasa (wujud)
benda(perpindahan panas,2012).
1. Perpindahan Panas
Panas telah diketahui dapat berpindah dari tempat dengan temperatur lebih tinggi ke
tempat dengan temperatur lebih rendah.Ilmu yang mempelajari perpindahan energi karena
perbedaan temperatur diantara benda atau material disebut juga perpindahan panas.
Menurut hukum kekekalan energi, yaitu panas atau energi tidak dapat dimusnahkan
atau diciptakan, tetapi dapat diubah dari satu bentuk energi ke bentuk energi yang lain. Energi
atau panas juga dapat dipindahkan, yaitu dengan cara konduksi, konveksi, dan radiasi
(Kern,D.Q, 1950).
a. Perpindahan Panas Konduksi
Konduksi ialah pemindahan panas yang dihasilkan dari kontak langsung antara
permukaan-permukaan benda.Konduksi terjadi hanya dengan menyentuh atau
menghubungkan permukaan-permukaan yang mengandung panas.Setiap benda
mempunyai konduktivitas thermal(kemampuan mengalirkan panas) tertentu yang
akan mempengaruhi panas yang dihantarkan dari sisi yang panas ke sisi yang lebih
dingin.



Dinyatakan dengan persamaan (1)

..(1)
Dimana :
Q = Laju perpindahan panas (w)
A = Luas penampang dimana panas mengalir (m
2
)
dT= Perbedaan temperatur (
0
C)
dx= Perbedaan jarak (m)
k = Konduktivitas thermal bahan (w/m
o
C)

b. Perpindahan Panas Konveksi
Pemindahan panas berdasarkan gerakan fluida disebut konveksi.Dalam hal ini
fluidanya adalah udara di dalam ruangan.Perpindahan panas secara konveksi terjadi pada
fluida.Perpindahan panas secara konveksi dibagi dua, yaitu :
Konveksi alami (Natural Convection)
Konveksi alami ini terjadi karena ada arus yang mengalir akibat gaya apung,
sedangkan gaya apung terjadi karena ada perbedaan densitas fluida tanpa dipengaruhi
gaya dari luar sistem. Perbedaan densitas fluida terjadi karena adanya gradien suhu
pada fluida.
Konveksi paksa (Forced Convection)
Konveksi paksa adalah proses konveksi yang di paksa dengan peralatan-peralatan
mekanik seperti kipas, pengaduk, pompa dan lain-lain.
Dinyatakan dengan persamaan (2)
..(2)
Dimana :
q = Laju perpindahan panas konveksi (w)
h = Koefisien perpindahan panas konveksi (w/m
2 0
C)
A= Luas penampang (m
2
)
T= Perubahan atau perbedaan suhu (
0
C;
0
F)
c. Perpindahan Panas Radiasi
Perpindahan panas secara radiasi adalah pemindahan panas atas dasar gelombang-
gelombang elektromagnetik. Misalnya tubuh manusia akanmendapat panas pancaran dari
setiap permukaan dari suhu yang lebih tinggi dan akan kehilangan panas atau
memancarkan panas kepada setiap obyek atau permukaan yang lebih sejuk dari tubuh
manusia itu.
Panas pancaran yang diperoleh atau hilang, tidak dipengaruhi oleh gerakan udara,
jumlah keseluruhan panas pindahan yang dihasilkan oleh masing-masing cara hampir
seluruhnya ditentukan oleh kondisi-kondisi lingkungan. Umpamanya, udara yang jenuh
tak dapat menerima kelembaban tubuh, sehingga pemindahan panas tak dapat terjadi
melalui penguapan.Pengondisian suatu ruang seharusnya meningkatkan laju kehilangan
panas bila para penghuni terlalu panas dan mengurangi laju kehilangan panas bila mereka
terlalu dingin.Tujuan ini tercapai dengan mengolah dan menyampaikan udara yang
nyaman dari segi suhu, uap air (kelembaban), dan velositas (gerak udara dan pola-pola
distribusi).
Dinyatakan dengan persamaan Stefan-Boltzmann

..(3)
Dimana :
q = Laju perpindahan panas radiasi (w)
=Koefisien perpindahan panas radiasi(w/m
2 0
C)5,66910
8
w/m
2
-K
A = Luas penampang (m
2
)
T
4
= Perubahan atau perbedaan suhu (
0
C;
0
F)

2. Alat Penukar Panas (Heat Exchanger)
Heat exchanger merupakan suatu alat penukar panas dimana terjadi penurunan suhu
fluida yang akan didinginkan dengan memindahkan suhu panasnya ke fluida lain tanpa terjadi
pencampuran fluida.Kilang PT.Arun yang mengolah gas alam menjadi LNG dan kondensat
banyak menggunakan heat exchanger secara kontak tidak langsung. PT.Arun menggunakan
beberapa tipe HE yang berbeda, diantaranya:
a. Kettle-Type Reboiler f. Plate-Fin Exchanger
b. Thermosyphon Reboiler g. Fin-Fan Cooler
c. Sea Water Cooler h. Heater
d. Propane Chiller
e. Air-Cooled Exchanger

3. Klasifikasi Alat Penukar Panas Berdasarkan Fungsi
Ditinjau berdasarkan fungsinya, alat penukar panas dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
a. Cooler, berfungsi untuk mendinginkan zat cair atau gas dengan media pendingin air
atau udara.
b. Condenser, berfungsi untuk mengembunkan uap atau campuran uap.
c. Chiller, berfungsi untuk mendinginkan zat cair pada suhu rendah dengan refrigerant
berupa air, propan, freon atau ammonia.
d. Exchanger, berfungsi untuk memanaskan fluida dingin dengan mempergunakan
fluida panas dan sebaliknya.
e. Reboiler, biasanya dihubungkan dengan kolom fraksinasi dan berfungsi untuk
melengkapi panas pendidihan dalam proses distilasi.
f. Heater, berfungsi untuk memanaskan fluida dengan memberikan sensibel heat pada
fluida dengan condensable steam.
g. Waste Heat Boiler, berfungsi sebagai steam generator dimana pemanasnya berasal
dari pemanfaatan sisa gas panas dari exhaust suatu turbin atau stack
h. Superheater, memanaskan saturated steam (uap basah) menjadi superheated steam
(uap kering) dengan memanfaatkan panas gas asap.
i. Evaporator, pemanas fluida proses hingga merubah fasa dari cair menjadi gas
j. Economizer, pemanas feed water sebelum masuk ke boiler untuk dijadikan steam.
k. Thermosiphon, fluida proses mengalir dengan sirkulasi alami (perbedaan suhu)
4. Klasifikasi Alat Penukar Panas berdasarkan Konstruksi
Ditinjau berdasarkan konstruksinya, alat penukar panas dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
a. Penukar Panas Pipa Rangkap (Double Pipe Heat Exchanger)
Alat penukar panas pipa rangkap terdiri dari dua pipa logam standart yang dikedua
ujungnya dilas menjadi satu atau dihubungkan dengan kotak penyekat.Fluida yang satu
mengalir di dalam pipa, sedangkan fluida kedua mengalir di dalam ruang anulus antara
pipa luar dengan pipa dalam.
Dalam penukar panas jenis ini dapat digunakan aliran searah atau aliran lawan
arah, baik dengan zat cair panas maupun zat cair dingin terdapat dalam ruang annulus dan
zat cair yang lain di dalam pipa dalam.Jenis alat penukar panas ini sering kali digunakan
untuk laju alir kecil.

Gambar 1.Aliran pada Double-Pipe Heat Exchanger

`

Gambar 2.Penukar Panas Pipa Rangkap


b. Penukar Panas Selongsong dan Pipa (Shell and Tube Exchanger)
Jika melibatkan laju alir yang lebih besar, maka digunakan shell and tube exchanger
yang merupakan salah satu jenis alat penukar panas yang digunakan dalam industri.
Alat penukar panas selongsong dan pipa terdiri atas suatu bundel pipa yang
dihubungkan secara parallel dan ditempatkan dalam sebuah pipa mantel
(cangkang).Fluida yang satu mengalir di dalam bundel pipa, sedangkan fluida yang lain
mengalir di luar pipa pada arah yang sama, berlawanan, atau bersilangan. Untuk
meningkatkan efisiensi pertukaran panas, biasanya pada alat penukar panas cangkang dan
buluh dipasang sekat (baffle). Ini bertujuan untuk membuat turbulensi aliran fluida dan
menambah waktu tinggal (residence time), namun pemasangan sekat akan memperbesar
pressure drop operasi dan menambah beban kerja pompa, sehingga laju alir fluida yang
dipertukarkan panasnya harus diatur.

Gambar 3. Aliran pada Shell and Tube Exchanger
Jenis Jenis Alat Penukar Panas Tipe Shell and Tube

Gambar 4.U-tube Heat Exchanger


Gambar 5.Straight-Tube (1 Pass)


Gambar 6.Straight-Tube (2 Pass)




c. Penukar Panas Pelat dan Bingkai ( Plate And Frame Heat Exchanger )
Alat penukar panas pelat dan bingkai terdiri dari paket pelat pelat tegak lurus,
bergelombang, atau profil lain. Pemisah antara pelat tegak lurus dipasang penyekat lunak
(biasanya terbuat dari karet ). Pelat pelat dan sekat disatukan oleh suatu perangkat
penekan yang pada setiap sudut pelat(kebanyakan segi empat) terdapat lubang pengalir
fluida. Melalui dua dari lubang ini, fluida dialirkan masuk dan keluar pada sisi yang lain,
sedangkan fluida yang lain mengalir melalui lubang dan ruang pada sisi sebelahnya
karena ada sekat.

Gambar 7.Bagian-bagian Plate and Frame Heat Exchanger

1. Neraca Energi
Untuk mengetahui unjuk kerja suatu alat penukar panas perlu dilakukan perhitungan
perhitungan neraca energi/panas. Besarnya panas yang dilepaskan dan panas yang diterima
adalah sama.
Persamaannya diberikan pada persamaan (4)
Q = M.Cp.T = m.Cp.t
Dimana :
Q = Panas yang dilepas atau diterima (Btu/jam)
M = Jumlah aliran massa fluida (lb/jam)
Cp = Panas jenisfluida(Btu/lb
0
F)
T = Beda temperatur masuk dan keluar fluida panas (F)
t = Beda temperatur masuk dan keluar fluida dingin (F)



Panas Jenis
Panas jenis adalah perbandingan antara jumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan
suhu suatu benda padat/cair sebesar satu derajat dengan jumlah panas yang dibutuhkan untuk
menaikkan suhu air sebesar satuderajat pada jumlah massa yang sama. Perhatikan bahwa air
ditetapkan sebagai standard penelitian untuk benda padat dan cair.

2. Logarithmic Mean Temperature Difference (LMTD)
LMTD merupakan salah satu metoda yang dipergunakan dalam menganalisa
perpindahan panas. LMTD itu sendiri adalah nilai suhu rata-rata yang diperhitungkan dari
beda suhu pada ujung masuk dikurang beda suhu pada ujung keluar dibagi logaritma alamiah
dari perbandingan beda suhu tersebut. Persamaan diberikan pada persamaan :




Adapun aliran pada Heat Exchanger dibagi menjadi dua aliran, yaitu:
a. Counter Current Flow adalah dimana aliran fluida panas berlawanan arahnya dengan
fluida dingin.
b. Parallel Flow adalah dimana aliran fluida panas searah dengan aliran fluida dingin.

Perhitungan LMTD berbeda menurut aliran yang digunakan, perhatikan gambar di bawah ini:


Gambar 9. Pola Perubahan Suhu

Sehingga:
Untuk co current flow:
LMTD =


Untuk counter flow:
LMTD =




3. Faktor Pengotoran
Unjuk-kerja (perfoman) penukar-kalor begantung pada kenyataan apakah permukaan
untuk perpindahan-kalor itu bersih dan tidak mengalami korosi. Jika ada endapan pada
permukaan itu, tahananthermalakan meningkat, sehingga unjuk kerjanya pun akan berkurang.
Tambahan tahanan itu biasanya diperhitungkan sebagai faktor pengotoran(fouling
factor), atau tahanan pengotor (fouling resistance), R
f
, yang harus ditambahkan pada tahanan
termal lainnya bila kita menghitung koefisien perpindahan-kalor menyeluruh.
Faktor pengotoran ditentukan secara eksperimen dengan menguji penukar-kalor itu
dalam keadaan bersih dan keadaan kotor,















I. Proses pengoksidasian 1/3 H
2
S di dapur reaksi (B-2801-3)
Kedua aliran gas asam masuk ke acid gas knock-out drum, D-2801. Cairan yang
terkumpul di knock-out drum dipompakan dengan pompa G-2801 ke kolom Sulfinol
Regenerator C-2704 di unit pemurnian gas atau ke tangki Unit 80 (sour water) dan
disimpan atau dibuang. Sedangkan acid gas masuk ke acid gas preheater (E-2801)
dan dipanaskan hingga 215 C menggunakan HP steam. Acid gas panas masuk ke
dapur reaksi B-2803. Udara pembakaran dari K-2801A/B setelah dipanaskan di
combustion air preheater E-2805 hingga 130 C agar dapat mengimbangi rendahnya
konsentrasi H
2
S dalam gas umpan dan juga O
2
murni dengan konsentrasi 98% dari
O
2
Plant, sehingga mendapatkan campuran terbaik antara acid gas, fuel gas dengan
udara pembakaran pada acid burner B-2803R. Laju udara pembakaran untuk acid
diset pada ratio 3/4, untuk membakar 1/3 H
2
S menjadi SO
2
. Laju udara pembakaran
untuk fuel gas ditentukan dengan ratio 10, untuk mengubah hidrokarbon dalam fuel
gas menjadi CO
2
dan H
2
O. Sedangkan laju udara melalui trim air diatur oleh tail gas
analyzer agar perbandingan H
2
S:SO
2
= 2. Gas panas dengan suhu 1.200
o
C mengalir
ke sisi dapur reaksi combustion zone (B-2801) dimana terjadi reaksi 1/3 H
2
S menjadi
SO
2
. kemudian SO
2
akan bereaksi dengan sisa 2/3 dari H
2
S menjadi sulfur cair,
reaksi ini terjadi pada suhu tinggi di B-2801/3 dan pada suhu rendah di catalys
reactor. Waste heat boiler (E-2802) memanfaatkan gas panas SO
2
di dapur reaksi.
Gas SO
2
sekaligus mendapat pendinginan dari E-2802 sehingga membangkitkan
steam tekanan tinggi (HPS) 42 kg/cm. Air umpan boiler dipompakan dari G-
2709A/B/C ke D-2802. HP steam untuk memanaskan sulphur reheater E-2803A/B
dan E-2801 serta tambahan steam supply 10 kg/cm dari Utilities. Gas SO
2
meninggalkan dapur reaksi setelah mendapat pendinginan dari E-2802 mengalir ke
sulphur condenser no.1 E-2804 A yang menggunakan clean condensate dan
membangkitkan Low-low Pressure Steam (LLPS) 4,4 kg/cm
.
Sulfur cair akibat
pendinginan dari E-2804A dialirkan ke sulphur seal leg no.1 (V-2808) kemudian
terkumpul di penampungan sulfur yaitu sulphur pit (Z-2801). Reaksi pembentukan
elemen sulfur dari H
2
S menjadi SO
2
di dapur reaksi berlangsung cepat dan mengubah
35-40% gas umpan H
2
S menjadi sulfur.



II. Proses reaksi 2/3 H
2
S dengan SO
2
di reaktor
a. Reaktor no. 1,.D-2804A
Gas yang dingin melewati wire-mesh (jaring halus) di dalam sulphur condenser
no.1 (E-2804A) untuk melepaskan sulfur yang terbawa ke inline heater, (B-2802).
Kemudian gas dipanaskan hingga 275~290 C agar mencapai suhu yang diperlukan
untuk konversi di katalis reaktor pertama D-2804 A. Gas panas masuk ke D-2804A,
dimana reaksi pembentukan sulfur dari H
2
S dan SO
2
berjalan dengan bantuan katalis.
Pada suhu yang rendah dapat menaikkan laju reaksi dan konversi acid gas menjadi
sulfur juga lebih tinggi. Karena reaksi secara exothermis, panas yang dihasilkan
sebanding dengan jumlah sulfur yang diproduksi. Reaksi pada reaktor
mengkonversikan SO
2
+ 2H
2
S
-
3S + H
2
O. Pada lapisan reaktor pertama suhu
dijaga lebih tinggi dari suhu reator kedua dan ketiga untuk merangsang
konversi/merusak COS dan CS
2
.
Suhu gas yang keluar dari reaktor pertama dijaga pada 325 C atau 40 di atas
suhu gas masuk reaktor (exothermis). Reaktor no.1 diisi dengan katalis aktif alumina
di bagian atas (AlCOA S-400). Disamping suhu yang lebih tinggi dibanding reaktor
kedua dan ketiga, reaktor pertama juga berisi lapisan high activity catalyst yang
disebut titanium dioxide yang terdapat pada lapisan paling bawah, untuk
memaksimalkan konversi COS dan CS
2
. Gas panas hasil proses dari reaktor 1
didinginkan oleh condenser no.2 E-2804B dan menghasilkan steam LLPS 4,4
kg/cmg yang akan bergabung ke header LLPS. Sulfur yang terkondensasi
dilewatkan ke sulphur seal leg no.2 V-2809 kemudian menuju sulphur pit Z-2801
(bak penampungan). Reaksi pembentukan sulfur pada catalyst no.1 (D-2804A)
mencapai 40%.











Sulf ur Recovery Cataly st
Gas Inlet Gas Inlet
Delf ector Plates
Gas Outlet Cataly st Support 50 mm Ref ractory Lining
Entire Vessel
Sulphur Recovery Catalist


Gambar 2.1 Reaktor katalis

b. Reaktor no. 2, D-2804B
Gas yang dingin mengalir melewati wire-mesh demister pad di dalam Sulphur Condenser
No.2 E-2804 untuk menangkap sulfur yang terikut ke proses gas.
Selanjutnya gas melewati tube-tube di Reheater E-2803A yang merupakan suatu alat
penukar panas tipe shell and tube yang memanfaatkan steam HPS 42,2 kg/jam dari Waste
Heat Boiler (WHB).
Reheater E-2803 A menghasilkan suhu masuk 221 C yang diperlukan oleh reaktor no.2 D-
2804 B, suhu keluar reaktor no.2 diharapkan 16 C di atas gas yang masuk. Reaktor no.2 ini
susunan katalisnya sama dengan reaktor no. 1.
Gas panas outlet reaktor no.2, didinginkan oleh condenser no.3 (E-2804C) dan
membangkitkan steam 4,4 kg/cm yang akan bergabung ke steam Header LLPS. Sulfur cair
yang terkondensasi melampaui Sulphur Seal leg no.3 (V-2810) menuju ke Z-2801 sulphur
pit..Suhu di reaktor No. 2 lebih rendah dari reaktor no.1 dan pada reaktor no.2 pembentukan
sulfur mencapai 15%.



c.Reaktor no. 3, D-2804C
Proses gas yang dingin melewati wire mesh demister dalam sulphur condenser no.3 E-2804C
untuk menangkap sulfur yang terikut ke aliran proses gas yang menuju ke ReHeater E-
2803B. Gas mengalir dalam tube. Reheater ini memanfaatkan uap tekanan tinggi dari Waste
Heat Boiler (WHB) dan suhu gas yang keluar E-2803 dijaga sekitar 175-220 C, kemudian
masuk ke reaktor no.3 D-2804C. Suhu gas keluar reaktor dijaga 5 C di atas gas masuk
reaktor, karena hanya mengkonversi H
2
S menjadi sulfur dari sisa-sisa COS, CS
2,
SO
2
dan
H
2
S saja. Gas effluent yang keluar dari reaktor no.3 didinginkan oleh condenser nomor 4 E-
2804D dan membangkitkan uap dengan tekanan 1,4 kg/cm. Uap ini didinginkan di E-2711
dan ditampung di Condensate drum (D-2705). Suhu effluent yang rendah yaitu 185 C pada
E-2804D meningkatkan kondensasi sulfur dari aliran gas tersebut. Sulfur yang terkondensasi
dialirkan ke seal leg no.4 V-2811. Sulfur cair dari V-2811 dialirkan langsung ke Sulphur Pit
(Z-2801).
Proses konversi elemen sulfur di Claus plant mencapai hampir 98% terkonvesi, sedangkan
sisa-sisa fase gas sulfur (tail gas) yang keluar dari tail gas sulphur condenser (E-2804 D)
melalui wire mesh demister berupa COS, CS
2
, H
2
S, SO
2
dikirim ke unit tail gas (Unit 29)
untuk menyerap kembali senyawa-senyawa sulfur, agar membentuk H
2
S yang di-recycle
sebagai feed ke Sulphur Recovery Unit.










BAB III
SULPHUR CONDENSER (E-2804 A-D)

Kondensor adalah salah satu jenis mesin penukar kalor (heat exchanger) yang
berfungsi untuk mengkondensasikan fluida kerja
Secara umum, terdapat 2 jenis kondensor yaitu :
1. Surface condenser
Prinsip kerja surface condenser Steam masuk ke dalam shell kondensor melalui steam inlet
connection pada bagian atas kondensor. Steam kemudian bersinggungan dengan tube
kondensor yang bertemperatur rendah sehingga temperatur steam turun dan terkondensasi,
menghasilkan kondensat yang terkumpul pada hotwell.
Temperatur rendah pada tube dijaga dengan cara mensirkulasikan air yang menyerap kalor
dari steam pada proses kondensasi. Kalor yang dimaksud disini disebut kalor laten penguapan
dan terkadang disebut juga kalor kondensasi (heat of condensation) dalam lingkup bahasan
kondensor. Kondensat yang terkumpul di hotwell kemudian dipindahkan dari kondensor
dengan menggunakan pompa kondensat ke exhaust kondensat.
Ketika meninggalkan kondensor, hampir keseluruhan steam telah terkondensasi kecuali
bagian yang jenuh dari udara yang ada di dalam sistem. Udara yang ada di dalam sistem
secara umum timbul akibat adanya kebocoran pada perpipaan, shaft seal, katup-katup, dan
sebagainya.
Udara ini masuk ke dalam kondensor bersama dengan steam. Udara dijenuhkan oleh uap air,
kemudian melewati air cooling section dimana campuran antara uap dan udara didinginkan
untuk selanjutnya dibuang dari kondensor dengan menggunakan air ejectors yang berfungsi
untuk mempertahankan vacuum di kondensor.
Untuk menghilangkan udara yang terlarut dalm kondensat akibat adanya udara di kondensor,
dilakukan de-aeration. De-aeration dilakukan di kondensor dengan memanaskan kondensat
dengan steam agar udara yang terlalut pada kondensat akan menguap. Udara kemudian
ditarik ke air cooling section dengan memanfaatkan tekanan rendah yang terjadi pada air
cooling section. Air ejector kemudian akan memindahkan udara dari sistem.

a. Horizontal kondenser
Air pendingin masuk konddensor melalui bagian bawah, kemudian masuk ke dalam pipa-pipa
pendingin dan keluar pada bagian atas Sedangkan arus panas masuk lewat bagian tengah
kondenser dan keluar sebagai kondensat pada bagian bawah kondensor.

b. Vertical condenser
Air pendingin masuk konddensor melalui bagian bawah, kemudian masuk ke dalam pipa-pipa
pendingin dan keluar pada bagian atas Sedangkan arus panas masuk lewat bagian atas
kondenser dan keluar sebagai kondensat pada bagian bawah kondensor.

2. Direct-contact condenser
Direct-contact condenser mengkondensasikan steam dengan mencampurnya langsung dengan
air pendingin.
Direct-contact atau open condenser digunakan pada beberapa kasus khusus, seperti :
1. Geothermal powerplant
2. Pada powerplant yang menggunakan perbedaan temperatur di air laut (OTEC)
Spray Condenser
Pada spray condenser, pencampuran steam dengan air pendingin dilakukan dengan jalan
menyemprotkan air ke steam. Sehingga steam yang keluar dari exhaust turbin pada bagian
bawah bercampur dengan air pendingin pada bagian tengah menghasilkan kondensat yang
mendekati fase saturated.Kemudian dipompakan kembali ke cooling Tower . Sebagian dari
kondensat dikembalikan ke boiler sebagai feedwater. Sisanya didinginkan, biasanya didalam
dry- (closed-) cooling tower . Air yang didinginkan pada Cooling tower disemprotkan ke
exhaust turbin dan proses berulang.

Kekurangan dan Kelebihan Kondenser
A. Horizontal Kondenser
1. Dapat dibuat dengan pipa pendingin bersirip sehingga relaif berukuran kecil dan ringan
2. Pipa pendingin dapat dibuat dengan mudah
3. Bentuk sederhana dan mudah pemasangannya
4. Pipa pendingin mudah dibersihkan
B. Vertikal Kondenser
1. Harganya murah karena mudah pembuatannya.
2. Kompak karena posisinya yang vertikal dan mudah pemasangan
3. Bisa dikatakan tidak mungkin mengganti pipa pendingin, pembersihan harus dilakukan
dengan menggunakan deterjen



1. Sulfur Condenser E-2804 A-D










Gambar 2 Sulfur condenser
Sulfur Condenser merupakan sebuah alat pertukaran panas tipe Shell and Tube yang
berfungsi untuk mengkondensasikan gas sulfur menjadi sulfur cair. Gas tersebut
terkondensasi melalui pertukaran panas dengan Boiler Feed Water (BFW).
Di dalam Sulfur Condenser, gas sulfur mengalir melalui bagian tube dan
didinginkan menggunakan Boiler Feed Water (BFW) yang mengalir pada bagian shell.
Level BFW di dalam kondenser dikontrol oleh sebuah Level Valve (LV) yang diset sekitar
50% - 60%.
Pertukaran panas antara gas sulfur dengan BFW di dalam kondenser
membangkitkan LLPS yang mengalir ke LLPS header. Sedangkan sulfur cair akan dialirkan
ke tempat penampungan melalui Seal Leg.

Gas Inlet
Steam
Outlet
Gas
Outlet
Steam
Water Lev el
BFW
Outlet
BFW
Inlet
Steam Inlet
Condensate
Out
Sloped 20 mm per m
Steam Jacketed
Debris
Connection Boot
Ref ractory Lining
NSO' A ' Sumur
Reservoir
Sulf ur Drain
Mobil Technology Company

You might also like