You are on page 1of 9

Segala Sesuatu tentang Jerawat Dito Anurogo 1

Segala Sesuatu tentang Jerawat


Oleh : Dito Anurogo

Artikel ini akan membahas segala
sesuatu tentang jerawat yang meliputi
delapan belas hal, yaitu:

1. Pendahuluan
2. Sinonim
3. Definisi
4. Patogenesis
(Mengapa Timbul Jerawat?)
5. Epidemiologi
(meliputi:Frekuensi,Mortalitas/Morbiditas,
Ras, Jenis Kelamin, dan Usia)
6. Manifestasi Klinis (meliputi:
Kronologis dan Pemeriksaan Fisik)
7. Penyebab (Etiologi)
8. Predileksi (Lokasi)
9. Diagnosis Banding
10. Pemeriksaan Laboratorium
11. Pemeriksaan Histopatologis
12. Penatalaksanaan dan Farmakoterapi
13. Komplikasi
14. Prognosis
15. Pencegahan
16. Kesimpulan
17. Tahukah Anda?
18. Bacaan Lebih Lanjut

Pendahuluan

Acne vulgaris merupakan penyakit kulit
yang umum terjadi (a common skin
disease) dan memengaruhi 85-100%
orang pada suatu saat selama hidupnya.
Dicirikan dengan adanya papula folikuler
noninflamasi (noninflammatory follicular
papules) atau komedo (comedones) dan
nodul, pustula, dan papula radang dalam
bentuk yang lebih berat. Acne vulgaris
memengaruhi daerah kulit yang memiliki
banyak folikel sebaceous (kelenjar
minyak), seperti wajah, dada bagian
atas, dan punggung.

Sebenarnya ada beberapa bentuk acne
(jerawat), misalnya:
1. Acne conglobata
2. Acne fulminans
3. Acne Keloidalis Nuchae
4. Acneiform Eruptions

Sinonim
Di dalam tulisan ini, istilah jerawat
disebut sebagai akne, acne, acne
vulgaris.

Definisi
1. Akne adalah penyakit kulit yang
terjadi akibat peradangan menahun
folikel pilosebasea yang ditandai dengan
adanya komedo, papul, pustul, nodus,
dan kista pada tempat predileksinya.

2. Akne vulgaris adalah penyakit
peradangan menahun folikel pilosebasea
yang umumnya terjadi pada masa
remaja dan dapat sembuh sendiri.
Gambaran klinis akne vulgaris sering
polimorfi; terdiri atas berbagai kelainan
kulit berupa komedo, papul, pustul,
nodul, dan jaringan parut, yang terjadi
akibat kelainan aktif tersebut, baik
jaringan parut yang hipotrofik maupun
yang hipertrofik.

3. Acne is an inflammatory disease
involving the sebaceous glands of the
skin; characterized by papules or
pustules or comedones.

4. Acne vulgaris is the most common
form of acne; usually affects people from
puberty to young adulthood.

5. A comedone is a whitehead (closed
comedone) or a blackhead (open
comedone) without any clinical signs of
inflammation.

Patogenesis (Mengapa Timbul
Jerawat?)
Patogenesis acne vulgaris multifaktorial.
Ada empat faktor utama yang
bertanggung jawab pada perkembangan
lesi akne:
1. Hiperproliferasi epidermis
folikuler dengan subsequent
plugging of
the follicle.
2. Kelebihan sebum (sekresi minyak
dari kelenjar sebaceous;
dengan keringat / perspiration,
sebum membasahi atau
melembabkan dan melindungi
kulit).
3. Keberadaan dan aktivitas dari
Propionibacterium acnes.
4. Proses radang (inflammation).
Follicular epidermal hyperproliferation
adalah peristiwa yang pertama kali
dikenal di dalam perkembangan akne.
Penyebab yang mendasari (underlying
cause) terjadinya hiperproliferasi ini
belum diketahui. Sampai sekarang, ada
Segala Sesuatu tentang Jerawat Dito Anurogo 2
tiga hipotesis yang dipertimbangkan
untuk menjelaskan mengapa epitel
folikuler menjadi hyperproliferative pada
orang yang berjerawat.

Pertama, hormon androgen terkait
sebagai pemicu awal (initial trigger).
Komedo, lesi klinis sebagai hasil dari
follicular plugging, mulai muncul sekitar
adrenarche pada orang yang berjerawat.

Derajat akne komedo pada wanita
sebelum masa pubertas (prepubertal)
berhubungan dengan kadar adrenal
androgen dehydroepiandrosterone
sulfate (DHEA-S) yang bersikulasi.
Tambahan pula, reseptor hormon
androgen ada di bagian atau komponen
folikel dimana komedo terbentuk;
seseorang dengan reseptor androgen
yang tidak berfungsi (malfunctioning)
tidak akan muncul jerawatnya.

Kedua, perubahan komposisi lemak juga
berperan dalam perkembangan jerawat.
Orang yang berjerawat seringkali
memiliki produksi sebum yang
berlebihan dan kulit yang berminyak.
Sebum yang berlebihan ini dapat
mendilusi (mengencerkan) lemak
epidermis yang normal sehingga dapat
mengubah konsentrasi relatif dari
berbagai lemak. Kadar asam linoleat
(linoleic acid) terbukti rendah pada
orang yang berjerawat, dan, menariknya,
kadar ini menjadi normal setelah
pemberian isotretinoin yang sukses.
Penurunan relatif asam linoleat ini dapat
menginisiasi (memicu) pembentukan
komedo.

Ketiga, proses radang (inflammation)
merupakan salah satu faktor yang
dipercaya terlibat di dalam pembentukan
komedo. Interleukin (IL)1alpha
merupakan proinflammatory cytokine,
yang digunakan pada contoh jaringan
(tissue model) untuk menginduksi
(memicu) follicular epidermal
hyperproliferation dan pembentukan
komedo. Meskipun proses radang tidak
nyata secara mikroskopis atau klinis
pada lesi awal jerawat, namun tetap
memegang peranan yang sangat penting
di dalam perkembangan acne vulgaris
dan komedo (comedones).

Kelebihan sebum merupakan faktor
penting lainnya di dalam perkembangan
acne vulgaris. Ekskresi (pengeluaran)
dan produksi sebum diatur oleh sejumlah
hormon dan mediator yang berbeda.
Hormon androgen, dalam keadaan
tertentu, menaikkan produksi dan
pengeluaran/pelepasan sebum.

Sebagian besar pria dan wanita dengan
jerawat memiliki hormon androgen yang
bersirkulasi dalam tubuh dengan kadar
normal. Suatu end-organ
hyperresponsiveness terhadap hormon
androgen telah dipercaya sebagai
hipotesis (hypothesized). Hormon
androgen bukanlah satu-satunya
regulator dari kelenjar sebaceous
manusia.

Banyak agen-agen lainnya, termasuk
hormon pertumbuhan dan insulinlike
growth factor, juga mengatur (regulate)
kelenjar sebaceous dan juga
berkontribusi pada perkembangan
jerawat.

P. acnes merupakan suatu organisme
microaerophilic yang terdapat di banyak
lesi jerawat. Meskipun, belum terbukti
keberadaannya di lesi jerawat yang
paling awal terjadi, microcomedo,
keberadaannya pada lesi-lesi kemudian
hampir dapat dipastikan. Keberadaan P.
acnes menaikkan (promote) proses
radang melalui berbagai mekanisme.
P.acnes menstimulasi (merangsang)
terjadinya radang dengan memproduksi
mediator-mediator proinflammatory
yang menyebar melalui dinding folikel.

Riset terbaru menunjukkan bahwa
P.acnes mengaktifkan toll-like receptor 2
pada monosit dan neutrofil. Aktivasi toll-
like receptor 2 kemudian memacu
produksi multiple proinflammatory
cytokines, termasuk IL-12, IL-8, dan
tumor necrosis factor. Hipersensitivitas
terhadap P acnes dapat juga
menjelaskan mengapa beberapa orang
mengalami jerawat disertai peradangan
(inflammatory acne vulgaris) sementara
yang lainnya tidak.




Segala Sesuatu tentang Jerawat Dito Anurogo 3
Peradangan dapat merupakan suatu
fenomena primer atau sekunder.
Sebagian besar bukti hingga kini
menyarankan suatu respon peradangan
sekunder terhadap P.acnes sebagaimana
telah disebutkan di atas. Bagaimanapun
juga, ekspresi IL-1-alpha telah
teridentifikasi pada microcomedone, dan
dapat berperan pada perkembangan
jerawat.

Epidemiologi

Frekuensi di Amerika Serikat
Acne vulgaris memengaruhi 85-100%
orang pada suatu saat dalam hidupnya.

Mortalitas/Morbiditas
* Acne dapat menyebabkan nyeri fisik
dan penderitaan psikososial.
* Jerawat (acne) dapat menimbulkan
bekas luka/parut pada kulit (scarring).
* Varian inflammatory acne yang berat,
acne fulminans, dapat berhubungan
dengan demam, arthritis, dan gejala-
gejala sistemik lainnya.

Ras
* Prevalensi jerawat pada penduduk
Amerika Utara keturunan Afrika dan kulit
putih adalah sama.

Jenis Kelamin
* Acne vulgaris lebih sering terjadi pada
pria daripada wanita di masa remaja
(adolescence), namun lebih sering pada
wanita daripada pria di masa dewasa
(adulthood).

Usia
* Acne vulgaris dapat muncul pada
minggu-minggu dan bulan-bulan
pertama kehidupan saat bayi baru lahir
(newborn) masih dipengaruhi oleh
hormon ibunya dan saat androgen-
producing portion dari kelenjar adrenal
tak sebanding kadarnya. Jerawat di
masa bayi ini (neonatal acne) dapat
menghilang secara spontan.

* Jerawat di masa remaja biasanya
muncul di masa pubertas, saat kelenjar
adrenal mulai memproduksi dan
melepaskan lebih banyak hormon
androgen.

* Jerawat tidak terbatas hanya pada usia
remaja. Dua belas persen wanita dan
lima persen pria pada usia 25 tahun
memiliki problem jerawat. Setelah usia
45 tahun, sejumlah 5% baik pria
maupun wanita masih memiliki problem
jerawat.
* Menurut Wolff K., dkk (2007), akne
umumnya terjadi pada usia pubertas 10
hingga 17 tahun pada wanita, 14 hingga
19 tahun pada pria. Dapat juga muncul
pertama kali pada usia > 25 tahun.

Manifestasi Klinis

Kronologis (History)
Gejala lokal termasuk nyeri (pain)
atau nyeri jika disentuh
(tenderness).
Biasanya tidak ada gejala
sistemik pada acne vulgaris.
Akne yang berat (severe acne)
disertai dengan tanda dan gejala
sistemik disebut sebagai acne
fulminans.
Acne dapat muncul pada pasien
apapun sebagai dampak
psikologis, tanpa melihat tingkat
keparahan penyakitnya.

Pemeriksaan Fisik
Acne vulgaris bercirikan adanya komedo,
papula, pustula, dan nodul pada
distribusi sebaceous.

Komedo dapat berupa whitehead
(komedo tertutup) atau blackhead
(komedo terbuka) tanpa disertai tanda-
tanda klinis dari peradangan apapun.

Papula dan pustula terangkat membenjol
(bumps) disertai dengan peradangan
yang nyata.

Wajah dapat menjadi satu-satunya
permukaan kulit yang terserang jerawat;
namun dada, punggung, dan lengan atas
juga sering terkena jerawat.

* Pada akne komedo (comedonal acne),
tidak ada lesi peradangan. Lesi komedo
(comedonal lesions) merupakan lesi
akne yang paling awal, sedangkan
komedo tertutup (closed comedones)
merupakan lesi precursor dari lesi
peradangan (inflammatory lesions)
* Akne peradangan yang ringan (mild
inflammatory acne) bercirikan adanya
komedo dan papula peradangan.
Segala Sesuatu tentang Jerawat Dito Anurogo 4
* Akne peradangan yang sedang
(moderate inflammatory acne) memiliki
komedo, papula peradangan, dan
pustula. Akne ini memiliki lebih banyak
lesi dibandingkan dengan akne
peradangan yang lebih ringan.

* Acne nodulocystic bercirikan komedo,
lesi-lesi peradangan, dan nodul besar
yang berdiameter lenih dari 5 mm.
Seringkali tampak jaringan parut
(scarring).

Penyebab (Etiologi)
Penyebab eksternal acne vulgaris jarang
teridentifikasi.
* Beberapa kosmetik dan minyak rambut
(hair pomades) dapat memperburuk
akne.

* Obat-obatan pemicu timbulnya akne
antara lain: steroid, lithium, beberapa
antiepilepsi, dan iodides.

* Congenital adrenal hyperplasia,
polycystic ovary syndrome, dan kelainan
endokrin lainnya (dengan kadar
androgen yang berlebihan) dapat
memicu perkembangan acne vulgaris.

* Acne vulgaris dapat juga dipengaruhi
oleh faktor-faktor genetik.

Predileksi (Lokasi)
Jerawat biasa timbul di wajah/muka,
leher, bahu, lengan atas, tubuh (trunk),
dada, punggung, pantat/bokong.

Diagnosis Banding
Beberapa penyakit yang menyerupai
jerawat (acne vulgaris) antara lain:
1. Acne conglobata
2. Acne fulminans
3. Akne venenata dan akne akibat
rangsangan fisik
4. Acne Keloidalis Nuchae
5. Acneiform Eruptions (erupsi yang
mirip akne)
6. Folliculitis
7. Perioral Dermatitis
8. Rosacea (dulu: akne rosasea)
9. Sebaceous Hyperplasia
10. Milia
11. Syringoma
12. Tuberous Sclerosis
13. Demodex folliculitis
14. Bacterial folliculitis
15. Papular sarcoidosis
Pemeriksaan Laboratorium
Penegakan diagnosis acne vulgaris
berdasarkan diagnosis klinis.

* Pada pasien wanita dengan nyeri haid
(dysmenorrhea) atau hirsutisme,
evaluasi hormonal sebaiknya
dipertimbangkan. Pasien dengan
virilization haruslah diukur kadar
testosteron totalnya. Banyak ahli juga
mengukur kadar free testosterone,
DHEA-S, luteinizing hormone (LH), dan
kadar follicle-stimulating hormone (FSH).

* Kultur lesi kulit untuk me-rule out
gram-negative folliculitis amat
diperlukan ketika tidak ada respon
terhadap terapi atau saat perbaikan
tidak tercapai.

Pemeriksaan Histopatologis
Microcomedo dicirikan oleh adanya
folikel berdilatasi dengan a plug of
loosely arranged keratin. Seiring
kemajuan (progression) penyakit,
pembukaan folikular menjadi dilatasi dan
menghasilkan suatu komedo terbuka
(open comedo). Dinding follicular tipis
dan dapat robek (rupture). Peradangan
dan bakteri terlihat jelas, dengan atau
tanpa follicular rupture. Follicular rupture
disertai reaksi badan asing (a foreign
body reaction). Peradangan padat
(dense inflammation) menuju dan
melalui dermis dapat berhubungan
dengan fibrosis dan jaringan parut
(scarring).

Penatalaksanaan
Saat digunakan antibiotik sistemik atau
topikal, sebaiknya digunakan bersama
dengan benzoyl peroxide untuk
mengurangi risiko terjadinya resistance.

1. Topical treatments
Topical retinoids bersifat comedolytic dan
anti-inflammatory.
Topical retinoids yang paling banyak
diresepkan termasuk adapalene,
tazarotene, dan tretinoin.

Topical retinoids menipiskan stratum
corneum, dan berkaitan erat dengan sun
sensitivity. Nasihatilah pasien untuk
berlindung dari sinar matahari (sun
protection), misalnya dengan memakai
topi, tabir surya, dll.
Segala Sesuatu tentang Jerawat Dito Anurogo 5
Antibiotik topikal yang yang umum
diresepkan termasuk erythromycin dan
clindamycin dosis tunggal atau
dikombinasikan dengan benzoyl peroxide.

2. Systemic treatments
Antibiotik sistemik merupakan terapi
mainstay untuk jerawat.

Antibiotik kelompok tetracycline
umumnya diresepkan untuk akne.
Semakin antibiotik bersifat lebih lipofilik,
seperti doxycycline dan minocycline,
biasanya lebih efektif daripada
tetracycline.

Antibiotik lainnya, seperti: trimethoprim,
dosis tunggal atau dikombinasi dengan
sulfamethoxazole, dan azithromycin,
dilaporkan bermanfaat.

Farmakoterapi Jerawat
Tujuan farmakoterapi adalah untuk
mengurangi morbiditas dan untuk
mencegah komplikasi.

Secara umum ada dua golongan:
1. Retinoid, misalnya:
1.1. isotretinoin,
1.2. tretinoin,
1.3. adapalene,
1.4. tazarotene.
2. Antibiotik, misalnya:
2.1. minocycline,
2.2. doxycycline,
2.3. tetracycline,
2.4. trimethoprim/sulfamethoxazole.

Berikut ini sedikit uraian tentang
farmakoterapi jerawat beserta nama
dagangnya di Amerika:
1. Retinoid
1.1. Isotretinoin (Accutane)
Mekanisme Kerja
Pengobatan (medication) secara oral
yang paling efektif mengobati berbagai
kondisi dermatologis yang serius.

Isotretinoin merupakan bentuk isomer
13-cis sintetis dari tretinoin yang terjadi
secara alami (trans-retinoic acid).
Struktur kedua agen tersebut
berhubungan dengan vitamin A.
Menurunkan ukuran kelenjar sebaseus
dan produksi sebum. Juga menghambat
diferensiasi kelenjar sebaseus dan
keratinisasi abnormal.
Pasien wanita haruslah memberikan
informed consent secara tertulis (dan
menandatanganinya), yang menyatakan
bahwa mereka akan menggunakan
kontrasepsi selama menjalani terapi dan
untuk 30 hari paskaterapi.

Dosis
Total dosis kumulatif yang
direkomendasikan sebesar 120-150
mg/kg berat badan, dosis awal (starting
dose) sebaiknya <0.5 mg/kg berat
badan/hari PO, kemudian dosis dapat
dinaikkan hingga 1 mg/kg berat
badan/hari.

1.2. Tretinoin (Retin-A, Retin-A Micro,
Avita)
Mekanisme Kerja
Menghambat pembentukan microcomedo.
Menormalkan diferensiasi epidermis
folikuler dan menunjukkan (meng-
exhibit) anti-inflammatory properties.
Tersedia dalam krem 0.025%, 0.05%,
dan 0.1%. Juga tersedia dalam bentuk
gels 0.01% dan 0.025%.

Dosis
Dimulai dengan formulasi tretinoin dosis
terendah dan dapat ditingkatkan sesuai
toleransi tubuh. Berikan hs (sebelum
tidur) atau qod. Turunkan dosis bila
terjadi iritasi.

1.3. Adapalene (Differin)
Mekanisme Kerja
Turunan (derivative) asam naptoat
(naphthoic acid) yang mampu mengikat
reseptor asam retinoat (retinoic acid).
Menormalkan diferensiasi epidermis
folikuler dan menunjukkan (meng-
exhibit) anti-inflammatory properties.
Tersedia dalam sediaan (formulation)
krem, gel, solution, dan pledget.

Dosis
Berikan sedikit pada kulit yang
berjerawat, diberikan: qd.

1.4. Tazarotene (Tazorac, AVAGE)
Mekanisme Kerja
Prodrug retinoid yang memiliki active
metabolite modulates differentiation dan
proliferation of epithelial tissue; juga
memiliki efek antiperadangan (anti-
inflammatory) dan immunomodulatory
properties. Tersedia preparat krem dan
gel 0.05% dan 0.1%.
Segala Sesuatu tentang Jerawat Dito Anurogo 6
Dosis
Berikan sedikit saja pada area yang
berjerawat, diberikan: qd.

2. Antibiotik
2.1. Minocycline (Dynacin, Minocin)
Mekanisme Kerja
Mengobati infeksi yang disebabkan oleh
organisme gram-negatif dan gram-positif.
Juga infeksi yang disebabkan oleh
organisme klamidia (chlamydial), riketsia
(rickettsial), dan mikoplasma
(mycoplasmal).

Tersedia dalam preparat 50mg, 75mg,
dan 100mg.

Dosis dewasa
50-100 mg PO bid.

Dosis anak-anak
<8 tahun: tidak direkomendasikan.
>8 tahun: mula-mula 4 mg/kg berat
badan PO, diikuti dengan 2 mg/kg berat
badan q12h.

2.2. Doxycycline (Bio-Tab, Doryx,
Vibramycin)
Mekanisme Kerja
Agen antibakteri yang efektif melawan
organisme gram-positive dan gram-
negative.

Tersedia dalam preparat 20mg, 50mg,
dan 100mg.

Dosis dewasa
100 mg PO bid.

Dosis anak-anak
<8 tahun: tidak direkomendasikan.
>8 tahun: 2-5 mg/kg berat badan/hari
PO/IV dalam 1-2 dosis
terbagi; sebaiknya tidak melebihi 200
mg/hari.

2.3. Tetracycline (Sumycin)
Mekanisme Kerja
Agen antibakteri yang efektif melawan
organisme gram-positive dan gram-
negative.

Dosis dewasa
250-500 mg PO q6h
Untuk infeksi ringan sampai sedang: 500
mg PO bid atau 250 mg PO qid untuk 7-
14 hari.

Dosis anak-anak
<8 tahun: : tidak direkomendasikan.
>8 tahun: 25-50 mg/kg/hari (10-20
mg/lb) PO dibagi qid

2.4. Trimethoprim/sulfamethoxazole
(Bactrim, Bactrim DS, Septra, Septra
DS).
Mekanisme Kerja
Antibiotik dengan aktivitas melawan
banyak organisme gram-positive dan
gram-negative. Menghambat
pertumbuhan bakteri dengan
menghambat sintesis asam dihidrofolat
(dihydrofolic acid). Tersedia dosis 80 mg
trimethoprim dan 400 mg
sulfamethoxazole atau 160 mg
trimethoprim dan 800 mg
sulfamethoxazole (kekuatan ganda).

Dosis dewasa
160 mg TMP/800 mg SMZ PO q12h.

Dosis anak-anak
8 mg/kg berat badan/hari TMP/40 mg/kg
berat badan/hari SMZ PO/IV dibagi q12h.

Komplikasi
* Lesi akne dapat berlanjut menjadi
permanent scarring.

Prognosis
* Pada pria, akne biasanya menghilang
pada usia dewasa muda. Lima persen
pria masih memiliki akne pada usia 25
tahun.

* Pada wanita, 12% masih memiliki akne
di usia 25 tahun, sedangkan 5% masih
memiliki akne di usia 45 tahun.

* Rata-rata prognosis orang dengan
akne adalah baik.

Pencegahan
1. Diet rendah lemak dan karbohidrat.
2. Melakukan perawatan kulit (tidak
hanya wajah) secara rutin dan
teratur, misalnya teratur mencuci muka
setelah pulang dari
bepergian.
3. Hidup teratur dan seimbang, cukup
istirahat, cukup olahraga,
hindari stres.
4. Penggunaan kosmetika secukupnya
dan sewajarnya (baik
jumlah/banyaknya dan lamanya).
Segala Sesuatu tentang Jerawat Dito Anurogo 7
5. Menghindari: polusi, debu, asap
(rokok, pabrik, kendaraan
bermotor, dll.), rokok, minuman keras,
semua yang bercitarasa
pedas, pemencetan jerawat yang
dilakukan oleh bukan ahlinya.
6. Mengetahui dan memahami informasi
tentang jerawat dari
berbagai literatur.

Kesimpulan
Mutiara Diagnosis Akne Vulgaris menurut
Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan
Kelamin Indonesia (PERDOSKI):

a. Definisi: akne vulgaris yaitu
peradangan kronis pada folikel
pilosebaseus yang secara klinis ditandai
adanya komedo, papul, pustul, nodul,
dan kista, pada daerah predileksi yaitu di
wajah, bahu, lengan atas, dada dan
punggung bagian atas, yang sering
dijumpai pada usia remaja.

b. Kriteria Diagnostik:
b.1. Klinis:
- Terutama menyerang usia remaja.
- Predileksi pada wajah, punggung, dada
atas, bahu, dan
lengan atas.
- Kelainan kulit bersifat pleomorfik, yaitu
berupa campuran komedo tertutup,
papul, pustul, nodul, kista, sikatriks
atrofik (depressed scar/ice prick) atau
hipertrofik. Dapat juga berupa eritem
dab hiperpigmentasi paska-inflamasi.

b.2. Dignosis Banding:
1. Folikulitis pada daerah janggut
2. Rosasea.
3. Dermatitis perioral
4. Erupsi akneiformis
5. Lupus miliaris desiminatus fasiei
6. Folikulitis negatif-Gram
7. Pioderma fasiale
8. Akne venenata

b.3. Pemeriksaan Penunjang: -

c. Penatalaksanaan

c.1. Nonmedikamentosa
- Hindari trauma.
- Kosmetik nonkomedogenik.
- Perawatan kulit wajah untuk kulit
berminyak.


c.2. Medikamentosa

Topikal:
- Kombinasi sulfur, resorchin, asam
azaleat.
- Eritromisin 2%.
- Benzoil peroksida 2,5-10%.
- Tretinoin 0,025-0,1 %.
- Klindamisin 1-2 %.

Sistemik:
-Tetrasiklin 4x250 mg/hari.
- Doksisiklin 50-100 mg/hari.
- Eritromisin 2-4x250-500 mg/hari.
- Minosiklin 50-100 mg/hari.
- Siprosteron asetat 2mg.
- Isotretinoin 0,5-1 mg/Kg berat
badan/hari.

Tindakan:
1. Ekstraksi komedo.
2. Injeksi kortikosteroid intralesi.
3. Peeling kimiawi (asam glikolat, asam
trikloroasetat).
4. Dermabrasi.
5. Punch graft.
6. Colagen implant.
7. Photorejuvenation.

Tahukah Anda?

Beberapa istilah di artikel ini:
Adrenarche adalah peningkatan aktivitas
kelenjar adrenal sebelum masa puber
(puberty).

Follicle (folikel):
1. Lubang kecil atau kantung di tubuh
(tiny hole or sac in the body).
2. Any small spherical group of cells
containing a cavity.

Kista: penonjolan di atas permukaan
kulit berupa kantung yang berisi cairan
serosa atau padat atau setengah padat.

Komedo (comedones): gejala
patognomonik (khas) bagi akne berupa
papul miliar yang ditengahnya
mengandung sumbatan sebum. Ada dua
jenis komedo:
a. Komedo hitam atau komedo terbuka
(black comedo, open comedo):
mengandung unsur melanin.
b. Komedo putih atau komedo tertutup
(white comedo, close comedo): letaknya
lebih dalam, tidak mengandung unsur
melanin.
Segala Sesuatu tentang Jerawat Dito Anurogo 8
Miliar: berukuran sebesar jarum pentul.

Nodula atau nodul: sama seperti papula
namun diameternya lebih besar dari 1
cm.

Papula atau papul: penonjolan padat di
atas permukaan kulit, berbatas tegas,
berukuran kurang dari 1 cm.

Pustula: vesikel berisi nanah.

Vesikel atau vesikula: gelembung yang
berisi cairan serosa dengan diameter
kurang dari 1 cm.

Virilisasi (= virilization, masculinization):
perkembangan abnormal karakteristik
seksual pria pada seorang wanita
(biasanya sebagai hasil dari terapi
hormon atau malfungsi adrenal).

Mengobati akne selama kehamilan
merupakan tantangan tersendiri. Banyak
dari obat yang diresepkan untuk akne
tidak aman selama kehamilan.
Pendekatan yang lebih aman adalah
dengan menggabungkan erythromycin
atau clindamycin topikal atau sistemik.

Tentang Penulis
Dito Anurogo
email: ditoanurogo@gmail.com
- A Student in School of Medicine, Sultan
Agung Islamic University
(UNISSULA), Semarang, Central Java.
- A member of International Federation of
Medical Students'
Associations (IFMSA).
- A member of Center for Indonesian Medical
Students' Activities
(CIMSA).

Bacaan Lebih Lanjut
1. Wolff K., Johnson RA., Suurmond D. Fitzpatrick's
Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology.
5th Edition. McGraw-Hill. USA. 2007.

2. Fitzpatrick JE., Morelli JG., Dermatology Secrets
In Color. Third Edition. Mosby Elsevier.Philadelphia,
USA. 2007.

3. Zouboulis CC. Is acne vulgaris a genuine
inflammatory disease?. Dermatology.
2001;203(4):277-9.

4. Kim J, Ochoa MT, Krutzik SR, Takeuchi O,
Uematsu S, Legaspi AJ. Activation of toll-like
receptor 2 in acne triggers inflammatory cytokine
responses. J Immunol. Aug 1 2002;169(3):1535-
41.


5. Webster GF. Inflammatory acne represents
hypersensitivity to Propionibacterium acnes.
Dermatology. 1998;196(1):80-1.

6. Ingham E, Eady EA, Goodwin CE, Cove JH,
Cunliffe WJ. Pro-inflammatory levels of interleukin-
1 alpha-like bioactivity are present in the majority
of open comedones in acne vulgaris. J Invest
Dermatol. Jun 1992;98(6):895-901.

7. Goulden V, McGeown CH, Cunliffe WJ. The
familial risk of adult acne: a comparison between
first-degree relatives of affected and unaffected
individuals. Br J Dermatol. Aug 1999;141(2):297-
300.

8. Eady EA, Farmery MR, Ross JI, Cove JH, Cunliffe
WJ. Effects of benzoyl peroxide and erythromycin
alone and in combination against antibiotic-
sensitive and -resistant skin bacteria from acne
patients. Br J Dermatol. Sep 1994;131(3):331-6.

9. Cunliffe WJ, Holland KT. The effect of benzoyl
peroxide on acne. Acta Derm Venereol.
1981;61(3):267-9.

10. Eady EA, Jones CE, Gardner KJ, Taylor JP, Cove
JH, Cunliffe WJ. Tetracycline-resistant
propionibacteria from acne patients are cross-
resistant to doxycycline, but sensitive to
minocycline. Br J Dermatol. May 1993;128(5):556-
60.

11. Bottomley WW, Cunliffe WJ. Oral trimethoprim
as a third-line antibiotic in the management of
acne vulgaris. Dermatology. 1993;187(3):193-6.

12. Fernandez-Obregon AC. Azithromycin for the
treatment of acne. Int J Dermatol. Jan
2000;39(1):45-50.

13. Koulianos GT. Treatment of acne with oral
contraceptives: criteria for pill selection. Cutis. Oct
2000;66(4):281-6.

14. Redmond GP. Effectiveness of oral
contraceptives in the treatment of acne.
Contraception. Sep 1998;58(3 Suppl):29S-33S;
quiz 68S.

15. Strauss JS, Pochi PE. Effect of cyclic progestin-
estrogen therapy on sebum and acne in women.
JAMA. Nov 30 1964;190:815-9.

16. Thorneycroft IH, Stanczyk FZ, Bradshaw KD,
Ballagh SA, Nichols M, Weber ME. Effect of low-
dose oral contraceptives on androgenic markers
and acne. Contraception. Nov 1999;60(5):255-62.

17. Shaw JC. Low-dose adjunctive spironolactone
in the treatment of acne in women: a retrospective
analysis of 85 consecutively treated patients. J Am
Acad Dermatol. Sep 2000;43(3):498-502.

18. Jacobs DG, Deutsch NL, Brewer M. Suicide,
depression, and isotretinoin: is there a causal link?.
J Am Acad Dermatol. Nov 2001;45(5):S168-75.

19. Jick SS, Kremers HM, Vasilakis-Scaramozza C.
Isotretinoin use and risk of depression, psychotic
symptoms, suicide, and attempted suicide. Arch
Dermatol. Oct 2000;136(10):1231-6.

Segala Sesuatu tentang Jerawat Dito Anurogo 9
20. Cunliffe WJ, Goulden V. Phototherapy and acne
vulgaris. Br J Dermatol. May 2000;142(5):855-6.

21. Papageorgiou P, Katsambas A, Chu A.
Phototherapy with blue (415 nm) and red (660 nm)
light in the treatment of acne vulgaris. Br J
Dermatol. May 2000;142(5):973-8.

22. Knowles SR, Shapiro L, Shear NH. Serious
adverse reactions induced by minocycline. Report
of 13 patients and review of the literature. Arch
Dermatol. Aug 1996;132(8):934-9.

23. Cunliffe WJ, Holland DB, Clark SM, Stables GI.
Comedogenesis: some new aetiological, clinical and
therapeutic strategies. Br J Dermatol. Jun
2000;142(6):1084-91.

24. Eady EA, Ingham E, Walters CE, Cove JH,
Cunliffe WJ. Modulation of comedonal levels of
interleukin-1 in acne patients treated with
tetracyclines. J Invest Dermatol. Jul
1993;101(1):86-91.

25. Fulton JE, Black E. Dr. Fulton's Step-by-Step
Program for Clearing Acne. New York, NY: Harper &
Row; 1983.

26. Gollnick H, Cunliffe W, Berson D, Dreno B,
Finlay A, Leyden JJ, et al. Management of acne: a
report from a Global Alliance to Improve Outcomes
in Acne. J Am Acad Dermatol. Jul 2003;49(1
Suppl):S1-37.

27. Gollnick H, Schramm M. Topical drug treatment
in acne. Dermatology. 1998;196(1):119-25.

28. Goulden V, Stables GI, Cunliffe WJ. Prevalence
of facial acne in adults. J Am Acad Dermatol. Oct
1999;41(4):577-80.

29. Holland DB, Cunliffe WJ, Norris JF. Differential
response of sebaceous glands to exogenous
testosterone. Br J Dermatol. Jul 1998;139(1):102-
3.

30. Kellett SC, Gawkrodger DJ. The psychological
and emotional impact of acne and the effect of
treatment with isotretinoin. Br J Dermatol. Feb
1999;140(2):273-82.

31. Kligman AM. Postadolescent acne in women.
Cutis. Jul 1991;48(1):75-7.

32. Lucky AW, Biro FM, Simbartl LA, Morrison JA,
Sorg NW. Predictors of severity of acne vulgaris in
young adolescent girls: results of a five-year
longitudinal study. J Pediatr. Jan 1997;130(1):30-9.

33. Mallon E, Newton JN, Klassen A, Stewart-Brown
SL, Ryan TJ, Finlay AY. The quality of life in acne: a
comparison with general medical conditions using
generic questionnaires. Br J Dermatol. Apr
1999;140(4):672-6.

34. Mango D, Ricci S, Manna P, Miggiano GA, Serra
GB. Clinical and hormonal effects of ethinylestradiol
combined with gestodene and desogestrel in young
women with acne vulgaris. Contraception. Mar
1996;53(3):163-70.

35. Mulder MM, Sigurdsson V, van Zuuren EJ,
Klaassen EJ, Faber JA, de Wit JB, et al.
Psychosocial impact of acne vulgaris. evaluation of
the relation between a change in clinical acne
severity and psychosocial state. Dermatology.
2001;203(2):124-30.

36. Norris JF, Cunliffe WJ. A histological and
immunocytochemical study of early acne lesions.
Br J Dermatol. May 1988;118(5):651-9.

37. Pochi PE, Strauss JS. Sebaceous gland activity
in black skin. Dermatol Clin. Jul 1988;6(3):349-51.

38. Ross JI, Snelling AM, Eady EA, Cove JH,
Cunliffe WJ, Leyden JJ, et al. Phenotypic and
genotypic characterization of antibiotic-resistant
Propionibacterium acnes isolated from acne
patients attending dermatology clinics in Europe,
the U.S.A., Japan and Australia. Br J Dermatol. Feb
2001;144(2):339-46.

39. Shaw JC, White LE. Persistent acne in adult
women. Arch Dermatol. Sep 2001;137(9):1252-3.

40. Thiboutot D, Gilliland K, Light J, Lookingbill D.
Androgen metabolism in sebaceous glands from
subjects with and without acne. Arch Dermatol.
Sep 1999;135(9):1041-5.

41. Siregar RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit
Kulit. Edisi 2. EGC. Jakarta. 2005.

42. Djuanda A., Hamzah M., Aisah S., (ed.). Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Keempat.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
2005.

43. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan
Kelamin Indonesia (PERDOSKI). Standar Pelayanan
Medik Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. Jakarta.
2004.

44. Harahap M (Ed.). Ilmu Penyakit Kulit. Penerbit
Hipokrates. Jakarta. 2000.

45. FK UNAIR-RSUD Dr.Soetomo Surabaya.
Pedoman Diagnosis dan Terapi Lab/UPF Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Surabaya. 1994.

You might also like