Professional Documents
Culture Documents
BAB III
PELAYANAN SALAH SATU RESEP DI APOTEK
III.1 Resep Racikan Narkotik, Psikotropik dan Antibiotik
III.1.1 Contoh resep Racikan Narkotika, Psikotropika dan Antibiotik
2
III.1.2 Skrining Resep
III.1.2.1 Kelengkapan Administratif
Tabel 1. Kelengkapan Administratif Resep Racikan Narkotik, Psikotropik dan
Antibiotik
Kelengkapan Ada Tidak
ada
Keterangan
Nama dokter - dr. Amelia Rifai Amiruddin, SpPD
SIP - 446/221-07/DS-PD/SIP.3/DKK/I/2013
Alamat Dokter - Jl. H. I. A. Saleh No.27 Makassar
No Telp/Hp dokter - 0411-851601 / 081 24 2323 48
Tanggal Penulisan Resep - Makassar, 25/02/2014
Paraf/tanda tangan dokter - Setiap resep
Nama Pasien - Wahyuni A. Wawo
Umur Pasien - Dewasa
Alamat Pasien - Maros
Berat Badan Pasien - -
No Telp/Hp pasien - -
Nama Obat - 1. Codein
Prednison
Falergi
Alviz
2. Edotin
3. Meiact
Dosis - 1. Codein
10 mg
Prednison 5 mg
Falergi 1 tab (Cetirizine / setirizin
dihidroklorida 10 mg )
Alviz (alprazolam 0,25 mg)
2. Edotin (Erdostein
3. Meaict (Cefditoren pivoxil)
Jumlah yang diminta - 1. Kapsul 20 biji
2. Tablet 20 biji
3. Tablet 5 biji
Aturan Pemakaian - 1. 3 dd 1
2. 3 dd 1
3. 1 dd 1
3
Dalam persyaratan administrasi (kelengkapan resep) terdapat kekurangan
antara lain :
1. Alamat pasien yang tidak lengkap, hanya menuliskan nama kota. Padahal
resep tersebut mengadung narkotik (codein) yang membutuhkan kelengkapan
administratif terutama alamat lengkap pasien.
2. Tidak tercantum nomor telepon / hp pasien, tetapi ketika pembayaran resep
hal ini ditanyakan kepada pasien. Nomor telepon pasien yaitu 0411-3880992.
Hal ini untuk mengantisipasi jika terjadi kesalahan dalam penyerahan obat
daoat segera ditangani.
3. Signa yang kurang lengkap, tidak dicantumkan keterangan mengenai waktu
konsumsi obat, sebelum atau setelah makan (ac/pc), agar obat dapat berefek
optimal.
4. Tidak dicantumkan tanda d.t.d ( da tales doses) = serahkan sesuai takaran atau
dosis. Padahal, resep tersebut memelukan tanda d.t.d karena dosis yang
dituliskan sangat sedikit atau tidak mencapai dosis terapi bagi usia dewasa.
III.1.2.2 Kesesuaian Farmasetik
1. Kesesuaian bentuk sediaan
Bentuk sediaan yang diminta adalah obat racikan kapsul. Sediaan kapsul dan
tablet diberikan pada pasien dewasa yang tidak memiliki keulitan menelan
obat. Pasien ini berumur dewasa yang berarti dapat diberikan sediaan kapsul
atau tablet.
2. Kesesuaian dosis
Resep 1:
Pada resep ini dokter meresepkan obat narkotika dalam bentuk
racikan kapsul (Codein, prednisone, falergi, dan alviz) dengan aturan pakai
yaitu 3 kali sehari. Dosis obat yang diberikan dalam racikan kapsul adalah
sebagai berikut:
a. Codein
Dosis lazim sekali untuk dewasa: 10-20 mg, tiap 4-6 jam. Dosis
maksimum sekali: 30-60 mg, dengan dosis maksimum sehari 300 mg.
4
Menurut Farmakope Indonesia Edisi Ketiga, Dosis kecuali dinyatakan
lain, dosis maksimum adalah dosis maksimum dewasa untuk pemakaian
melalui mulut, injeksi subkutis dan rektal. Umur dewasa adalah 20 tahun.
Pemakaian:
Sekali pakai 1 x 10 mg = 10 mg < 60 mg.
Sehari pakai 3 x 10 mg = 30 mg < 300 mg.
Dosis yang diberikan oleh dokter untuk dewasa adalah 10 mg tiga kali
sehari atau setara dengan 30 g sehari. Hal ini tidak melewati dosis
maksimum sekali dan dosis maksimum sehari.
b. Prednison
Dosis Prednison 5 mg untuk dewasa 1-4 tablet sehari. Jadi, dosis yang
diberikan telah sesuai dengan pasien dewasa (mencapai efek terapi).
c. Falergi
Dosis lazim untuk dewasa 5-10 mg satu kali sehari.
Pemakaian:
Sekali pakai 1 x 10 mg = 10 mg.
Sehari pakai 3 x 10 mg = 30 mg.
Hal ini telah sesuai dengan dosis lazim sekali dan telah melewati dosis
lazim sehari.
d. Alviz
Dosis dewasa untuk Alviz yaitu 0,25-0,5 mg 3 kali sehari. Jadi dosis yang
diberikan dalam resep sudah sesuai untuk pasien.
e. Edotin
Dosis dewasa untuk erdosteine 2-3 kali sehari 1 kapsul. Maka dosis yang
diberikan telah sesuai dengan pasien.
f. Meiact
Dosis dewasa untuk Meiact 200 mg sehari dua kali selama 10 hari.
Sedangkan yang diberikan dalam resep adalah sekali sehari selama untuk
5 hari. Hal ini berarti dosis yang diberikan kurang dari dosis lazim sehari.
5
III.2.2.3 Pertimbangan Klinis
Berdasarkan obat-obat yang diresepkan pada resep adalah Edotin
300 mg,
Meiact
200 mg, dan resep racikan narkotik dan psikotropik yaitu Codein
10 mg,
Prednison
5 mg, Falergi
, Codipront ekspektorant
,
Epidosin Comp
c. Farmakologi
Kodein merupakan analgesic agonis opioid. Efek kodein terjadi apabila
kodein berikatan secara agonis dengan reseptor opioid di berbagai tempat di
susunan saraf pusat. Efek analgesic kodein tergantung afinitas kodein
terhadap reseptor opioid tersebut. Kodein dapat meningkatkan ambang rasa
nyeri dan mengubah reaksi yang timbul di korteks serebri pada waktu
persepsi nyeri diterima dari thalamus. Kodein juga merupakan antitusif yang
bekerja pada susunan saraf pusat dengan menekan pusat batuk.
d. Indikasi
Analgetik dan antitusif
7
e. Kontraindikasi
Asma bronkial, emfisema paru-paru, trauma kepala, tekanan intracranial yang
meninggi, alkoholisme akut, setelah operasi saluran empedu.
f. Dosis
Sebagai analgesik:
- Dewasa : 30-60 mg, tiap 4-6 jam sesuai kebutuhan
- Anak-anak : 0,5 mg/kg BB, 4-6 kali sehari
Sebagai antitusif:
- Dewasa : 10-20 mg, tiap 4-6 jam sesuai kebutuhan, maks. 60 mg
perhari
- Anak 6-12 tahun : 5-10 mg, tiap 4-6 jam, maks. 60 mg perhari
- Anak 2-6 tahun : 1 mg/kg BB perhari dalam dosis terbagi, maks. 30
mg perhari.
Sebagai antitusif tidak dianjurkan untuk anak dibawah 2 tahun.
g. Efek Samping
- Dapat menimbulkan ketergantungan
- Mual, muntah, idiosinkrasi, pusing, sembelit
- Depresi pernafasan terutama pada penderita asma, depresi, jantung dan
syok
h. Peringatan dan perhatian
- Hati-hati penggunaan pada pasien dengan infark miokardial dan penderita
asma.
- Hindari minuman beralkohol.
- Tidak boleh melebihi dosis yang dianjurkan karena dapat menyebabkan
kerusakan fungsi hati
- Hati-hati penggunaan obat ini pada penderita penyakit ginjal
- Hati-hati pada pemberian jangka panjang
i. Interaksi Obat
- Hendaknya hati-hati dan dosis dikurangi, apabila digunakan bersama-
sama dengan obat depresan lain, anastetik, tranquilizer, sedative, hipnotik
dan alkohol.
8
- Tranquilizer terutama fenotiazin bekerja antagonis terhadap analgesic
opiate agonis.
- Dekstroamfetamin dapat menghambat efek analgesic opiate agonis.
- Jangan diberikan bersama-sama dengan penghambat MAO dan dalam
jangka waktu 14 hari setelah pemberian penghambat MAO.
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
2. Prednison
a. Nama Generik
Prednison.
b. Nama Dagang
Hostacortin
, pehecort
, dellacorta
.
c. Komposisi
Tiap tablet mengandung prednison 5 mg.
d. Farmakologi
Prednison adalah golongan glukokortikoid yang mempunyai aktivitas retensi
Na. khasiatnya lebih baik daripada hidrokortison. Prednisone merupakan obat
yang efektif dan luas penggunaannya pada insufisiensi kortex renal, sebagai
anti alergi, antiinflamasi serta anti pruritus.
e. Indikasi
- Penyakit endokrin : umumnya terapi substitusi pada insufisensi adrenal
akut/kronik, hyperplasia, adrenal kongenital, insufisiensi adrenal
sekunder.
- Penyakit non endokrin :
Rheumatoid artritis, karditis reumatika, penyakit ginjal (sindr.
Nefrotik), penyakit kolapen, asma bronkial
Penyakit alergi : penyakit serum, urtikaria, kontak dermatitis, reaksi
obat, edema angioneorotik dan anafilaksis
Penyakit mata : dapat mengetahui gejala inflamasi pada mata
f. Aturan pakai
Sehari 1-4 tablet
g. Efek Samping
9
Pada pemakaian jangka panjang dapat menimbulkan jerawat, moon face,
hipertensi dan osteoporosis.
h. Peringatan
Penggunaan prednisone dalam bentuk tunggal pada penyakit infeksi dapat
menyebabkan masking citoot (hanya gejala saja penyakitnya saja yang
lenyap).
3. Falergi
a. Nama Generik
Cetirizine
b. Nama Dagang
Falergi
c. Komposisi
Tiap tablet alut selaput mengandung:
Cetirizine / setirizin dihidroklorida 10 mg.
d. Farmakologi
Cetirizine adalah suatu anti-histamin yang kuat. Efek utamanya terjadi
melalui penghambatan selektif terhadap reseptor-reseptor perifer Hi. Khasiat
antihistamin cetirizine telah terdokumentasi dengan jelas pada berbagai
hewan percobaan dan sukarelawan (manusia). Hewan-hewan percobaan In
vivo dan ex vivo menunjukkan adanya efek lemah antikolinergik dan
antiserotonergik dalam percobaan-percobaan klinis yang dilakukan dengan
placebo. Dalam penelitian pengikatan reseptor In vivo tidak terlihat adanya
afinitas yang terukur selain reseptor-reseptor Hi. Riset-riset Autoradiographic
memakai Cetirizine yang diberi label radio pada tikus telah menunjukkan
bahwa cetirizine yang diberikan secara sistemik tidak menduduki reseptor-
reseptor Hi serebral secara bermakna.
e. Farmakokinetik
Cetirizine dapat segera diserap dari saluran G/T setelah diminum, dengan
konsentrasi puncak plasma tercapai setelah satu jam. Obat ini sangat terikat
kepada protein plasma dan memiliki waktu paruh eliminasi kira-kira H jam.
10
Cetirizine telah terdeteksi dalam air susu dan dieksresi terutama lewat urin,
sebagian besar masih dalam bentuk obat yang belum berubah.
f. Indikasi
Rinitis alergika menahun, rinitis alergi musiman, urtikaria idiopatik kronis.
g. Kontra Indikasi
Pasien yang punya riwayat hipersensitifitas terhadap salah satu komponen
Falergi
.
c. Komposisi
Cefditoren pivoxil
d. Indikasi
Pneumonia yang didapat dari lingkungan, eksaserbasi akut dari bronchitis
kronik, faringotosilitis, sinusitis akut, infeksi kulit dan struktur kulit tak
terkomplikasi.
Mengobati infeksi saluran pernafasan, saluran kemih, salura pencernaan,
infeksi jaringan kulit dan lunak.
e. Kontraindikasi
Hipersensitivitas
f. Perhatian
Riwayat hiperensitif terhadap penicillin atau antibiotic cefem lain.
Predisposisi individual atau keluarga terhadap gejala alergi seperti asma
bronkial, eksantema atau urtikaria. Gangguan fungsi ginjal berat. Lansia,
asupan makanan per oral yang buruk, mendapat nutrisi parenteral atau
dalam kondisi kesehatan yang buruk. Hamil, laktasi, anak.
g. Efek Samping
Reaksi hipersensitivitas, gangguan GI, kelainan hematologic, peningkatan
kadar enzim hati. Peningkatan nitrogen urea darah, kreatinin serum dan
proteinuria.
h. Kemasan
Tablet 200 mg x 2 x 10
i. Dosis
Pneumonia yang didapat dari lingkungan : 400 mg 2 kali sehari selama 14
hari. Eksaserbasi akut dari bronchitis kronik : 400 mg 2 kali sehari selama
10 hari. Faringontonsilitis : 200 mg 2 kali seari selama 10 hari. Sinusitis
akut : 200 mg 2 kali sehari selama 10 hari. Infeksi kulit dan struktur kulit
tak terkomplikasi : 200 mg 2 kali sehari selama 10 hari.
j. Pemberian Obat
16
Berikan sesudah makan.
k. Produksi
Meiji G
III.2.4 Peracikan
R/ Codein 10 mg
Prednison 5 mg
Falergi 1 tab
Alviz 0,25 mg
m.f.pulv in caps No. XX
S 3 dd I
R/ Edotin No. XX
S 3 dd I
R/ Meiact No. XX
S 1 dd I
1. Perhitungan Bahan Resep Racikan
a. Codein = 10 mg x 20 / 10 mg = 20 tablet.
b. Prednison = 5 mg x 20 / 5 mg = 20 tablet.
c. Falergi = 1 tab x 20 = 20 tablet
d. Alviz = 0,25 mg x 20 / 0,5 mg = 10 tablet
2. Cara Peracikan Obat
a. Disiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Disiapkan obat sesuai dengan perhitungan bahan.
c. Obat yang telah diambil kemudian dimasukkan dalam blender untuk
dihaluskan hingga homogen.
d. Dimasukkan serbuk homogen tersebut ke dalam cangkang kapsul
sebanyak 20.
e. Dikemas dan diberi etiket.
3. Pengemasan
Kemasan obat yang diserahkan harus dikemas rapi dalam kemasan
yang cocok, sehingga terjaga kualitas obatnya.
a. Resep racikan
17
1) Disiapkan kapsul yang sudah diracik sebanyak 20 kapsul dan
dimasukkan ke dalam sak obat.
2) Dikemas dan diberi etiket dengan aturan pakai 3 kali sehari 1 kapsul
setelah makan.
b. Edotin
1) Disiapkan edotin sebanyak 20 tablet dan dimasukkan ke dalam sak
obat.
2) Dikemas dan diberi etiket dengan aturan pakai 3 kali sehari 1 tablet
setelah makan.
c. Meiact
1) Disiapkan meiact sebayak 5 tablet dan dimasukkan ke dalam sak obat.
2) Dikemas dan diberi etiket dengan aturan pakai 1 kali sehari 1 tablet
setelah makan.
III.2.5 Penyerahan
Sebelum menyerahkan obat kepada pasien, dilakukan pengecekan kembali
kesesuaian nama pasien, alamat pasien, umur pasien, obat (nama, bentuk sediaan,
dosis, jumlah obat), aturan pakai, dan etiket. Hal ini untuk mencegah terjadinya
kesalahan dalam pemberian obat.
Pada saat penyerahan obat kepada pasien, terlebih dahulu
memperkenalkan diri sebagai apoteker, lalu bertanya kepada pasien dengan
tahapan berikut.
1. Keluhan pasien.
2. Apa yang dokter sampaikan mengenai obat yang diberikan terkait nama,
jumlah dan aturan pakainya.
3. Apa harapan pasien setelah pasien meminum obat ini.
Setelah mendapatkan info dari pasien kemudian dilakukan proses
penyerahan obat, informasi yang diberikan dapat disampaikan langsung kepada
pasien dan juga boleh kepada pihak keluarga atau orang yang mendampingi
pasien. Informasi yang disampaikan antara lain:
1. Obat racikan yang diberikan ini merupakan obat untuk membantu mengatasi
rhinitis alergi. Obat ini diminum 3 kali sehari 1 kapsul pagi, siang dan malam
18
hari setelah makan. Obat racikan iini mengandung obat yang dapat
menyebabkan kantuk.
2. Obat kedua ini bernama Edotin. Obat ini merupakan obat untuk gangguan
saluran pernafasan. Obat ini diminum 3 kali sehari 1 tablet pagi, siang dan
malam hari setelah makan. Efek sampingnya ringan, biasanya hanya di
saluran pencernaan.
3. Obat ketiga ini merupakan antibiotik bernama Meiact. Untuk mengatasi
infeksi saluran pernafasan. Obat ini harus diminum sampai habis, meskipun
keluahan yang dialami telah hilang. Obat ini diminum 1 kali sehari 1 tablet
pada pagi hari setelah sarapan.
4. Dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi alkohol pada saat meminum obat ini,
karena akan meningkatkan efek obat.
5. Obat ini hanya diminum sesuai resep dokter dan tidak dapat dilanjutkan
dengan membeli sendiri.
6. Jika terjadi reaksi-reaksi yang tidak diinginkan seperti alergi ataupun keluhan
lain selama pengobatan, hentikan pengobatan ini dan hubungi dokter atau
farmasis dengan segera.