You are on page 1of 18

1

BAB III
PELAYANAN SALAH SATU RESEP DI APOTEK
III.1 Resep Racikan Narkotik, Psikotropik dan Antibiotik
III.1.1 Contoh resep Racikan Narkotika, Psikotropika dan Antibiotik



























2

III.1.2 Skrining Resep
III.1.2.1 Kelengkapan Administratif
Tabel 1. Kelengkapan Administratif Resep Racikan Narkotik, Psikotropik dan
Antibiotik
Kelengkapan Ada Tidak
ada
Keterangan
Nama dokter - dr. Amelia Rifai Amiruddin, SpPD
SIP - 446/221-07/DS-PD/SIP.3/DKK/I/2013
Alamat Dokter - Jl. H. I. A. Saleh No.27 Makassar
No Telp/Hp dokter - 0411-851601 / 081 24 2323 48
Tanggal Penulisan Resep - Makassar, 25/02/2014
Paraf/tanda tangan dokter - Setiap resep
Nama Pasien - Wahyuni A. Wawo
Umur Pasien - Dewasa
Alamat Pasien - Maros
Berat Badan Pasien - -
No Telp/Hp pasien - -
Nama Obat - 1. Codein


Prednison


Falergi


Alviz


2. Edotin


3. Meiact


Dosis - 1. Codein

10 mg
Prednison 5 mg
Falergi 1 tab (Cetirizine / setirizin
dihidroklorida 10 mg )
Alviz (alprazolam 0,25 mg)
2. Edotin (Erdostein
3. Meaict (Cefditoren pivoxil)
Jumlah yang diminta - 1. Kapsul 20 biji
2. Tablet 20 biji
3. Tablet 5 biji
Aturan Pemakaian - 1. 3 dd 1
2. 3 dd 1
3. 1 dd 1




3

Dalam persyaratan administrasi (kelengkapan resep) terdapat kekurangan
antara lain :
1. Alamat pasien yang tidak lengkap, hanya menuliskan nama kota. Padahal
resep tersebut mengadung narkotik (codein) yang membutuhkan kelengkapan
administratif terutama alamat lengkap pasien.
2. Tidak tercantum nomor telepon / hp pasien, tetapi ketika pembayaran resep
hal ini ditanyakan kepada pasien. Nomor telepon pasien yaitu 0411-3880992.
Hal ini untuk mengantisipasi jika terjadi kesalahan dalam penyerahan obat
daoat segera ditangani.
3. Signa yang kurang lengkap, tidak dicantumkan keterangan mengenai waktu
konsumsi obat, sebelum atau setelah makan (ac/pc), agar obat dapat berefek
optimal.
4. Tidak dicantumkan tanda d.t.d ( da tales doses) = serahkan sesuai takaran atau
dosis. Padahal, resep tersebut memelukan tanda d.t.d karena dosis yang
dituliskan sangat sedikit atau tidak mencapai dosis terapi bagi usia dewasa.
III.1.2.2 Kesesuaian Farmasetik
1. Kesesuaian bentuk sediaan
Bentuk sediaan yang diminta adalah obat racikan kapsul. Sediaan kapsul dan
tablet diberikan pada pasien dewasa yang tidak memiliki keulitan menelan
obat. Pasien ini berumur dewasa yang berarti dapat diberikan sediaan kapsul
atau tablet.
2. Kesesuaian dosis
Resep 1:
Pada resep ini dokter meresepkan obat narkotika dalam bentuk
racikan kapsul (Codein, prednisone, falergi, dan alviz) dengan aturan pakai
yaitu 3 kali sehari. Dosis obat yang diberikan dalam racikan kapsul adalah
sebagai berikut:
a. Codein
Dosis lazim sekali untuk dewasa: 10-20 mg, tiap 4-6 jam. Dosis
maksimum sekali: 30-60 mg, dengan dosis maksimum sehari 300 mg.
4

Menurut Farmakope Indonesia Edisi Ketiga, Dosis kecuali dinyatakan
lain, dosis maksimum adalah dosis maksimum dewasa untuk pemakaian
melalui mulut, injeksi subkutis dan rektal. Umur dewasa adalah 20 tahun.
Pemakaian:
Sekali pakai 1 x 10 mg = 10 mg < 60 mg.
Sehari pakai 3 x 10 mg = 30 mg < 300 mg.
Dosis yang diberikan oleh dokter untuk dewasa adalah 10 mg tiga kali
sehari atau setara dengan 30 g sehari. Hal ini tidak melewati dosis
maksimum sekali dan dosis maksimum sehari.
b. Prednison
Dosis Prednison 5 mg untuk dewasa 1-4 tablet sehari. Jadi, dosis yang
diberikan telah sesuai dengan pasien dewasa (mencapai efek terapi).
c. Falergi
Dosis lazim untuk dewasa 5-10 mg satu kali sehari.
Pemakaian:
Sekali pakai 1 x 10 mg = 10 mg.
Sehari pakai 3 x 10 mg = 30 mg.
Hal ini telah sesuai dengan dosis lazim sekali dan telah melewati dosis
lazim sehari.
d. Alviz
Dosis dewasa untuk Alviz yaitu 0,25-0,5 mg 3 kali sehari. Jadi dosis yang
diberikan dalam resep sudah sesuai untuk pasien.
e. Edotin
Dosis dewasa untuk erdosteine 2-3 kali sehari 1 kapsul. Maka dosis yang
diberikan telah sesuai dengan pasien.
f. Meiact
Dosis dewasa untuk Meiact 200 mg sehari dua kali selama 10 hari.
Sedangkan yang diberikan dalam resep adalah sekali sehari selama untuk
5 hari. Hal ini berarti dosis yang diberikan kurang dari dosis lazim sehari.


5

III.2.2.3 Pertimbangan Klinis
Berdasarkan obat-obat yang diresepkan pada resep adalah Edotin

300 mg,
Meiact

200 mg, dan resep racikan narkotik dan psikotropik yaitu Codein

10 mg,
Prednison

5 mg, Falergi

10 mg, dan Alviz

0,25 mg. Obat-obat yang diberikan


merupakan obat yang diindikasikan untuk mengatasi rhinitis alergi. Obat racikan
yang terdiri dari antihistamin, analgetik, adrenergik kortikosteroid, dan sedative
serta pemberian antibiotik dan mukolitik digunakan untuk mengurangi gejala
rhinitis.
Batuk berdahak ditandai dengan hidung tersumbat karena adanya produksi
mucus yang berlebihan karena itu diberikan Edotin

untuk mengencerkan dahak.


Batuk berdahak umumnya disertai nyeri karena peradangan sehingga diberikan
Prednison

obat golongan kortikosteroid yang digunakan untuk mengurangi


radang dan Codein

yang memiliki sifat analgetik untuk mengurangi nyeri.


Namun disamping itu, codein juga merupakan antitusif. Antitusif dan
mukolitik memiliki efek yang berlawanan. Secara sederhana dapat dijelaskan
bahwa mukolitik bekerja mengencerkan dan membersihkan mucus dari saluran
pernafasan dengan memecah sputum (dahak). Mukus sering kali menyebabkan
penyempitan atau bahkan menutup saluran nafas hingga menyesakkan dan
membuat sulit bernafas. Karena adanya dahak yang berlebihan, maka harus
dikeluarkan dengan cara merangsang batuk sehingga menaikkan pembuangan
mucus dengan jalan meningkatkan frekuensi batuk. Sedangkan antitusif
diindikasikan untuk mengurangi frekuensi batuk dengan menekan saraf pusat
batuk secara langsung dan mengakibatkan hambatan reseptor (baca: tempat kerja
penyakitnya) pada saluran pernafasan sehingga rangsang batuk berkurang.
Sehingga bila antitusif dan mukolitik dikombinasikan, efeknya justru saling
berlawanan. Ada kemungkinan efek kedua obat tersebut saling meniadakan
sehingga tujuan pengobatan tidak tercapai. Batuk ditekan, dan lender bronkus
keluar memenuhi tenggorokan, tanpa batuk, dahak semakin susah dikeluarkan dari
tenggorokan. Batuknya bisa malah makin parah. Namun terlepas dari teori
tersebut, alasan pemilihan terapi kombinasi ini mungkin didasarkan pada suatu
6

kenyataan bahwa walaupun batuknya berdahak, tapi kerap kali juga membuat
pasien menjadi lelah sehingga perlu ditekan.
Falergi merupakan antihistamin yang menghilangkan gejala yang timbul
seperti bersin, rinore, rasa gatal di sekitar hidung dan mata, serta menghilangkan
peyebab batuk seperti alergi.
Sedangkan penggunaan antibiotik Meiact dalam resep ini yaitu untuk
pengobatan batu berdahak akibat infeksi. Batuk yang disebabkan karena virus
biasanya akan sembuh sendiri, tetapi batuk yang merupakan gejala infeksi
pernafasan karena bakteri mungkin butuh waktu yang lebih lama dan memerlukan
tambahan obat antibiotika. Batuk jenis ini biasanya ditandai dengan dahak yang
banyak, kental dan berwarna kuning kehijauan.
III.2.3 Uraian Obat dalam Resep Racikan Narkotika dan Psikotropika
1. Codein (Kodein)
a. Nama Generik
Codeini hydrochloridum
b. Nama Dagang
Nama Dagang Sediaan Tunggal : Codein

Nama Dagang Sediaan Kombinasi : Codipront

, Codipront ekspektorant

,
Epidosin Comp


c. Farmakologi
Kodein merupakan analgesic agonis opioid. Efek kodein terjadi apabila
kodein berikatan secara agonis dengan reseptor opioid di berbagai tempat di
susunan saraf pusat. Efek analgesic kodein tergantung afinitas kodein
terhadap reseptor opioid tersebut. Kodein dapat meningkatkan ambang rasa
nyeri dan mengubah reaksi yang timbul di korteks serebri pada waktu
persepsi nyeri diterima dari thalamus. Kodein juga merupakan antitusif yang
bekerja pada susunan saraf pusat dengan menekan pusat batuk.
d. Indikasi
Analgetik dan antitusif


7

e. Kontraindikasi
Asma bronkial, emfisema paru-paru, trauma kepala, tekanan intracranial yang
meninggi, alkoholisme akut, setelah operasi saluran empedu.
f. Dosis
Sebagai analgesik:
- Dewasa : 30-60 mg, tiap 4-6 jam sesuai kebutuhan
- Anak-anak : 0,5 mg/kg BB, 4-6 kali sehari
Sebagai antitusif:
- Dewasa : 10-20 mg, tiap 4-6 jam sesuai kebutuhan, maks. 60 mg
perhari
- Anak 6-12 tahun : 5-10 mg, tiap 4-6 jam, maks. 60 mg perhari
- Anak 2-6 tahun : 1 mg/kg BB perhari dalam dosis terbagi, maks. 30
mg perhari.
Sebagai antitusif tidak dianjurkan untuk anak dibawah 2 tahun.
g. Efek Samping
- Dapat menimbulkan ketergantungan
- Mual, muntah, idiosinkrasi, pusing, sembelit
- Depresi pernafasan terutama pada penderita asma, depresi, jantung dan
syok
h. Peringatan dan perhatian
- Hati-hati penggunaan pada pasien dengan infark miokardial dan penderita
asma.
- Hindari minuman beralkohol.
- Tidak boleh melebihi dosis yang dianjurkan karena dapat menyebabkan
kerusakan fungsi hati
- Hati-hati penggunaan obat ini pada penderita penyakit ginjal
- Hati-hati pada pemberian jangka panjang
i. Interaksi Obat
- Hendaknya hati-hati dan dosis dikurangi, apabila digunakan bersama-
sama dengan obat depresan lain, anastetik, tranquilizer, sedative, hipnotik
dan alkohol.
8

- Tranquilizer terutama fenotiazin bekerja antagonis terhadap analgesic
opiate agonis.
- Dekstroamfetamin dapat menghambat efek analgesic opiate agonis.
- Jangan diberikan bersama-sama dengan penghambat MAO dan dalam
jangka waktu 14 hari setelah pemberian penghambat MAO.
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
2. Prednison
a. Nama Generik
Prednison.
b. Nama Dagang
Hostacortin

, pehecort

, dellacorta
.

c. Komposisi
Tiap tablet mengandung prednison 5 mg.
d. Farmakologi
Prednison adalah golongan glukokortikoid yang mempunyai aktivitas retensi
Na. khasiatnya lebih baik daripada hidrokortison. Prednisone merupakan obat
yang efektif dan luas penggunaannya pada insufisiensi kortex renal, sebagai
anti alergi, antiinflamasi serta anti pruritus.
e. Indikasi
- Penyakit endokrin : umumnya terapi substitusi pada insufisensi adrenal
akut/kronik, hyperplasia, adrenal kongenital, insufisiensi adrenal
sekunder.
- Penyakit non endokrin :
Rheumatoid artritis, karditis reumatika, penyakit ginjal (sindr.
Nefrotik), penyakit kolapen, asma bronkial
Penyakit alergi : penyakit serum, urtikaria, kontak dermatitis, reaksi
obat, edema angioneorotik dan anafilaksis
Penyakit mata : dapat mengetahui gejala inflamasi pada mata
f. Aturan pakai
Sehari 1-4 tablet
g. Efek Samping
9

Pada pemakaian jangka panjang dapat menimbulkan jerawat, moon face,
hipertensi dan osteoporosis.
h. Peringatan
Penggunaan prednisone dalam bentuk tunggal pada penyakit infeksi dapat
menyebabkan masking citoot (hanya gejala saja penyakitnya saja yang
lenyap).
3. Falergi
a. Nama Generik
Cetirizine
b. Nama Dagang
Falergi


c. Komposisi
Tiap tablet alut selaput mengandung:
Cetirizine / setirizin dihidroklorida 10 mg.
d. Farmakologi
Cetirizine adalah suatu anti-histamin yang kuat. Efek utamanya terjadi
melalui penghambatan selektif terhadap reseptor-reseptor perifer Hi. Khasiat
antihistamin cetirizine telah terdokumentasi dengan jelas pada berbagai
hewan percobaan dan sukarelawan (manusia). Hewan-hewan percobaan In
vivo dan ex vivo menunjukkan adanya efek lemah antikolinergik dan
antiserotonergik dalam percobaan-percobaan klinis yang dilakukan dengan
placebo. Dalam penelitian pengikatan reseptor In vivo tidak terlihat adanya
afinitas yang terukur selain reseptor-reseptor Hi. Riset-riset Autoradiographic
memakai Cetirizine yang diberi label radio pada tikus telah menunjukkan
bahwa cetirizine yang diberikan secara sistemik tidak menduduki reseptor-
reseptor Hi serebral secara bermakna.
e. Farmakokinetik
Cetirizine dapat segera diserap dari saluran G/T setelah diminum, dengan
konsentrasi puncak plasma tercapai setelah satu jam. Obat ini sangat terikat
kepada protein plasma dan memiliki waktu paruh eliminasi kira-kira H jam.
10

Cetirizine telah terdeteksi dalam air susu dan dieksresi terutama lewat urin,
sebagian besar masih dalam bentuk obat yang belum berubah.
f. Indikasi
Rinitis alergika menahun, rinitis alergi musiman, urtikaria idiopatik kronis.
g. Kontra Indikasi
Pasien yang punya riwayat hipersensitifitas terhadap salah satu komponen
Falergi

. Obat ini juga dikontraindikasikan pada wanita menyusui karena


cetirizine ditemukan dalam ASI.
h. Efek samping
Kadang-kadang terdapat laporan tentang efek damping yang bersifat
sementara, umpamanya sakit kepala, pening, mual, agitasi, mulut kering, dan
rasa tidak enak pada gastrointestinal. Jika diingankan, dosis dapat dibuat
menjadi 5 mg di malam hari. Pada sebagian orang, reaksi hipersensitifitas
termasuk reaksi pada kulit dan angioedema.
i. Dosis dan cara pemberian
Dewasa dan anak-anak > 12 tahun : 1 tab (10 mg) sehari. Saat ini, tidak
terdapat data yang menunjukkan bahwa dosis harus dikurangi untuk pasien
lansia. Pada pasien mengalami gangguan ginjal, dosis harus dikurangi
menjadi M tablet perhari.
j. Overdosis
Kasu overdosis cetirizine sudah pernah dilaporkan. Seorang pasien dewasa
yang meminum 150 mg cetirizine, pasien mengalami somnolence (rasa
mwngantuk) tetapi tidak memperlihatkan adanya, gejala yang lain yang
berkenaan dengan kelainan kimia darah atau efek-efek hematologis. Pada
seorang pasien anak usia 18 bulan yang meminum cetirizine secara overdosis
(kira-kira 180 mg), pertama-tama terlihat kegelisahan dan kerewelan, lalu ini
diikuti dengan rasa kantuk. Apabila terjadi overdosis, pengobatannya herus
bersifat symptomatic atau bersifat penunjang, dengan mempertimbangkan
adanya obat lain yang ikut termakan. Tidak terdapat suatu anti racun khusus
bagi cetirizine. Cetirizine tidak dapat dikeluarkan dari badan dengan efektif
dengan cara dialysis tidak akan efektif kalau suatu zat yang dapat didialysis
11

juga telah ikut masuk tubuh. Dosis oral minimal yang akut dan dan dapat
mematikan adalah 237 mg/kg pada mencit (lebih kurang 95 kali dari dosis
oral maksimumyang dianjurkan untuk orang dewasa berdasarkan dasar
mg/m
2
, atau kira-kira 55 kali dosis oral harian yang disarankan bagi anak-
anak berdasarkan dasar mg/m
2
) dan 562 mg/kg pada tikus (kira-kira 460 kali
dosis harian maksimum yang dianjurkan bagi dewasa atas patokan mg/m
2
,
atau kira-kira 270 kali dosis oral maksimum harian yang dianjurkan bagi
anak-anak atas patokan mg/m
2
. Pada hewan pengerat, target keracunan akut
adalah system saraf pusat, sedangkan target toksisitas ganda adalah hati.
k. Perhatian
Rasa kantuk bisa merupakan gejala overdosis, yang muncul dari pemakaian
50 mg cetirizine dalam dosis tunggal. Pada anak-anak, dapat terjadi agitasi.
Dalam hal overdosis yang sangat besar harus dilakukan pengurasan lambung
disamping tindakan penunjang yang lain. Sampai sekarang tidak terdapat
suatu antiracun khusus. Pada anak-anak, penelitian terhadap sukarelawan
yang sehat pada dosis 20 dan 25 mg/hari belum mengungkapkan efek-efek
tentang kewaspadaan atau waktu bereaksi, namun pasien dianjurkan untuk
tidak melebihi dosis yang dianjurkan sewaktu mengendarai mobil atau
mengoperasikan mesin-mesin.
Tidak dianjurkan buat anak-anak di bawah usia (2) tahun.
Tidak terdapat laporan adanya efek samping yang tidak menguntungkan dari
penelitian hewan. Tidak terdapat kebutuhan, atau hanya ada sedikit
kebutuhan, penggunaan cetirizine pada masa kehamilan. Seperti pada obat-
obat pada umumnya penggunaan cetirizine pada masa kehamilan harus
dihindarkan.
l. Interaksi Obat
Sampai sekarang tidak terdapat interaksi yang diketahui dengan obat-obat
lain. Studi-studi tentang diazepam dan cimetidine tidak menunjukkan adanya
bukti-bukti interaksi. Sama halnya dengan antihistamin yang lain, dianjurkan
untuk menghindarkan konsumsi alkohol yang berlebihan.

12

m. Kemasan
Dua isi strip @ 10 tablet salut selaput.
n. Penyimpanan
Simpan pada suhu 15-25
0
C.
4. Alviz
a. Nama generik
Alprazolam.
b. Nama Dagang
Alviz
.
c. Komposisi
Tiap tablet mengandung 0,25 mg ; 0,5 mg ; dan 1,0 mg alprazolam.
d. Indikasi
Pengobatan jangka pendek, ansietas sedang atau berat dan ansietas
yang berhubungan dengan depresi.
e. Kontra Indikasi
- pasien yang hipersensitif terhadap golongan benzodiazepine
- glaucoma sudut sempit akut
- mastenia gravis, insufisiensi pulmonar akut, kondisi fobia dan obsesi
- psikosis kronik, anak dan bayi prematur
f. Efek Samping
- Mengantuk, kelemahan otot ataksia, amnesia, depresi, light-headedness,
bingung, halusinasi, blurred vision.
- Jarang terjadi nyeri kepala, insomnia, reaksi paradoksikal, tremor,
ipotensi, gangguan gastrointestinal, rash, perubahan libido , menstruasi
tidak teratur, retensi urin, blood dyscrasiasiszz dan jaundice.
g. Dosis
Dewasa 0,25-0,5 mg 3 kali sehari. Jika perlu dosis dapat dinaikkan
dengan interval 3 4 hari hingga maksimum 4 mg sehari dalam dosis
terbagi. Untuk pasien lanjut usia, debil dan gangguan fungdi hati berat
0,25 mg 2-3 kali sehari, ditingkatkan bertahap jika perlu.

13

h. Peringatan dan Perhatian
- Dapat terjadi ketergantungan.
- Jangan digunakan sebagai pengobatan tunggal pada pasien depresi atau
kecemasan dengan depresi.
- Selama menggunakan obat ini dilarang mengendarai atau mengoperasikan
mesin.
- Hati-hati bila diberikan pada wanita hamildan menyusui, penderita
penyakit hati da ginjal kronis, penyakit respirasi,, kelemahan otot dan
riwayat penyalahgunaan obat atau alkohol.
- Penderita kelainan kepribadian yang nyata.
- Pemakaian pada anak dibawah usia 10 tahun tidak diketahui
keamanannya dengan pasti.
- Kurangi dosis pada lanjut usia dan debil.
- Hindari pemakaian jangka panjang.
- Hati-hati pemakaian pada penderita pulmonary insuffiency kronik.
i. Interaksi Obat
Efek ditingkatkan oleh depresan susunan syaraf pusat, alkohol, barbiturat
Ekskresi dihambat oleh Simetidin.
j. Over Dosis
Penderita dirangsang untuk muntah dan pengosongan lambung
Penderita dirawat intensif dengan terapi simptomatis dan suportif
pemeliharaan fungsi kardiovaskular, pernafasan dan keseimbangan
elektrolit
k. Cara Penyimpanan
Simpan di ruangan dengan suhu 15 - 30 C.
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
l. Kemasan
ALVIZ *0,25 mg ; Dus, 3 strip @ 10 tablet No. Reg. DPL 0121626410
A1
ALVIZ 0,5 mg ; Dus, 3 strip @ 10 tablet No. Reg. DPL 0121626410
14

B1
ALVIZ 1 mg ; Dus, 3 strip @ 10 tablet No. Reg. DPL 0121626410 C1
m. Diproduksi oleh:
PHAROS
5. Edotin
a. Nama Generik
Erdosteine
b. Nama Dagang
Edotin


c. Indikasi
Mukolitik pada gangguan saluran pernafasan akut dan kronik.
d. Kontra Indikasi
Sirosis hepatikdefisiensi enzim sistationin sintase, gagal ginjal berat
(bersihan kreatinin < 25 mL/menit).
e. Perhatian
Hamil, laktasi
f. Kemasan
Kapsul 300 mg x 20
g. Dosis
2-3 kali sehari 1 kapsul
h. Efek Samping
Ringan, biasanya hanya di saluran cerna
i. Pemberian
Dapat diberikan bersama makanan untuk mengurangi rasa tidak nyaman
pada GI.
j. Pabrik
Ferron
6. Meiact
a. Nama Generik
Cefditoren pivoxil

15

b. Nama Dagang
Meiact

.
c. Komposisi
Cefditoren pivoxil
d. Indikasi
Pneumonia yang didapat dari lingkungan, eksaserbasi akut dari bronchitis
kronik, faringotosilitis, sinusitis akut, infeksi kulit dan struktur kulit tak
terkomplikasi.
Mengobati infeksi saluran pernafasan, saluran kemih, salura pencernaan,
infeksi jaringan kulit dan lunak.
e. Kontraindikasi
Hipersensitivitas
f. Perhatian
Riwayat hiperensitif terhadap penicillin atau antibiotic cefem lain.
Predisposisi individual atau keluarga terhadap gejala alergi seperti asma
bronkial, eksantema atau urtikaria. Gangguan fungsi ginjal berat. Lansia,
asupan makanan per oral yang buruk, mendapat nutrisi parenteral atau
dalam kondisi kesehatan yang buruk. Hamil, laktasi, anak.
g. Efek Samping
Reaksi hipersensitivitas, gangguan GI, kelainan hematologic, peningkatan
kadar enzim hati. Peningkatan nitrogen urea darah, kreatinin serum dan
proteinuria.
h. Kemasan
Tablet 200 mg x 2 x 10
i. Dosis
Pneumonia yang didapat dari lingkungan : 400 mg 2 kali sehari selama 14
hari. Eksaserbasi akut dari bronchitis kronik : 400 mg 2 kali sehari selama
10 hari. Faringontonsilitis : 200 mg 2 kali seari selama 10 hari. Sinusitis
akut : 200 mg 2 kali sehari selama 10 hari. Infeksi kulit dan struktur kulit
tak terkomplikasi : 200 mg 2 kali sehari selama 10 hari.
j. Pemberian Obat
16

Berikan sesudah makan.
k. Produksi
Meiji G
III.2.4 Peracikan
R/ Codein 10 mg
Prednison 5 mg
Falergi 1 tab
Alviz 0,25 mg
m.f.pulv in caps No. XX
S 3 dd I
R/ Edotin No. XX
S 3 dd I
R/ Meiact No. XX
S 1 dd I
1. Perhitungan Bahan Resep Racikan
a. Codein = 10 mg x 20 / 10 mg = 20 tablet.
b. Prednison = 5 mg x 20 / 5 mg = 20 tablet.
c. Falergi = 1 tab x 20 = 20 tablet
d. Alviz = 0,25 mg x 20 / 0,5 mg = 10 tablet
2. Cara Peracikan Obat
a. Disiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Disiapkan obat sesuai dengan perhitungan bahan.
c. Obat yang telah diambil kemudian dimasukkan dalam blender untuk
dihaluskan hingga homogen.
d. Dimasukkan serbuk homogen tersebut ke dalam cangkang kapsul
sebanyak 20.
e. Dikemas dan diberi etiket.
3. Pengemasan
Kemasan obat yang diserahkan harus dikemas rapi dalam kemasan
yang cocok, sehingga terjaga kualitas obatnya.
a. Resep racikan
17

1) Disiapkan kapsul yang sudah diracik sebanyak 20 kapsul dan
dimasukkan ke dalam sak obat.
2) Dikemas dan diberi etiket dengan aturan pakai 3 kali sehari 1 kapsul
setelah makan.
b. Edotin
1) Disiapkan edotin sebanyak 20 tablet dan dimasukkan ke dalam sak
obat.
2) Dikemas dan diberi etiket dengan aturan pakai 3 kali sehari 1 tablet
setelah makan.
c. Meiact
1) Disiapkan meiact sebayak 5 tablet dan dimasukkan ke dalam sak obat.
2) Dikemas dan diberi etiket dengan aturan pakai 1 kali sehari 1 tablet
setelah makan.
III.2.5 Penyerahan
Sebelum menyerahkan obat kepada pasien, dilakukan pengecekan kembali
kesesuaian nama pasien, alamat pasien, umur pasien, obat (nama, bentuk sediaan,
dosis, jumlah obat), aturan pakai, dan etiket. Hal ini untuk mencegah terjadinya
kesalahan dalam pemberian obat.
Pada saat penyerahan obat kepada pasien, terlebih dahulu
memperkenalkan diri sebagai apoteker, lalu bertanya kepada pasien dengan
tahapan berikut.
1. Keluhan pasien.
2. Apa yang dokter sampaikan mengenai obat yang diberikan terkait nama,
jumlah dan aturan pakainya.
3. Apa harapan pasien setelah pasien meminum obat ini.
Setelah mendapatkan info dari pasien kemudian dilakukan proses
penyerahan obat, informasi yang diberikan dapat disampaikan langsung kepada
pasien dan juga boleh kepada pihak keluarga atau orang yang mendampingi
pasien. Informasi yang disampaikan antara lain:
1. Obat racikan yang diberikan ini merupakan obat untuk membantu mengatasi
rhinitis alergi. Obat ini diminum 3 kali sehari 1 kapsul pagi, siang dan malam
18

hari setelah makan. Obat racikan iini mengandung obat yang dapat
menyebabkan kantuk.
2. Obat kedua ini bernama Edotin. Obat ini merupakan obat untuk gangguan
saluran pernafasan. Obat ini diminum 3 kali sehari 1 tablet pagi, siang dan
malam hari setelah makan. Efek sampingnya ringan, biasanya hanya di
saluran pencernaan.
3. Obat ketiga ini merupakan antibiotik bernama Meiact. Untuk mengatasi
infeksi saluran pernafasan. Obat ini harus diminum sampai habis, meskipun
keluahan yang dialami telah hilang. Obat ini diminum 1 kali sehari 1 tablet
pada pagi hari setelah sarapan.
4. Dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi alkohol pada saat meminum obat ini,
karena akan meningkatkan efek obat.
5. Obat ini hanya diminum sesuai resep dokter dan tidak dapat dilanjutkan
dengan membeli sendiri.
6. Jika terjadi reaksi-reaksi yang tidak diinginkan seperti alergi ataupun keluhan
lain selama pengobatan, hentikan pengobatan ini dan hubungi dokter atau
farmasis dengan segera.

You might also like