You are on page 1of 5

Klasifikasi Tes

Cronbach (1970) membagi tes menjadi dua kelompok besar, yakni :


1. Tes yang mengukur performasi maksimal (maximum performance)
tujuan : mengukur apa yang mampu dilakukan dan seberapa baik seseorang mampu
melakukannya.
stimulus : jelas terstruktur dan subjek mengetahui jawaban yang dikehendaki.
contoh : tes inteligensi, tes bakat, tes prestasi belajar, tes profisiensi.
2. Tes yang mengukur performasi tipikal (typical performance)
tujuan : mengukur apa yang cenderung seseorang lakukan.
stimulus : berstruktur ambiguous dan subjek tidak mengetahui jawaban yang dikehendaki.
contoh : tes minat, tes sikap, dan berbagai bentuk skala kepribadian.

Tes Prestasi Belajar
Tes prestasi belajar merupakan salah satu alat pengukuran di bidang pendidikan yang sangat
penting artinya sebagai sumber informasi guna pengambilan keputusan. Penyusunan tes
prestasi belajar yang baik agar hasil ukur yang diperoleh akurat (valid) dan dapat dipercaya
(reliabel).


Tes Prestasi dalam Sistem Pendidikan
Dalam proses pendidikan dan pengajaran setiap saat akan selalu ada situasi yang memerlukan
pengambilan keputusan, seperti :
1. Keputusan didaktik yang diperlukan guna memenuhi kebutuhan pengajaran, seperti memilih
kurikulum yang berlaku.
2. Keputusan administrasi guna memenuhi kebutuhan administrasi seperti keputusan
menentukan nilai standar kelulusan.
3. Keputusan bimbingan penyuluhan guna memberikan bimbingan dalam penjurusan dan
penentuan karir.

Berdasarkan keputusan-keputusan tersebut, tes prestasi belajar mempunyai beberapa
fungsi antara lain :
1. Fungsi penempatan adalah penggunaan hasil tes prestasi belajar unyuk klasifikasi individu
ke dalam bidang atau jurusan yang sesuai dengan kemampuan yang dapat dilihat pada hasil
tes sebelumnya.
2. Fungsi formatif adalah penggunaan hasil tes belajar guna melihat sejauhmana kemampuan
belajar yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu program pelajaran.
3. Fungsi diagnostik dilakukan oleh tes prestasi bila hasilnya digunakan untuk mendiagnosis
kesukaran belajar dan mendeteksi kelemahan siswa agar dapat segera diperbaiki.
4. Fungsi sumatif adalah penggunaan hasil tes prestasi untuk memperoleh informasi mengenai
penguasaan pelajaran yang telah direncanakan sebelumnya dalam suatu program pelajaran.


BAB 2_ FUNGSI DAN LIMITASI
Fungsi Tes Prestasi
1. Tes sebagai pengukur prestasi karena tes dapat membantu untuk memberikan nilai yang
lebih akurat (valid) dan dapat dipercaya (reliabel).
2. Tes sebagai motivator dalam belajar.
Keterbatasan Tes Prestasi
Objek tes prestasi adalah aspek mental psikologis atau atirbut non fisik sehingga tidak
menghasilkan pengukuran yang akurat sekali karena apa yang dapat dicapai tes prestasi
adalah semacam estimasi mengenai posisi relatif atau jenjang urutan individu menurut tingkat
kemampuannya.
Prinsip-prinsip Pengukuran Prestasi Belajar
Gronlund (1977) merumuskan beberapa prinsip dasar dalam pengukuran prestasi, yakni :
1. Tes prestasi harus mengukur hasil belajar yang telah dibatasi secara jelas sesuai dengan
tujuan instruksional.
2. Tes prestasi harus mengukur suatu sampel yang representatif dari hasil belajar dan dari
materi yang dicangkup oleh program instruksional atau pengajaran.
3. Tes prestasi harus berisi aitem-aitem denga tipe yang paling cocok guna mengukur hasil
belajar yang diinginkan.
4. Tes prestasi harus dirancang sedemikian rupa agar sesuai degna tujuan penggunaan
hasilnya.
5. Realibilitas tes prestasi harus diusahakan setinggi mungkin dan hasil ukurnya harus
ditafsirkan dengan hati-hati.
6. Tes prestasi harus dapat digunkan untuk meningkatkan belajar para anak didik.




BAB 4_ PERANCANGAN TES PRESTASI
Identifikasi Tujuan dan Kawasan Ukur
Merupakan penegasan tujuan pengukuran yang akan dicapai oleh tes yang diikuti oleh
pembatasan kawasan ukur, yakni pendefinisian lingkup materi ukur yang hendak diungkap.
Penguraian Komponen Isi
Penguraian isi tes bukan saja berarti mengusahakan agar tes yang kan ditulis itu tidak keluar
dari lingkup materi yang telah ditentukan oleh batasan kawasan ukur akan tetapi berarti pula
mengusahakan agar jangan sampai ada bagian isi yang penting terlewatkan dan tidak tertuang
dalam tes.
Batasan Perilaku dan Kompetensi
Batasan perilaku merupakan operasionalisasi tujuan instruksional khusus dan umum, dimana
tujuan isntruksional khusus pada umumnya sudah sangat operasional sehingga dianggap
sebagai indikator perilaku. Agar lebih konkret rumusan tersebut harus dinyatakan dalam taraf
kompetensi kognitif yang lebih spesifik berupa bentuk proses kognitif atau proses mental yang
dapat menjadi indikator tinggi-rendahnya tingakt penguasaan siswa yang dikenai tes. Bloom
menyusun konsep taraf kompetensi kognitif menjadi 6 jenjang, yakni :
6. evaluation
5. synthesis
4. analysis
3. application
2. comprehension
1. knowledge

Tabel Spesifikasi
Tabel spesifikasi tes berupa tabel yang memuat sekaligus uraian isi tes dan tingkat kompetensi
yang akan diungkap pada setiap bagian. Tabel semacam ini berupa tabel dua sisi yang
seringkali disebut sebagai test blue-print. Blue print akan menjadi pegangan yang sangat
membantu sewaktu penulisan aitem berlangsung sebagai suatu pedoman yang akan menjaga
agar penulisan aitem tetap terarah pada tujuan pengukuran tes dan tidak keluar dari batasan
ini.

Tipe-tipe Aitem dalam Tes Prestasi
Aitem tipe objektif mempunyai hanya satu jawaban yang dianggap terbaik. Pembagian tipe
aitem menurut kelasnya dilakukan oleh Brown (1971) ke dalam empat kelompok, yakni :
1. Tipe memilih alternatif, siswa diminta untuk memilih satu jawaban dari beberapa pilihan.
Contohnya tipe pilihan ganda, tipe banr-salah, tipe memasangkan.
2. Tipe jawaban pendek, siswa diminta menjawab dalam bentuk kalimat pendek. Contohnya
item tipe melengkapi.
3. Tipe karangan, meminta siswa untuk memberikan jawaban berupa karangan yang diramu
dari banyak materi berbagai sumber.
4. Tipe problem, menghendaki siswa merumuskan prosedur yang akan digunakan lalu
menerapkan guna menyelesaikan problem yang dihadapi. Tipe ini banyak dijumpai pada
pelajaran matematika dan pengetahuan kuantitatif lainnya.
Menentukan Tipe Aitem yang Akan digunakan
Pertimbangan pertama menyangkut hasil belajar, suatu aitem haruslah mengukur hasil belajar
secara lansung. Pertimbangan kedua adalah kualitas aitem yang mungkin dibuat.

Adapun kelemahan dan keunggulan tipe-tipe aitem yang sering digunakan antara lain :
1. Tipe pilihan ganda
Keunggulan
komprehensif
pemeriksaan dan pemberian skor lebih mudah
penggunaan lembar jawaban menjadikan tes efesien dan hemat bahan
kualitas aitem dapat di analisis
objektivitas tinggi
memiliki reliabilitas tinggi
Kelemahan
memakan banyak waktu dan tenaga dalam pembuatannya
tidak mudah ditulis untuk mengungkapkan tingkat kompetensi tinggi.
adanya kemungkinan jawaban benar semata-mata karena tembakan
2. Tipe esai (karangan)
Keunggulan
relatif lebih mudah dibuat
lebih mudah untuk digunakan mengungkapkan tingkat kompetensi tinggi pemeriksaan
sangat baik untuk mengungkapkan kemampuan yang bertalian dengan ekspresi verbal-tulis
Kelemahan
kurang komprehensif
memakan banyak waktu dan tenaga
harus diperiksa sendiri oleh pembuat soal atau orang yang ahli
subjektivitas sulit dihindari
pertimbangan pemberian skor lebih kompleks
reliabilitas rendah
3. Tipe benar-salah
Keunggulan
komprehensif
pemeriksaan dan pemberian skor lebih mudah
penggunaan lembar jawaban menjadikan tes efesien dan hemat bahan
kualitas aitem dapat di analisis
objektivitas tinggi
mudah dibuat
Kelemahan
hanya dapat mengungkapkan tingkat kompetensi yang rendah
besar kemungkinan jawaban benar semata-mata karena tebakan
Menentukan Banyaknya Aitem
Secara teoritik, suatu tes haruslah berisi sebanyak-banyaknya aitem yang independen (tidak
terikat) satu sama lain maksudnya bahwa masing-masing aitem mengungkap bagian terkecil
bahan tes yang berbeda satu sama lain menurut tingkat kompetensi tertentu. Dengan alasan,
pertama dasar pikiran bahwa isi tes harus mewakili keseluruhan bahan tes. Kedua mengenai
konsistensi hasil pengukuran tes tersebut yang berkaitan dengan jumlah aitem.


Daftar Pustaka
Anastasi, A. (1982). Psychological Testing. New York : MacMillan
Azwar, Saifuddin (2007). Tes Prestasi. Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi
Belajar. Yogyakarta : Pustaka pelajar
Friedenberg, L. (1995). Psychological Testing: Design, Analysis and Use. Boston : Allyn
& Bacon
Osterlind, S.J. (2002). Constructing Test item: Multiple choice, Constructed response,
Performance and other formats. New York: Kluwer Academics Publishers.
Supratiknya, A. (1999). Reader Konstruksi Tes. Yogyakarta : Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma

You might also like