You are on page 1of 20

1

BAB I
PENDAHULUAN
Nyeri punggung bawah (low back pain) merupakan keluhan yang sering dijumpai di
praktek sehari-hari, dan diperkirakan hampir semua orang pernah mengalami nyeri punggung
paling kurangnya sekali semasa hidupnya. Nyeri punggung bawah adalah nyeri yang
dirasakan di daerah punggung bawah, dapat merupakan nyeri lokal (inflamasi), maupun nyeri
radikuler atau keduanya. Nyeri yang berasal dari punggung bawah dapat berujuk ke daerah
lain atau sebaliknya yang berasal dari daerah lain dirasakan di daerah punggung bawah
(refered pain). Walaupun nyeri punggung bawah jarang fatal namun nyeri yang dirasakan
menyebabkan penderita mengalami suatu kekurangmampuan (disabilitas) yaitu keterbatasan
fungsional dalam aktifitas sehari-hari dan banyak kehilangan jam kerja terutama pada usia
produktif, sehingga merupakan alasan terbanyak dalam mencari pengobatan.
Di Indonesia, menurut Setyawati bahwa dari para pegawai yang datang berobat ke
Poliklinik, pada suatu perusahaan lebih daripada 57% pekerjanya mengeluh nyeri punggung
bawah. Makanya diperkirakan bahwa lebih 57% tenaga kerja di Indonesia menderita penyakit
tersebut menyebabkan gangguan pada ekonomi, seterusnya secara kaskade menggangu
bidang- bidang lainnya, menggugat ekonomi tempatan.
Departemen Kesehatan telahpun mengeluarkan upaya pelayanan kesehatan primer
pada masyarakat tersebut yang diatas meliputi, peningkatan kesehatan (promotif), upaya
pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif) (Depkes RI,
1999). Menurut Hanung P (2008), fisioterapi dalam hal ini memegang peranan untuk
mengembalikan dan mengatasi gangguan impairment dan activity limitation sehingga pasien
dapat beraktivitas kembali. Namun menurut literatur 33% pasien masih mengalami nyeri
hilang-timbul atau nyeri persisten selepas satu tahun, dan satu daripada lima pasien masih
mempunyai kekurangan fungsi gerakan. Hanya 25% telah sembuh total nyeri punggung
mereka selepas satu tahun, dengan ini pencegahan lebih diutamakan daripada pengobatan.





2

BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. C
Umur : 50 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Pegagan Kidul
Agama : Islam
Status Pernikahan : Sudah menikah
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Masuk RS : 5 Juli 2014 pukul 09.30 WIB
Tanggal pemeriksaan : 7 Juli 2014 (autoanamnesis)

II. ANAMNESIS
Keluhan utama : nyeri pinggang kiri sejak 1 bulan SMRS
Keluhan tambahan : kesemutan pada kaki kiri
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke Poliklinik Saraf RSUD Arjawinangun dengan keluhan nyeri
pinggang sejak 1 bulan yang lalu, nyeri pinggang yang hebat timbul secara tiba tiba setelah
mengangkat benda berat saat melakukan aktivitas di rumah. Pasien mengaku nyerinya seperti
ditusuk dan dirasakan terus menerus. Selain itu kaki juga terasa seperti kaku dan dipelintir
kemudian nyeri menjalar ke bokong sampai ke kaki kiri. Nyeri bertambah berat bila pasien
beraktivitas. Pasien mengatakan sakit yang dirasakan sampai mengganggu aktivitas sehari-
hari, menjadi sulit berjalan dan pasien juga tidak bisa tidur. Keluhan kesemutan pada kaki kiri
diakui oleh pasien yang terasa sampai tungkai bawah. Keluhan yang sama seperti nyeri dan
3

baal pada anggota tubuh lain disangkal oleh pasien. BAB dan BAK tidak terganggu, normal
seperti biasa.
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit yang sama seperti saat ini disangkal. Riwayat hipertensi disangkal.
Riwayat DM disangkal.
Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan seperti pasien. Penyakit hipertensi dan
DM pada keluarga disangkal
Riwayat pengobatan
Pasien belum pernah memeriksakan diri ke dokter sebelumnya. Pasien hanya
mengonsumsi obat pernghilang rasa sakit namun nyeri tidak berkurang.

III. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Tanda vital. Tekanan darah : 160/70 mmHg
Nadi : 80x/ menit
Respirasi : 20x/ menit
Suhu : 36,2
o
C
Berat badan : 70 kg
Tinggi badan : 154 cm
Kepala : normocephal, rambut tidak mudah dicabut
Mata : konjungtiva anemis (-/-) sklera ikterik (-/-) pupil bulat isokor reguler 3
mm. Reflek cahaya (+/+)
Leher : pembesaran KGB (-) deviasi trakea (-)
4

Thorax : simetris dalam keadaan statis dan dinamis
Cor : BJ I-II reguler, gallop (-) murmur (-)
Pulmo : vesikuler (+/+) ronkhi (-/-) wheezing (-/-)
Abdomen : datar, lemas, bising usus (+) nyeri tekan (-) pada 4 kuadran
Hepar : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Ekstremitas : edema (-/-) sianosis (-/-)
Status Neurologis
Kesadaran : compos mentis
GCS : E4 V5 M6 = 15
Orientasi : tempat, waktu, orang, lingkungan sekitar baik
Jalan pikiran : logis, kecerdasan baik
Daya ingat kejadian : (baru) baik, (lama) baik
Kemampuan bicara : lancar, sikap tubuh baik
Cara berjalan : belum dapat berdiri, gerakan abnormal (-)
Kepala : normocephal, simetris, ukuran normal, nyeri tekan (-)
Leher : gerakan normal, kaku kuduk (-), bentuk tulang belakang normal,
Brudzinski I sign (-)

PEMERIKSAAN NERVUS KRANIALIS
N. I (Olfaktorius) Kanan Kiri
Daya pembauan Baik Baik

5

N. II (Optikus) Kanan Kiri Kanan Kiri
Daya pengelihatan Baik Baik Tidak dilakukan
Pengenalan warna Baik Baik Tidak dilakukan
Lapang pandang Baik Baik Tidak dilakukan
Refleks cahaya + + Tidak dilakukan

N. III (Okulomotorius) Kanan Kiri Kanan Kiri
Ptosis - - RC langsung + +
Gerak mata
ke
Medial N N RC tidak langsung + +
Atas N N Ref. Akomodatif Tidak dilakukan
Bawah N N Strabismus -
Ukuran pupil 3 mm 3 mm Diplopia - -
Bentuk pupil Isokor

N. IV (Troklearis) Kanan Kiri
Gerak mata ke lateral bawah N N

N. VI (Abdusen) Kanan Kiri
Gerak mata ke lateral N N
Strabismus konvergen - -
Diplopia - -

N. V (Trigeminus) Kanan Kiri Kanan Kiri
Menggigit N N Reflek kornea + +
Membuka mulut N N Reflek bersin Tidak dilakukan
Sensibilitas
muka
Atas N N Reflek maseter Baik
Bawah N N Reflek zigomatikus Baik
Tengah N N Trismus Baik


6

N. VII (Fasialis) Kanan Kiri
Kerutan dahi N N
Berkedip N N
Lipatan nasolabial N N
Sudut mulut N N
Mengerutkan dahi N N
Mengerutkan alis N N
Menutup mata N N
Meringis N N
Mengembungkan pipi N N

N. VIII (Akustikus) Kanan Kiri
Mendengar suara berbisik N N
Mendengar detik alroji N N

N. IX (Glosofaringeus) Kanan Kiri
Arkus farings Simetris
Refleks muntah N N

N. X (Vagus) Kanan Kiri Kanan Kiri
Arkus farings Simetris Bersuara Baik
Nadi Reguler Menelan Baik

N. XI (Aksesorius) Kanan Kiri Kanan Kiri
Memalingkan kepala N Mengangkat bahu N
Sikap bahu N Trofi otot bahu Eutrofia



7

N. XII (Hipoglosus) Kanan Kiri Kanan Kiri
Sikap lidah N Kekuatan lidah Baik
Tremor lidah - Trofi otot lidah Eutrofi
Menjulurkan lidah Baik Faskulasi lidah -

BADAN
Trofi otot punggung Eutrofi Trofi otot dada Eutrofi
Nyeri saat membungkuk + Palpasi dinding perut NT (-)
Kolumna vertebralis:
Bentuk
Nyeri tekan

N
+
Gerakan N
Sensibilitas N Alat kelamin Tidak dilakukan

ANGGOTA GERAK ATAS
Kanan Kiri Kanan Kiri
Warna kulit Sianosis (-) Claw hand - -
Nyeri tekan - - Kontraktur - -


Lengan atas Lengan bawah Tangan
Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Bebas
Bebas Bebas Bebas Bebas Bebas
Kekuatan 5
5 5 5 5 5
Tonus N
N N N N N
Trofi Eutrofi
Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Sensibilitas +
+ + + + +
Reflek fisiologis +
+ + +

Kanan Kiri
Reflek patologis
- -


8

ANGGOTA GERAK BAWAH
Kanan Kiri Kanan Kiri
Drop foot - - Warna kulit Sianosis (-)
Edema - - Kontraktur - -


Tungkai atas Tungkai bawah Kaki
Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Bebas
Bebas Bebas Bebas Bebas Bebas
Kekuatan 5
4 5 4 5 4
Tonus N
N N N N N
Trofi Eutrofi
Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Sensibilitas +
+ + + + +

Patella Achilles

Kanan Kiri Kanan Kiri
Reflek fisiologis
++ ++

Reflek patologis Kanan Kiri
Babinski - -
Chaddock - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaeffer - -
Gonda - -

GERAKAN ABNORMAL
Tremor -
Khorea -



9

FUNSI VEGETATIF
Miksi Defekasi
Inkontinensia urin - Inkontinensia alvi -
Retensio urin - Retensio alvi -
Poliuria -
Anuria -

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
- Hemoglobin : 11,6 x 10
3
l
- Leukosit : 15,8 x 10
3
l
- Hematokrit : 35,5 %
- Trombosit : 626 10
3
l

V. RESUME
Pasien datang ke Poliklinik Saraf RSUD Arjawinangun dengan keluhan nyeri pinggang sejak
1 bulan yang lalu, timbul secara tiba tiba setelah mengangkat benda berat saat melakukan
aktivitas di rumah. Pasien mengaku nyerinya seperti ditusuk dan dirasakan terus menerus.
Selain itu kaki juga terasa seperti kaku dan dipelintir kemudian nyeri menjalar ke bokong
sampai ke kaki kiri. Nyeri bertambah berat bila pasien beraktivitas. Pasien menjadi sulit
berjalan dan pasien juga tidak bisa tidur. Keluhan kesemutan pada kaki kiri diakui oleh
pasien yang terasa sampai tungkai bawah. Pada pemeriksaan fisik didapatkan status generalis
dalam batas normal. Pada pemeriksaan status neurologis didapatkan; kesadaran compos
mentis, GCS E4 V5 M6 = 15, orientasi baik, jalan pikiran normal, daya ingat kejadian baik,
kemampuan bicara lancar, sikap tubuh baik, cara berjalan belum dapat dinilai. Pada
pemeriksaan nervus kranialis didapatkan dalam batas normal. Pada pemeriksaan badan
didapatkan nyeri saat membungkukkan badan (+), pemeriksaan anggota gerak bagian atas
dalam batas normal, dan pada pemeriksaan anggota gerak bawah didapatkan penurunan
kekuatan otot tungkai bawah, tungkai atas dan kaki bagian kiri (4). Pada pemeriksaan fungsi
vegetatif didapatkan fungsi dalam batas normal. Pada pemeriksaan penunjang laboratorium
didapatkan leukositosis.
10

VI. DIAGNOSIS
- Diagnosis klinis : Ischialgia sinistra
- Diagnosis topis : vertebra lumbosakral L4-L5
- Diagnosis etilogi : Susp. Hernia Nucleus Pulposus

VII. SARAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Foto rontgen lumbosakral antero-posterior (AP), lateral
- Myelografi
- CT scan tulang belakang
- MRI tulang belakang

VIII. PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa
- Bedrest total
- Edukasi pasien untuk tidak melakukan aktivitas berat
- Fisioterapi
Medikamentosa
- IVFD Ringer Laktat 20 tpm
- Inj. Multivitamin B1, B6, B12 2 x 1
- Inj. Ketorolac 10 mg 3 x 1
- Inj. Ranitidin 25 mg 3 x 1
- Inj. Cefotaxim 2 x 1 gram
- Konsultasi ke bagian penyakit dalam untuk regulasi tekanan darah






11

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Defenisi Low Back Pain (LBP)
Low back pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung antara sudut bawah kosta
(tulang rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor). Nyeri juga bisa menjalar ke daerah
lain seperti punggung bagian atas dan pangkal paha (Rakel, 2002). LBP atau nyeri punggung
bawah merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh
yang kurang baik (Maher, Salmond & Pellino, 2002).

Klasifikasi Low Back Pain (LBP)
Menurut Bimariotejo (2009), berdasarkan perjalanan kliniknya LBP terbagi menjadi
dua jenis, yaitu:
a. Acute Low Back Pain
Acute low back pain ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba dan rentang
waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat
hilang atau sembuh. Acute low back pain dapat disebabkan karena luka traumatik seperti
kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian tersebut
selain dapat merusak jaringan, juga dapat melukai otot, ligamen dan tendon. Pada kecelakaan
yang lebih serius, fraktur tulang pada daerah lumbal dan spinal dapat masih sembuh sendiri.
Sampai saat ini penatalaksanan awal nyeri pinggang akut terfokus pada istirahat dan
pemakaian analgesik.
b. Chronic Low Back Pain
Rasa nyeri pada chronic low back pain bisa menyerang lebih dari 3 bulan. Rasa nyeri ini
dapat berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki onset yang berbahaya
dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low back pain dapat terjadi karena
osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus intervertebralis dan tumor.

Epidemiologi Low Back Pain (LBP)
Di Amerika Serikat diperkirakan lebih 15% orang dewasa mengeluh nyeri punggung
bawah atau nyeri yang bertahan hampir dua minggu (Lawrence dkk, 1998). Nyeri punggung
bawah adalah suatu sindroma nyeri yang terjadi pada regio punggung bagian bawah dan
merupakan work related musculoskeletal disorders. Nyeri punggung bawah telah
teridentifikasi oleh Pan American Health Organization antara tiga masalah kesehatan
12

pekerjaan yang dikenalpasti oleh WHO (Choi dkk, 2001). Menurut Punnett L dkk, prevalensi
37% daripada nyeri punggung bawah disebabkan oleh pekerjaan individu-individu tersebut,
dengan pembahagian lebih banyak pada laki-laki berbanding wanita. Sedangkan penelitian
Community Oriented Program for Controle of Rheumatic Disease (COPORD ) Indonesia
menunjukan prevalensi nyeri punggung 18,2 % pada laki laki dan 13,6 % pada wanita.
National Safety Council pula melaporkan bahwa sakit akibat kerja yang frekuensi
kejadiannya paling tinggi adalah sakit/nyeri pada punggung, yaitu 22% dari 1.700.000 kasus
(Tarwaka, dkk, 2004). Di negara industri keluhan nyeri punggung bawah merupakan keluhan
kedua setelah nyeri kepala. Di Amerika Serikat lebih dari 80% penduduk mengeluh nyeri
punggung bawah dan biaya yang dikeluarkan tiap tahun untuk pengobatan berkisar 75 juta
dolar Amerika.

Prevalensi Low Back Pain (LBP)
Prevalensi nyeri punggung bawah pada pemandu seperti supir, pengendara sepeda
motor, atau penarik becak lebih tinggi berbanding pekerjaan-pekerjaan lain, berdasarkan
penelitian Rahmat HS (2009) yang menunjukkan masalah nyeri punggung bawah yang
timbul akibat duduk lama menjadi fenomena yang sering terjadi saat ini. 60% orang dewasa
mengalami nyeri punggung bawah karena masalah duduk yang terjadi pada mereka yang
bekerja atau yang aktivitasnya lebih banyak dilakukan dengan duduk. Duduk lama dengan
posisi yang salah dapat menyebabkan otot-otot punggung menjadi tegang dan dapat merusak
jaringan lunak sekitarnya. Bila keadaan ini berlanjut, akan menyebabkan penekanan pada
bantalan saraf tulang belakang yang mengakibatkan hernia nukleus pulposus. Beliau juga
mengatakan, Saat manusia duduk, beban maksimal lebih berat 6-7 kali dari berdiri. Tulang
atlas yang menyangga tengkorak mengalami beban terberat. Jika riding position-nya salah,
bagian tulang bawah yakni vertebra lumbal 2-3 (mendekati tulang pinggul) akan terserang
nyeri punggung bawah. Jika salah terus, berulang-ulang apalagi ditambah getaran kontinu,
akan timbul radang (artrosis lumbalis) lalu pengapuran tulang bawah dan terjepitnya syaraf
tulang bawah. Jika sudah parah bisa terjadi fraktur atau patah (Rahmat HS, 2009).
Penarik becak merupakan pekerjaan beresiko tinggi dengan pelbagai gangguan fisikal
dan psikologis. Menurut penelitian Tamrin dkk (2006), paparan penarik becak melalui
pekerjaannya kepada whole body vibrations, stres postural disebabkan posisi tubuh yang
jangkal, serta harus mengekalkan posisi tubuh tetap untuk waktu yang lama dapat
menyebabkan peningkatan resiko menderita nyeri punggung bawah. Whole body vibrations
meningkatkan produksi enzim degradasi matriks dan enzim proteolitik, berperan pada
13

metabolisme cakram intervertebral menyebabkan gangguan dan kerusakan. Juga, frekuensi
getaran disebabkan kondisi jalan serta rigiditas suspensi becak mesin menyebabkan kelelahan
(fatigue) pada otot-otot punggung, menimbulkan rasa nyeri. Penelitian juga menyatakan
hubungan antara whole body vibration dengan dan nyeri punggung bawah, dengan
peningkatan resiko terjadinya gangguan jaringan spinal. Dampak negatif nyeri punggung
bawah dirasakan hampir semua orang di seluruh dunia. Menurut penelitian WHO masyarakat
bekerja di Amerika Serikat mengeluarkan hampir lima puluh miliar dollar setahun untuk
berobat masalah nyeri punggung bawah mereka, serta merupakan penyebab utama
mengambil cuti sakit syarikat-syarikat besar yang turut menyebabkan produktivitas
berkurang (Waddell G, 1991). Nyeri punggung bawah juga lebih dampak pada negara negara
sedang membangun.

Penyebab Low Back Pain (LBP)
Penyebab LBP dapat dibagi menjadi:
a. Diskogenik (sindroma spinal radikuler)
Sindroma radikuler biasanya disebabkan oleh suatu hernia nukleus pulposus yang merusak
saraf-saraf disekitar radiks. Diskus hernia ini bisa dalam bentuk suatu protrusio atau prolaps
dari nukleus pulposus dan keduanya dapat menyebabkan kompresi pada radiks. Lokalisasinya
paling sering di daerah lumbal atau servikal dan jarang sekali pada daerah torakal.
Nukleus terdiri dari megamolekul proteoglikan yang dapat menyerap air sampai sekitar 250%
dari beratnya. Sampai dekade ke tiga, gel dari nukleus pulposus hanya mengandung 90% air,
dan akan menyusut terus sampai dekade ke empat menjadi kira-kira 65%. Nutrisi dari anulus
fibrosis bagian dalam tergantung dari difusi air dan molekul-molekul kecil yang melintasi
tepian vertebra. Hanya bagian luar dari anulus yang menerima suplai darah dari ruang
epidural. Pada trauma yang berulang menyebabkan robekan seratserat anulus baik secara
melingkar maupun radial. Beberapa robekan anular dapat menyebabkan pemisahan
lempengan, yang menyebabkan berkurangnya nutrisi dan hidrasi nukleus. Perpaduan robekan
secara melingkar dan radial menyebabkan massa nukleus berpindah keluar dari anulus
lingkaran ke ruang epidural dan menyebabkan iritasi ataupun kompresi akar saraf.(Wheeler,
2004).
b. Non-diskogenik
Biasanya penyebab LBP yang non-diskogenik adalah iritasi pada serabut sensorik saraf
perifer, yang membentuk n. iskiadikus dan bisa disebabkan oleh neoplasma, infeksi, proses
toksik atau imunologis, yang mengiritasi n. iskiadikus dalam perjalanannya dari pleksus
14

lumbosakralis, daerah pelvik, sendi sakro-iliaka, sendi pelvis sampai sepanjang jalannya n.
Iskiadikus (neuritis n. iskiadikus).(Sidharta, 1980).

Beberapa faktor lain yang dapat menyebabakan terjadinya LBP, antara lain:
a. Kelainan Tulang Punggung (Spine) Sejak Lahir
Keadaan ini lebih dikenal dengan istilah Hemi Vertebrae. Menurut Soeharso (1978)
kelainan-kelainan kondisi tulang vertebra tersebut dapat berupa tulang vertebra hanya
setengah bagian karena tidak lengkap pada saat lahir. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya
low back pain yang disertai dengan skoliosis ringan.
Selain itu ditandai pula adanya dua buah vertebra yang melekat menjadi satu,
namun keadaan ini tidak menimbulkan nyeri. Terdapat lubang di tulang vertebra dibagian
bawah karena tidak melekatnya lamina dan keadaan ini dikenal dengan Spina Bifida.
Penyakit spina bifida dapat menyebabkan gejala-gejala berat sepert club foot, rudimentair
foof, kelayuan pada kaki, dan sebagainya. namun jika lubang tersebut kecil, tidak akan
menimbulkan keluhan. Beberapa jenis kelainan tulang punggung (spine) sejak lahir adalah:
Penyakit Spondylisthesis Pada spondylisthesis merupakan kelainan pembentukan korpus
vertebrae, dimana arkus vertebrae tidak bertemu dengan korpus vertebrae (Bimariotejo,
2009). Walaupun kejadian ini terjadi sewaktu bayi, namun ketika berumur 35 tahun baru
menimbulkan nyeri akibat kelinan-kelainan degeneratif. Nyeri pinggang ini berkurang atau
hilang bila penderita duduk atau tidur dan akan bertambah, bila penderita itu berdiri atau
berjalan (Bimariotejo, 2009). Soeharso (1978) menyebutkan gejala klinis dari penyakit ini
adalah:
1) Penderita memiliki rongga badan lebih pendek dari semestinya. Antara dada dan
panggul terlihat pendek.
2) Pada punggung terdapat penonjolan processus spinosus vertebra yang menimbulkan
skoliosis ringan.
3) Nyeri pada bagian punggung dan meluas hingga ke ekstremitas bawah.
4) Pemeriksaan X-ray menunjukan adanya dislokasi, ukuran antara ujung spina dan garis
depan corpus pada vertebra yang mengalami kelainan lebih panjang dari garis spina
corpus vertebrae yang terletak diatasnya.
Penyakit Kissing Spine Penyakit ini disebabkan karena dua tau lebih processus spinosus
bersentuhan. Keadan ini bisa menimbulkan gejala dan tidak. Gejala yang ditimbulkan adalah
low back pain. Penyakit ini hanya bisa diketahui dengan pemeriksaan X-ray dengan posisi
lateral (Soeharso, 1978).
15

Sacralisasi Vertebrae Lumbal Ke V Penyakit ini disebabkan karena processus transversus
dari vertebra lumbal ke V melekat atau menyentuh os sacrum dan/atau os ileum (Soeharso,
1978).
b. Low Back Pain karena Trauma
Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyebab utama LBP (Bimariotejo, 2009).
Pada orang-orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau melakukan aktivitas
dengan beban yang berat dapat menderita nyeri pinggang bawah yang akut. Gerakan bagian
punggung belakang yang kurang baik dapat menyebabkan kekakuan dan spasme yang tiba-
tiba pada otot punggung, mengakibatkan terjadinya trauma punggung sehingga menimbulkan
nyeri. Kekakuan otot cenderung dapat sembuh dengan sendirinya dalam jangka waktu
tertentu. Namun pada kasus-kasus yang berat memerlukan pertolongan medis agar tidak
mengakibatkan gangguan yang lebih lanjut (Idyan, 2008).
Menurut Soeharso (1978), secara patologis anatomis, pada low back pain yang
disebabkan karena trauma, dapat ditemukan beberapa keadaan, seperti:
Perubahan pada sendi Sacro-I liaca Gejala yang timbul akibat perubahan sendi sacro-iliaca
adalah rasa nyeri pada os sacrum akibat adanya penekanan. Nyeri dapat bertambah saat batuk
dan saat posisi supine. Pada pemerikasaan, lassague symptom positif dan pergerakan kaki
pada hip joint terbatas.
Perubahan pada sendi Lumba Sacral Trauma dapat menyebabkan perubahan antara
vertebra lumbal V dan sacrum, dan dapat menyebabkan robekan ligamen atau fascia.
Keadaan ini dapat menimbulkan nyeri yang hebat di atas vertebra lumbal V atau sacral I dan
dapat menyebabkan keterbatasan gerak.


c. Low Back Pain karena Perubahan Jaringan
Kelompok penyakit ini disebabkan karena terdapat perubahan jaringan pada tempat yang
mengalami sakit. Perubahan jaringan tersebut tidak hanya pada daerah punggung bagian
bawah, tetapi terdapat juga disepanjang punggung dan anggota bagian tubuh lain (Soeharso,
1978). Beberapa jenis penyakit dengan keluhan LBP yang disebabakan oleh perubahan
jaringan antara lain:
Osteoartritis (Spondylosis Deformans) Dengan bertambahnya usia seseorang maka
kelenturan otot-ototnya juga menjadi berkurang sehingga sangat memudahkan terjadinya
kekakuan pada otot atau sendi. Selain itu juga terjadi penyempitan dari ruang antar tulang
16

vetebra yang menyebabkan tulang belakang menjadi tidak fleksibel seperti saat usia muda.
Hal ini dapat menyebabkan nyeri pada tulang belakang hingga ke pinggang (Idyan, 2008).
Penyakit Fibrositis Penyakit ini juga dikenal dengan Reumatism Muskuler. Penyakit ini
ditandai dengan nyeri dan pegal di otot, khususnya di leher dan bahu. Rasa nyeri memberat
saat beraktivitas, sikap tidur yang buruk dan kelelahan (Dieppe, 1995 dalam Idyan, 2008).
Penyakit Infeksi Menurut Diepee (1995) dalam Idyan (2008), infeksi pada sendi terbagi atas
dua jenis, yaitu infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri dan infeksi kronis, disebabkan oleh
bakteri tuberkulosis. Infeksi kronis ditandai dengan pembengkakan sendi, nyeri berat dan
akut, demam serta kelemahan.
d. Low Back Pain karena Pengaruh Gaya Berat
Gaya berat tubuh, terutama dalam posisi berdiri, duduk dan berjalan dapat mengakibatkan
rasa nyeri pada punggung dan dapat menimbulkan komplikasi pada bagian tubuh yang lain,
misalnya genu valgum, genu varum, coxa valgum dan sebagainya (Soeharso, 1987). Beberapa
pekerjaan yang mengaharuskan berdiri dan duduk dalam waktu yang lama juga dapat
mengakibatkan terjadinya LBP (Klooch, 2006 dalam Shocker, 2008). Kehamilan dan obesitas
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya LBP akibat pengaruh gaya berat.
Hal ini disebabkan terjadinya penekanan pada tulang belakang akibat penumpukan lemak,
kelainan postur tubuh dan kelemahan otot (Bimariotejo, 2009).

Faktor Resiko Low Back Pain (LBP)
Faktor resiko nyeri pinggang meliputi usia, jenis kelamin, berat badan, etnis,
merokok, pekerjaan, paparan getaran, angkat beban yang berat yang berulang-ulang,
membungkuk, duduk lama, geometri kanal lumbal spinal dan faktor psikososial (Bimariotejo,
2009). Sifat dan karakteristik nyeri yang dirasakan pada penderita LBP bermacam-macam
seperti nyeri terbakar, nyeri tertusuk, nyeri tajam, hingga terjadi kelemahan pada tungkai
(Idyan, 2008). Nyeri ini terdapat pada daerah lumbal bawah, disertai penjalaran ke daerah-
daerah lain, antara lain sakroiliaka, koksigeus, bokong, kebawah lateral atau posterior paha,
tungkai, dan kaki (Bimariotejo, 2009).

Sifat nyeri Low Back Pain (LBP)
Nyeri punggang bawah dapat dibagi dalam 6 jenis nyeri, yaitu:
1. Nyeri punggang lokal
17

Jenis ini paling sering ditemukan. Biasanya terdapat di garis tengah dengan radiasi ke kanan
dan ke kiri. Nyeri ini dapat berasal dari bagian-bagian di bawahnya seperti fasia, otot-otot
paraspinal, korpus vertebra, sendi dan ligamen.
2. Iritasi pada radiks
Rasa nyeri dapat berganti-ganti dengan parestesi dan dirasakan pada dermatom yang
bersangkutan pada salah satu sisi badan. Kadang-kadang dapat disertai hilangnya perasaan
atau gangguan fungsi motoris. Iritasi dapat disebabkan oleh proses desak ruang pada foramen
vertebra atau di dalam kanalis vertebralis.
3. Nyeri rujukan somatis
Iritasi serabut-serabut sensoris dipermukaan dapat dirasakan lebih dalam pada dermatom
yang bersangkutan. Sebaliknya iritasi di bagian-bagian dalam dapat dirasakan di bagian lebih
superfisial.
4. Nyeri rujukan viserosomatis
Adanya gangguan pada alat-alat retroperitonium, intraabdomen atau dalam ruangan panggul
dapat dirasakan di daerah pinggang.
5. Nyeri karena iskemia
Rasa nyeri ini dirasakan seperti rasa nyeri pada klaudikasio intermitens yang dapat dirasakan
di pinggang bawah, di gluteus atau menjalar ke paha. Dapat disebabkan oleh penyumbatan
pada percabangan aorta atau pada arteri iliaka komunis.
6. Nyeri psikogen
Rasa nyeri yang tidak wajar dan tidak sesuai dengan distribusi saraf dan dermatom dengan
reaksi wajah yang sering berlebihan. (Rumawas, 1996).

Nyeri punggung bawah berdasarkan sumber :
1. Nyeri punggung bawah Spondilogenik
Nyeri yang disebabkan karena kelainan vertebrata, sndi, dan jaringan lunaknya. Antara lain
spondilosis, osteoma, osteoporosis, dan nyeri punggung miofasial.
2. Nyeri punggung bawah Viserogenik
Nyeri yang disebabkan karena kelainan pada organ dalam, misalnya kelainan ginjal, kelainan
ginekologik, dan tumor retroperitoneal
3. Nyeri punggung bawah Vaskulogenik
Nyeri yang disebabkan karena kelainan pembuluh darah, misalnya anerisma, dan gangguan
peredaran darah.
4. Nyeri punggung bawah Psikogenik
18

Nyeri yang disebabkan karena gangguan psikis seperti neurosis, ansietas, dan depresi. Nyeri
ini tidak menghasilkan definisi yang jelas, juga tidak menimbulkan gangguan anatomi dari
akar saraf atau saraf tepi. Nyeri ini superficial tetapi dapat juga dirasakan pada bagian dalam
secara nyata atau tidak nyata, radikuler maupun non radikuler, berat atau ringan. Lama
keluhan tidak mempunyai pola yang jelas, dapat dirasakan sebentar ataupun bertahun
tahun. (PERDOSSI).

Penatalaksanaan dan Pencegahan Low Back Pain
Biasanya low back pain hilang secara spontan. Kekambuhan sering terjadi karena aktivitas
yang disertai pembebanan tertentu. Penderita yang sering mengalami kekambuhan harus
diteliti untuk menyingkirkan kelainan neurologik yang mungkin tidak jelas sumbernya.
Berbagai telaah yang dilakukan untuk melihat perjalanan penyakit menunjukkan bahwa
proporsi pasien yang masih menderita low back pain selama 12 bulan adalah sebesar 62%
(kisaran 42 % - 75 %), agak bertentangan dengan pendapat umum bahwa 90% gejala low
back pain akan hilang dalam 1 bulan. (Manek, 2005)
Penanganan terbaik terhadap penderita LBP adalah dengan menghilangkan penyebabnya
(kausal) walaupun tentu saja pasien pasti lebih memilih untuk menghilangkan rasa sakitnya
terlebih dahulu (simptomatis). Jadi perlu digunakan kombinasi antara pengobatan kausal dan
simptomatis. Secara kausal, penyebab nyeri akan diatasi sesuai kasus penyebabnya. Misalnya
untuk penderita yang kekurangan vitamin saraf akan diberikan vitamin tambahan. Para
perokok dan pecandu alkohol yang menderita LBP akan disarankan untuk mengurangi
konsumsinya. Pengobatan simptomatik dilakukan dengan menggunakan obat untuk
menghilangkan gejala-gejala seperti nyeri, pegal, atau kesemutan. Pada kasus LBP karena
tegang otot dapat dipergunakan Tizanidine yang berfungsi untuk mengendorkan kontraksi
otot (muscle relaxan). Untuk pengobatan simptomatis lainnya kadang-kadang memerlukan
campuran antara obat-obat analgesik, anti inflamasi, NSAID, obat penenang, dan lain-lain.
(Deyo, 2001)
Apabila dengan pengobatan biasa tidak berhasil, mungkin diperlukan tindakan fisioterapi
dengan alat-alat khusus maupun dengan traksi (penarikan tulang belakang). Tindakan operasi
mungkin diperlukan apabila pengobatan dengan fisioterapi ini tidak berhasil misalnya pada
kasus HNP atau pada pengapuran yang berat. (Murtagh, 2003). Di samping berobat pada
spesialis penyakit saraf (neurolog), mungkin juga diperlukan berobat ke spesialis penyakit
dalam (internist), bedah saraf, bedah orthopedic bahkan mungkinperlu konsultasi pada
psikiater atau psikolog. Dalam beberapa kasus, masih banyak kasus dokter menyarankan
19

istirahat total untuk penyembuhan kasus low back pain, padahal penelitian baru menyatakan
bahwa aktivitas yang kurang tidak akan mengurangi gejala low back pain. (Zanni, 2003)
Beragamnya penyebab LBP menuntut penatalaksanaan yang bervariasi pula. Meski
demikian, pada dasarnya dikenal dua tahapan terapi LBP yaitu:
a. Terapi Konservatif, yang meliputi rehat baring, medikamentosa dan fisioterapi.
b. Terapi Operatif
Kedua tahapan ini memiliki kesamaan tujuan yaitu rehabilitasi. Pengobatan nyeri punggung
sangat tergantung penyebabnya. Lain penyebab, lain pula pengobatannya. Terdapat beragam
tindakan untuk nyeri punggung, dari yang paling sederhana yaitu istirahat (bedrest), misalnya
untuk kasus otot tertarik atau ligamen sprain, sampai penanganan yang sangat canggih,
seperti mengganti bantal tulang belakang. Jika dengan bedrest tidak juga sembuh, maka harus
ditingkatkan dengan pemeriksaan sinar X atau dengan MRI (magnetic resonance imaging).
Setelah itu, bisa dilakukan fisioterapi, pengobatan dengan suntikan, muscle exercise, hingga
operasi. Masih ada lagi teknik pengobatan lain, misalnya melalui pembedahan dengan
endoskopi (spinal surgery), metode pasang pen, sampai penggantian bantalan tulang.
(Murtagh, 2003).


















20

DAFTAR PUSTAKA
1. Anderson GBJ. Epidemiological Features of Chronic Low Back Pain. Lancet 1999;
354:581-5.
2. Deyo, Richard and James, Weinstein. Low Back Pain. New England Journal Med.
Vol 344 No. 5. 2001
3. Judith A. Kaufmann, Low Back Pain : Diagnosis and Management in Primary care.
Dalam Lippncotts Primary Care Practice, Vol 3. Number 4. July 2000,Philadelphia :
Lippincott William & William Inc.
4. Kelompok Studi Nyeri, Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PEDOSSI).
Penuntun Praktis Penanganan Nyeri Neuropatik. KRT Lucas

You might also like