You are on page 1of 6

15. Bagaimana patofisiologi pada kasus ini?

AGA + prematur
paru2 belum matang PD, enzim, faktor pembekuan
darah belum sempurna
Gang. Pengembangan paru
Gang. Pertukaran gas
& pengangkutan O2
asfiksia/tidak menangis
hipoksia
mudah terjadi perdarahan
+ brain injury saat perinatal
anak
pertama
kesulitan saat
persalinan
lahir spontan
dg letak
kepala
Perdarahan otak
di ruang subdural
menekan korteks serebri
kerusakan sel otak
di gyrus
precentralis
gang.pd gerakan
volunter (motorik)
baik halus
maupun kasar
di area broca
gang. mengatur
gerakan bicara
di cerebelum
gang. pd pengendalian tonus otot
& mengkoordinasikan gerak otot
pd sisi tubuh yg sama
di traktus
piramidalis
hilangnya
inhibisi
kegiatan otot
spastisitas
gang.pd otot2
pencernaan atas
(mekanik)

gang.pd gerakan
volunter (motorik)
baik halus
maupun kasar
gang. mengatur
gerakan bicara
spastisitas
blm bs duduk &
merangkak
tengkurap
berbalik sendiri
belum bs makan
nasi
br bs memanggil
papa & mama
gang.pd otot2
pencernaan atas
(mekanik) tonus otot &
refleks (+)
terjadi kontraktur
susah u/ menggigit,
mengunyah &
menelan makanan
KEP II
mikrosefali
lengan
aduksi
refleks
moro (+)
fleksi pd
sendi siku
jari2 fleksi
grasp
refleks (+)
tungkai aduksi
& saling
menyilang
scissoring
lag
fleksi pd
sendi paha
& lutut
kaki fleksi
plantar &
telapak kaki
berputar ke
dalam
refleks
achiles
refleks
biseps
refleks
tendon

16. Bagaimana penatalaksanaan pada kasus ini?
Penderita Cerebral palsy mempunyai banyak kelainan sesuai dengan lesi yang
terjadi di otak, bersama-sama dengan gangguan motorik. Dengan kondisi tersebut
penanganan penderita CP memerlukan kerjasama yang baik dan merupakan satu tim
yang terdiri atas dokter anak, neurolog, psikiater, dokter mata, dokter THT, ahli
ortopedi, fisioterapis, okupasional terapis, dokter gigi dan ahli gizi. Tujuan utama
terapi adalah meminimalisasi kecacatan dan meningkatkan kemampuan untuk
beraktifitas mandiri, fungsi sosial dan intelektual.
Tujuan pengobatan bukan membuat anak menjadi seperti anak normal lainnya,
tetapi mengembangkan sisa kemampuan yang ada pada anak tersebut
seooptimal mungkin, sehingga diharapkan anak dapat melakukan aktifitas
sehari-hari tanpa bantuan atau dengan sedikit bantuan.
Dalam menangani penderita CP, harus memperhatikan berbagai aspek dan
diperlukan kerjasama multidisiplin seperti disiplin anak, saraf, mata, THT, bedah
ortopedi, bedah saraf, psikologi, rehabilitasi medis, ahli wicara, pekerja social, guru
sekolah luar bisaa. Disamping itu juga harus disertakan peranan orang tua dan
masyarakat.
Prinsip manajemen :
a. Komunikasi-Informasi-Edukasi
b. Terapi nutrisi
c. Stimulasi
d. Fisioterapi
e. Farmakologi
f. Operatif
Aspek medis
a. Aspek medis umum:
- Gizi: gizi yang baik perlu bagi setiap anak, khususnya bagi penderita ini.
Karena sering terdapat kelainan pada gigi, kesulitan menelan, sukar untuk
menyatakan keinginan untuk makan. Pencatatan rutin perkembangan BB anak
perlu dilaksanakan.
Nutrisi diberikan per oral dalam bentuk yang tidak perlu diproses mekanik.
Untuk rentang usia 1-3 tahun, Kebutuhan energy 100 kkal/kgBB/hari,
kebutuhan protein 2 gr/hari.
- Hal-hal lain yang sewajarnya perlu dilaksanakan, seperti imunisasi, perawatan
kesehatan, dan lain-lain.
Konstipasi sering terjadi pada anak CP. Dekubitus terjadi pada anak-anak
yang tidak sering berpindah-pindah posisi.

b. Terapi dengan obat-obatan
Sesuai kebutuhan anak (tergantung gejala), seperti obat-obatan untuk relaksasi
otot (untuk spastisitas bisa diberikan baclofen dan diazepam; bila gejala
berupa rigiditas bisa diberikan levodopa; Botolinum toxin (Botox)
intramuskuler bisa mengurangi spastisitas untuk 3-6 bulan. Hal ini akan
meningkatkan luas gerak sendi (ROM), menurunkan deformitas,
meningkatkan respon terhadap fisioterapi dan okupasional terapi dan
mengurangi tindakan operasi untuk spastisitas.), anti kejang, athetosis, ataksia,
psikotropik, dan lain-lain.
Skeletal muscle relaxant
Baclofen merupakan analog GABA yang menginhibisi influks Ca ke terminal
presinaptik dan mensupresi neurotransmitter eksitasi.
10-15 mg/hari PO dinaikkan 5 mg/hari. Tidak > 60 mg/hari
Dantrolene 0,5 mg/kg PO , dimulai dari 25 mg/hari, dapat dinaikkan sampai
40 mg/hari
- Benzodiazepine untuk memicu relaksasi otot , tidak direkomendasikan
untuk > 6 bln, diazepam 0,8-0,12 mg/kg PO
- Neuromuscular blocker agent
Botox untuk memblok asetilkolin di neuromuskular junction, tidak
direkomendasikan untuk anak < 12 tahun.
Dosis 12 U/kg, max 400U, masing-masing otot kecil menerima 1-2 U/kg dan
otot besar 4-6 U/kg, injeksi, Usia > 12 tahun: 1,25-2,5 ml (0,05-0,1 ml tiap 3-4
bulan)Apabila belum berhasil dosis berikutnya dinaikkan 2 x/tidak lebih 25 ml
perkali atau 200 ml perbulan
- -2 adrenergik agonis tiazanidine sebagai antispastisitas
- Jika kejang: berikan anti konvulsant
- Haloperidol: untuk mengurangi gerakan involusi 0,03 mg/KgBB/hari PO
dosis tunggal

c. Terapi melalui pembedahan ortopedi
Banyak hal yang dapat dibantu dengan tindakan ortopedi, misalnya tendon
yang memendek akibat kekakuan/spastisitas otot, rasa sakit yang terlalu
mengganggu dan lain-lain yang dengan fisioterapi tidak berhasil. Tujuan dari
tindakan bedah adalah untuk stabilitas, melemahkan otot yang terlalu kuat atau
untuk transfer dari fungsi. Pada beberapa kasus, untuk membebaskan
kontraktur persendian yang semakin memburuk akibat kekakuan otot,
mungkin perlu dilakukan pembedahan.
Pembedahan juga perlu dilakukan untuk memasang selang makanan dan untuk
mengendalikan refluks gastroesofageal.

d. Terapi rehabilitasi meliputi:
- Fisioterapi
i. Teknik tradisional : latihan luas gerak sendi, stretching, latihan
penguatan dan peningkatan daya tahan otot, latihan duduk, latihan
berdiri, latihan pindah, latihan jalan. Contohnya adalah teknik dari
Deaver.
ii. Motor function training dengan menggunakan system khusus, yang
umumnya dikelompokkan sebagai neuromuscular facilitation
exercise. Dimana digunakan pengetahuan neurofisiologi dan
neuropatologi dari refleks didalam latihan, untuk mencapai suatu
postur dan gerak yang dikehendaki. Secara umum konsep latihan ini
berdasarkan prinsip bahwa dengan beberapa bentuk stimulasi akan
ditimbulkan reaksi otot yang dikehendaki, yang kemudian bila ini
dilakukan berulang-ulang akan berintegrasi ke dalam pola gerak
motorik yang bersangkutan.
Contohnya adalah teknik dari Phelps, Fay-Doman, Bobath,
Brunnstrom, Kabat-Knott-Vos.
- okupasional terapi
terutama untuk latihan melakukan aktivitas sehari-hari, evaluasi penggunaan
alat-alat bantu, latihan keterampilan tangan dan aktivitas bimanual. Latihan
bimanual ini dimaksudkan agar menghasilkan pola dominan pada salah satu
sisi hemisfer otak.
- Ortotik
Dengan penggunaan bracing, bertujuan untuk mengurangi beban aksial,
stabilisasi serta untuk pencegahan dan koreksi deformitas.
- Terapi wicara
Gangguan bicara disini dapat berupa disfonia, disritmia, disartria, disfasia, dan
bentuk campuran. Bertujuan untuk mengembangkan anak dapat berbahasa
secara pasif dan aktif.
- Nightsplinting
mengambil keuntungan dari tonus yang menurun yang terjadi selama tidur
untuk menambah regangan otot antagonis yang lemah.
- Pemakaian alat bantu
berupa kruk ketiak, rollator, walker dan kursi roda manual/listrik.

Aspek non medis
a. Pendidikan
Mengingat selain kecacatan motorik, juga sering disertai kecacatan mental, maka
pada umumnya pendidikannya memerlukan pendidikan khusus (SLB).
b. Pekerjaan
Tujuan yang ideal dari suatu usaha rehabilitasi adalah agar penderita dapat bekerja
secara produktif, sehingga dapat berpenghasilan untuk membiayai hidupnya.
Mengingat kecacatannya, sering kali tujuan tersebut sulit dicapai. Tetapi meskipun
dari segi ekonomis tidak menguntungkan, pemberian kesempatan kerja tetap
diperlukan, agar dapat menimbulkan harga diri bagi penderita yang bersangkutan.
c. Problem social
Bila terdapat masalah social, diperlukan pekerja social untuk membantu
menyelesaikannya.
d. Lain-lain
Hal-hal lain seperti rekreasi, olahraga, kesenian dan aktifitas-aktifitas
kemasyarakatan perlu juga dilaksanakan oleh penderita ini.





KEP
Prosedur tetap pengobatan dirumah sakit :
1. Prinsip dasar penanganan 10 langkah utama (diutamakan penanganan
kegawatan)
1. Penanganan hipoglikemI
2. Penanganan hipotermi
3. Penanganan dehidrasi
4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
5. Pengobatan infeksi
6. Pemberian makanan
7. Fasilitasi tumbuh kejar
8. Koreksi defisiensi nutrisi mikro
9. Melakukan stimulasi sensorik dan perbaikan mental
10. Perencanaan tindak lanjut setelah sembuh

Tatalaksana KEP (Diet tinggi kalori dan protein)
Nutrisi diberikan peroral dalam bentuk yang tidak perlu dikunyah ( cair
ataupun semi cair) untuk rentang usia 1-3 tahun kebutuhan kalori nya sebesar 100
kka/kgBB/hari dan kebutuhan protein sebesar 2 gr/hari

Tatalaksana Mikrosefali
o Pengobatan simptomatik, bila terdapat kejang diberi antikonvulsan.
o Selanjutnya dilakukan fisioterapi, speech therapy dan sebagainya.


o Mikrosefali tidak dapat diobati, sehingga pencegahan sangat penting. Pencegahan
meliputi bimbingan dan penyuluhan genetika, pencegahan bahaya infeksi
terutama selama kehamilan, obat-obatan.

You might also like