You are on page 1of 23

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 4 Sindang yang berlokasi di
Jalan Murah Nara No. 04 Sindang Telp. (0234) 272405 Kecamatan Sindang
Kabupaten Indramayu. Penelitian dilaksanakan pada semester genap Tahun
Akademik 2013/2014 dengan rangkaian jadwal penelitian sebagai berikut:
Tabel 3.1
Rangkaian Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No
Kegiatan
Bulan
April Mei Juni Juli Agustus
September
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 2 3 4
1. Pengajuan
judul
penelitian


2. Pembuatan
outline
penelitian



3. Seminar
outline

4. Uji coba
instrumen


5. Pelaksanaan
penelitian


6. Penyusunan
laporan














3.2. Populasi dan Sampel Penelitian
3.2.1. Populasi Penelitian
Untuk mendapatkan sumber data dalam suatu penelitian yang akan
dijadikan objek penelitian, maka diperlukan suatu populasi. Menurut Sugiyono
(2008:117) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Sedangkan menurut Sudjana (2005:161), Populasi adalah totalitas semua nilai
yang mungkin, baik hasil menghitung maupun pengukuran, kuantitatif maupun
kualitatif, daripada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan obyek yang
lengkap dan jelas. Jadi, dapat disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan
objek atau subjek berdasarkan karakteristik tertentu yang berkaitan dengan
masalah penelitian serta ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik
kesimpulannya.
Populasi yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
VIII SMP Negeri 4 Sindang tahun akademik 2013/2014 yang terdiri dari enam
kelas yaitu VII A, VII B, VII C, VII D, VII E, VII F dengan jumlah 264 siswa.
3.2.2. Sampel Penelitian
Menurut Suharsimi (2006:131), Sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti. Sedangkan menurut Riduwan (2011:10) Sampel adalah
bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan
diteliti. Jadi, sampel merupakan bagian dari populasi dan memiliki karakteristik
yang dimiliki oleh populasi.
Adapun pengambilan sampel menurut Suharsimi (2006:133),
Pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh
sampel yang benar-benar dapat berfungsi sebagai sampel, atau dapat
menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya.
Untuk mendapatkan sampel yang baik diperlukan suatu teknik
pengambilan sampel. Dalam penelitin ini, penulis menggunakan teknik random
cluster sampling dengan cara diundi karena populasi sudah dikelompokkan
menjadi enam kelas dan akan dipilih dua kelas sebagai kelas sampel. Hal ini
sesuai dengan pendapat Moh. Nazir (2011:277) yang mengatakan bahwa, Dalam
cluster sampling, populasi dibagi menjadi beberapa kelompok atau cluster dan
anggotanya tidak perlu homogen, kemudian dari beberapa cluster dipilih sebagai
sampel. Ia juga menambahkan bahwa dalam memilih sampel, bisa diambil
sebagian atau keseluruhan dari anggota cluster. Sebelum memilih sampel terlebih
dahulu menentukkan banyaknya kemungkinan yang akan dipilih dengan rumus:

( )

(Moh. Nazir 2011: 279)
N adalah banyaknya cluster dan n adalah jumlah sampel yang akan dipilih.
Karena dalam penelitian ini terdapat sembilan cluster dan akan memilih dua
sampel, maka banyaknya kemungkinan sampel yang akan dipilih adalah

( )




Jadi, terdapat lima belas kemungkinan sampel yang akan dipilih, yaitu
sebagai berikut:




Tabel 3.2
Banyaknya kemungkinan sampel yang akan dipilih.

VIII A
VIII B
VIII A
VIII C
VIII A
VIII D
VIII A
VIII E
VIII A
VIII F
VIII B
VIII C
VIII B
VIII D
VIII B
VIII E
VIII B
VIII F
VIII C
VIII D
VIII C
VIII E
VIII C
VIII F
VIII D
VIII E
VIII D
VIII F
VIII E
VIII F

Tiap sampel di atas mempunyai peluang yang sama untuk dipilih.
Pemilihan sampel dilakukan dengan cara diundi, setelah dilakukan pengundian,
ternyata terpilih kelas VIII B dan VIII C sebagai sampel. Jadi, dipilih kelas VIII B
dan VIII C sebagai sampel. Kelas VIII B digunakan untuk kelas eksperimen I dan
kelas VIII C digunakan untuk kelas eksperimen II.
3.3. Disain Penelitian dan Hipotesis Statistik
3.3.1. Disain Penelitian
Menurut Moh. Nazir (2011:84) bahwa, desain penelitian adalah semua
proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Ia juga
menambahkan bahwa, desain penelitian harus mengikuti metode penelitian.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
eksperimen. Menurut Sugiyono (2008:107) bahwa, Metode penelitian
eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang menggunakan untuk
mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang
terkendalikan.
Dari kedua kelas sampel masing-masing akan diberikan perlakuan. Kelas
eksperimen I diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dan eksperimen II
diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT).
Sebelum memberikan perlakuan kepada kedua kelas sampel, dilakukan tes
prasyarat untuk mengetahui tingkat kemampuan awal peserta didik pada kedua
kelas sampel. Tingkat kemampuan awal dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:
rendah, sedang, dan tinggi.
Adapun desain penelitiannya adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3
Desain Penelitian

Model pembelajaran koperatif tipe Student Teams
Achievement Divisions
R : O
1
X
I
Z
1
O
2
X
2
X
3

Model pembelajaran koperatif tipe Numbered Head
Together
R : O
1
X
1
Z
2
O
2
X
2

X
3



Keterangan :
R : Random untuk menentukan sampel
Z
1
: Kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams Achievement Divisions (STAD)
Z
2
: kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Head Together (NHT)
X
I
: Tingkat kemampuan awal rendah
X
2
: Tingkat kemampuan awal sedang
X
3
: Tingkat kemampuan awal tinggi
O
1
: Pretest prasyarat (tes tingkat kemampuan awal).
O
2
: Posttest (tes penguasaan konsep bangun ruang sisi datar).
3.3.2. Hipotesis Statistik
3.3.2.1.Pengaruh Utama (Main Effect), yaitu ada tidaknya perbedaan skor rata-rata
kemampuan koneksi matematis antar model pembelajaran dan antar
kategori tingkat kemampuan awal.
1. Antar model pembelajaran.
H
0
: Z
1
= Z
2
H
a
: Z
1
Z
2

2. Antar kategori tingkat kemampuan awal.
H
0
: X
1
= X
2
= X
3
H
a
: bukan H
0
3.3.2.2. Pengaruh Interaksi (Interaction Effect), yaitu ada tidaknya perbedaan skor
rata-rata kemampuan koneksi matematis berdasarkan interaksi antara
model pembelajaran dengan tingkat kemampuan awal.
H
0
: Z
1
X
1
= Z
1
X
2
= Z
1
X
3
= Z
2
X
1
= Z
2
X
2
= Z
2
X
3
H
a
: bukan H
0

Adapun untuk desain analisisnya adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4
Analisis Disain





Keterangan:
X : Kemampuan awal
Z : Model pembelajaran kooperatif
Z
1
X
1
: Rata-rata kemampuan koneksi matematis siswa yang menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan kemampuan awal
rendah.
Z
1
X
2
: Rata-rata kemampuan koneksi matematis siswa yang menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan kemampuan awal
sedang.
Z
1
X
3
: Rata-rata kemampuan koneksi matematis siswa yang menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan kemampuan awal
tinggi.
Z
2
X
1
: Rata-rata kemampuan koneksi matematis siswa yang menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan kemampuan awal
rendah.
Z
2
X
2
: Rata-rata kemampuan koneksi matematis siswa yang menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan kemampuan awal
sedang.
X
X
I
X
2
X
3

Z Z
1
Z
1
X
1
Z
1
X
2
Z
1
X
3
Z
1

Z
2
Z
2
X
1
Z
2
X
2
Z
2
X
3
Z
2

X
1
X
2
X
3


Z
2
X
3
: Rata-rata kemampuan koneksi matematis siswa yang menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan kemampuan awal
tinggi.
X
1
: Rata-rata kemampuan koneksi matematis siswa dengan kemampuan
awal rendah.
X
2
: Rata-rata kemampuan koneksi matematis siswa dengan kemampuan
awal sedang.
X
3
: Rata-rata kemampuan koneksi matematis siswa dengan kemampuan
awal tinggi.
Z
1
: Rata-rata kemampuan koneksi matematis siswa yang menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Z
2
: Rata-rata kemampuan koneksi matematis siswa yang menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
3.4. Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2008:148) bahwa, Pada prinsipnya meneliti adalah
melakukan pengukuran terhadap suatu fenomena, untuk itu harus ada alat ukur
yang baik dalam suatu penelitian. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan
instrumen penelitian. Instrumen dalam penelitian ini ada dua, yaitu instrumen
untuk mengukur tingkat kemampuan awal dan instrumen untuk mengukur
kemampuan koneksi matematis. Instrumen yang digunakan untuk mengukur
kemampuan awal dan kemampuan koneksi matematis adalah tes uraian.
Instumen penelitian merupakan salah satu penyebab terpenting yang dapat
mempengaruhi kualitas penelitian, karena dengan instrumen atau alat penelitian
maka peneliti dapat mengetahui hasil berupa kualitas dari sesuatu yang dijadikan
objek atau sasaran yang di teliti.
Suatu instrumen dikatakan mempunyai kualitas yang baik apabila
instumen tersebut memenuhi dua hal yang terpenting yakni, valid dan reliabel.
Hal ini sejalan dengan pendapat Suharsimi (2009:57) bahwa, Sebuah tes yang
dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi persyaratan tes, yaitu
memiliki: validitas, reliabilitas, objektivitas, praktibilitas dan ekonomis.
3.4.1. Validitas Instumen Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:168) Validitas adalah suatu ukuran
yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.
Sugiyono (2008:173) mengatakan bahwa, Instrumen yang valid berarti alat ukur
yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti
instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya
diukur. Jadi, instrumen dikatakan valid jika instrumen tersebut digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur. Secara garis besar validitas dibagi menjadi
dua, yaitu validitas logis dan validitas empiris.
3.4.1.1. Validitas Logis
Menurut Suharsimi (2009:65) bahwa, Validitas logis untuk sebuah
instrumen evaluasi menunjuk pada kondisi bagi sebuah instrumen yang
memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran. Oleh karena itu,
instrumen dalam penelitian ini berbentuk tes uraian, maka validitas logis dapat
diperoleh dengan membandingkan isi instrumen dengan materi pelajaran yang
diajarkan dan tujuan yang akan dicapai.
3.4.1.2. Validitas Logis Instrumen Kemampuan Awal
Dalam penelitian ini tingkat kemampuan awal didefinisikan sebagai
taraf kemampuan yang dimiliki oleh siswa sebelum dilakukan pembelajaran
pada bidang luas permukaan dan volume kubus dan balok yang terbagi menjadi 3
kategori, yaitu: (a) rendah; (b) sedang; (c) tinggi.
Indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan awal
adalah sebagai berikut: (a) Menerapkan bangun persegi dan persegi panjang
dalam bidang lain atau dalam kehidupan sehari-hari; (b) Memahami representasi
ekuivalen antara satu konsep bangun persegi dan persegi panjang; (c) Mencari
hubungan satu prosedur bangun persegi dan persegi panjang dengan prosedur lain
dalam representasi yang ekuivalen; (d). Menerapkan hubungan antar topik
bangun persegi dan persegi panjang dengan topik di luar matematika.
Untuk mempermudah dalam penyusunan instrumen, maka perlu
digunakan kisi-kisi instrumen (Sugiyono, 2008:149). Kisi-kisi instrumen
kemampuan awal dapat dilihat pada lampiran B 1.
3.4.1.3. Validitas logis Instrumen Kemampuan Koneksi Matematis
Kemampuan koneksi matematis dalam penelitian ini adalah kemampuan
mengaitkan konsep luas permukaan dan volume kubus dan balok dengan konsep
matematika yang lain, dan mengaitkan konsep luas permukaan dan volume kubus
dan dengan kehidupan sehari-hari.
Dalam penelitian ini, kemampuan koneksi matematis menggunakan empat
indikator kemampuan koneksi metematis dari enam indikator kemampuan koneksi
metematis yang di ungkapkan oleh Utari Sumarmo, yaitu: (a) Menerapkan
matematika dalam bidang lain atau dalam kehidupan sehari-hari khususnya
tentang luas permukaan dan volume kubus dan balok; (b) Memahami representasi
ekuivalen satu konsep luas permukaan dan volume kubus dan balok (c) Mencari
hubungan satu prosedur dengan prosedur lain dalam representasi yang ekuivalen
tentang luas permukaan dan volume kubus dan balok (d) Menerapkan hubungan
antar topik matematika dengan topik di luar matematika.
Kisi-kisi instrumen kemampuan koneksi matematis dapat dilihat pada
lampiran B 2.

3.4.1.4. Validitas Empiris
Untuk menguji valid atau tidaknya kedua instrumen (instrumen tingkat
kemampuan awal dan kemampuan koneksi matematis) secara empiris, penulis
mencobakan kedua instrumen tersebut pada sasaran dalam penelitian, langkah ini
disebut dengan kegiatan uji coba instrumen (Suharsimi, 2006:169). Setelah
diperoleh data dari hasil uji coba instrumen, langkah selanjutnya adalah
menganalisis item dengan menghitung korelasi antara skor butir instrumen dengan
skor total. Untuk menghitung korelasi tersebut dapat digunakan rumus korelasi
yang dikemukakan oleh Pearson, yang dikenal dengan rumus korelasi product
moment, yaitu sebagai berikut:


()()
{

()

}{

()

}

(Suharsimi, 2009:72)
Keterangan:

: Koefesien Product Moment


N : Banyaknya peserta tes.
: Jumlah skor item.
: Jumlah skor total (seluruh item).
Setelah diperoleh koefesien korelasi dari masing-masing item kedua
instrumen, langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian signifikansi korelasi
dengan uji-t. Jika korelasi tersebut signifikan, berarti item dari instrumen tersebut
valid. Menurut Riduwan (2011:229), rumus uji-t untuk koefisien korelasi adalah
sebagai berikut:



Keterangan:

: Koefesien Korelasi.
n : Banyaknya subjek yang diuji.
Riduwan (2012:229) dan Sugiyono (2013:184) mengatakan bahwa, nilai

dibandingkan dengan nilai

dengan taraf signifikan 0,05 dan derajat


kebebasan dk = n 2, dengan kriteria: terima Ho jika

()
, soal
tidak valid dan tolak Ho jika

>
()
, soal valid.
Uji coba instrumen dilakukan pada kelas yang bukan merupakan kelas
sampel dan kelas tersebut sudah pernah diajarkan tentang materi yang termuat
dalam instrumen.
Instrumen tingkat kemampuan awal, terdiri dari empat soal yang diuji
cobakan di kelas yang pernah diajarkan tentang materi yang termuat dalam
instrumen tingkat kemampuan awal, yaitu materi bangun persegi dan persegi
panjang.
















Tabel 3.5
Hasil Uji Coba Validitas Instrumen Kemampuan Awal.

No.
Soal
t hitung
t table Keterangan
Valid/tidak Interpretasi
1 0,7005 4,8092



1,7109

Valid Tinggi
2 0,6225

3,8971

Valid Tinggi
3 0,6563

4,2611

Valid Tinggi
4 0,4559

2,5096

Valid Sedang

Berdasarkan hasil uji coba di atas, instrumen kemampuan awal yang terdiri
dari empat soal uraian dan semuanya dinyatakan valid. Perhitungan validitas
instrumen kemampuan awal secara lengkap dapat dilihat pada lampiran B - 4.
Tabel 3.6
Hasil Uji Coba Validitas Instrumen Kemampuan Koneksi Matematis

No.
Soal
t hitung
t table Keterangan
Valid/tidak Interpretasi
1 0,5532

2,8945



1,7291
Valid Sedang
2 0,6344

3,577

Valid Tinggi
3 0,7482

4,9153

Valid Tinggi
4 0,6963

4,2286

Valid Tinggi
Berdasarkan hasil uji coba di atas, instrumen kemampuan koneksi
matematis yang terdiri dari empat soal uraian dan dinyatakan valid. Perhitungan
validitas instrumen kemampuan koneksi matematis secara lengkap dapat dilihat
pada lampiran B - 5.
3.4.2 Reliabilitas Instrumen Penelitian
Reliabilitas hasil instrumen merupakan kepercayaan, ketetapan,
kekonsistenan, atau keajegan dalam mengukur kemampuan peserta didik. Suatu
instrumen dapat dikatakan reliabel jika hasil tes tersebut dapat memberikan hasil
yang tetap. Hal ini sejalan dengan pendapat Suharsimi (2009:86) bahwa,
Pengertian reliabilitas tes, berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes.
Pengujian reliabilitas instrumen dalam penelitian ini dilakukan dengan
cara mencobakan instrumen sekali saja. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian adalah tes uraian.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes uraian, menurut
Suharsimi (2009:109), untuk mengetahui reliabilitas instrumen dalam bentuk tes
uraian dengan menggunakan rumus Alpha, yaitu:


] [

]

Keterangan:

: koefisien realibilitas
: Banyaknya item yang dikeluarkan dalam tes
1 : Bilangan konstan

: Jumlah varians skor dari tiap-tiap item

: Varians total
Menurut Suharsimi (2009:110), untuk menghitung varians skor tiap item
rumusnya adalah sebagai berikut:

()


Keterangan:

: Varians
: Banyaknya siswa
: Skor yang diperoleh siswa pada tiap butir soal
Menurut Suharsimi (2009:111), untuk menghitung varians semua item
rumusnya adalah sebagai berikut:

()

()

()

()


Keterangan:

= Jumlah varians semua item

()

()

()

()
= Varians item ke-1, 2, 3, .... n
Setelah diperoleh koefesien reliabilitas dari masing-masing instrumen,
langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian signifikansi koefesien
reliabilitas dengan uji-t. Jika koefesien reliabilitas tersebut signifikan, berarti
instrumen tersebut reliabel. Menurut Riduwan (2012:229), rumus untuk uji-t ini
adalah sebagai berikut:


Keterangan:

: Koefesien reliabilitas.
n : Banyaknya siswa.
Dengan taraf signifikan dan derajat kebebasan (db) = n 2.
Kaidah keputusan: jika

berarti reliabel dan

berarti
tidak reliable.
Untuk mengetahui tingkat reliabilitas kedua instrumen, nilai

dapat
digunakan kategori menurut Riduwan (2012:228) seperti dalam tabel berikut:
Table 3.7
Tingkat reliabilitas kedua instrument

Nilai r Interpretasi
0,80 <

1,000
0,60 <

0,799
0,40 <

0,599
0,20 <

0,399
0,00 <

0,1999
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat rendah

Berdasarkan data dari hasil uji coba instrumen tingkat kemampuan awal
yang dilaksanakan pada tanggal 12 Mei 2014 di kelas X SMA Negeri 1 Lohbener
dan hasil uji coba instrumen kemampuan koneksi matematis yang dilaksanakan
pada tanggal 13 Mei 2014 di kelas X SMA Negeri 1 Lohbener, diperoleh hasil
reliabilitas sebagai berikut:
Tabel 3.8
Hasil Uji Reliabilitas Coba Instrumen Kemampuan Awal

No. Soal 1 2 3 4

0,520 0,562 0,658 0,303

2,043
3,083
0,449

2,757

1,711
Kesimpulan Reliabel

Dari hasil uji coba reliabilitas instrumen kemampuan awal di atas terlihat
bahwa instrumen reliabel. Perhitungan reliabilitas instrumen kemampuan awal
secara lengkap dapat dilihat pada lampiran B 6.
Tabel 3.9
Hasil Uji Coba Reliabilitas Instrumen KKM

No. Soal 1 2 3 4

0,245 0,331 0,372 0,181
1,129

1,936

0,556

3,942
1,729
Kesimpulan Reliabel

Dari hasil uji coba reliabilitas instrumen kemampuan koneksi matematis di
atas terlihat bahwa instrumen reliabel. Perhitungan reliabilitas instrumen
kemampuan koneksi matematis secara lengkap dapat dilihat pada lampiran B 7.
3.4.3 Analisis Data
Untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini digunakan analisis
varians dua jalan (two way analysis of variance) atau biasa disebut dengan
ANOVA dua jalan. Untuk mempermudah dalam menjalankan analisis varians dua
jalan, maka penulis memodifikasi sebagian dari rumus-rumus dan tabel.
Adapun untuk langkah-langkah dalam analisis varians dua jalan, yang
sudah diringkas sebagai berikut (Kadir, 2010: 216: 219):
1) Membuat tabel pengelompokkan data untuk mempermudah perhitungan
jumlah kuadrat, yaitu sebagai berikut :
Tabel 3.10
Pengelempokkan Data

X
Jumlah
X
1
X
2
X
3

Z

Z
1



Z
2


Jumlah



Keterangan:
Z : Model Pembelajaran
Z
1
: Model Pembelajan Kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions
Z
2
: Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head Together
X : Tingkat Kemampuan Awal
X
1
: Tingkat Kemampuan Awal Rendah
X
2
: Tingkat Kemampuan Awal Sedang
X
3
: Tingkat Kemampuan Awal Tinggi
Y : Skor Kemampuan Koneksi Matematis

: Skor kemampuan koneksi matematis dengan tingkat kemampuan awal


kategori rendah pada pembelajaran yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions.

: Skor kemampuan koneksi matematis dengan tingkat kemampuan awal


kategori rendah pada pembelajaran yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together.
.

: Skor kemampuan koneksi matematis dengan tingkat kemampuan awal


kategori sedang padapembelajaran yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions.

: Skor kemampuan koneksi matematis dengan tingkat kemampuan awal


kategori sedang pada pembelajaran yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together.

: Skor kemampuan koneksi matematis dengan tingkat kemampuan awal


kategori tinggi pada pembelajaran yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions.

: Skor kemampuan koneksi matematis dengan tingkat kemampuan awal


kategori tinggi pada pembelajaran yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together.

: Jumlah skor kemampuan koneksi matematis pada X


1
Z
1
.

: Jumlah skor kemampuan koneksi matematis pada X


1
Z
2

: Jumlah skor kemampuan koneksi matematis pada X


2
Z
1
.

: Jumlah skor kemampuan koneksi matematis pada X


2
Z
2
.

: Jumlah skor kemampuan koneksi matematis pada X


3
Z
1
.

: Jumlah skor kemampuan koneksi matematis pada X


3
Z
2

: Jumlah skor kemampuan koneksi matematis X


1
.

: Jumlah skor kemampuan koneksi matematis X


2
.

: Jumlah skor kemampuan koneksi matematis X


3
.

: Jumlah skor kemampuan koneksi matematis Z


1
.

: Jumlah skor kemampuan koneksi matematis Z


2
.

: Jumlah keseluruhan dari skor kemampuan koneksi matematis.


2) Menghitung Jumlah Kuadrat (JK) untuk beberapa sumber variansi, yaitu
Total (T), Antar (Z), Antar (X), Interaksi (ZX), dan Dalam (D), dengan
formula berikut:
()


() [
(


() [
(


() [
(

() ()
() (


3) Menentukan derajat kebebasan (db) masing-masing sumber variansi.
()


()


()


() (

)(

)
()

)(

)
4) Menentukan Rata-rata Jumlah Kuadrat (RJK).
()
()
()

()
()
()

()
()
()

()
()
()

5) Menentukan nilai

()

()
()

()

()
()

()

()
()

6) Menyusun tabel ANOVA dua jalan.
Tabel 3.11

Sumber
Variansi
JK Db RJK


( )
Antar Z JK(Z) db(Z) RJK(Z)
()

( () ())
Antar X JK(X) db(X) RJK(X)
()

( () ())
Antar ZX JK(ZX) db(ZX) RJK(ZX)
()

( () ())
Dalam JK(D) db(D) RJK(D) -
-
Total JK(T) db(T) - -
-

(Riduwan dan Sunarto, 2009:134)
7) Melakukan pengujian terhadap hipotesis statistik pengaruh utama (main
effect), yaitu:
a. main effect model pembelajaran kooperatif
Jika

maka

ditolak. Artinya, terdapat perbedaan rerata


kemampuan koneksi matematis siswa ditinjau dari model
pembelajaran kooperatif. Sebaliknya, jika

maka


diterima. Artinya, tidak terdapat perbedaan rerata kemampuan koneksi
matematis siswa ditinjau dari model pembelajaran kooperatif.
b. main effect kemampual awal
Jika

maka

ditolak. Artinya, terdapat perbedaan rerata


kemampuan koneksi matematis siswa ditinjau dari tingkat kemampuan
awal. Sebaliknya, jika

maka

diterima. Artinya, tidak


terdapat perbedaan rerata kemampuan koneksi matematis siswa
ditinjau dari tingkat kemampuan awal.
c. main effect interaksi model pembelajaran dan kemampual awal
Jika

maka

ditolak. Artinya, terdapat perbedaan rerata


kemampuan koneksi matematis siswa ditinjau dari interaksi model
pembelajaran kooperatif dan tingkat kemampuan awal. Sebaliknya,
jika

maka

diterima. Artinya, tidak terdapat perbedaan


rerata kemampuan koneksi matematis siswa ditinjau dari interaksi
model pembelajaran kooperatif dan tingkat kemampuan awal.
Menurut teori lama, jika tidak terdapat pengaruh interaksi yang
signifikan maka perhitungan selesai. Akan tetapi, menurut teori baru terdapat
interaksi ataupun tidak, tetap dilaksanakan dengan uji-t (Suharsimi, 2006: 325).
Dalam penelitian ini, penulis melakukan uji lanjut dengan uji t-dunnet walaupun
tidak terdapat interaksi yang signifikan. Adapun tujuan dari uji lanjut penelitian
ini adalah untuk mengetahui mana yang lebih baik antara siswa yang memiliki
tingkat kemampuan awal rendah, sedang dan tinggi pada model pembelajaran
Student Teams Achievement Divisions dan Numbered Head Together.

You might also like