You are on page 1of 9

Obat yang paling sering diresepkan untuk obat hipertensi adalah:

Diuretik - atau "pil air" seperti thiazide, hydroclorathiazide, chlorathalidone dan Indapamide) yang
bekerja dengan membantu ginjal untuk lulus akumulasi garam dan air, sehingga mengurangi jumlah
cairan dalam tubuh dan menurunkan tekanan darah. Diuretik juga menyebabkan pembuluh darah
membesar, mengurangi resistensi terhadap aliran darah, dan karena itu tekanannya. Beberapa jenis
diuretik menyebabkan ginjal untuk mengekskresikan kalium suplemen kalium sehingga mungkin
diperlukan.
Beta-blocker - seperti propranolol, atenolol, nadolol, pindolol dan labetolol yang rileks jantung dengan
menghalangi tindakan hormon seperti adrenalin dan noradrenalin yang membuat jantung memompa lebih
keras.
Alpha-blocker - seperti prazosin yang juga menghambat efek adrenalin dan noradrenalin pada pembuluh
darah, santai dan dilatasi mereka.
Vasodilator - seperti hydralazine dan minoxidil yang mengendurkan otot polos arteri, menyebabkan
mereka untuk membesar dan dengan demikian mengurangi resistensi terhadap aliran darah.
Bloker kanal kalsium - seperti nifedipin, nicardipine, verapamil dan diltiazem yang bekerja dengan
menghalangi aliran kalsium dalam otot-otot jantung dan pembuluh darah, menyebabkan pembuluh darah
membesar.
Angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitor - seperti captopril, enalapril, perindopril, ramipril,
quinapril dan lisinopril, yang memblokir aksi hormon angiotensin II, yang mempersempit pembuluh
darah.
Angiotensin receptor blocker - seperti candesartan, irbesartan, telmisartan, eprosartan berperilaku
dengan cara yang sama seperti ACE inhibitor.
Para metildopa obat dan clonidine juga melebarkan pembuluh darah, tetapi melakukannya dengan
bertindak pada bagian otak yang mengontrol tekanan darah melalui impuls saraf ke jantung dan pembuluh
darah), bukan efek langsung pada jantung dan pembuluh darah sendiri.
Kelebihan berat badan merupakan faktor risiko untuk memiliki tekanan darah tinggi, dan risiko yang
meningkat lebih lanjut jika Anda mengalami obesitas. Cara paling ilmiah untuk mengukur berat badan
Anda adalah dengan menghitung Body Mass Indeks Anda (BMI) - ini adalah berat badan Anda dalam
kilogram dibagi dengan tinggi badan Anda dalam meter kuadrat - orang dengan BMI antara 25-30
dianggap kelebihan berat badan, dan mereka dengan indeks di atas 30 dianggap obesitas - orang dengan
BMI 40 atau lebih gemuk tdk sehat.
Cara terbaik untuk mengatasi obesitas adalah untuk mengurangi jumlah kalori yang Anda makan, dan
memastikan bahwa Anda berolahraga secara teratur.
Diperkirakan bahwa 1 dari 3 orang dewasa Amerika dan 40% orang dewasa di Inggris memiliki
hipertensi; hipertensi mempengaruhi hampir tiga juta orang Australia di atas usia 25 dan sekitar satu dari
lima warga Kanada yang lebih tua dari 20.

KAPTOPRIL
Indikasi:
Untuk hipertensi berat hingga sedang, kombinasi dengan tiazida memberikan efek aditif, sedangkan
kombinasi dengan beta bloker memberikan efek yang kurang aditif. Untuk gagal jantung yang tidak
cukup responsif atau tidak dapat dikontrol dengan diuretik dan digitalis, dalam hal ini pemberian
kaptopril diberikan bersama diuretik dan digitalis.

Kontra Indikasi:
Penderita yang hipersensitif terhadap kaptopril atau penghambat ACE lainnya (misalnya pasien
mengalami angioedema selama pengobatan dengan penghambat ACE lainnya).

Komposisi:
Setiap tablet mengandung kaptopril 12,5 mg.
Setiap tablet mengandung kaptopril 25 mg.
Setiap tablet mengandung kaptopril 50 mg.

Cara Kerja Obat:
Kaptopril merupakan obat antihipertensi dan efekif dalam penanganan gagal jantung dengan cara
supresi sistem renin angiotensin aldosteron. Renin adalah enzim yang dihasilkan ginjal dan bekerja pada
globulin plasma untuk memproduksi
angiotensin I yang besifat inaktif. "Angiotensin Converting Enzyme" (ACE), akan merubah angiotensin I
menjadi angiotensin Il yang besifat aktif dan merupakan vasokonstriktor endogen serta dapat
menstimulasi sintesa dan sekresi aldosteron dalam korteks adrenal.
Peningkatan sekresi aldosteron akan mengakibatkan ginjal meretensi natrium dan cairan, serta
meretensi kalium. Dalam kerjanya, kaptopril akan menghambat kerja ACE, akibatnya pembentukan
angiotensin ll terhambat, timbul vasodilatasi, penurunan sekresi aldosteron sehingga ginjal
mensekresi natrium dan cairan serta mensekresi kalium. Keadaan ini akan menyebabkan penurunan
tekanan darah dan mengurangi beban jantung, baik 'afterload' maupun 'pre-load', sehingga terjadi
peningkatan kerja jantung. Vasodilatasi yang timbul tidak menimbulkan reflek takikardia.

Dosis:
Kaptopril harus diberikan 1 jam sebelum makan, dosisnya sangat tergantung dari kebutuhan penderita
(individual).
Dewasa:
Hipertensi, dosis awal: 12,5 mg tiga kali sehari.
Bila setelah 2 minggu, penurunan tekanan darah masih belum memuaskan maka dosis dapat
ditingkatkan menjadi 25 mg tiga kali sehari. Bila setelah 2 minggu lagi, tekanan darah masih belum
terkontrol sebaiknya ditambahkan obat diuretik golongan tiazida misal hidroklorotiazida 25 mg setiap
hari.
Dosis diuretik mungkin dapat ditingkatkan pada interval satu sampai dua minggu. Maksimum dosis
kaptopril untuk hipertensi sehari tidak boleh lebih dari 450 mg.
Gagal jantung 12,5- 25 mg tiga kali sehari; diberikan bersama diuretik dan digitalis, dari awal terapi
harus dilakukan pengawasan medik secara ketat. Untuk penderita dengan gangguan fungsi ginjal dsiis
perlu dikurangi disesuaikan dengan klirens kreatinin penderita.

Peringatan dan Perhatian:
Keamanan penggunaan pada wanita hamil belum terbukti, bila terjadi kehamilan selama pemakaian
obat ini, maka pemberian obat harus dihentikan dengan segera.
Harus diberikan dengan hati-hati pada wanita menyusui, pemberian ASI perlu dihentikan karena
ditemukan kadar dalam ASI lebih tinggi daripada kadar dalam darah ibu.
Pemberian pada anak-anak masih belum diketahui keamanannya, sehingga obat ini hanya diberikan bila
tidak ada obat lain yang efektif.
Pemakaian pada lanjut usia harus hati-hati karena sensitivitasnya terhadap efek hipotensif.
Hati-hati pemberian pada penderita penyakit ginjal.
Pengobatan agar dihentikan bila terjadi gejala-gejala angiodema seperti bengkak mulut, mata, bibir,
lidah, laring juga sukar menelan, sukar bernafas dan serak.
Konsultasikan ke dokter bila menggunakan suplemen potassium, potassium sparing diuretic dan garam-
garam polassium.
Pemakaian obat penghambat ACE pada kehamilan dapat menyebabkan gangguan/kelainan organ pada
fetus atau neonatus, bahkan dapat menyebabkan kematian fetus atau neonatus.
Pada kehamilan trimester ll dan lll dapat menimbulkan gangguan antara lain: hipotensi,
hipoplasiatengkorak neonatus, anuria, gagal ginjal reversible atau irreversible dan kematian.
Juga dapat terjadi oligohidramnios, deformasi kraniofasial, perkembangan paru hipoplasi, kelahiran
prematur, perkembangan retardasi-intrauteri, paten duktus arteriosus.
Bayi dengan riwayat di mana selama di dalam kandungan ibunya mendapat pengobatan penghambat
ACE, harus diobservasi intensif tentang kemungkinan terjadinya hipotensi, oligouria dan hiperkalemia.

Efek Samping:
Kaptopril menimbulkan proteinuria lebih dari 1 g sehari pada 0,5% penderita dan pada 1,2% penderita
dengan penyakit ginjal. Dapat tejadi sindroma nefrotik serta membran glomerulopati pada penderita
hipertensi. Karena proteinuria umumnya terjadi dalam waktu 8 bulan pengobatan maka penderita
sebaiknya melakukan pemeriksaan protein urin sebelum dan setiap bulan selama 8 bulan pertama
pengobatan.
Neutropenia/agranulositosis terjadi kira-kira 0,4 % penderita. Efek samping ini terutama terjadi pada
penderita dengan gangguan fungsi ginjal. Neutropenia ini muncul dalam 1 - 3 bulan pengobatan,
pengobatan agar dihentkan sebelum penderita terkena penyakit infeksi. Pada penderita dengan resiko
tinggi harus dilakukan hitung leukosit sebelum pengobatan, setiap 2 minggu selama 3 bulan pertama
pengobatan dan secara periodik. Pada penderita yang mengalami tanda-tanda infeksi akut (demam,
faringitis) pemberian kaptopril harus segera dihentikan karena merupakan petunjuk adanya
neutropenia.
Hipotensi dapat terjadi 1 - 1,5 jam setelah dosis pertama dan beberapa dosis berikutnya, tapi biasanya
tidak menimbulkan gejala atau hanya menimbulkan rasa pusing yang ringan. Tetapi bila mengalami
kehilangan cairan, misalnya akibat pemberian diuretik, diet rendah garam, dialisis, muntah, diare,
dehidrasi maka hipotensi tersebut menjadi lebih berat. Maka pengobatan dengan kaptopril perlu
dilakukan pengawasan medik yang ketat, terutama pada penderita gagal jantung yang umumnya
mempunyai tensi yang nomal atau rendah. Hipotensi berat dapat diatasi dengan infus garam faal atau
dengan menurunkan dosis kaptopril atau diuretiknya.
Sering terjadi ruam dan pruritus, kadang-kadang terjadi demam dan eosinofilia. Efek tersebut biasanya
ringan dan menghilang beberapa hari setelah dosis diturunkan.
Teriadi perubahan rasa (taste alteration), yang biasanya terjadi dalam 3 bulan pertama dan menghilang
meskipun obat diteruskan.
Retensi kalium ringan sering terjadi, terutama pada penderita gangguan ginjal, sehingga perlu diuretik
yang meretensi kalium seperti amilorida dan pemberiannya harus dilakukan dengan hati-hati.

Interaksi Obat:
Alkohot.
Obat anti inflamasi terutama indometasin.
Suplemen potassium atau obat yang mengandung potassium.
Obat-obat berefek hipotensi.

Cara penyimpanan:
Simpan di tempat sejuk dan kering, terlindung dari cahaya.

Kemasan dan Nomor Registrasi:
Captopril 12,5 mg tablet, kotak 10 strip @ 10 tablet
No.Reg. GKL9720916010C1
Captopril 25 mg tablet, kotak 10 strip @ 10 tablet
No.Reg. GKL9320916 010 A1
Captopril 50 mg tablet, kotak 10 strip @ 10 tablet
No.Reg. GKL93209160108

HARUS DENGAN RESEP DOKTER

Jenis: Tablet






HCT
Deskripsi
- Nama & Struktur
Kimia
:
6-chloro-3.4 dihydro-2-H-1.2.4 benzothiadizine-7-sulphonamide-1.1 dioxide.
C7H8ClN3O4S2
- Sifat Fisikokimia
:
Serbuk kristal berwarna putih atau hampir putih, sangat sedikit larut dalam
air, larut sebagian dalam alkohol, larut dalam aseton.
- Keterangan : -

Golongan/Kelas Terapi
Diuretik

Nama Dagang



Indikasi
Penanganan hipertensi ringan sampai sedang, edema pada gagal jantung kongestif dan sindrom nefrotik.
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Oral (efek obat dapat diturunkan setelah digunakan setiap hari)
Anak-anak :
< 6 bulan : 2-3 mg.kg/hari dalam dua dosis terbagi.
> 6 bulan : 2 mg/kg/hari dalam 2 dosis terbagi.
Dewasa : Edema : 25-100 mg/hari dalam 1-2 dosis, maksimum 200 mg/hari.
Hipertensi : 12.5 -50 mg/hari; peningkatan respon minimal dan gangguan elektrolit lainnya harus
dipantau setelah > 50 mg/hari.
Pasien lanjut usia : 12,5 - 25 mg sekali sehari.
Penyesuaian dosis pada gangguan ginjal.
Clcr < 10 mL/menit : jangan menggunakan hidroklorotiazida.
Farmakologi
Hidroklorotiazida adalah diuretik tiazida, yang meningkatkan ekskresi natrium, klorida dan sejumlah
air. Obat ini dapat diabsorpsi dengan baik melalui saluran cerna.
Umumnya efek tampak setelah satu jam, dan dalam 3-6 jam dieksresikan melalui ginjal.
Hidroklorotiazida selain berefek sebagai diuretik, juga menyebabkan vosodilatasi pembuluh darah
arteriol,sehingga dapat menurunkan tekanan darah pada kasus hipertensi. Obat ini bekerja senergistik

dengan obat anti-hipertensi lainnya.
Onset kerja : diuresis:~2,
Efek puncak : 4-6 jam,
Durasi 6-18 jam,
Distribusi 3.8-7.8 L/kg.
Ikatan protein : 68%. Tidak mengalami metabolisme.
Bioavailabilitas : 50%-80%.
T eliminasi : 5.6-14.8 jam.
Eksresi : melalui urin sebagai obat tidak berubah.
Stabilitas Penyimpanan
Disimpan ditempat yang kedap udara
Kontraindikasi
Diabetus mellitus, dan kemungkinan hipersensitivitas terhadap golongan obat ini.
Efek Samping
Hipotensi ortostatik, hipotensi, fotosensitivitas, hipokalemia, anoreksia, tekanan pada epigastrik. < 1% :
agranulositosis, miokarditis, reaksi alergi (reaksi anafilaktik yang membahayakan hidup), alopsia,
anemia aplastik, pneumonitis eosinofilik, eritema multiforma, dermatitis eksfoliatif, anemia hemolitik,
gangguan fungsi hati, tekanan pada pernapasan, sindrom Stevens-Johnson, trombositopenia dan
nekrolisis epidermal toksik.
Interaksi

- Dengan Obat Lain : Peningkatan efek hidroklorotiazida dengan furosemida dan diuretik loop.
Peningkatan hipotensi dan/atau efek samping pada ginjal dari inhibitor ACE akan menghasilkan diuresis
berat pada pasien/ Beta bloker meningkatkan efek hiperglikemia dari tiazida pada diabetes mellitus tipe
2. Siklosporin dan tiazida akan meningkatkan risiko gout atau toksisitas ginjal. Toksisitas digoksin dapat
meningkat jika tiazida menginduksi hipokalemia atau hipomagnesemia. Toksisitas lithium dapat jika
tiazida meningkatkan ekskresi ginjal litium. Tiazida dapat memperpanjang durasi pada penggunaan
bloking neuromuskular. Efek hipoglikemia dapat diturunkan. Penurunan absorpsi oleh kolestiramin dan
kolestipol. Antiinflamasi non steroid dapat mengurangi efikasi tiazida, menurunkan efek diuretik dan
antihipertensi.

- Dengan Makanan : Makanan dapat mengurangi absorpsi hidroklorotiazida. Hindari dong quai untuk
penanganan hipertensi (karena mempunyai aktifitas estrogen). Hindari efedra, ginseng dan yohimbe.

Pengaruh
- Terhadap Kehamilan : Faktor resiko : B

- Terhadap Ibu Menyusui : Hidroklorotiazida didistribusikan ke air susu, gunakan dengan perhatian

- Terhadap Anak-anak : -

- Terhadap Hasil Laboratorium : Meningkatkan kreatinin fosfokinase, amonia, amilase, kalsium,
klorida, kolesterol, glukosa, peningkatan asam, penurunan klorida, magnesium dan kalium.

Parameter Monitoring
Periksa cairan tubuh, tekanan darah, elektrolit serum, blood urea nitrogen dan kreatinin.
Bentuk Sediaan
Tablet 25 mg
Peringatan
Hindari penggunaan hidroklorotiazida pada penyakit ginjal parah. Gangguan elektrolit (hipokalemia,
alkalosis hipokloremik, hiponatremia) dapat terjadi. Gunakan dengan perhatian pada pasien dengan
gangguan hati: ensefalopati hati dapat terjadi akibat gangguan elektrolit. Gout dapat terjadi pada pasien
dengan riwayat gout,gagal jantung kronik. Hati-hati pada pasien diabetes; dapat mengalami perubahan
pada kontrol glukosa. Dapat terjadi reaksi hipersensitifitas. Dapat memperparah lupus eritematosus atau
mencetuskannya. Gunakan dengan perhatian pada pasien dengan konsentrasi kolesterol menengah
sampai tinggi. Fotosensitivitas dapat terjadi. Hilangkan hipokalemia sebelum memulai terapi. Ada
kemiripan sifat kimia antara sulfonamid, sulfonilurea, inhibitor karbonik anhidrase, tiazida dan diuretik
loop (kecuali asam etakrinat). Penggunaan pada pasien alergi terhadap sulfonamid dikontraindikasikan,
hindari jika pernah terjadi reaksi alergi sebelumnya
Kasus Temuan Dalam Keadaan Khusus
-
Informasi Pasien
1. Obat dimakan secara teratur sesuai petunjuk dokter. Jangan dihentikan walaupun telah merasa
sembuh. Tekanan darah tinggi adalah penyakit kronis. Kemungkinan akan menjalani pengobatan dalam
jangka waktu lama. Sungguhpun demikian jangan menambah jumlah obat bila obat telah habis selalu
melalui resep dokter.
2. Obat dimakan bersamaan dengan makanan lain atau dengan susu.
3. Obat ini bisa menimbulkan rasa pusing dan kelelahan bila mengerjakan sesuatu, berdiri cukup lama,
minum alkohol, merubah tubuh secara mendadak, atau bangun dari tempat tidur secara terburu-buru.
Misalnya sewaktu mau bangun tidur sebaiknya duduk dulu dipinggiran tempat tidur sambil kaki
dibiarkan tergantung ke bawah selama beberapa menit. Segeralah duduk kembali atau berbaring bila
timbul rasa pusing.
4. Jika mungkin jangan makan obat ini menjelang tidur, karena tidur anda akan terganggu karena akan
sering buang air kecil.
5. Kunyalah permen karet (non gula) untuk menghilangkan rasa kekeringan pada mulut.
6. Obat ini kemungkinan akan menyebabkan penglihatan menjadi kabur. Jangan mengemudikan
kendaraan atau mengoperasikan mesin.
7. Bila timbul lendir pada hidung, jangan mengobati diri sendiri, bawalah ke dokter.
8. Hubungi dokter bila timbul rasa kelelahan pada otot atau rasa nyeri mendadak pada persendian .
9. Hubungi dokter bila timbul diare.
10. Jauhkan dari jangkauan anak.
Mekanisme Aksi
Inhibisi rearbsorpsi pada tubulus ginjal, akibatnya ekskresi natrium dan air meningkat
Monitoring Penggunaan Obat
-
Daftar Pustaka
Martindale, 34th edition, 2005
Lexi-Comp's Drug Information Handbook - 14th edition, 2006





a. Kaptopril (Capoten)
Mekanisme kerja : menghambat ACE pada paru-paru, yang mengurangi sintesis vasokonstriktor,
angiotensin II. Menekan aldosteron, mengakibatkan natriuesis. Dapat merangsang produksi vasodilator
(bradikinin, prostaglandin).
Indikasi : hipertensi, terutama berguna untuk hipertensi dengan rennin tinggi. Obat yang disukai untuk
pasien hipertensi dengan nefropatidiabetik karena kadar glukosa tidak dipengaruhi.
Efek tak diinginkan : semua penghambat ACE : dosis pertama hipotensi, pusing, proteinuria, ruam,
takikardi, sakit kepala. Kaptopril jarang menyebabkan agrunolositosis atau neutropenia.

You might also like