You are on page 1of 6

Skenario Cadangan CSIS Bila Jokowi Kalah

A.m. Panjaitan
15 J ul 2014 | 23:53
Hari ini Ulin Yusron melalui akun twitternya secara implisit menuduh Ketua
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Husni Kamil Manik memihak Prabowo-Hatta
karena menolak diwawancara Tempo dan tidak mau dukung J okowi-J usuf
Kalla: "Ketua KPU menolak diwawancarai Tempo. Dia bilang, 'Buat apa
diwawancara Tempo? Buat mendukung misi Tempo endorsing salah satu
calon?' Ketahuan deh di mana posisi dia,"

(http://m.inilah.com/read/detail/2119762/inilah-bantahan-ketua-kpu-soal-
tudingan-tempo)

Pernyataan Ulin Yusron tidak pantas dan tidak pada tempatnya karena dia
mencoba menginsinuasikan bahwa bila Ketua KPU menolak mendukung
J okowi-J K maka dia sudah tidak netral. Yang lebih aneh lagi, pernyataan Ulin
Yusron ini sebenarnya senada dengan pernyataan pendukung J okowi-J K
beberapa hari lalu seperti:

- Burhanuddin Muhtadi: salahkan KPU apabila mereka mengumumkan hasil
yang berbeda dari quick count versi J okowi-J K;

- Ahmad Riyani (Koordinator ProJ o Nasional dan Pemenangan J awa Barat):
mereka menggalang massa di seluruh kota besar untuk mendesak KPU agar
netral dengan tidak memenangkan Prabowo-Hatta dan mereka akan
menentang keputusan KPU yang memenangkan Prabowo-Hatta;

- Boni Hargens: mengancam KPU akan berhadapan dengan rakyat bila hasil
hitung KPU berbeda dengan hasil quick count yang memenangkan J okowi-
J K; dan

- Andrianof Chaniago, pendukung J okowi-J usuf Kalla sekaligus ketua
persepsi akan mengeluarkan Puskaptis dari Persepsi karena mengeluarkan
Quick Count yang tidak memenangkan J okowi-J usuf Kalla.

http://news.detik.com/read/2014/07/15/203335/2638175/1562/persepsi-akan-
keluarkan-puskaptis-dari-keanggotaan

Kok bisa para pendukung J okowi-J usuf Kalla mengeluarkan pernyataan
senada yang sama dalam beberapa hari terakhir bahwa netralitas KPU berarti
J okowi-J K menang dan bila tidak maka KPU akan "berhadapan dengan
rakyat," yang merupakan petunjuk bahwa kubu J okowi-J K akan benar-benar
menganggap bahwa "hanya kecurangan yang bisa mengalahkan pasangan
J okowi-J K," dan oleh karena itu akan menurunkan aksi massa apabila tanggal
22 J uli 2014 nanti KPU memenangkan Prabowo-Hatta dengan tujuan
mendesak KPU menganulir keputusan mereka yang memenangkan Prabowo-
Hatta dengan alasan terjadi kecurangan sehingga J okowi-J K.

Tentu saja aksi massa besar-besaran tadi juga dimaksudkan untuk memberi
tekanan kepada Mahkamah Konstitusi sebagai lokasi terakhir penentuan
pemenang pilpres dengan harapan Mahkamah Konstitusi pada akhirnya akan
memenangkan mereka. Bila skenario ini yang terjadi maka proses terpilihnya
J okowi-J K adalah 100% identik dengan proses terpilihnya Viktor Andriyovych
Yushchenko menjadi presiden Ukraina dari 2005 s.d. 2010 sebagai bagian
dari peristiwa yang dikenal sebagai Orange Revolution, dan sejauh ini
kesamaan J okowi dengan Yushchenko sangat banyak, antara lain:

- Berbeda dari presiden sebelumnya yaitu Leonid Kuchma dan capres yang
didukung oleh Kuchma yakni Viktor Yanukovych yang pro kemandirian dan
kerja sama dengan Rusia, Yushchenko politisi paling populer saat itu sangat
pro integrasi dengan NATO, pro Amerika Serikat dan pro Eropa Barat. Ini
jelas serupa dengan J okowi yang merupakan politisi paling populer di
Indonesia saat ini yang pro US serta mendukung program obral aset negara
kepada asing yang terjadi pada zaman Megawati, dan sikap pro asing J okowi
ini berbeda secara diametral dengan lawannya yaitu Prabowo yang didukung
presiden incumbent karena kesamaan visi yaitu kemandirian bangsa.

- Yushchenko melakukan kampanye dengan cara blusukan dan bertatap
muka serta berkomunikasi langsung dengan masyarakat Ukraina dan pilpres
hanya diikuti dua orang kandidat yaitu Yushchenko dan Yanukovych.
Blusukan tentu saja adalah salah satu senjata andalan J okowi dan saat ini
pilpres di Indonesia hanya diikuti oleh dua pasang kandidat yaitu J okowi dan
Prabowo.

- Saat kampanye pada September 2004, Yushchenko tiba-tiba harus dirawat
di klinik Rudolfinerhaus di Wina karena di dalam tubuhnya ditemukan zat
bernama Tetrachlorodibenzodioxin (TCDD) yang sangat beracun dan telah
menyebabkan sekujur wajahnya rusak. Saat itu Yushchenko menuding bahwa
pemerintah Ukraina telah meracuninya dalam acara makan malam dengan
pejabat senior Ukraina pada 5 September 2004. Belakangan pada J uni 2008,
David Zhavania, teman Yushchenko mengungkap kepada BBC bahwa cerita
Yushchenko diracun adalah tidak benar dan hasil pemeriksaan laboratorium
sudah dipalsukan.

Keterangan ini dikonfirmasi majalah The Lancet pada Agustus 2009 di mana
peneliti Swiss dan Ukraina menyimpulkan bahwa tingkat TCDD dalam darah
Yushchenko terlalu murni sehingga pasti dibuat dalam sebuah lab karena
tidak mungkin didapat di pasaran. Lalu pada September 2009, Larysa
Cherenichenko, kepala penyidikan pidana pada Kejaksaan Agung Ukraina
dan komisi bentukan Verkhovna Rada menyimpulkan bahwa laporan
Yushchenko diracun adalah palsu dengan tujuan untuk meningkatkan
elektabilitas pada pilpres tahun 2004 sekaligus menemukan bahwa racun di
tubuh Yushchenko disuntikan oleh dinas intelijen Amerika Serikat demi
melaksanakan politik dizolimi atau play victim tersebut.

Walaupun tidak ekstrim seperti Yushchenko yang sengaja meracuni dirinya
sendiri sekedar untuk mencari simpati saat pilpres, namun politik dizolimi atau
play victim berupa mau dilukai atau mau dibunuh dengan tujuan
meningkatkan elektabilitas pada pilpres adalah taktik favorit J okowi seperti
kasus "mau diledakan di kapal" yang ternyata tidak benar atau Iklan RIP
J okowi yang terbukti dibuat dan disebar oleh pendukungnya sendiri dan lain
sebagainya.

- Setelah putaran kedua pilpres, pendukung Yushchenko mulai melempar isu
bahwa pilpres penuh kecurangan antara lain pemilih yang sama memilih
berulang kali. Kendati demikian hasil Exit Polls menyatakan bahwa
Yushchenko menang dengan margin 11% tapi saat pengumuman resmi
ternyata Yanukovych dinyatakan menang dengan margin 3%. Tudingan
kecurangan pilpres dan terdapat perbedaan antara Exit Polls dengan hasil
akhir adalah alasan Yushchenko dan pendukungnya menolak hasil pilpres
dan selanjutnya melancarkan demonstrasi besar selama 13 hari di berbagai
kota besar Ukraina yang melumpuhkan negara tersebut yang dikenal sebagai
Orange Revolution sampai akhirnya Mahkamah Agung Ukraina memutuskan
untuk membatalkan hasil pilpres dan memerintahkan pemilihan ulang dengan
hasil Yushchenko mendapat 52% suara dan menjadi presiden.

Perkembangan terakhir kubu J okowi-J K dinyatakan menang oleh berbagai
Quick Count dan Exit Polls dari lembaga survei milik pendukungnya dengan
perbedaan antara 3% sampai 5% dari Prabowo-Hatta. Selain itu kubu J okowi-
J K juga mengancam KPU supaya hasil perhitungan mereka tidak berbeda
dari hasil perhitungan QC dan Exit Polls atau mereka akan melakukan aksi
massa besar-besaran sebagai bentuk protes atas "ketidaknetralan KPU,"
Selanjutnya kubu J okowi-J K mulai membangun opini bahwa pilpres berjalan
curang, dan lain sebagainya.

- Setelah terpilih ternyata baru ketahuan bahwa Yushchenko adalah
pemimpin yang sangat buruk dan tidak memiliki kompetensi dan hal ini
menyebabkan Yushchenko gagal terpilih untuk kedua kalinya karena pada
pilpres tahun 2010 hanya memperoleh 5,5% suara dan pada pileg tahun
2012, partainya hanya memperoleh 1,11% suara sehingga tidak bisa masuk
ke dalam parlemen.

Rasanya J okowi akan mengalami nasib yang sama khususnya bila kita
melihat Laporan Audit BPK terhadap Pengelolaan APBD Provinsi DKI J akarta
Tahun 2013 bahwa: aset J akarta merosot dari Rp. 342trilyun menjadi Rp.
331trilyun; ada 86 transaksi tidak wajar yang merugikan keuangan daerah
sebesar Rp. 1,54trilyun; kekurangan penerimaan daerah sebesar Rp.
95,01miliar dan 3E (tidak efektif, tidak efisien dan tidak ekonomis)
menyebabkan kerugian Rp. 23,13miliar. Selain itu banyak dari realisasi
belanja APBD DKI J akarta itu yang tidak didukung dengan bukti pertanggung
jawaban.

Apa sebenarnya alasan kubu J okowi-J K terus menerus melakukan berbagai
kampanye hitam terhadap Prabowo pasca pencoblosan selesai sebagaimana
isi twit Ulin Yusron di atas padahal tindakan tersebut tidak akan
mempengaruhi perolehan suara karena pilpres sudah selesai dilakukan.
Mengapa kubu J okowi-J usuf Kalla melakukan pekerjaan yang sia-sia seperti
itu?

Dari rentetan kejadian di atas maka hampir dapat dipastikan bahwa dari awal
sudah ditetapkan oleh CSIS bahwa rencana cadangan andai J okowi kalah
akan langsung mengarah kepada operasi menjadikan J okowi sebagai
Yushchenko-nya Indonesia dan maka dari itu sejak permulaan J okowi
sengaja dikondisikan atau dimirip-miripkan dengan Yushchenko, mulai dari
blusukan sampai play victim. Langkah tersebut termasuk apa yang terjadi
saat ini di mana CSIS dan kubu J okowi-J K melakukan framing dan agenda
setting bahwa pilpres berjalan curang, terjadi intimidasi dan terjadi politik
uang, tapi biarpun begitu, berdasarkan Exit Polls dan QC mereka menang
dengan margin antara 3% s.d. 6% sehingga bila hasil akhir berbeda maka
KPU telah tidak netral sesuai modus Orange Revolution.

Skenario terakhir bila J okowi-J K kalah tampaknya adalah setelah
pengumuman KPU yang mengalahan J okowi-J K, maka CSIS yang
berpengalaman menggalang aksi massa untuk membuat kerusuhan sejak
peristiwa Malari itu akan segera bergerak dengan demonstrasi besar-besaran
di kota-kota Indonesia dengan maksud untuk melumpuhkan perekonomian
negeri ini dan ketika TNI/Polri mencoba mengatasi kerusuhan tersebut, maka
J okowi-J K akan meminta bantuan "internasional" alias Amerika untuk
melakukan intervensi dan memberi tekanan langsung dengan alasan militer
Indonesia melanggar HAM sipil. Skenario intervensi Amerika Serikat ini sudah
mulai dilaksanakan melalui kedatangan Bill Clinton ke Indonesia.

Saya sebenarnya marah dengan skenario menang atau rusuh yang
dicanangkan kubu J okowi-J K ini. Berkali-kali saya berpikir mengapa mereka
sangat ingin berkuasa sehingga menghalalkan segala cara yang haram
sekalipun menyebabkan penderitaan rakyat yang berkepanjangan? Kubu
J okowi-J K harus ingat bahwa Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan koalisi
partai pengusungnya telah mengikuti semua proses pemilu sejak verifikasi
parpol, pemilihan legislatif, negosiasi dengan mitra koalisi, pendaftaran
koalisi, mengikuti debat capres, kampanye sesuai aturan dan jadwal yang
ditetapkan KPU, dan oleh karena itu mereka berhak mendapatkan hasil
pilpres sehingga semua pihak yang mencoba menghalangi kubu Prabowo-
Hatta dalam menjalankan hak-haknya sebagai pasangan capres-cawapres
termasuk diangkat sebagai presiden dan wakil presiden bila ternyata rakyat
memberi mandat kepada mereka untuk memimpin Indonesia adalah penjahat
demokrasi yang menghianati kedaulatan rakyat. Semoga Indonesia bisa
selamat dari cobaan ini.

You might also like