Professional Documents
Culture Documents
LANDASAN TEORI
II.1. Tinjauan Pustaka
II.1.1. Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang
cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui
jalan lain (sectio caesaria) dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri)
(Manuaba, 1998).
Persalinan adalah suatu proses terdiri dari kontraksi uterus yang efektif dan
teratur sehingga menyebabkan pendataran dan pembukaan serviks. Dari proses ini
akan menyebabkan pengeluaran hasil konsepsi berupa janin dan plasenta dari
uterus secara pervaginam (DeCherney AH et al, 2007).
Persalinan adalah suatu periode yang diawali oleh kontraksi uterus sampai
dengan pengeluaran plasenta (Cunningham FG et al, 2007). Partus normal disebut
juga partus spontan, adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala secara
pervaginam dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai
ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. Partus luar biasa
(abnormal) ialah persalinan pervaginam dengan bantuan alat-alat atau melalui
dinding perut dengan operasi caesaria (Mochtar R, 1998).
II.1.1.2. Fisiologi Persalinan Normal
Tanda-tanda masuknya persalinan (in partu) adalah timbulnya rasa sakit
oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan teratur, keluar lendir
bercampur darah (bloody show) yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil
pada serviks, kadang-kadang ketubah pecah dengan sendirinya dan pada
pemeriksaan dalam : serviks mendatar dan pembukaan telah ada (Mochtar, 1998).
Terdapat empat kala persalinan :
1. Kala I (Kala Pembukaan): Telah tercapainya kontraksi uterus dengan
frekuensi,intensitas dan durasi yang cukup untuk menghasilkan dilatasi
serviks yang progresif. Kala satu persalinan selesai ketika serviks sudah
membuka lengkap (sekitar 10 cm) sehingga memungkinkan kepala janin
lewat (Prawirohardjo, 2008).
Kala I dibagi menjadi dua fase :
Fase Laten: Fase yang diawali dengan mulai timbulnya kontraksi uterus
yang teratur yang menghasilkan perubahan pada serviks dan meluas
sampai permulaan fase aktif persalinan (dilatasi serviks 3-4 cm). Pada ibu
yang belum pernah melahirkan (nulipara) fase laten biasanya kurang dari
20 jam dan pada ibu yang beberapa kali melahirkan (multipara) fase laten
kurang dari 14 jam (Benzion Taber M.D, 1994).
Fase Aktif: Fase aktif ditandai dengan dilatasi serviks yang terus menerus
sampai serviks terdilatasi penuh.Pada nulipara dilatasi serviks sampai 1,2
cm setiap jam dan multipara 1,5 cm setiap jam (Benzion Taber M.D,
1994).
2. Kala II (Kala Pengeluaran Janin): Dimulai ketika dilatasi serviks sudah
lengkap dan berakhir ketika janin sudah lahir. Proses ini biasanya
berlangsung 2 jam pada ibu yang pertama kali melahirkan (primipara) dan
1 jam pada ibu yang beberapa kali melahirkan (multipara). Pada proses ini
his terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali.
Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadi tekanan
pada otot-otot dasar panggul sehingga terjadi tekanan pada otot-otot dasar
panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Karena
tekanan pada rektum, ibu merasa seperti ingin buang air besar,dengan
tanda anus terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva
membuka, dan perineum meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin
akan melahirkan kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Setelah istirahat
sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan anggota badan bayi secara
lengkap (Mochtar R, 1998 & Wiknjosastro H dkk, 2007).
3. Kala III (Kala Pengeluaran Uri): Dimulai segera setelah janin lahir dan
berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban janin
(Prawirohardjo, 2008). Waktu untuk pelepasan dan pengeluaran uri
dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir, kontraksi rahim
istirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat,
dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2 kali sebelumnya. Dalam waktu 5-
10 menit seluruh plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina dan akan
lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus
uteri. Pada saat plasenta lahir pada umumnya otot-otot uterus berkontraksi,
pembuluh-pembuluh darah akan terjepit dan perdarahan akan segera
berhenti. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi
lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira
100-200 cc (Mochtar R, 1998 & Wiknjosastro H dkk, 2007).
4. Kala IV (Kala Pengawasan): Mulai dari lahirnya uri selama 1-2 jam
dimana dilakukan pengamatan keadaan ibu terutama terhadap bahaya
perdarahan post partum. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada
kala IV ini adalah : kontraksi uterus harus baik, tidak ada perdarahan dari
vagina atau alat genital lainnya, plasenta dan selaput ketuban harus telah
lahir lengkap, kandung kemih harus kosong, luka-luka pada perineum
terawat dengan baik, bayi dalam keadaan baik, dan ibu dalam keadaan
baik (Mochtar R,1998 & Wiknjosastro H dkk, 2007).
Diferensiasi aktivitas uterus
Selama persalinan, uterus berubah bentuk menjadi dua bagian yang berbeda :
Segmen atas: berkontraksi secara aktif menjadi lebih tebal ketika
persalinan berlangsung. Segmen atas mengalami retraksi dan mendorong
janin keluar sebagai respon terhadap gaya dorong kontraksi segmen atas.
Segmen bawah: relatif pasif dibanding dengan segmen atas dan bagian ini
berkembang menjadi jalan lahir yang berdinding jauh lebih tipis. Segmen
bawah secara bertahap terbentuk ketika kehamilan bertambah tua dan
kemudian menipis pada saat persalinan. Segmen bawah uterus dan serviks
akan semakin lunak berdilatasi sehingga membentuk suatu saluran
muskular dan fibromuskular yang menipis sehingga janin dapat menonjol
keluar. Miometrium pada segmen atas uterus tidak berelaksasi sampai
kembali ke panjang aslinya setelah kontraksi tetapi menjadi relatif
menetap pada panjang yang lebih pendek. Namun teganganya tetap sama
seperti sebelum kontraksi. Bagian atas uterus berkontraksi ke bawah meski
pada saat isinya berkurang sehingga tegangan miometrium tetap konstan.
Efek akhirnya adalah mengencangkan yang kendur dengan
mempertahankan kondisi menguntungkan yang diperoleh dari ekspulsi
janin dan mempertahankan otot uterus tetap menempel erat pada isi uterus.
Karena pemendekan serat otot yang terus menerus pada setiap kontraksi
segmen atas uterus yang aktif menjadi menebal di sepanjang kala pertama
dan kedua persalinan dan menjadi tebal sekali tepat setelah kelahiran janin
(Prawirohardjo, 2008).
Mekanisme Persalinan Normal ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu :
1. Power : kekuatan his yang adekuat dan tambahan kekuatan mengejan.
2. Passage : jalan lahir (tulang dan otot).
3. Passanger : janin,plasenta dan selaput ketuban (Rustam, 1998).
Ketiga faktor utama ini sangat menentukan jalannya persalinan sehingga
akan terjadi proses persalian :
Spontan belakang kepala
Persalinan buatan dengan tambahan tenaga dari luar :
Induksi persalinan
Persalinan operatif (Manuaba, 2007).
Persalinan normal adalah : LOA (Left Occipito Anterior =Ubun ubun kiri
depan) adalah presentasi kepala yang lazim.Sikapnya adalah flexi ,bagian
terendah janin adalah bagian posterior vertex dan ubun-ubun kecil,dan
penunjuknya adalah occciput (O) (Oxorn dan Forte, 1990)
Gambar 1 : Persalinan normal
1.
2.
3.
4.
II.1.1.3. Malpresentasi
Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya malpresentasi :
1. Faktor maternal dan uterus : Panggul sempit, neoplasma, kelainan uterus,
pada uterus bicornis, kelainan letak dan besarnya plasenta. Keadaan seperti
plasenta previa disertai dengan kedudukan janin yang tidak baik.
2. Faktor janin : Bayi yang besar, kesalahan dalam polaritas janin misalnya
pada presentasi bokong atau letak lintang, sikap janin: tidak fleksi tapi
ekstensi, kehamilan ganda, kelainan janin: hydrocephalus dan
anenchepalus, hydroamnion (Cunningham, 2005).
Pengaruh-pengaruh malpresentasi :
1. Pengaruh pada ibu : Karena diperlukan kerja otot uterus dan perut yang
lebih besar dan karena persalinan sering berjalan lama, perineum dan
jaringan lunak lebih teregang sehingga lebih banyak terjadi robekan,
perdarahan lebih banyak berasal dari robekan uterus,cervix dan vagina dan
tempat perlekatan plasenta.
Insidensi infeksi lebih tinggi,ini disebabkan oleh :
Ketuban pecah awal
Perdarahan banyak
Kerusakan jaringan
Pemeriksaan vaginal dan rectal yang lebih sering.
Pasien mengeluh kesakitan sebelum uterus mengeras dan masih terus
merasakan nyeri setelah uterus relaksasi
Paresis usus dan vesica urinaria menambah penderitaan pasien.
2. Pengaruh pada janin: J anin tidak sempurna menyesuaikan diri dengan
panggul sehingga lebih melewati panggul dan menyebabkan perputaran
(moulage) berlebihan. Persalinan yang lama berpengaruh lebih berat untuk
janin,mengakibatkan insidensi anoxia,kerusakan otak,asphyxia,dan
kematian intrauterine yang lebih tinggi. Insidensi tindakan yang juga lebih
tinggi memperbesar bahaya trauma pada bayi. Tali pusat menumbung lebih
sering terjadi.
Presentasi sungsang adalah keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan kepala di fundus uteri dan dan bokong berada di bagian bawah kavum
uteri. Presentasi sungsang terjadi bila panggul atau ekstremitas bawah janin
berada di pintu atas panggul. Dengan insidensi angka kejadian 3 4%
(Cunningham, 2005).
II.1.1.4. Klasifikasi Presentasi Sungsang.
Terdapat 3 jenis presentasi sungsang :
Frank breech atau bokong murni (50-70%) yaitu tampak ekstremitas
bawah mengalami fleksi pada sendi panggul dan ekstensi pada sendi lutut
sehingga kaki terletak berdekatan dengan kepala.
Complete breech atau bokong sempurna (5-10%) yaitu satu atau kedua
lutut dalam keadaan fleksi.
Foot ling atau incomplete atau presentasi kaki (10-30%) yaitu satu atau
kedua kaki atau lutut terletak di bawah bokong sehingga kaki atau lutut
bayi terletak paling bawah pada jalan lahir (Cunningham, 2005).
Presentasi sungsang pada kehamilan tunggal dengan berat badan <2500
gram: 40% adalah FrankBreech, 10% adalah Complete Breech, dan 50% adalah
Foot ling Breech.
Presentasi sungsang pada kehamilan tunggal dengan Berat Badan Janin >
2500 gram: 65% adalah Frank Breech, 10% adalah Complete Breech dan 25%
adalah Foot ling Breech (Cunningham, 2005).
Gambar 2 : Presentasi sungsang
II.1.1.5. Etiologi
1. Kehamilan prematur
2. Hidramnion , Oligohidramnion
3. Kelainan uterus (uterus bicornu atau uterus septum)
4. Tumor panggul
5. Riwayat presentasi bokong
6. Multiparitas
7. Panggul sempit
8. Hidrosepalus, anensepalus
9. Kehamilan kembar (Cunningham, 2005 & Harry 1990).
II.1.1.6. Penyulit
Pada presentasi bokong persisten terjadi peningkatan frekuensi penyulit yaitu:
1. Morbiditas dan mortalitas perinatal akibat pelahiran yang sulit
2. Berat lahir rendah pada kelahiran preterm, pertumbuhan terhambat atau
keduanya
3. Prolaps tali pusat
4. Plasenta previa
5. Anomali janin,neonatus dan bayi
6. Anomali dan tumor uterus
7. Janin multipel (Cunningham, 2005)
II.1.1.7. Diagnosis
1. Palpasi dan Balotement: Leopold I : teraba kepala (balotemen) di fundus
uteri
2. Vaginal Toucher : teraba bokong yang lunak dan iregular
3. X-ray : Dapat membedakan dengan presentasi kepala dan pemeriksaan ini
penting untuk menentukan jenis presentasi sungsang dan jumlah
kehamilan serta adanya kelainan kongenital lain
4. Ultrasonografi: Pemeriksaan USG yang dilakukan oleh operator
berpengalaman dapat menentukan : Presentasi janin, ukuran, jumlah
kehamilan, lokasi plasenta, jumlah cairan amnion, malformasi jaringan
lunak atau tulang janin.
Gambar 3 :
Pemeriksaan radiologi yang menunjukkan adanya presentasi sungsang dengan
jenis Frank Breech
II.1.1.8. Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan (masuknya persalinan) Intrapartum
1. Pemeriksaan :
Pasien harus dirawat di RS bila terdapat tanda persalinan atau terjadi
ketuban pecah (dikhawatirkan terjadi prolaps tali pusat).
Di RS dilakukan pemeriksaan USG ulangan untuk memastikan jenis
persalinan sungsang fleksi kepala janin -kelainan kongenital.
Lakukan anamnesa dan pemeriksaan untuk menentukan keadaan ibu dan
anak.
Tentukan cara persalinan yang dipilih.
2. Pemantauan kesehatan janin
Selama persalinan, bila mungkin lakukan pemantauan detak jantung janin
secara terus menerus (electronic fetal heart rate monitoring)
Oksitosin drip
Umumnya oksitosin dapat digunakan bila kontraksi uterus tidak
memuaskan dengan pengawasan pada ibu dan anak secara ketat.
B. Persalinan
Penentuan cara persalinan adalah sangat individual, kriteria pada tabel
berikut dibawah ini dapat digunakan untuk menentukan cara persalinan
Tabel 1 : Kriteria pemilihan jenis persalinan sungsang
(Hannah , 2000)
Metode lain untuk menentukan cara persalinan adalah dengan menggunakan
Persalinan pervaginam Sectio caesarea
Presentasi frankbreech Presentasi footling
Usia kehamilan >34 minggu J anin preterm (usia kehamilan 25-34
minggu)
Taksiran berat janin 2000-3500 gram Taksiran berat janin > 3500 gram atau <
1500 gram Kepala janin defleksi atau
hiperekstensi
Kepala fleksi Kepala janin defleksi atau hiperekstensi
Ukuran panggul adekuat (berdasarkan x-ray
pelvimetri)
Panggul sempit atau ukuran dalam nilai
borderline
(Diameter transversal PAP 11,5 cm dan
diameter anteroposterior 10.5 cm: Diameter
transversal panggul tengah 10 cm dan
diameter anteroposterior 11,5 cm)
Bagian terendah janin belumengage
Tidak ada indikasi sectio caesar pada ibu
dan anak
Partus lama
J anin Previable (usia kehamilan<25 minggu
& <700 g)
Infertilitas atau riwayat obstetrik buruk
Kelainan kongenital (+) Letak presentasi kaki pada kehamilan 25
minggu tanpa disertai kelainan kongenital
(untuk mencegah prolapsus tali pusat)
Proses persalinan berlangsung normal
meskipun sudah direncanakan sectio
caesarea (persalinan pervaginammasih
merupakan pilihan dibandingkan sectio
caesarea).
Ketuban pecah dini lama
Zatuchni Andros Breech Scoring seperti terlihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2. Zatuchni Andros Breech Scoring :
Persalinan sungsang pervaginam dengan prognosis baik bila Zatuchni
Andros scoring antara 0 4. Persalinan sungsang perabdominal dengan sectio
caesarea saat ini lebih sering dilakukan.
Data terbaru menunjukkan bahwa cara persalinan pada presentasi
sungsang tidak mempengaruhi morbiditas jangka panjang pada janin. Resiko
umum sectio caesarea terhadap ibu (perdarahan, anestesi dan infeksi) dan resiko
janin pada persalinan sungsang pervaginam (asfiksia dan trauma) harus
merupakan pertimbangan kuat dalam pengambilan keputusan mengenai cara
persalinan yang dipilih.
Ahli obstetri yang memilih persalinan dengan sectio caesarea umumnya
dengan alasan :
1. Cedera persalinan sungsang perabdominal lebih rendah dibandingkan
persalinan pervaginam.
2. Banyak pasangan yang mempunyai pandangan anak sedikit dan
membutuhkan anak yang perfect sehingga memilih persalinan sungsang
0 1 2
Paritas 0 1 2
Usia Kehamilan
(minggu)
39 38 <37
Taksiran Berat Janin >3500 3000-3500 <3000
Riwayat persalinan
sungsang
0 1 2
Dilasi 2 3 4
Stasion -3 -2 -1
perabdominal.
3. 30 40% trial of labor pada persalinan sungsang berakhir dengan
persalinan Sectio Caeserae.
4. Sectio Caesarea pada masa sekarang adalah operasi yang aman.
Ahli obstetri yang cenderung untuk mencoba berlangsungnya persalinan
sungsang pervaginam umumnya memiliki alasan:
1. Morbiditas maternal pada Sectio Caesarea lebih besar.
2. 5 15% janin pada presentasi sungsang disertai dengan kelaina
kongenital.
3. Sejumlah ibu ingin memiliki pengalaman persalinan pervaginam (Vezina,
2004)
Persalinan Pervaginam
Mekanisme persalinan sungsang pervaginam berlangsung melalui seven
cardinal movement yang terjadi pada masing-masing tahapan persalinan
sungsang pervaginam:
1. Persalinan Bokong
2. Persalinan Bahu
3. Persalinan Kepala
Persalinan sungsang pervaginam secara spontan (sungsang Bracht) dapat
dibagi menjadi 3 tahap :
1. Fase Lambat Pertama
Tahapan persalinan dari bokong sampai umbilikus
Disebut fase lambat oleh karena pada fase ini umumnya tidak terdapat hal-
hal yang membahayakan jalannya persalinan.
Pada fase ini, penolong bersikap pasif menunggu jalannya persalinan.
2. Fase Cepat
Tahapan persalinan dari umbilikus sampai mulut.
Disebut fase cepat oleh karena dalam waktu < 8 menit ( 1 2 kali
kontraksi uterus ) fase ini harus sudah berakhir.
Pada fase ini, talipusat berada diantara kepala janin dengan PAP sehingga
dapat menyebabkan terjadinya asfiksia janin.
3. Fase Lambat Kedua
Tahapan persalinan dari mulut sampai seluruh kepala.
Pertolongan pada tahap persalinan ini tidak boleh tergesa-gesa oleh karena
persalinan kepala yang terlalu cepat pada presentasi sungsang dapat
menyebabkan terjadinya dekompresi mendadak pada kepala janin yang
menyebabkan perdarahan intrakranial (Manuaba, 1998).
Gambar 4. Tahapan Persalinan Sungsang Pervaginam
1.
Presentasi sungsang
dengan sacrum kanan depan.
bitrochanteric bokong
masuk panggul pada tranversal
panggul ibu.
Pada saat dilatasi servik
lengkap. bokong mengalami
desensus lebih lanjut kedalam
panggul.
2.
Pada saat bokong mencapai dasar
panggul, saluran jalan lahir
menyebabkan bokong mengalami
PPD (putar paksi dalam) sehingga
bitrochanterica berada pada antero-
posterior PBP (pintu bawah panggul).
3.
Bokong depan nampak di vulva.
Dengan his berikutnya, bokong akan
meregang PBP (pintu bawah panggul).
Terjadi laterofleksi tubuh janin dan bahu
berputar sehingga akan melewati PAP (pintu atas
panggul).
Pada saat ini, penolong persalinan
mengenakan perlengkapan persalinan dan siap
untuk melakukan pertolongan persalinan.
4.
Bokong sudah lahir dan bahu saat ini
masuk pada tranversa PAP.
Gerakan ini menyebabkan terjadinya
PPL (putar paksi luar) bokong sehingga
punggung anak menghadap atas.
5.
Bahu anak melewati saluran jalan lahir dan
mengalami PPD (putar paksi dalam) sehingga bis-
achromial menempati diameter anteroposterior PBP
(pintu bawah panggul).
Secara serempak, bokong berputar keanterior
sejauh 900 (restitusi) .
Kepala janin sekarang memasuki
(engagement) PAP dengan sutura sagitalis berada
pada tranversalis PAP (pintu atas panggul).
Desensus kedalam pelvis terjadi dengan
kepala dalam keadaan fleksi.
6.
Bahu depan lahir dari belakang
simfisis pubis melalui gerakan
laterofleksi.
Gambar 5 : Manuver Persalinan Sungsang
Anak dibiarkan tergantung beberapa saat didepan vulva. Dilakukan
tekanan pada daerah suprasimfisis untuk menambah fleksi kepala (bukan
mendorong fundus uteri). Bila tengkuk anak sudah terlihat, penolong
persalinan memegang kaki anak dan melakukan gerakan melingkar keatas.
Manuver ini menggunakan referensi tepi bawah sacrum, menarik kepala
anak kebawah dan memutar melalui PBP (pintu bawah panggul) sehingga
dagu, hidung dan dahi nampak dan lahir didepan vulva (Gimovsky, 1995).
3 teknik persalinan sungsang :
1. Persalinan bahu dengan cara Lovset. Prinsip: Memutar badan janin
setengah lingkaran (180