You are on page 1of 19

75

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian serta
pembahasan mengenai pengaruh kombinasi terapi farmakologi
dan komplemeneter (jus tomat) terhadap perubahan status
tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di wilayah
kerja Puskesmas Tanjung Karang yang dilaksanakan pada
tanggal 17 November 2012 sampai 1 Desember 2012.
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini melibatkan 24 orang responden yang
dikelompokkan menajadi dua kelompok dimana 12 orang
responden sebagai kelompok perlakuan akan diberikan
perlakuan yaitu pemberian terapi nutrisi (jus tomat)
disertai dengan penggunaan obat anti hipertensi sedangkan
12 orang responden sebagai kelompok kontrol akan
diberikan perlakuan juga yaitu pemberian obat anti
hipertensi saja.
Berdasarkan tujuan penelitian yang diuraikan pada
bab sebelumnya, pada bab ini akan menyajikan data hasil
penelitian yang akan memaparkan, 1). Data umum lokasi
penelitian, 2). Data umum responden tentang jenis kelamin
dan umur, 3). Data khusus tekanan darah pada lansia yang
mengalami tekanan darah tinggi (hipertensi) sebelum dan
sesudah pemberian jus tomat dengan menggunakan skala
tekanan darah berusia 18 tahun menurut JNC VII
76



menggunakan lembar observasi, 4). Distribusi responden
berdasarkan perubahan status tekanan darah dan
selanjutnya akan dilakukan uji statistik mengenai
pengaruh pemberian kombinasi terapi farmakologi dan jus
tomat terhadap perubahan status tekanan darah pre dan
post pemanfaatan. Analisa dilakukan menggunakan Uji-t
Wilcoxon Signed Rank Test dan uji Mann-Whitney U untuk
mengetahui efektivitas terapi yang diberikan kemudian
data diuji menggunakan sistem komputerisasi menggunakan
perangkat lunak spss versi 16 for windows untuk
mengetahui tingkat kemaknaannya sebagai dampak dari suatu
perlakuan dengan tingkat kepercayaan p < 0,05.
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di wilayah kerja
Puskesmas Tanjung karang. Letak geografis Puseksmas
Tnjung Karang adalah sebagai berikut:
a. Sebelah utara berbatasan dengan Pura Pemaksan Batu Dawa
b. Sebelah selatan berbatasan dengan persawahan
c. Sebelah barat berbatasan dengan SDN 15 Ampenan
d. Sebelah timur berbatasan dengan perumahan Batu Indah
Regency
Adapun jumlah keseluruhan lansia dari 11 posyandu
lansia yang aktif berkunjung ke posyandu lansia di
wilayah kerja Puskesmas Tanjung Karang setiap bulannya
adalah sebagai berikut:
77



1. Lingkungan Selaparang (Karang Lansia Al-Ikhlas) jumlah
lansia yang aktif berkunjung sebanyak 40 lansia.
2. Lingkungan Gatep (Karang Lansia Terarai) jumlah lansia
yang aktif berkunjung sebanyak 50 lansia.
3. Lingkungan Sintung (Karang Lansia Sejati) jumlah
lansia yang aktif berkunjung sebanyak 30 lansia.
4. Lingkungan Karang Buyuk (Karang Lansia Buyuk Sejati)
jumlah lansia yang aktif berkunjung sebanyak 30
lansia.
5. Lingkungan Kekalik Kijang (Karang Lansia Mayasari)
jumlah lansia yang aktif berkunjung sebanyak 25
lansia.
6. Lingkungan Batu Ringgit (Karang Lansia Istiqomah)
jumlah lansia yang aktif berkunjung sebanyak 55
lansia.
7. Lingkungan Taman Kapitan (Karang Lansia Latulip)
jumlah lansia yang aktif berkunjung sebanyak 35
lansia.
8. Lingkungan Karang Panas (Karang Lansia Kasi Ibu)
jumlah lansia yang aktif berkunjung sebanyak 35
lansia.
9. PP Polri (Karang Lansia Dian Kemala) jumlah lansia
yang aktif berkunjung sebanyak 35 lansia.
10. Karang Lansia PPAL jumlah lansia yang aktif berkunjung
sebanyak 18 lansia.
78



11. Lingkungan Kesra (Karang Lansia Sejahtera) jumlah
lansia yang aktif berkunjung sebanyak 25 lansia.
2. Data Umum
Data umum responden dalam penelitian ini adalah
lansia yang menderita hipertensi dan memenuhi kriteria
sebagai sampel penelitian yaitu sebanyak 24 rsponden.
a. Distribusi responden berdasarkan umur
Tabel berikut akan menguraikan mengenai penyebaran
responden berdasarkan kelompok umur responden sebagai
berikut:
Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Di
Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Karang
No Umur
(tahun)
Kelompok
Perlakuan/Intervensi
Kelompok Kontrol
Jumlah
(n)
Presentase
(%)
Jumlah
(n)
Presentase
(%)
1 65 11 91,67 7 58,33
2 > 65 1 8,33 5 41,67
Total 12 100 12 100
Sumber:Data Primer
Berdasarkan table 4.1 diatas maka dapat dilihat
bahwa pada distribusi kelompok umur responden yang paling
banyak berada pada kelompok umur 65 tahun dengan jumlah
11 orang (91,67%) pada kelompok perlakuan dan 7 orang
(50,00%) pada kelompok kontrol.
b. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :


79



Tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin
di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Karang
No
Jenis
kelamin
Kelompok perlakuan
Kelompok Kontrol
Jumlah
(n)
Persentase
(%)
Jumlah
(n)
Persentase
(%)
1 Laki-laki 2 16,67 4 33,33
2 Perempuan 10 83,33 8 66,67
Total 12 100 12 100
Sumber: data primer
Berdasarkan tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa
responden dengan jenis kelamin perempuan adalah yang
terbanyak yaitu pada kelompok perlakuan sebanyak 10 orang
(83,33%), dan pada kelompok kontrol sebanyak 8 orang
(66,67%).
3. Data khusus
a. Distribusi tekanan darah responden sebelum diberikan
perlakuan
Tabel berikut akan menguraikan mengenai penyebaran
responden berdasarkan status tekanan darah sebelum
dilakukan perlakuan yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.3 Tekanan Darah Responden Sebelum Diberikan
Perlakuan (Hari ke 0)
No
Tekanan Darah
Kelompok Perlakuan No
Tekanan Darah
Kelompok Kontrol
Sistole Diastole Sistole Diastole
1 157 85 1 154 86
2 151 87 2 165 85
3 177 101 3 167 97
4 175 98 4 173 88
5 155 82 5 167 93
6 163 90 6 159 89
7 167 97 7 165 99
8 171 105 8 169 97
9 167 100 9 157 85
10 169 91 10 159 86
11 163 83 11 163 95
12 155 85 12 161 100
Rerata 164,17 92,00 Rerata 163,25 91,67
80




Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat rerata tekanan
darah responden pada kelompok perlakuan yaitu nilai
sistole 164,17 mmHg dan nilai diastole 92,00 mmHg,
sedangkan pada kelompok kontrol yaitu nilai sistole
163,25 mmHg dan nilai diastole 91,67 mmHg yang berarti
sebelum diberikan captopril dan jus tomat klasifikasi
tekanan darah sistole pada responden rata-rata mengalami
hipertensi stage 2 dan tekanan darah diastole responden
rata-rata mengalami hipertensi stage 1.
b. Distribusi tekanan darah responden setelah diberikan
perlakuan
Tabel berikut akan menguraikan mengenai penyebaran
responden berdasarkan status tekanan darah setelah
dilakukan perlakuan yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.4 Tekanan Darah Responden Setelah Diberikan
Perlakuan (Hari ke 14)
No Tekanan Darah
Kelompok Perlakuan
No Tekanan Darah
Kelompok Kontrol
Sistole Diastole Sistole Diastole
1 139 79 1 140 77
2 137 80 2 143 76
3 155 79 3 150 87
4 157 87 4 155 77
5 133 69 5 157 87
6 151 81 6 149 81
7 145 86 7 155 89
8 155 93 8 151 88
9 137 89 9 139 75
10 141 81 10 140 79
11 147 77 11 143 87
12 133 77 12 150 87
Rerata 144,17 81,50 Rerata 147,67 82,50

81



Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat rerata tekanan
darah responden pada kelompok perlakuan yaitu nilai
sistole 144,17 mmHg dan nilai diastole 81,50 mmHg,
sedangkan pada kelompok kontrol yaitu nilai sistole
147,67 mmHg dan nilai diastole 82,50 mmHg yang berarti
setelah diberikan captopril dan jus tomat klasifikasi
tekanan darah sistole pada responden rata-rata mengalami
hipertensi stage 1 dan tekanan darah diastole responden
rata-rata mengalami pre hipertensi.
c. Gambaran perubahan tekanan darah sebelum dan setelah
diberikan perlakuan
Berdasarkan data yang didapat dari hasil penelitian,
maka gambaran perubahan tekanan darah sistole dan diastol
sebelum dan setelah diberikan perlakuan adalah sebagai
berikut:

Grafik 4.1 Grafik Penurunan Tekanan Darah Sistole Pada
Kelompok Perlakuan Dan Kelompok Kontrol Selama 14 Hari.

130.00
135.00
140.00
145.00
150.00
155.00
160.00
165.00
170.00
HO H3 H6 H9 H12 H14
PERLAKUAN
KONTROL
82



Berdasarkan Grafik 4.1 di atas dapat dilihat bahwa
tekanan darah sistole baik pada kelompok perlakuan maupun
pada kelompok kontrol dari H0 sampai dengan H14 mengalami
perubahan tekanan darah.

Grafik 4.2 Grafik Penurunan Tekanan Darah Diastole Pada
Kelompok Perlakuan Dan Kelompok Kontrol Selama 14 Hari.

Berdasarkan Grafik 4.2 di atas dapat dilihat bahwa
tekanan darah diastole baik pada kelompok perlakuan
maupun pada kelompok kontrol dari H0 sampai dengan H14
mengalami perubahan tekanan darah.
d. Uji Hipotesis
1. Uji hipotesis perbedaan tekanan darah sistole dan
diastole pada lansia penderita hipertensi sebelum dan
setelah pemberian terapi farmakologi (captopril 25 mg)
dan terapi komplementer (jus tomat).


76.00
78.00
80.00
82.00
84.00
86.00
88.00
90.00
92.00
94.00
HO H3 H6 H9 H12 H14
PERLAKUAN
KONTROL
83



Tabel 4.5 Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test
Tekanan
darah
Sistole
pada
kelompok
perlakuan
pre dan
post-
perlakuan
Tekanan
darah
Sistole
kelompok
kontrol
pre dan
post-
perlakuan
Tekanan
darah
diastole
pada
kelompok
perlakuan
pre dan
post-
perlakuan
Tekanan
darah
diastole
kelompok
kontrol
pre dan
post-
perlakuan
Z -3,074 -3,069 -3,065 -3,070
Asymp. Sig.
(2-tailed)
0,02 0,02 0,02 0,02

Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa
ada perbedaan yang signifikan antara tekanan darah
sistole dan diastol pada kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol sebelum dan setelah diberikan perlakuan di mana p
hitung = 0,02 (p < 0,05). Hal ini berarti H alternatif
diterima.
2. Uji hipoteseis perbedaan efektifitas pemberian
kombinasi terapi farmakologi dan komplementer (jus
tomat) dibandingkan dengan terapi farmakologi saja
terhadap perubahan tekanan darah pada lansia penderita
hipertensi.
Tabel 4.6 Hasil Uji Mann-Whitney U
Tekanan darah
sistole Hari ke
14
Tekanan darah
diastole Hari
ke 14
Mann-Whitney U 53,500 68.500
Asymp. Sig. (2-tailed) 0.284 0,839
Exact Sig. [2*(1-
tailed Sig.)]
0,291 0,843


84



Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa p
hitung sistole = 0,291 (p> 0.05) dan p hitung diastole =
0,843 (P> 0,05) yang berarti H0 diterima dan Ha ditolak ,
atau tidak ada perbedaan efek pada tekanan darah sistole
dan diastole pada hari ke 14 pada kelompok yang diberikan
captopril dan jus tomat dengan kelompok yang diberikan
captopril saja.

B. Pembahasan
1. Pembahasan Data Umum
a. Umur
Berdasarkan karteristik responden menurut umur pada
table 4.1, dapat dilihat bahwa pada kategori kelompok umur
65 tahun memiliki distribusi terbanyak.
Hasil penelitian (pada lampiran 7) ini menunjukkan
rerata tekanan darah sistole dan diastole awal pada
kelompok umur 65 tahun adalah 163,50 mmHg dan 91,33 mmHg,
sedangkan pada kempolok umur > 65 tahun 164,33 mmHg dan
93,33 mmHg. Hasil ini sesuai dengan teori tekanan darah
tinggi terjadi karena pada usia (> 65 tahun) tersebut
arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku
karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk
melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan
menyebabkan naiknya tekanan (Sigarlaki, 2006). Insiden
hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia, ini
sering disebabkan oleh perubahan alamiah di dalam tubuh
85



yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormone
(Sugiharto dkk, 2009). Hasil ini sesuai dengan penelitian
Anggraeni dkk (2009) didapat bahwa usia >45 tahun yaitu
sebesar 89,1% dan juga sesuai dengan hsil penelitian
Sigarlaki (2006) pada umur 56-77 tahun sebanyak 55,88%.
Orang yang berumur di atas 60 tahun, 50 60 % mempunyai
tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal
ini merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang
yang bertambah usianya.
b. Jenis kelamin
Berdasarkan karakteristik responeden menurut jenis
kelamin pada table 4.2, dapat dilihat bahwa pada kategori
kelompok jenis kelamin perempuan memiliki distribusi
terbanyak.
Hasil penelitian (pada lampiran 8) ini menunjukkan
rerata tekanan darah sistole dan diastole awal pada
kelompok jensis kelamin laki-laki adalah 166,00 mmHg dan
94,83 mmHg, sedangkan pada jenis kelmain perempuan 163,50
mmHg dan 90,83 mmHg. Hasil ini tidak sesuai dengan teori
berdasarkan jenis kelamain, menurut Cortas K dalam
Anggraeni dkk (2009), prevalensi terjadinya hipertensi pada
pria sama dengan wanita. Namun, wanita terlindung dari
penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang
belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen
yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density
Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi
86



merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses
aterosklerosis.
Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai
penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause.
Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi
sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh
darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana
hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan
umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada
wanita umur 45-55 tahun. Mereka yang sudah menopause
memiliki risiko hipertensi yang lebih tinggi dibanding yang
belum menopause. Jumlah wanita yang terserang hipertensi
lebih besar dari pria (Lovastatin, 2005 dalam Dahianingsih,
2010).
2. Pembahasan Data Khusus
a. Distribusi tekanan darah responden sebelum diberikan
perlakuan
Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang
munculnya oleh karena interaksi berbagai faktor. Dengan
bertambahnya umur, maka tekanan darah juga akan meningkat.
Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan mengalami
penebalan oleh karena adanya penumpukan zat kolagen pada
lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur
menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah sistolik
meningkat karena kelenturan pembuluh darah besar yang
berkurang pada penambahan umur sampai dekade ketujuh
87



sedangkan tekanan darah diastolik meningkat sampai decade
kelima dan keenam kemudian menetap atau cenderung menurun.
Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan
fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi
perifer dan aktivitas simpatik. Pengaturan tekanan darah
yaitu reflex baroreseptor pada usia lanjut sensitivitasnya
sudah berkurang, sedangkan peran ginjal juga sudah
berkurang dimana aliran darah ginjal dan laju filtrasi
glomerulus menurun.
Terjadinya peningkatan tekanan darah pada lansia di
picu oleh berbagai macam permasalahan salah satunya adalah
permasalahan dari aspek fisiologis yang ditunjukkan dari
beberapa responden mengatakan kesulitan tidur, sakit kepala
dan penglihatan kabur.
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa rerata
tekanan darah responden sebelum diberikan perlakuan pada
kelompok perlakuan adalah 164,17 mmHg untuk tekanan darah
sistole dan tekanan darah diastole yaitu 92,00 mmHg,
sedangkan pada kelompok kontrol adalah 163,25 mmHg untuk
tekanan darah sistole dan tekanan darah diastol yaitu 91,67
mmHg.
b. Distribusi tekanan darah responden setelah diberikan
perlakuan berdasarkan hasil uji hipotesis
Berdasarkan grafik 4.1 dan 4.2 terlihat bahwa
terjadi penurunan tekanan darah sistole dan diastole pada
kedua kelompok, yang gambaran penurunannya hampir sama. Ini
88



berarti terapi yang diberikan efektif untuk menurnkan
tekana darah.
Untuk melihat signifikasni perbedaan tekanan darah
sistole dan diastole pada lansia penderita hipertensi
sebelum dan setelah pemberian terapi farmakologi (captopril
25 mg) dan terapi komplementer (jus tomat), dilakukan uji
statistik Uji Wilcoxoxn Signed Rank Test dengan tingkat
kepercayaan p < 0,05. Hasil yang diperoleh, p hitung
tekanan darah sistole dan diastole pada kelompok perlakuan
maupun kelompok kontrol sebelum dan setelah diberikan
perlakuan yaitu p = 0,02 (p < 0,05). Hal ini berarti Ha
diterima, ada perbedaan tekanan darah sistole dan diastole
sebelum dan setelah diberikan perlakuan baik pada kelompok
perlakuan maupun pada kelompok kontrol. Hasil ini
menunjukkan bahwa terapi yang diberikan mampu menurunkan
tekanan darah sistoel dan diatole pada kedua kelompok
secara signifikan.
Hal ini sesuai dengan teori dalam pemberian obat,
semua obat-obatan yang berfungsi menurunkan tekanan darah
rata-rata sama efektifnya. Obat-obatan tersebut menurunkan
tekanan sistolik sekitar 10-15 mmHg dan tekanan darah
diastolik 6-8 mmHg (Beavers, 2008).
Obat anti hipertensi (captopril) bekerja dengan
mencegah aktivasi hormon angiotensin II dari dua
perintisnya, yakni rennin dan angiotensin I. Karena
angiotensin II mempersempit pembuluh darah, penghambat ACE
89



secara efektif membukanya kembali sehingga menurunkan
tekanan darah. Satu-satunya efek samping yang penting dari
golongan obat ini adalah timbulnya batuk yang kering dan
teras perih yang dialami oleh sekitar 10% pria dan 20%
wanita (Beavers, 2008).Kandungan tomat yang berkaitan
dalam pengobatan hipertensi sebagai terapi komplementer
yaitu mengandung sejumlah besar asam sitrat, yang akan
bereaksi basa ketika masuk ke dalam aliran darah dan
membantu metabolisme tubuh. Tomat mengandung banyak
magnesium, zat besi, potassium, fosfor, klor, belerang,
kalsium, sodium, dan iodine. Selain itu, tomat mengandung
vitamin A, B, C, dan G (Harmanto, 2006).
Kandungan tomat yang dapat berpengaruh terhadap
penurunan tekanan darah tinggi yaitu kalium memegang peran
dalam pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit serta
keseimbangan asam basa. Bersama kalsium, kalium berperan
dalam transmisi saraf dan relaksasi otot. Di dalam sel,
kalium berfungsi sebagai katalisator dalam banyak reaksi
biologik, terutama dalam metabolisme energi dan sintesis
glikogen dan protein. Kalium berperan dalam pertumbuhan
sel. Taraf kalium dalam otot berhubungan dengan massa otot
dan simpanan glikogen, oleh karena itu bila otot berada
dalam pembentukan dibutuhkan kalium dalam jumlah cukup.
Tekanan darah normal memerlukan perbandingan antara natrium
dan kalium yang sesuai di dalam tubuh (Almatsier, 2009).
90



Magnesium memegang peranan penting dalam lebih dari
tiga ratus jenis sistem enzim di dalam tbuh. Magnesium
bertindak di dalam semua sel jaringan lunak sebagai
katalisator dalam reaksi-reaksi biologik termasuk reaksi-
reaksi yang berkaitan dengan metablisme energi,
karbohidrat, lipida, protein dan asam nukleat serta dalam
sintesis, degradasi dan stabilitas bahan gen DNA. Sebagian
besar reaksi ini terjadi dalam mitokondria sel.
Dalam cairan sel ekstraselular magnesium berperan
dalam transmisi saraf, kontraksi otot dan pembekuan darah.
Dalam hal ini peran magnesium berlawanan dengan kalsium.
Kalsium merangsang kontraksi otot, sedangkan magnesium
mengendorkan otot. Kalsium mendorog penggumpalan darah
sedangkan magnesium mencegah. Kalsium menyebabkan
ketegangan saraf, sedangkan magnesium melemaskan saraf
(Almatsier, 2009).
Vitamin C mempunyai banyak fungsi di dalam tubuh,
sebagai koenzim atau kofaktor. Asam askorbat adalah bahan
yang kuat kemampuan reduksinya dan bertindak sebagai
antioksidan dalam reaksi-reaksi hidroksilasi. Beberapa
turunan vitamin C (seperti asam eritrobik dan askorbik
palmitar) digunakan sebagai antioksidan di dalam industri
pangan untuk mencegah proses menjadi tengik, perubahan
warna (browning) pada buah-buahan dan untuk mengawetkan
daging (Almatsier, 2009).
91



Banyak proses metabolisme dipengaruhi oleh asam
askorbat, namun mekanismenya belum diketahui dengan pasti.
Vitamin C juga membantu absorbsi kalsium dengan menjaga
agar kalsium berada dalam bentuk larutan (Almatsier, 2009).
Untuk melihat apakah yang lebih berperan dalam
nenurunkan tekanan darah adalah captopril (obat anti
hipertensi) ataukah kandungan dalam jus tomat yang lebih
berperan. Maka dilakukan uji beda tekanan darah sistole dan
diastole antara kedua kelmpok dengan menggunakan uji Mann-
Whitney U dengan tingkat kepercayaan p < 0,05. Hasil Uji
Mann-Whitney U diperoleh hasil p hitung sistole = 0,291 (p
> 0,05) dan p hitung diastole = 0,843 (p > 0,05), hal ini
berarti H0 diterima dan Ha ditolak, tidak ada perbedaan
efektivitas pada tekanan darah sistole dan diastole pada
hari ke 14 pada kelompok kontrol (diberikan captopril 25 mg
saja) dibanding dengan kelompok perlakuan (diberikan
captopril 25 mg dan jus tomat).
Penurunan tekanan darah tersebut lebih menunjukkan
bahwa hasil penurunan tekanan darah lebih dipengaruhi oleh
pemberian obat anti hipertensi (captopril 25 mg) saja,
sedangkan untuk melihat efek serta pengaruh dari terapi
komplementer jus tomat harus di lakukan penelitian lebih
lama lagi atau lebih dari dua minggu.
Hal ini sesuai dengan teori Terapi jus bukan
merupakan satu-satunya proses penyembuhan, melainkan akan
membantu meringankan rasa sakit yang diderita. Oleh karena
92



itu, tidak boleh menggunakan terapi jus saja tanpa disertai
dengan obat anti hipertensi (Maria, 2009). Mulailah minum
dengan sekitar 250 ml jus segar, 5-6 kali sehari setiap 3
jam sekali, lalu tambah secara bertahap hingga mencapai 600
ml. Terapi ini harus dijalani selama 40-50 hari. Namun
untuk para pemula, terapi ini bisa dicoba dulu selama 2-3
hari (Maria, 2009).
Walaupun jus tomat tidak menunjukkan efek yang
signifika pada penelitian ini dalam merunkan tekanan darh,
kandungan dalam jus sangat efektif untuk proses penyembuhan
berbagai penyakit, karena di dalam jus terkandung berbagai
zat mineral dan sari makanan yang telah terpisahkan dari
serat-seratnya, sehingga dapat dengan cepat diserap oleh
tubuh (Maria, 2009).
Tomat buah dan tomat sayur sama-sama berkhasiat bagi
tubuh manusia, yaitu untuk mengatasi gusi berdarah,
sembelit, dan menghaluskan wajah. Tomat juga berperan
sebagai antikanker yang baik dan dapat menurunkan darah
tinggi (Harmanto, 2006).
Mulailah minum dengan sekitar 250 ml jus segar, 5-6
kali sehari setiap 3 jam sekali, lalu tambah secara
bertahap hingga mencapai 600 ml. Terapi ini harus dijalani
selama 40-50 hari. Namun untuk para pemula, terapi ini bisa
dicoba dulu selama 2-3 hari (Maria, 2009).
Hal ini sesuai dengan teori dalam pemberian obat
semua obat-obatan yang berfungsi menurunkan tekanan darah
93



rata-rata sama efektifnya. Obat-obatan tersebut menurunkan
tekanan sistolik sekitar 10-15 mmHg dan tekanan darah
diastolik 6-8 mmHg (Beavers, 2008). Aturan dasar pengobatan
untuk menghindari efek samping adalah dengan memilih dosis
kecil, dan menaikkan dosis obat jika dirasa perlu (Martuti,
2009).

You might also like