You are on page 1of 17

21

PENGARUH LINGKUNGAN MAKRO


TERHADAP KINERJA USAHA
(Studi Pada Usaha Kecil Menengah Makanan Di Kota
Pekanbaru)


Tri Handayani

Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Bengkalis
Jl. Bathin Alam, Sei. Alam, Bengkalis-Riau
Kode Pos 28715 Telp. (0766) 7008877, Fax (0766) 8001000
Email : polbeng@polbeng.ac.id, atau trihandayani_85@yahoo.com

Abstract: The research was aimed to identify the effect of macro
environments on business performances of small and medium
businesses of food in Pekanbaru. The research objects were the
managers and owners of the small and medium businesses of food in
Pekanbaru. The data were collected using a questionnaire directly
distributed to respondents on the basis of data of the small and medium
businesses registered at the office of Cooperatives, Micro, small and
medium Businesses of Pekanbaru. The variables in this study were the
macro environments and business performance of small and medium
business of food in Pekanbaru. The result showed that the macro
environment, that consist of the power of politic and laws environments,
economic environments, technology environments, and social-cultural
environments have significant effect on the business performance of the
small and medium business of food in Pekanbaru.

Key words: External Environments, Macro Environments, And Business
Performances.

Abstraks: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
lingkungan makro terhadap kinerja usaha kecil dan menengah makanan
di Pekanbaru. Objek penelitian adalah manajer dan pemilik usaha kecil
dan menengah makanan di Pekanbaru. Data dikumpulkan dengan
menggunakan kuesioner yang disebarkan langsung kepada responden
berdasarkan data usaha kecil dan menengah yang terdaftar di kantor
Koperasi, Usaha Mikro, kecil dan menengah dari Pekanbaru. Variabel
dalam penelitian ini adalah lingkungan makro dan kinerja usaha kecil
dan menengah makanan di Pekanbaru. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa lingkungan makro, yang terdiri dari kekuatan lingkungan politik
dan hukum, lingkungan ekonomi, lingkungan teknologi, dan lingkungan
sosial budaya berpengaruh signifikan terhadap kinerja pada usaha kecil
dan menengah makanan di Pekanbaru.

Kata kunci: Lingkungan Eksternal, Lingkungan Makro, dan Kinerja
Usaha.

Handayani, Pengaruh Lingkungan Makro Terhadap... 22


PENDAHULUAN
Keberadaan usaha kecil dan me-
nengah (UKM) yang merupakan bagian
terbesar dalam perekonomian nasional,
merupakan indikator tingkat partisipasi
masyarakat dalam berbagai sektor ke-
giatan ekonomi. UKM selama ini ter-
bukti dapat diandalkan sebagai katup
pengaman dimasa krisis, melalui meka-
nisme penciptaan kesempatan kerja dan
nilai tambah. Peran dan fungsi strategis
ini sesungguhnya dapat ditingkatkan de-
ngan memerankan UKM sebagai salah
satu pelaku usaha komplementer bagi
pengembangan perekonomian nasional,
dan bukan subordinari dari pelaku usaha
lainnya. Keberhasilan dalam mening-
katkan kemampuan UKM berarti mem-
perkokoh bisnis perekonomian masya-
rakat. Hal ini akan membantu memper-
cepat proses pemulihan perekonomian
nasional, dan sekaligus sumber dukung-
an nyata terhadap pemerintah daerah
dalam melaksanakan otonomi pemerin-
tahan.(Sri Budi;2006)
Oleh sebab itu Usaha Kecil Me-
nengah (UKM) merupakan potensi bis-
nis yang sangat digalakkan oleh peme-
rintah. Karena semakin banyak masya-
rakat berwirausaha maka semakin baik
dan kokohnya perekonomian suatu da-
erah karena sumber daya lokal, pekerja
lokal, dan pembiayaan lokal dapat terse-
rap dan bermanfaat secara optimal.
Namun, meskipun UKM memi-
liki sejumlah kelebihan yang memung-
kinkan UKM dapat berkembang dan
bertahan dalam krisis, tetapi sejumlah
fakta juga menunjukkan bahwa tidak
semua Usaha kecil dapat bertahan dalam
menghadapi krisis ekonomi. Banyak
UKM mengalami kesulitan untuk me-
ngembalikan pinjaman akibat melon-
jaknya suku bunga lokal, selain itu ada-
nya kesulitan dalam proses produksi
akibat melonjaknya harga bahan baku
yang berasal dari impor.
Terdapat banyak faktor yang
mempengaruhi kineja Usaha perusahaan
diantaranya Lingkungan makro seperti
kebijakan pemerintah, kekuatan hukum
dan politik, perubahan teknologi. Ling-
kungan makro merupakan lingkungan
jauh yang berada diluar organisasi na-
mun menjadi pertimbangan dalam peng-
ambilan keputusan perusahaan.
Perkembangan kota Pekanbaru
dari berbagai aspek menjadikan pekan-
baru sebagai kota dengan lingkungan
bisnis yang memiliki prospek untuk
tumbuh dan kembang khususnya bagi
wirausaha (UKM). Keberadaan UKM
merupakan bagian terbesar dalam per-
ekonomian nasional, dan menjadi indi-
kator tingkat partisipasi masyarakat
dalam berbagai sektor kegiatan eko-
nomi. Hal ini menunjukkan bahwa peru-
bahan lingkungan (lingkungan eks-
ternal) yang terjadi mengakibatkan
adanya peluang ukm untuk tumbuh dan
berkembang.
Usaha Kecil Menengah (UKM)
Makanan merupakan salah satu jenis
usaha yang dapat mewakili dan cukup
prospektif dalam perkembangan kota
pekanbaru saat ini. Hal ini ditunjukkan
dengan semakin banyaknya usaha ma-
kanan yang berkembang di kota Pekan-
baru. Saat ini telah banyak muncul
pengusaha makanan dan produk makan-
an hasil olahan lokal baik makanan khas
daerah maupun makanan konsumsi ha-
rian, hal ini dapat disebabkan karena
semakin besarnya permintaan serta se-
makin meningkatnya kebutuhan masya-
rakat. Kondisi ini menyebabkan usaha
ini semakin menjanjikan diminati para
wirausaha.
Disamping cukup prospektif,
UKM makanan juga dihadapi sejumlah
tantangan berupa munculnya makanan
impor, makanan susbtitusi dan makanan
produk olahan dari daerah lain dengan
kemasan dan rasa yang bervariatif. Hal
ini dirasakan UKM makanan merupakan
23 I novbiz, Volume 1, Nomor 1, Juni 2013, hlm. 23-37



industri yang cukup rentan akan penga-
ruh lingkungan sehingga kondisi ini
menjadi tantangan bagi UKM makanan,
apakah dapat tetap eksis dan mampu
bersaing di pasar atau bahkan sebalik-
nya.
Adapun Pertumbuhan Usaha
Kecil Menengah (UKM) Makanan Kota
Pekanbaru dapat dijelaskan pada Tabel
1berikut:

Tabel 1
Pertumbuhan Usaha Kecil Menengah (UKM) Makanan
Kota Pekanbaru Tahun 2006-2010
TAHUN USAHA KECIL USAHA MENENGAH JUMLAH
2006 58 8 66
2007 60 10 70
2008 63 11 74
2009 68 11 79
2010 71 12 83
Sumber: Diolah dari Data Dinas Koperasi dan UMKM Kota Pekanbaru.

Berdasarkan Tabel 1 tersebut
menginformasikan bahwa UKM Ma-
kanan kota Pekanbaru memberikan kon-
tribusi ebesar 9% dari keseluruhan jum-
lah UKM dari berbagai sektor yang ada
di kota Pekanbaru dan perkembangan
UKM makanan Kota Pekanbaru menga-
lami peningkatan. Walaupun terjadi pe-
ningkatan setiap tahunnya namun pe-
ningkatan jumlah tersebut terjadi secara
fluktuatif. Hal ini menjadi indikasi awal
bahwa percepatan perubahan lingkung-
an yang menimbulkan ketidakpastian
lingkungan bisnis, diduga dapat berpe-
ngaruh terhadap pertubuhan Usaha Ke-
cil Menengah di Kota Pekanbaru. De-
ngan kata lain walaupun cukup pros-
pektif, berbagai macam pengaruh ling-
kungan dapat mempengaruhi usaha ini,
terlebih lagi usaha ini merupakan jenis
usaha yang terbuka dan mudah dimasu-
ki oleh kompetitor, serta dinamis akan
perubahan lingkungan. Hal ini akan
mempengaruhi para wirausaha, yaitu
bagaimana mereka menanggapi peru-
bahan lingkungan yang terjadi tersebut,
sikap atau respon para wirausaha dalam
bentuk penetapan strategi usaha akan
menentukan keber-hasilan usaha.
Rumusan masalah dalam pene-
litian ini adalah: Apakah Lingkungan
Makro berpengaruh terhadap Kinerja
Usaha pada UKM Makanan di Kota
Pekanbaru.

DASAR TEORI
Lingkungan Eksternal
Lingkungan eksternal (external
environment) adalah segala sesuatu di-
luar batasan organisasi yang mungkin
mempengaruhinya (Griffin,2003:68).
Lingkungan eksternal merupakan ling-
kungan yang berada diluar organisasi
dan perlu dianalisis untuk menentukan
kesempatan (opportunities) dan anca-
man (threat) yang akan di hadapi peru-
sahaan. Lingkungan merupakan faktor
kontekstual penting yang mempunyai
pengaruh terhadap kinerja perusahaan
(Child,1972; Hamel &Prahalad,1994).
Gordon & Narayana (1984); Otley
(1980) menyatakan bahwa Informasi
dan struktur desentralisasi merupakan
fungsi dari lingkungan, dan perlu ada-
nya kesesuaian antara ketidakpastian
Handayani, Pengaruh Lingkungan Makro Terhadap... 24


lingkungan dan desentralisasi agar dapat
meningkatkan kinerja.
Terdapat dua perspektif dalam meman-
dang konsep lingkungan, yaitu: Perta-
ma, perspektif yang memandang ling-
kungan eksternal sebagai wahana yang
menyediakan sumberdaya (resources).
Persepsi pertama berdasar pada premis
bahwa lingkungan eksternal merupakan
wahana yang menyediakan sumberdaya
yang kritikal bagi kelangsungan hidup
perusahaan (Tan& Litschert, 1994).
Perspektif ini juga mengandung makna
potensi eksternal dalam mengancam
sumberdaya internal yang dimiliki peru-
sahaan. Pemogokan, deregulasi, peru-
bahan undang-undang berpotensi meru-
sak sumberdaya internal yang dimiliki
perusahaan. (Clark et al, 1994). Kedua,
perspektif yang memandang lingkungan
eksternal sebagai sumber informasi.
Perspektif ini mengaitkan informasi de-
ngan ketidakpastian lingkungan (envi-
ronment uncertainty). Ketidakpastian
lingkungan mengacu pada kondisi ling-
kungan eksternal yang sulit diramal
perubahannya. (Clark et al, 1994).
Hal ini berhubungan dengan ke-
mampuan anggota organisasi dalam
pengambilan keputusan (decision ma-
king) (Clark et al, 1994). Poter (1980)
dalam Cantika (2006:3) mengemukakan
bahwa lingkungan eksternal dapat di-
bagi menjadi dua kategori, yaitu:
a. Lingkungan Jauh, meliputi faktor-
faktor politik, ekonomi, sosial dan
teknologi.
b. Lingkungan Industri, meliputi aspek-
aspek yang terdapat dalam konsep
strategi bersaing (Competitive Stra-
tegy) yang meliputi aspek hambatan
masuk, aspek daya tawar pemasok,
aspek daya tawar pembeli, keter-
sediaan barang subsitusi dan aspek
persaingan dalam industri.
Duncan (1972) mendefinisikan
lingkungan sebagai faktor yang berhu-
bungan dengan variabel fisik dan varia-
bel diluar organisasi yang ikut menjadi
pertimbangan pada waktu pengambilan
keputusan organisasi. Lingkungan seca-
ra konsep mempunyai dua bagian. Per-
tama adalah lingkungan langsung yaitu
lingkungan yang paling dekat dengan
organisasi, yang secara langsung ber-
dampak pada strategi. Lingkungan
langsung berkaitan dengan elemen
lingkungan dimana organisasi mempu-
nyai hubungan secara langsung. Compe-
titor, supplier dan Customer adalah
lingkungan langsung organisasi. Yang
kedua adalah lingkungan yang lebih luar
yaitu lingkungan umum, lingkungan ini
adalah lingkungan yang mempunyai pe-
ngaruh tidak langsung terhadap organi-
sasi. Lingkungan umum mencakup sek-
tor ekonomi, politik.

Lingkungan Makro
Lingkungan makro atau disebut
juga lingkungan jauh, menurut Pearce
(2000:71), Lingkungan Sosial, menurut
Wheelen, (2003: 14), dan lingkungan
makro, menurut Hitt (1998:84). Ling-
kungan sosial termasuk kekuatan umum
yang secara tidak langsung berhubungan
dengan aktivitas organisasi jangka pen-
dek tetapi dapat dan sering mempe-
ngaruhi keputusan jangka panjang.
Lingkungan sosial yang dimaksud yaitu
(Wheelen, 2003: 14):
1. Kekuatan Ekonomi
2. Kekuatan Teknologi
3. Kekuatan hukum-politik
4. Kekuatan Sosial Budaya
Umar (2005:76) menyatakan
bah-wa Lingkungan makro perusahaan
terdiri dari faktor-faktor utama yang
pada dasarnya di luar dan terlepas dari
perusahaan. Faktor-faktor utama yang
diperhatikan adalah faktor politik, eko-
nomi, sosial, dan teknologi.
Disamping itu Griffin (2003:69)
menyatakan lingkungan ini sebagai
lingkungan umum (general environ-
ment) dari suatu organisasi yang meru-
25 I novbiz, Volume 1, Nomor 1, Juni 2013, hlm. 25-37



pakan serangkaian dari dimensi dan
kekuatan yang luas yang berada diseki-
tar organisasi yang menciptakan keselu-
ruhan konteks organisasi. Dimensi dan
kekuatan ini tidak sepenuhnya terkait
dengan organisasi tertentu lainnya.
Lingkungan umum dari sebagian besar
organisasi memiliki dimensi ekonomi,
teknologi, sosial budaya, politik-hukum,
dan internasional.
Menurut Suryana (2009:107)
Lingkungan Makro adalah lingkungan
diluar perusahaan yang dapat mempe-
ngaruhi daya hidup perusahaan secara
keseluruhan, yang meliputi:
1. Lingkungan Ekonomi
Kekuatan Ekonomi lokal, regional,
nasional dan global akan berpenga-
ruh terhadap peluang usaha. Hasil
penjualan dan biaya perusahaan ba-
nyak dipengaruhi oleh lingkungan
ekonomi. Variabel-variabel ekonomi
seperti tingkat inflasi, tingkat bunga,
dan fluktuasi mata uang asing, baik
langsung maupun tidak langsung
akan berpengaruh terhadap perusa-
haan. Inflasi atau kenaikan harga-
harga akan mempersulit para pengu-
saha dalam memproyeksikan usaha-
nya. Demikian juga kenaikan suku
bunga dan fluktuasi mata uang asing
akan menyulitkan perusahaan dalam
mengkalkulasikan keuangannya.
2. Lingkungan Teknologi
Kekuatan teknologi dan kecenderu-
ngan perubahan sangat berpengaruh
terhadap perusahaan. Perubahan tek-
nologi yang secara drastic dalam
abad terakhir ini telah memperluas
skala industri secara keseluruhan.
Teknologi baru telah menciptakan
produk-produk baru dan modifikasi
produk lainnya. Demikian juga, bi-
dang usaha jasa telah banyak di-
pengaruhi oleh kemajuan teknologi.
Kemajuan teknologi dalam mencip-
takan barang dan jasa telah mampu
memenuhi kebutuhan dan permintaan
pasar secara cepat. Oleh karena itu,
kemampuan pesaing untuk mencipta-
kan nilai tambah secara cepat melalui
perubahan teknologi harus diperhati-
kan oleh perusahaan tersebut.
3. Lingkungan Sosiopolitik
Kekuatan sosial dan politik, kecen-
derungan, dan konteksnya perlu
diperhatikan untuk menentukan sebe-
rapa jauh perubahan tersebut berpe-
ngaruh terhadap tingkah laku masya-
rakat. Dalam beberapa hal, peruba-
han kekuatan politik berpengaruh
terhadap perubahan pemerintahan,
dan secara tidak langsung berdampak
pada perubahan ekonomi. Misalnya,
adanya kekacauan politik dan kerusu-
han selalu membawa sentimen pasar.
Perubahan investasi pemerintah da-
lam bidang teknologi juga sangat
berpengaruh terhadap kondisi per-
ekonomian. Namun demikian, ling-
kungan ini akan sangat bermanfaat
apabila wirausaha pandai meman-
faatkan peluang dari lingkungan
tersebut.
4. Lingkungan Demografi
Produk barang dan jasa yang diha-
silkan sering kali dipengaruhi oleh
perubahan demografi dan gaya hi-
dup. Kelompok-kelompok masyara-
kat, gaya hidup, kebiasaan, penda-
patan, dan struktur masyarakat bisa
menjadi peluang. Pada prinsipnya,
semua lingkungan diatas bisa men-
ciptakan peluang bagi wirausaha.

Kinerja Usaha
Kinerja merupakan serangkaian
kegiatan manajemen yang memberikan
gambaran sejauh mana hasil yang sudah
dicapai dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya dalam akuntabilitas
publik baik berupa keberhasilan maupun
kekurangan yang terjadi. Ivancevich
(Ranto, 2007:19)
Kinerja merupakan suatu fungsi
dari motivasi dan kemampuan. Untuk
Handayani, Pengaruh Lingkungan Makro Terhadap... 26


menyelesaikan tugas atau pekerjaan,
seseorang sepatutnya memiliki derajat
kesediaan dan tingkat kemampuan
tertentu. Kesediaan dan keterampilan
seseorang tidaklah cukup efektif untuk
mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman
yang jelas tentang apa yang akan
dikerjakan dan mengerjakannya. Kinerja
merupakan perilaku nyata yang ditam-
pilkan setiap orang sebagai prestasi
kerja yang dihasilkan oleh karyawan
sesuai dengan perannya dalam perusa-
haan (Veithzal : 2004).
Menurut Jauch dan Glueck
(1988) dalam Rahayu (2009: 45) Kiner-
ja adalah merujuk ada tingkat penca-
paian atau prestasi dari perusahaan
dalam periode waktu tertentu. Kinerja
sebuah perusahaan adalah hal yang
sangat menentukan dalam perkem-
bangan perusahaan. Tujuan perusahaan
yang terdiri dari: tetap berdiri atau eksis
(Survive), untuk meperoleh laba (Bene-
fit), dan dapat berkembang (Growth),
dapat tercapai apaila perusahaan terse-
but mempunyai performa yang baik.
Kinerja (Performance) perusahaan dapat
dilihat dari tingkat penjualan, tingkat
keuntungan, pengembalian modal,
tingkat turn over dan pangsa pasar yang
diraihnya.
Jenis kinerja dapat diklasifika-
sikan sebagai kinerja manusia, kinerja
mesin dan kinerja organisasi di mana
hasil kegiatan dilaksanakan secara
efisien dan efektif.
Dalam menilai kinerja yang
efektif dapat mempengaruhi dua hal
yaitu produktivitas dan kualitas kerja
yang dapat dinilai dengan melakukan
langkah langkah (1) mendefinisikan
pekerjaan; (2) menilai kinerja dan (3)
memberikan umpan balik, dan adanya
akuntabilitas yang jelas. Dessler (Ranto,
2007:19) Menurut Kotter dan Hesket
(Ranto, 2007:19) jenis kinerja terdiri
dari dua yaitu (1) kinerja ekonomis,
menghasilkan etos kerja yang kuat dan
berkualitas, dan (2) kinerja unggul,
menghasilkan produk unggulan.
Menurut Soeharto, Terdapat
beberapa kriteria dalam menilai suatu
Kinerja perusahaan. kriteria tersebut
meliputi kriteria finansial maupun non-
finansial. Kriteria-kriteria yang berbeda
dalam mengukur kinerja perusahaan
tersebut sebenarnya tergantung pada
pengukuran kinerja itu sendiri. Tolok
ukur bersifat unik, karena adanya
kekhususan pada setiap badan usaha,
antara lain bidang usaha, latar belakang,
status hukum, struktur permodalan,
tingkat pertumbuhan dan tingkat tek-
nologi. Perbedaan tersebut akan berpe-
ngaruh kepada perilaku badan usaha.
Dan dengan sendirinya juga berpenga-
ruh terhadap kinerja dan tolok ukur
yang digunakan (Hatmoko,2000)
Kaplan dan Norton mengusulkan
pengukuran kinerja bisnis dengan
balance scorecard. Balance scorecard
adalah metode penilaian kinerja perusa-
haan yang mengembangkan empat pers-
pektif pengukuran, yaitu perspektif
keuangan, pelanggan, proses bisnis
internal, dan proses belajar dan pertum-
buhan. Meskipun teknik pengukuran
balance scorecard meruakan cara yang
paling komprehensif, pelaksanaannya
sulit karena melibatkan banyak pihak
sehingga biayanya mahal dan makan
waktu lama (Riyanti,2003:25)
Para peneliti menganjurkan
pertumbuan penjualan (Sales growth),
pertumbuhan tenaga kerja (Employment
growth), pertumbuhan pendapatan (In-
come growth) dan pertumbuhan pangsa
pasar (Market share growth) sebagai
pengukuran kinerja perusahaan kecil
yang paling penting (Kim & Choi,
1994; Lee & Miller, 1996; Luo,1999;
Miles et al, 2000; Hadjimanolis 2000).
Hal ini juga didasarkan pada argumen-
tasi bahwa pertumbuhan adalah indika-
tor yang lebih tepat dan mudah dipero-
leh dibandingkan dengan indikator ki-
27 I novbiz, Volume 1, Nomor 1, Juni 2013, hlm. 27-37



nerja keuangan. Pendapat alternatif lain
adalah bahwa kinerja bersifat multi-
dimensional dan oleh karena itu hal ini
berguna untuk mengintegrasikan dimen-
si yang berbeda dari kinerja dalam suatu
studi empiris (Lumkin dan Dess,1996).
Adalah tepat untuk melihat kinerja
keuangan dan pertumbuhan sebagai
aspek berbeda dari kinerja, dimana
masing-masing mempunyai informasi
penting dan unik. Secara bersama-sama
pertumbuhan dan kinerja keuangan
memberikan diskripsi yang lebih kaya
mengenai kinerja aktual dari perusahaan
bila dibandingkan dengan menggunakan
pengukuran secara sendiri-sendiri.

Penelitian Terdahulu
Penelitian oleh Yurniwati (2003)
tentang pengaruh lingkungan Bisnis
Eksternal dan Perencanaan strategi
terhadap kinerja perusahaan manu-
faktur. Hasil penelitian ini menun-
jukkan Lingkungan Bisnis Eksternal
berpengaruh terhadap Kinerja peru-
sahaan, baik secara langsung maupun
melalui perencanaan strategi.
Penelitian serupa juga dilakukan oleh
Melly Rosdiana, Sri Pensin, Jenny
Imelda, Dharma T.E. Sudarsono pada
Emiten Manufaktur di Bursa Efek
Jakarta. Hasil penelitian menunjuk-
kan bahwa terdapat pengaruh antara
Lingkungan Bisnis eksternal dan
rencana strategi terhadap Kinerja
baik secara pasrial maupun secara
simultan.
Penelitian oleh Eny Ellya Nora
(2003) analisis pengaruh karakteris-
tik top manajemen, karakteristik
perusahaan, dan lingkungan terhadap
strategi inovasi dan implikasinya
pada perusahaan kecil. Hasil peneli-
tian menunjukkan lingkungan berpe-
ngaruh signifikan dan positif terha-
dap inovasi serta berpengaruh tidak
langsung terhadap kinerja perusa-
haan.
Hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Diduga Lingkungan Makro berpengaruh
terhadap Kinerja Usaha Pada Usaha
Kecil Menengah (UKM) Makanan Ko-
ta Pekanbaru.

Variabel Penelitian dan Operasio-
nalisasi Variabel
Dalam melaksanakan penelitian
ini, adapun operasional variabel dapat
dijelaskan pada Tabel 2 berikut ini:

Tabel 2
Variabel Penelitian dan Operasionalisasi Variabel
Variabel Dimensi Indikator Skala
1 2 3 4
LINGKUNGAN MAKRO
(X)








Kekuatan Politik dan
Hukum

Kekuatan Ekonomi




Kekuatan Teknologi

Stabilitas pemerintah
Kebijakan pemerintah

Turunya nilai kurs mata uang
Tingkat suku bunga
Pertumbuhan ekonomi
Distribusi pendapatan
Peningkatan pengetahuan dan
inovasi
Ordinal




Handayani, Pengaruh Lingkungan Makro Terhadap... 28





Kekuatan Sosial budaya

Kecepatan transfer teknologi
Perubahan gaya hidup
kebiasaan masyarakat
KINERJA USAHA (Y)

Pertumbuhan (growth) Pertumbuhan Penjualan
Pertumbuhan pendapatan
Pertumbuhan pangsa pasar
Rasio
Sumber : Hasil Penelitian [Diolah]
Berdasarkan tabel diatas dapat
dijelaskan bahwa Lingkungan makro
terdiri dari kekuatan ekonomi, kekuatan
teknologi, kekuatan hukum-politik dan
kekuatan sosial Budaya (Wheelen,
2000:13). Selanjutnya beberapa peneliti
menganjurkan kinerja usaha mengacu
pada pertumbuhan penjualan (Sales
growth), pertumbuhan tenaga kerja
(Employment growth), pertumbuhan
pendapatan (Income growth) dan per-
tumbuhan pangsa pasar (Market share
growth) sebagai pengukuran kinerja
perusahaan kecil yang paling penting
(Kim & Choi, 1994; Lee & Miller,
1996; Luo,1999; Miles et al, 2000;
Hadjimanolis 2000).

METODE PENELITIAN
Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wila-
yah Kota Madya Pekanbaru. Adapun
UKM yang diamati adalah UKM
Industri Makanan di Kota Pekanbaru
yang terdaftar pada Dinas Koperasi dan
Usaha Kecil Menengah Kota Pekanbaru
terhitung tahun 2006 sampai tahun
2010.

Populasi dan Sampel
Populasi yang menjadi sasaran
dalam penelitian ini adalah usaha kecil
menengah makanan yang terdaftar pada
Dinas Koperasi Dan Usaha Kecil Mene-
ngah Kota Pekanbaru. Adapun jumlah
populasi UKM makanan kota Pekanbaru
yang terdaftar pada Dinas Koperasi dan
Usaha Kecil Menengah sebanyak 83
UKM. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Usaha Kecil
Menengah (UKM) Makanan di kota
Pekanbaru, dimana berdasarkan data
yang diperoleh pada Dinas Koperasi dan
Usaha Mikro kecil dan Menengah
(UMKM) kota Pekanbaru terdapat
sebanyak 83 Usaha Kecil Menengah di
Kota Pekanbaru, dengan demikian selu-
ruh populasi menjadi objek dalam
penelitian ini.
Batasan populasi dalam peneli-
tian ini adalah UKM makanan dengan
(kriteria UKM menurut UU No.20 tahun
2008):
1. Kriteria usaha kecil adalah sebagai
berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih Rp.
50.000.000 - Rp. 500.000.000 ti-
dak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha, atau
b. Memiliki hasil penualan tahunan
Rp.300.000.000-Rp.2.500.000.000
2. Kriteria usaha menengah adalah
sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih Rp.
500.000.000 - 10.000.000.000
(tidak termasuk tanah dan bangun-
an tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan
Rp.2.500.000.000-
Rp.50.000.000.000.

Berdasarkan data yang diperoleh
pada Dinas Koperasi dan Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah (UMKM) Kota
Pekanbaru, tercatat sebanyak 83 Usaha
Kecil Menengah (UKM) Makanan.
Penelitian telah dilakukan dengan
menyebarkan angket atau kuesioner,
29 I novbiz, Volume 1, Nomor 1, Juni 2013, hlm. 29-37



dari hasil penyebaran 83 kuisioner
tersebut, kuesioner yang kembali dan
terkumpul sebanyak 52 kuesioner.
Variabel penelitian, terdiri dari
variabel lingkungan makro (X) dan vari-
abel kinerja usaha (Y) UKM Makanan
Kota Pekanbaru. Prosedur pengumpulan
data adalah data primer dan sekunder
yang penulis peroleh dengan melakukan
wawancara dan menyebarkan kuisioner
kepada responden.

Teknik analisis data
Teknik analisis data dalam pene-
litian ini adalah:
a. Uji Kualitas data dengan melakukan
uji realibilitas dan validitas terhadap
kuisioner.
b. Analisis deskriptif dilakukan untuk
mengetahui frekuensi tanggapan pe-
ngusaha atau pengelola UKM Ma-
kanan mengenai lingkungan makro
usaha dan pengaruhnya terhadap
kinerja usaha mereka. Selanjutnya
tanggapan responden tersebut diberi
skor dengan menggunakan skala
likert dan dianalisis secara deskriptif.

PEMBAHASAN
Berdasarkan data yang diperoleh
pada Dinas Koperasi dan Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah (UMKM) Kota
Pekanbaru, tercatat sebanyak 83 Usaha
Kecil Menengah (UKM) Makanan. Pe-
nelitian telah dilakukan dengan men-
yebarkan angket atau kuesioner, dari
hasil penyebaran 83 kuisioner tersebut,
kuesioner yang kembali dan terkumpul
sebanyak 52 kuesioner.
Surakhmad (1994) berpendapat
apabila ukuran populasi sebanyak ku-
rang dari 100, maka pengambilan sam-
pel sekurang-kurangnya 50% dari uku-
ran populasi. Apabila ukuran populasi
dengan atau lebih dari 1000, ukuran
sampel diharapkan sekurang-kurangnya
15% dari ukuran populasi. (Riduwan,
2010: 65). Berdasarkan teori tersebut
dapat ditarik kesimpulan bahwa jumlah
kuisioner yang kembali telah memenuhi
syarat dan penelitian ini dapat dilan-
jutkan.
Berdasarkan hasil kuisioner pe-
nelitian tersebut dapat diklasifikasi res-
ponden dalam hal jenis kelamin dan
pendidikan. Hasil klasifikasi tersebut
ditunjukkan pada tabel berikut:

1. Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian
terhadap responden, diperoleh klasifika-
si pemilik atau manajer UKM berdasar-
kan jenis kelamin sebagai berikut:

Tabel 3
Klasifikasi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Responden Prosentase
Pria 20 38,5
Wanita 32 61,5
Jumlah 52 100
Sumber: Hasil Penelitian [Diolah]
Berdasarkan tabel 3 terlihat bah-
wa pemilik usaha kecil menengah
(UKM) makanan kota pekanbaru dido-
minasi oleh wanita dengan prosentase
61,5%, sedangkan UKM makanan yang
dipimpin oleh Pria sebesar 38,5%.
Keterlibatan wanita dalam kegia-
tan ekonomi sebagai wirausaha telah
ada sejak zaman ke zaman, sejak dulu
wanita telah terjun dalam dunia perda-
gangan, misalnya wanita-wanita Solo
telah membantu ekonomi keluarga, bah-
kan sebagai tulang punggung ekonomi
Handayani, Pengaruh Lingkungan Makro Terhadap... 30


keluarga dari usaha batik yang mereka
kelola.
Hal ini dikemukakan Astri da-
lam (www.tabloitnova.com), ada 4 ala-
san perempuan cocok berbisnis, yaitu
(1) Memperkecil risiko, agar semakin
menunjang kebutuhan ekonomi sehari-
hari. (2) Multitasking, adalah bisa me-
ngerjakan banyak hal sekaligus. Misal-
nya, memasak sambil menjaga anak.
Karakteristik ini adalah kompetensi da-
sar yang dibutuhkan dalam berbisnis,
"dan ini tidak dimiliki pria," kata
Muassis. Perempuan bisa menjalankan
fungsi-fungsi dalam bisnis sekaligus
mulai dari pemasaran, penjualan, sam-
pai manajemen SDM. (3) Pengambil ke-
putusan, perempuan adalah konsumen
terbesar dari hampir semua produk yang
ada dipasaran. Jika posisinya dibalik pe-
rempuan sebagai produsen atau pebis-
nis, maka perempuan akan lebih faham
dan dapat merasakan keinginan konsu-
men sebagai representasi dari dirinya
sendiri. (4) Era Informasi, adalah ke-
mampuannya membentuk networking
dan berkomunikasi. Ini bisa ditunjukkan
lewat komunitas-komunitas yang ba-
nyak diikuti dan dibentuk perempuan.
Utamanya, diera teknologi dan infor-
masi seperti sekarang ini. Dengan naluri
berkomunikasi dan networking perem-
puan yang umumnya melebihi pria,
Muassis optimis perempuan akan lebih
sukses berbisnis dengan memanfaatkan
teknologi informasi yang berkembang
kian pesat.

2. Responden Berdasarkan
Pendidikan
Tingkat pendidikan manajer atau
pemilik usaha dapat menjadi salah satu
faktor pendukung perkembangan UKM,
karena pendidikan merupakan salah sa-
tu unsur yang dapat merubah sikap dan
perilaku, meningkatkan dan mengem-
bangkan pola pikir, wawasan serta me-
mudahkan pengusaha menyerap infor-
masi yang sifatnya membawa pembaha-
ruan dan kemajuan bagi usahanya (Tam-
bunan, 2002).

Tabel 4
Klasifikasi Responden Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan Jumlah Responden Prosentase
SD 3 5,8
SLTP 9 17,3
SLTA 31 59,6
Dipl/ Sarjana 9 17,3
Jumlah 52 100
Sumber: Hasil Penelitian [Diolah]
Berdasarkan Tabel 4 diketahui
bahwa tingkat pendidikan manajer atau
pemilik UKM makanan kota Pekanbaru
mayoritas adalah SLTA sebesar 59,6%,
selanjutnya diikuti terbesar kedua ada-
lah SLTP dan Diploma/Sarjana masing-
masing sebesar 17,3% dan yang paling
sedikit adalah dengan tingkat pendi-
dikan SD sebesar 5,8%.
Hasil klasifikasi ini menun-
jukkan bahwa lulusan/ tamatan SLTA
lebih cenderung memilih untuk berwira-
usaha. Hal ini dapat disebabkan karena
persepsi sebagian masyarakat bahwa
pendidikan formal hingga SLTA dirasa-
kan sudah cukup memenuhi standar
untuk memulai suatu usaha, selain itu
juga adanya kesulitan lulusan SLTA
dalam memperoleh lapangan kerja
dibandingkan lulusan Diploma/ S1
sehingga mereka lebih memilih berwi-
31 I novbiz, Volume 1, Nomor 1, Juni 2013, hlm. 31-37



rausaha dan mengembangkan kemam-
puannya sendiri.
3. Responden Berdasarkan Umur
Klasifikasi responden berdasar-
kan umur pada penelitian ini bermaksud
untuk mengetahui tingkat umur respon-
den serta penyebaran kelompok usia
responden yang menjadi objek peneli-
tian ini, sehingga dapat dilihat pada
kelompok usia mana responden banyak
ditemukan, dan dapat ditarik kesim-
pulan bahwa pada kelompok usia terse-
but merupakan usia produktif dalam
mengembangkan dan mengelola suatu
usaha.

Tabel 5
Klasifikasi Responden Berdasarkan Umur
KELOMPOK USIA
(TAHUN)
JUMLAH
(ORANG)
PROSENTASE
(%)
20 30 4 7.7
31 40 18 34.6
41 50 16 30.8
51 60 11 21.2
61 70 2 3.8
71 80 1 1.9
TOTAL 52 100
Sumber: Hasil Penelitian [Diolah]

Dari hasil penelitian menun-
jukkan bahwa responden memiliki dis-
tribusi umur dari 20-80 tahun. Sebagian
besar responden (34,6%) berumur antara
31-40 tahun. Selanjutnya 30,8% respon-
den berusia antara 41-50 tahun, dan
21,2% responden berada pada usia
antara 51-60 tahun.
Hasil ini tampaknya mendukung
pendapat Zimmerer & Scarborough
(1998) bahwa tidak ada batasan usia
kapan seorang terjun pertama kali seba-
gai wirausaha. Orang dapat memulai
karier sebagai wirausaha kapan saja
mereka mau, karena pendorong utama
menjadi wirausaha adalah menjadi tuan
bagi diri sendiri. Bila dikaitkan dengan
perkembangan karier menurut Hurlock
(1991) maka pemilihan karier pada
masa dewasa muda masih bersifat coba-
coba, sedangkan pemilihan karier di
usia dewasa madya dilakukan karena
kemantapan pilihan pilihan terhadap
karier bersangkutan
Hasil klasifikasi ini juga menun-
jukkan bahwa tidak ada batasan usia
seseorang terjun menjadi wirausaha dan
pada usia 31-40 tahun merupakan usia
produktif dalam mengembangkan usaha,
karena pada usia ini merupakan tahap
kematangan atau kedewasaan dimana
mereka sebelumnya telah menghadapi
berbagai situasi dan kondisi usaha yang
telah terjadi sehingga mereka memiliki
kemampuan dalam menghadapi lingku-
ngan usaha yang akan datang.

Analisis Deskriptif Variabel
Penelitian
Pada penelitian ini variabel
bebas (Independen) dan variabel terikat
(Dependen) diukur dengan menggu-
nakan skala ordinal yaitu skor tertinggi
diberi nilai 5 dan skor terendah diberi
nilai 1. Responden yang menjawab Sa-
ngat sesuai kenyataan diberi nilai 5,
Sesuai kenyataan diberi nilai 4, Netral
diberi nilai 3, Kurang sesuai kenyataan
diberi nilai 2, dan Sangat kurang sesuai
kenyataan diberi nilai 1.
Untuk mengetahui secara rinci
mengenai tanggapan responden terhadap
masing-masing subvariabel dan variabel
Handayani, Pengaruh Lingkungan Makro Terhadap... 32


penelitian akan diuraikan pada tabel-
tabel berikut.

Lingkungan Makro
Variabel lingkungan makro di-
ukur berdasarkan dimensi/ sub variabel
kekuatan politik dan hukum, kekuatan
ekonomi, kekuatan teknologi serta
kekuatan sosial budaya yang meliputi
10 butir pertanyaan yang digunakan
dalam kuisioner yang telah disebarkan.
Deskripsi tanggapan responden
terhadap lingkungan makro terdiri atas
10 butir pertanyaan, dapat dilihat pada
Tabel 6 berikut:

Tabel 6
Rekapitulasi Jawaban Responden Terhadap Lingkungan Makro
Pernyataan
Alternatif Jawaban

Jumlah
Sangat
Sesuai
Keyataan
Sesuai
Kenyataan
Netral
Kurang
Sesuai
Kenyataan
Sangat
Kurang
Sesuai
Kenyataan
F % F % F % F % F % F %
Pertanyaan 1 11 21,2 24 46,2 13 25 2 3,8 2 3,8 52 100
Pertanyaan 2 12 23,1 22 42,3 13 25 4 7,7 1 1,9 52 100
Pertanyaan 3 14 26,9 22 42,3 12 23,1 3 5,8 1 1,9 52 100
Pertanyaan 4 9 17,3 15 28,8 21 40,4 6 11,5 1 1,9 52 100
Pertanyaan 5 20 38,5 23 44,2 9 17,3 0 0 0 0 52 100
Pertanyaan 6 18 34,6 24 46,2 8 15,4 2 3,8 0 0 52 100
Pertanyaan 7 15 28,8 16 30,8 15 28,8 5 9,6 1 1,9 52 100
Pertanyaan 8 7 13,5 20 38,5 15 28,8 8 15,4 2 3,8 52 100
Pertanyaan 9 18 34,6 26 50 7 13,5 1 1,9 0 0 52 100
Pertanyaan 10 18 34,6 23 44,2 10 19,2 1 1,9 0 0 52 100
Sumber: Hasil Penelitian [Diolah]
Berdasarkan Tabel 6 tersebut,
dapat dilihat bahwa pengaruh kekuatan
politik dan hukum, yaitu perubahan
situasi dan kondisi politik terhadap
UKM (Pertanyaan 1) berpengaruh cu-
kup besar, hal ini terlihat bahwa seba-
nyak 24 responden (46,2 %) menyata-
kan sesuai kenyataan, dan tanggapan
terbesar kedua sebanyak 13 responden
(25%) menyatakan netral. Selanjutnya
Kebijakan pemerintah dalam mengem-
bangkan usaha juga mempengaruhi
UKM (pertanyaan 2), hal ini terlihat dari
jawaban responden terbesar sebanyak
22 responden atau 42,3% menyatakan
sesuai kenyataan.
Pengaruh kekuatan ekonomi
yang ditunjukkan oleh pertanyaan 3-6,
yaitu: pertanyaan 3 yang menyatakan
perubahan nilai tukar rupiah terhadap
mata uang asing berpengaruh terhadap
UKM, hal ini dinyatakan responden
sesuai kenyataan dengan jumlah respon-
den sebanyak 22 responden atau sebesar
42,3%. Pertanyaan 4 yang menyatakan
perubahan tingkat suku bunga mempe-
ngaruhi UKM dinyatakan responden
dengan netral dengan jumlah responden
sebanyak 21 responden atau sebesar
40,4%. Pertanyataan 5 yang menyatakan
pertumbuhan ekonomi kota pekanbaru
mempengaruhi kemajuan UKM dinyata-
kan responden dengan sesuai kenyataan
33 I novbiz, Volume 1, Nomor 1, Juni 2013, hlm. 33-37



dengan jumlah responden sebanyak 23
responden atau sebesar 44,2%. Perta-
nyaan 6 menyatakan tingkat pendapatan
masyarakat kota Pekanbaru mempe-
ngaruhi penjualan produk UKM dinya-
takan responden dengan sesuai kenya-
taan dengan jumlah responden sebanyak
24 responden atau sebesar 46,2%.
Pengaruh kekuatan teknologi
yang ditunjukkan oleh pertanyaan 7,
yaitu proses produksi tergantung pada
teknologi dimana responden menyata-
kan Sesuai kenyataan dengan jumlah
terbanyak sebesar 16 responden atau
sebesar 30,8%. Selanjutnya pertanyaan
8, yaitu perubahan teknologi berpenga-
ruh langsung terhadap UKM, responden
menyatakan sesuai kenyataan dengan
jumlah terbanyak sebesar 20 responden
atau sebesar 38,5%.
Pengaruh kekuatan sosial buda-
ya ditunjukan dengan pertanyaan 9,
yaitu perubahan terhadap selera konsu-
men/pelanggan dapat mempengaruhi
penjualan produk UKM, responden
menyatakan sesuai kenyataan dengan
jumlah terbanyak 26 responden atau
sebesar 50%. Selanjutnya pertanyaan
10, yaitu pola konsumtif masyarakat
mempengaruhi penjualan produk UKM,
responden menyatakan sesuai kenyataan
dengan jumlah terbanyak 23 responden
atau sebesar 44,2%.
Berdasarkan data responden
yang ada dapat dilakukan uji deskriptif,
adapun hasil uji deskriptif terhadap
dimensi variabel atau subvaribel ling-
kungan makro dapat dilihat pada Tabel
7 berikut:

Tabel 7
Uji Deskriptif Lingkungan Makro
Item Pertanyaan N Mean Std. Deviation
Pertanyaan 1 52 3.76 .96
Pertanyaan 2 52 3.78 .97
Pertanyaan 3 52 3.86 .95
Pertanyaan 4 52 3.48 .98
Pertanyaan 5 52 4.21 .72
Pertanyaan 6 52 4.11 .80
Pertanyaan 7 52 3.75 1.04
Pertanyaan 8 52 3.42 1.03
Pertanyaan 9 52 4.17 .73
Pertanyaan 10 52 4.11 .78
Sumber : Data Olahan SPSS

Berdasarkan Tabel 7 di atas
memperlihatkan subvariabel lingkungan
makro, dimana pertanyaan 5 dengan
nilai mean yang paling tinggi (4.21),
sedangkan pertanyaan 8 dengan nilai
mean yang paling rendah (3.42). Nilai
mean digunakan pada penelitian ini
untuk menunjukkan pertanyaan mana
yang paling dominan dalam menun-
jukkan pengaruh terhadap variabel
dependent yang dapat menjadi penjelas
atau mewakili pertanyaan lain dalam
kelompok pertanyaan tersebut. Perta-
nyaan 5 dengan nilai mean yang paling
tinggi (4.21), ini berarti bahwa dari 10
butir pertanyaan lingkungan makro yang
sangat berperan dalam menujukkan
tingkat pengaruhnya terhadap kinerja
Handayani, Pengaruh Lingkungan Makro Terhadap... 34


adalah pada pertanyaan 5 dimana
pertanyaan 5 menjelaskan bahwa per-
tumbuhan ekonomi sangat mempenga-
ruhi UKM Makanan. Pertumbuhan
ekonomi kota Pekanbaru yang cukup
meningkat mengindikasikan daya beli
masyarakat yang baik sehingga hal ini
dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan UKM Makanan di kota
Pekanbaru.
Sedangkan pertanyaan 8 dengan
nilai mean yang paling rendah (3.42),
dimana pertanyaan 8 menjelaskan pe-
ngaruh langsung perubahan teknologi
terhadap UKM Makanan. Hal ini me-
nunjukkan bahwa perubahan teknologi
tidak berpengaruh langsung terhadap
kinerja UKM, mayoritas UKM yang ada
cenderung menggunakan peralatan dan
teknologi yang sederhana sehingga
apabila terjadi perubahan teknologi hal
ini tidak mempengaruhi proses produksi
UKM tersebut.
Disamping itu juga diperoleh
standar deviasi, ini mengukur seberapa
luas penyimpangan nilai data tersebut
dari nilai rata-ratanya, standar deviasi
digunakan untuk membandingkan pe-
nyebaran atau penyimpangan dua ke-
lompok data atau lebih. Apabila standar
deviasinya kecil, maka hal tersebut
menunjukkan nilai sampel dan populasi
berkumpul atau mengelompok di sekitar
nilai rata-rata hitungnya. Artinya karena
nilainya hampir sama dengan nilai rata-
rata, maka disimpulkan bahwa anggota
sampel atau populasi mempunyai kesa-
maan. Sebaliknya, apabila nilai devia-
sinya besar, maka penyebarannya dari
nilai tengah juga besar. Hal tersebut
menunjukkan adanya nilai-nilai ekstrem
baik yang tinggi maupun rendah. Stan-
dar deviasi yang besar juga menunjuk-
kan adanya perbedaan jauh diantara
anggota populasi. Oleh sebab itu, stan-
dar deviasi yang tinggi biasanya dipan-
dang kurang baik bila dibandingkan
dengan standar deviasi rendah.
Berdasarkan tabel 7 diperoleh
standar deviasi lebih kecil dari nilai
rata-ratanya, hal ini menunjukkan bah-
wa tidak terdapat nilai ekstrem atau
penyimpangan data pada subvariabel
lingkungan makro.

Kinerja Usaha
Variabel kinerja usaha diukur
berdasarkan indikator pertumbuhan
penjualan, pertumbuhan pendapatan,
dan pertumbuhan pangsa pasar yang
meliputi 3 butir pertanyaan yang digu-
nakan dalam kuisioner yang telah dise-
barkan. Adapun deskripsi tanggapan
responden terhadap Kinerja Usaha dapat
dilihat pada Tabel 8 berikut:

Tabel 8
Rekapitulasi Jawaban Responden terhadap Kinerja Usaha
Pernyataan
Alternatif Jawaban

Jumlah
Sangat
Sesuai
Keyataan
Sesuai
Kenyataan
Netral
Kurang
Sesuai
Kenyataan
Sangat
Kurang
Sesuai
Kenyataan
F % F % F % F % F % F %
Pertanyaan 1 6 11,5 21 40,4 18 34,6 6 11,5 1 1,9 52 100
Pertanyaan 2 2 3,8 22 42,3 20 38,5 7 13,5 1 1,9 52 100
Pertanyaan 3 8 15,4 23 44,2 14 26,9 6 11,5 1 1,9 52 100
Sumber: Hasil Penelitian [Diolah]



35 I novbiz, Volume 1, Nomor 1, Juni 2013, hlm. 35-37



Berdasarkan tabel 8 diatas
diketahui bahwa tanggapan responden
terhadap omset penjualan usaha menga-
lami peningkatan dari waktu ke waktu
(pertanyaan 1) cukup besar, hal ini
terlihat dari jumlah terbanyak responden
(21 responden atau 40,4%) memilih
sesuai kenyataan. Selanjutnya perta-
nyaan 2 menjelaskan pendapatan usaha
mengalami peningkatan dari waktu ke
waktu, hal ini responden menyatakan
sesuai kenyataan, dengan jumlah
terbanyak 22 responden atau sebesar
42,3%. Pertanyaan 3 menjelaskan jum-
lah pelanggan semakin bertambah dari
waktu ke waktu, hal ini ditanggapi res-
ponden dengan sesuai kenyataan, de-
ngan jumlah terbanyak 23 responden
atau sebesar 44,2%.
Adapun uji deskriptif variabel
kinerja Usaha dapat dijelaskan pada
Tabel 9 berikut:

Tabel 9
Uji Deskriptif Kinerja Usaha
Item Pertanyaan N Mean Std. Deviation
Pertanyaan 1 52 3.48 .91
Pertanyaan 2 52 3.32 .83
Pertanyaan 3 52 3.59 .95
Sumber : Data Olahan SPSS
Tabel 9 memperlihatkan variabel
Kinerja Usaha, dimana Pertanyaan 3
dengan nilai mean yang paling tinggi
(3.59), sedangkan Pertanyaan 2 dengan
nilai mean yang paling rendah (3.32).
Pertanyaan 3 dengan nilai mean yang
paling tinggi (3.59), pertanyaan ini
menjelaskan jumlah pelanggan semakin
bertambah dari waktu ke waktu. Hal ini
menunjukkan bahwa pertanyaan 3
sangat berperan dalam menunjukkan
kinerja usaha UKM.
Sedangkan Pertanyaan 2 dengan
nilai mean yang paling rendah (3.32),
pertanyaan ini menjelaskan peningkatan
pendapatan setiap UKM dari kewaktu.
Hal ini menunjukkan bahwa pertanyaan
2 tidak cukup berperan dalam menun-
jukkan kinerja usaha.
Selain itu pada variabel kinerja
usaha diperoleh standar deviasi lebih
kecil dari nilai mean, semakin kecil nilai
standar deviasi maka semakin kecil
terjadi penyimpangan pada data ter-
sebut. hal ini berarti bahwa tidak ter-
dapat nilai ekstrem atau penyimpangan
data pada variabel kinerja usaha.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil rekapitulasi
jawaban responden terhadap variabel
lingkungan makro dan kinerja usaha,
menunjukkan hasil bahwa perubahan
lingkungan makro yang terjadi di kota
Pekanbaru secara langsung maupun
tidak langsung mempengaruhi kinerja
UKM Makanan kota Pekanbaru, dimana
semakin dinamis lingkungan makro
yang terjadi semakin mendorong pelaku
UKM Makanan untuk lebih jeli lagi
dalam melihat perubahan lingkungan
agar tercapai kinerja usaha baik dan
kelangsungan usaha.
Dengan demikian faktor ling-
kungan makro yang meliputi kekuatan
politik dan hukum, kekuatan ekonomi,
kekuatan teknologi serta kekuatan sosial
budaya menjadi salah satu pertimbang-
an UKM Makanan dalam menentukan
strategi usaha demi mencapai keun-
tungan yang maksimal serta kinerja
usaha yang baik.



Handayani, Pengaruh Lingkungan Makro Terhadap... 36


Saran
Pemilik atau pengelola UKM
makanan perlu memperhatikan faktor
perubahan lingkungan makro yang
terjadi khususnya perubahan ekonomi
yang terjadi di kota Pekanbaru. Per-
tumbuhan ekonomi kota Pekanbaru
yang cukup meningkat mengindikasikan
daya beli masyarakat yang baik
sehingga hal ini dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan UKM
Makanan di kota Pekanbaru. Namun
tetap memperhatikan aspek-aspek lain
yang mempengaruhi kinerja dan
kelangsungan usaha.
Pemilik atau pengelola Usaha
Kecil Menengah (UKM) perlu lebih
meningkatkan kompetensi wirausaha
agar mampu menghadapi persaingan.
Dengan kompetensi yang maksimal
diharapkan para UKM dapat mencapai
kinerja yang lebih baik lagi sehingga
dapat menjadi wirausaha yang tetap
eksis dalam kondisi lingkungan apapun.


UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih untuk semua pihak
yang membantu dalam proses
penyusunan jurnal ini, semoga berman-
faat untuk para peneliti selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Astri. Januari 2010. Empat Alasan
Perempuan Cocok Berbisnis-
wirausaha-karier,
(www.tabloidnova.com)
Basuki Ranto. 2007. Korelasi antara
Motivasi, Knowledge of
Entreprenurship dan Indepen-
densi dan The Entrepreneurs
Performance pada Kawasan
Industri Kecil, Manajemen
Usahawan Indonesia, LMFE-
UI, Jakarta.
Dwi Hatmoko, U.T, 2000. Persepsi
Pimpinan BUMN terhadap
Eugibilitas Balanced Scorecard
sebagai system penilaian
Kinerja Perusahaan, Tesis.
Program Studi Magister
Manajemen, UNDIP.
Griffin, Ricky W. 2003. Manajemen,
Edisi 7. Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Hadjimanolis, Anthanasios, Keith
Dickson. 2000. Innovation
Strategy of SMEs in Cyprus, A
Small Developing Country,
International Small Business
Journal. 18, 4,pp. 62-79
Hitt, Michael A, R. Duane Ireland and
Robert E. Hoskisson. 1997.
Manajemen Strategis: Me-
nyongsong Era Persaingan
Bebas dan Globalisasi.
Jakarta: Erlangga.
Husein Umar. 2005. Strategic Mana-
gement in Action, Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Kim, Youngbae, Y.Choi. 1994.
Strategic Types ang
Performances of Small Firms
in Korea, International Small
Business Journal, 13,1,pp.13-
25.
Lee, Jangwoo, Danny Miller. 1996.
Strategy, Environment and
Performance In Two Tecnolog-
ical Contact: Contigency
Theory in Korea, Organization
Studies, 17/5,pp.729-750.
Man, Thomas.W.Y, and Lau, Theresa.
2005. The Contect of
Entrepreneurship in Hong
Kong, Journal of small
Business and Enterprise
Development, Emerald Group
Publishing Limited, Vol.12,
No.4.
Pearce H, John A, and Richard B.
robinson, JR. 2000. Strategic
Management: Formulation,
Implementation, and Control,
International Edition, New
York: Mc.Graw-Hill.
37 I novbiz, Volume 1, Nomor 1, Juni 2013, hlm. 37-37



Sri Budi Cantika Yuli. 2006. Analisis
Perubahan Lingkungan
terhadap Kompetensi Usaha,
Humanity Journal, Vol 1,
No.2.Suryana. 2009.
Kewirausahaan: Pedoman
Praktis, Kiat dan Proses
Menuju Sukses, Jakarta:
Salemba Empat.
Studi Peran Wanita Dalam Pengem-
bangan Usaha Kecil Menengah
dan Koperasi. 2006. Jurnal
Pengkajian Koperasi dan UKM
Nomor 1 Tahun I.
Yurniwati. 2005. Pengaruh Lingkungan
Bisnis Eksternal dan Peren-
canaan Strategi terhadap Kiner-
ja Perusahaan Manufaktur,
Universitas Padjadjaran, Ban-
dung.

You might also like