You are on page 1of 2

Angka Gizi Buruk di Banten Tertinggi Ketiga Secara Nasional

Ilustrasi Gizi Buruk (sumber: Kementrian Kesehatan)


Serang - Angka penderita gizi buruk di wilayah Provinsi Banten masih tinggi dan
memprihatikan. Secara nasional angka penderita gizi buruk di Banten tertinggi ketiga setelah
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Jawa Timur.
Anak balita di Provinsi Banten yang mengalami gizi buruk mencapai 50.092 orang. Jumlah
terbanyak terdapat di Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang dan Kabupaten Serang.
Berdasarkan fakta itu, pemerintah pusat telah menetapkan Banten masuk dalam peringkat
ketiga untuk kasus gizi buruk setelah NTT dan Jawa Timur.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Banten, dari total balita yang
mengalami gizi sebanyak 50.092 orang, yang mengalami gizi kurang sebanyak 45.438 orang
dan gizi buruk 4.654 orang. Secara rinci, jumlah kurang gizi dan gizi buruk di Kabupaten
Tangerang sebanyak 10.352 (kurang gizi sebanyak 9.198 orang dan gizi buruk sebanyak
1.154 orang).
Selanjutnya, di Kota Cilegon jumlah penderita gizi buruk sebanyak 1.776 orang yang terdiri
atas kategori kurang gizi 1.599 orang dan gizi buruk 177 orang. Sementara Kabupaten Lebak
sebanyak 8. 519 orang (kurang gizi 8. 086 orang dan gizi buruk 433 orang), Kabupaten
Serang 10.713 orang (kurang gizi 10.483 orang dan gizi buruk 230 balita orang). Kota
Tangerang 10. 283 orang (kurang gizi 8.974 orang dan gizi buruk 1.309 orang).
Kabupaten Pandeglang sebanyak 3.802 orang (kurang gizi 3.246 orang dan gizi buruk 556
orang), Kota Serang sebanyak 2. 608 orang (kurang gizi 2.000 orang dan gizi buruk 608
orang), Kota Tangerang Selatan 2.039 (kurang gizi 1.852 orang dan gizi buruk 187 orang).
Pelaksana tugas (Plt) Gubernur Banten, Rano Karno mengaku tingginya jumlah balita gizi
buruk dikarenakan pemerintah kabupaten/kota kurang maksimal dalam menangani persoalan
yang ada di lapangan. Sumber angka gizi buruk di Banten ada kabupaten/kota. Jadi kembali
lagi program di kabupaten/kota, kata Rano, Selasa (3/6).
Menurut Rano, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten, hanya sebatas memberikan dorongan
agar program-program penanganan gizi buruk di kabupaten/kota agar dapat berjalan dengan
maksimal. Provinsi hanya menunjang, tidak ada intervensi langsung. Peranan kita di sini
mendukung anggaran saja, nanti kita dorong lagi, ujarnya.
Rano sendiri hingga saat ini belum mengetahui pasti perkembangan terakhir mengenai
penanganan gizi buruk tersebut, namun Rano mengklaim bahwa dorongan anggaran ke
kabupaten/kota telah dilakukan secara maksimal dan optimal. Dukungan kita sudah sangat
besar, dan memang perlu dilakukan monitoring dan evaluasi, katanya,.
Pihaknya berjanji pada tahun 2014 ini, dorongan dan dukungan Pemprov Banten kepada
kabupaten/kota untuk menekan angka gizi buruk ditingkatkan lagi. Tanggal 4 Juni 2014
nanti, Menteri Kesehatan akan datang ke Banten, dan target saya untuk gizi buruk akan
berkurang, ujarnya.
Secara terpisah Kepala Seksi (Kasi) Pengelola Program Gizi Dinas Kesehatan (Dinkes)
Banten, Andi Suhardi, menjelaskan gizi buruk yang terjadi disebabkan oleh beberapa faktor
seperti, kurangnya akses untuk pangan bergizi, kurangnya pelayanan kesehatan untuk ibu dan
anak, termasuk ibu dalam menyiapkan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI), dan
kurangnya akses terhadap sarana kesehatan sanitasi dan penyediaan air bersih.
Penanganan gizi buruk perlu langkah komprehensif. Karena itu, perlu dukungan dan kerja
sama semua pihak, bukan saja oleh Dinas Kesehatan saja, akan tetapi Dinas Bina Marga dan
Tata Kerja (DBMTR) dari sisi sarana dan prasana akses menuju tempat pelayanan kesehatan,
Sumber Daya Air dan Pemukiman (DSDAP) untuk mempermudah mendapatkan air bersih,
ujarnya.

You might also like