You are on page 1of 19

0

LAPORAN KASUS
BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA















PEMBIMBING :
dr. Ahmad Mubin, Sp.U



DISUSUN OLEH :
Meilinda Vitta Sari S. Ked
NIM : 030.10.173


KEPANITERAAN KLINIK BEDAH
RUMAH SAKIT OTORITA BATAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
PERIODE 2 JUNI 8 AGUSTUS 2014
1

LEMBAR PENGESAHAN

Nama mahasiswa : Meilinda Vitta Sari, S. Ked
NIM : 030.10.173
Bagian : Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah FK Universitas Trisakti
Periode : 2 Juni 2014 8 Agustus 2014
Judul : Benigna Prostat Hiperplasia
Pembimbing : dr. Ahmad Mubin, Sp. BU

Telah diperiksa dan disahkan pada tanggal :
Sebagai salah satu syarat dalam mengikuti dan menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu
Penyakit Bedah di Rumah Sakit Otorita Batam.



Batam, Juli 2014




dr. Ahmad Mubin, Sp. BU













2

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus, atas segala
nikmat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang
berjudul Benigna Prostat Hiperplasia dengan baik dan tepat waktu.
Laporan kasus ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Kepaniteraan Ilmu Bedah
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti di Rumah Sakit Otorita Batam periode 2 Juni 2014
8 Agustus 2014. Di samping itu, laporan kasus ini ditujukan untuk menambah pengetahuan
bagi kita semua tentang benigna prostat hiperplasia.
Melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya
kepada dr. Ahmad Mubin, Sp. BU selaku pembimbing dalam penyusunan laporan kasus ini,
serta kepada dokter dokter pembimbing lain yang telah membimbing penulis selama di
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah Rumah Sakit Otorita Batam. Penuli juga mengucapkan
terimakasih kepada rekan rekan anggota Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah Rumah Sakit
Otorita Batam serta berbagai pihak yang telah memberi dukungan dan bantuan kepada
penulis.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna dan tidak luput
dari kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat berharap adanya masukan, kritik maupun
saran yang membangun. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih yang sebesar besarnya,
semoga tugas ini dapat memberikan tambahan informasi bagi kita semua.


Batam, Juli 2014
Penulis




Meilinda Vitta Sari





3

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ................................................................................ .......... 1
Kata pengantar .......................................................................................... .......... 2
Daftar isi .................................................................................................. .......... 3
BAB I Pendahuluan .................................................................................. 4
BAB II Laporan Kasus ................................................................ .......... 5
BAB III Analisis Kasus ........................................................................ 14
BAB IV Kesimpulan .......................................................................... .......... 17
Daftar Pustaka ....................................................................... ............................... 18
























4

BAB I
PENDAHULUAN

Benigna Hiperplasia Prostat (BPH) atau dalam bahasa umum dinyatakan sebagai
pembesaran prostat jinak (PPJ), merupakan suatu penyakit yang biasa terjadi. Ini dilihat dari
frekuensi terjadinya BPH di dunia, di Amerika secara umum dan di Indonesia secara
khususnya. Di dunia, diperkirakan bilangan penderita BPH adalah sebanyak 30 juta, bilangan
ini hanya pada kaum pria karena wanita tidak mempunyai kelenjar prostat, maka oleh sebab
itu, BPH terjadi hanya pada kaum pria (Emedicine, 2009). Jika dilihat secara
epidemiologinya, di dunia, dan kita jaraskan menurut usia, maka dapat dilihat kadar insidensi
BPH, pada usia 40-an, kemungkinan seseorang itu menderita penyakit ini adalah sebesar
40%, dan setelah meningkatnya usia, yakni dalam rentang usia 60 hingga 70 tahun,
persentasenya meningkat menjadi 50% dan di atas 70 tahun, persentasenya mencapai hingga
90% (A.K Abbas, 2005). Di Indonesia, penyakit pembesaran prostat jinak menjadi urutan
kedua setelah penyakit batu saluran kemih, dan jika dilihat secara umumnya, diperkirakan
hampir 50% terjadi pada pria Indonesia di atas 50 tahun. Dengan demikian usia harapan
hidup mencapai 65 tahun akan ditemukan banyaknya penderita penyakit PPJ atau BPH.
Istilah hipertrofi pada BPH sebenarnya kurang tepat karena sebenarnya yang terjadi ialah
hiperplasia dari kelenjar periuretral yang kemudia mendesak jaringan prostat yang asli ke
perifer. Berdasarkan data yang ada, gejala yang timbul pada penderita BPH berhubungan
dengan umur. Pada umur 55 tahun, 22% gejala berkaitan dengan obstruksi, yaitu susah untuk
buang air kecil. Pada umur 75 tahun, 50% laki-laki mengeluh kekuatan dan pancaran urin
berkurang. Dalam hal ini, perlu dibedakan BPH dengan kanker prostat. Kanker prostat juga
merupakan salah satu penyakit pada prostat yang lazim berlaku namun lebih ganas dibanding
dengan BPH yang hanya melibatkan pembesaran jinak pada prostat. BPH ialah pembesaran
jinak pada prostat, bukan keganasan.








5

BAB II
LAPORAN KASUS

1. Identitas Pasien

Nama : Tn. Anwar Nurfan
Umur : 63 tahun
Jenis kelamin : Laki - laki
Alamat : Kampung Harapan Swadaya
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan : -
Tanggal masuk RS : 27 Juni 2009
Ruangan : Teratai (Kamar no.5)
No. MR : 35-08-48

II. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 30 Juni 2014, pukul 07.00
WIB di bangsal Teratai kamar nomer 5 Rumah Sakit Otorita Batam.
Keluhan Utama
Tidak bisa kencing sejak 3 bulan SMRS
Keluhan Tambahan
Kencing tidak puas, terputus-putus dan menetes di akhir BAK
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien laki-laki datang ke poli bedah urologi R.S Otorita Batam dengan
keluhan tidak bisa kencing sejak 3 bulan sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Pasien
mengaku sempat pingsan karena tidak bisa kencing dan terbangun sudah berada di
IGD R.S Budi Kemuliaan dengan kondisi sudah terpasang selang pada penis. Sejak
saat itu hingga sekarang pasien terus memakai selang bila ingin kencing. Selang yang
dipakai berusaha dilepas setiap keadaan pasien sudah membaik tetapi tidak lama
setelah dilepas selang akan kembali dipasang karena tidak bisa kencing. Pasien
mengeluh beberapa jam setelah selang dilepas, setiap kencing tidak puas, terputus-
putus dan hanya menetes di akhir, rasanya seperti masih ada sisa sesudah kencing.
Pasien mengaku mengedan saat kencing dan harus menunggu lama setiap ingin
6

kencing, bila kencing pancarannya lemah. Selain itu, pasien mengaku nyeri di daerah
perut tengah bawah dan terasa kembung serta penuh. Akhirnya pasien jatuh ke dalam
kondisi tidak bisa kencing dan selang dipasang kembali. Pasien mengaku memasang
dan melepas selang berkali-kali di IGD R.S Budi Kemuliaan.
Pasien menyangkal adanya perubahan warna pada air kencingnya, tidak
pernah berwarna putih susu. Pasien mengaku 2 bulan SMRS sempat 1 kali kencing
berdarah karena selang kateter yang terpasang terlepas paksa, setelah itu tidak pernah
lagi kencing berdarah. Pasien juga tidak mengeluh adanya nyeri di daerah pinggang,
nyeri saat kencing, ataupun saat kencing mengeluarkan pasir atau batu kecil. Pasien
juga tidak pernah merasakan adanya benjolan yang keluar saat dia berdiri atau
mengangkat barang berat dan menghilang saat ia dalam posisi telentang atau
berbaring. BAB lancar, pasien merasa cukup minum kurang lebih 8 gelas/hari. Pasien
tidak mengalami gangguan makan dan tidak mengalami penurunan berat badan secara
mendadak. Tidak mengeluh adanya demam, mual, ataupun muntah.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengaku sekitar 1 tahun yang lalu sering terbangun malam hari untuk
kencing >3 kali setiap malam dan selalu merasa ingin merasa kencing serta tidak bisa
menahan pada saat ingin kencing. Riwayat darah tinggi, kencing manis, asma, riwayat
sakit jantung, riwayat sakit ginjal, alergi obat/makanan, riwayat batu disangkal oleh
pasien. Pasien juga tidak pernah mengalami trauma ataupun menjalani operasi
sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami hal serupa seperti pasien.
Riwayat darah tinggi, kencing manis, asma, riwayat sakit jantung, alergi
obat/makanan disangkal oleh pasien.
Riwayat Kebiasaan
Pasien mengaku sudah berhenti merokok sekitar 5 tahun yang lalu. Pasien
tidak meminum minuman beralkohol ataupun mengonsumsi obat-obatan dalam
jangka panjang. Pasien sering minum jamu-jamuan ramuan sendiri. Pasien sering
makan gula.
Riwayat Pengobatan
Pasien sudah berkali-kali ke R.S Budi Kemuliaan tetapi tidak ada perubahan,
dan sering memasang melepas kateter.

7

III. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Kesan sakit : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
b. Tanda vital
Tekanan darah : 140/70 mmHg
Nadi : 102 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,7
0
C
c. Status generalis
Kulit
Warna : sawo matang, pucat (-), sianosis (-), ikterik (-), ruam (-), efloresensi (-)
Turgor : baik
Suhu : teraba hangat
Kepala
Bentuk : normosefali, tidak terdapat deformitas
Rambut : rambut berwarna hitam keputihan, tipis, lurus, distribusi tidak merata, tidak
mudah dicabut
Wajah
Inspeksi : simetris, pucat (-), sianosis (-), ikterik (-), oedem (-)
Mata
Kedudukan kedua bola mata simetris
Kelopak mata : ptosis (-), oedem (-)
Konjungtiva pucat -/-
Sklera ikterik -/-
Pupil : isokor, tepi rata, diameter 5 mm, refleks cahaya langsung +/+, reflex cahaya
tidak langsung +/+
Telinga
Normotia, nyeri tarik -/-, nyeri tekan tragus -/-, meatus akustikus eksternus lapang
+/+, serumen -/-, sekret -/-, membran timpani intak +/+, perdarahan -/-
Hidung
Bentuk normal, tidak terdapat deformitas, deviasi septum (-), sekret -/-, mukosa
hiperemis -/-, perdarahan cavum nasi -/-

8

Bibir
Bentuk normal, simetris, tidak tampak kering, tidak tampak sianosis, mukosa bibir
atas bawah tidak hiperemis
Mulut
Oral hygiene baik, gigi ompong -/-, lidah tidak tampak kotor, langit-langit ormal
Tenggorokan
Tonsil T1-T1, tidak hiperemis, kripta tidak melebar, detritus -/-, lidah normal, uvula
di tengah, arcus faring simetris, mukosa faring tidak hiperemis dan tidak granuler
Leher
Trakea teraba di tengah, JVP 5+2 cmH
2
O, kelenjar getah bening tidak teraba
membesar, tiroid tidak membesar
Thoraks
Paru :
Inspeksi : normochest, dinding dada simetris baik statis dan dinamis,
tipe pernapasan abdominothorakal, retraksi sela iga (-)
Palpasi : gerakan dinding dada simetris, vocal fremitus simetris kanan
dan kiri
Perkusi : sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler +/+, R -/-, W -/-
Jantung :
Inspeksi : tidak tampak pulsasi iktus cordis
Palpasi : tidak dilakukan
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : S1 S2 normal, reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : datar, simetris, dilatasi vena (-), ikterik (-)
Auskultasi : bising usus (+) 3x/menit
Perkusi : timpani (+) di seluruh lapang abdomen, shifting dullness (-)
Palpasi :
Datar, supel, tidak terdapat nyeri tekan maupun nyeri lepas di semua regio
abdomen
Murphy sign (-), defence muskular (-), ballotemen (-)
Hepar, lien tidak teraba membesar
Undulasi (-)
9

Urogenital
Lihat status lokalis
Ekstremitas
Ekstremitas atas
Kanan : simetris, sianosis (-), oedem (-), akral hangat, deformitas (-), krepitasi (-),
nyeri (-), atrofi otot (-), sendi tidak ada kelainan, gerakan aktif
Kiri : simetris, sianosis (-), oedem (-), akral hangat, deformitas (-), krepitasi (-),
nyeri (-), atrofi otot (-), sendi tidak ada kelainan, gerakan aktif

Ektremitas bawah
Kanan : simetris, sianosis (-), oedem (-), akral hangat, deformitas (-), krepitasi (-),
nyeri (-), atrofi otot (-), sendi tidak ada kelainan, gerakan aktif
Kiri : simetris, sianosis (-), oedem (-), akral hangat, deformitas (-), krepitasi (-),
nyeri (-), atrofi otot (-), sendi tidak ada kelainan, gerakan aktif

d. Status Lokalis
Regio CVA dekstra sinistra
Inspeksi : simetris, massa (-), oedem (-), hematom (-), jejas (-)
Palpasi : massa (-), nyeri tekan -/-, ballotemant -/-
Perkusi : nyeri ketok -/-
Regio supra pubis
Inspeksi : tampak datar, tidak terlihat massa, tidak ada hematom dan
jejas
Palpasi : vesica urinaria tidak teraba membesar, nyeri tekan (-)
Regio genetalia eksterna
Penis
Inspeksi : sirkumsisi (+), oedem (-), kemerahan dan tanda-tanda radang (-),
sekret (-), OUE tidak hiperemis, terpasang kateter
Skrotum
Inspeksi : terdapat 2 testis pada skrotum, tidak ada tanda-tanda radang, oedem
(-)
Regio anal
Inspeksi : Tidak tampak massa, fissure (-), fistula (-)
10

Palpasi : Tidak terdapat kelainan, nyeri (-)
Rectal Toucher
Tonus M. Sphincter Ani baik
Ampula recti tidak kolaps, massa (-)
Mukosa recti licin
Prostat teraba membesar, simetris, konsistensi kenyal, nodul (-), nyeri (-), pool
atas masih dapat dicapai
Handscoon : feses (-), lendir (-)

IV. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Darah Lengkap
Hb 12,7 g/dl 11,0 16,5
Eritrosit 4,50 10
6
/uL 3,8 5,8
Leukosit 5,12 10
3
/uL 4 - 11
Ht 35,1 % 35,0 50,0
Trombosit 322 10
3
/uL 150 - 450
LED 36 mg/L 0 - 10
MCV 78 fL 80,0 97,9
MCH 28,2 pg 26,5 33,5
MCHC 36,2 g/dL 31,5 35,0
Gol. darah 0
Hitung Jenis Leukosit
Basofil 1 % 0 1
Eosinofil 3,1 % 0 5
Neutrofil 51 % 46 -75
Limfosit 37,9 % 17 48
Monosit 7 % 4 10
Kimia Darah
Ureum 24,2 mg/dL 10 50
Kreatinin 1,08 mg/dL 0,5 0,9

11

Elektrolit Darah
Natrium 135 meq/l 135 - 147
Kalium 3,3 meq/l 3,5 5,0
Chlor 97 meq/l 94 111
Gula Darah
GD Sewaktu 284 mg/dl 70 140
Hematologi
Bleeding Time 3 1-6 menit
Clotting Time

8 8-14 menit
Fungsi Hati
SGOT 10 0-38 U/l
SGPT 28 0-41 U/l

b. Pemeriksaan Rontgen Thoraks


















Deskripsi :
Sinus, diafragma, pleura dan cor baik
Aorta : tidak melebar
Pulmo : corakan bronkovaskuler dan hilus baik, tidak tampak kesuraman di
kedua paru
Tulang-tulang dan soft tissue baik
Kesan :
Cor dan pulmo tidak tampak kelainan
12


c. Pemeriksaan USG Abdomen


















V. Resume
Laki-laki, 63 tahun datang dengan keluhan tidak bisa kencing sejak 3 bulan sebelum
masuk rumah sakit (SMRS). Pasien mengaku sempat pingsan karena tidak bisa kencing dan
terbangun sudah berada di IGD R.S Budi Kemuliaan dengan kondisi sudah terpasang selang
pada penis. Sejak saat itu hingga sekarang pasien terus memakai selang bila ingin kencing.
Selang yang dipakai berusaha dilepas setiap keadaan pasien sudah membaik tetapi tidak lama
setelah dilepas selang akan kembali dipasang karena tidak bisa kencing. Pasien mengeluh
beberapa jam setelah selang dilepas, setiap kencing tidak puas, terputus-putus dan hanya
menetes di akhir, rasanya seperti masih ada sisa sesudah kencing. Pasien mengaku mengedan
saat kencing dan harus menunggu lama setiap ingin kencing, bila kencing pancarannya
lemah. Selain itu, pasien mengaku nyeri di daerah perut tengah bawah dan terasa kembung
serta penuh. Akhirnya pasien jatuh ke dalam kondisi tidak bisa kencing dan selang dipasang
kembali. Pasien mengaku memasang dan melepas selang berkali-kali di IGD R.S Budi
Kemuliaan. Pasien menyangkal adanya perubahan warna pada air kencingnya, tidak pernah
Deskripsi :
Volume prostat : 29,3 cc

Kesan : BPH
13

berwarna putih susu. Pasien mengaku 2 bulan SMRS sempat 1 kali kencing berdarah karena
selang kateter yang terpasang terlepas paksa, setelah itu tidak pernah lagi kencing berdarah.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan, status generalis dalam batas normal, pada status lokalis
(Rectal Toucher) didapatkan prostat teraba membesar, konsistensi kenyal, permukaan rata,
tidak nyeri, pool atas masih teraba. Pada pemeriksaan laboratorium, GDS tinggi dengan
kesan DM tipe 2. Pada pemeriksaan USG didapatkan adanya gambaran Benigna Prostat
Hiperplasia.

VI. Diagnosis Kerja
Benigna Prostat Hiperplasia
DM tipe 2

VIII. Penatalaksanaan
Nonmedikamentosa
Dirawat inap
Operatif : TURP (Transurethral resection of prostat)
Pasang kateter
Konsul kardiologi, internist, dan anestesi

Medikamentosa
IVFD RL 20 tetes/menit
Inj. Ceftriaxone 1 x 1 gr
Harnal tab 1 x 1











14

BAB III
ANALISIS KASUS

Pasien laki-laki, 63 tahun, datang dengan keluhan utama tidak bisa kencing. Keluhan
tidak bisa kencing merupakan salah satu adanya gejala obstruktif. Sebagian besar gejala
obstruktif yang sering terjadi pada pria dengan usia di atas 50 tahun biasanya disebabkan
karena Benigna Prostat Hiperplasia (BPH). Benigna prostat hiperplasia adalah pertumbuhan
berlebihan dari sel-sel prostat yang tidak ganas. Pembesaran prostat jinak akibat sel-sel
prostat memperbanyak diri melebihi kondisi normal, yang biasanya dialami laki-laki berusia
di atas 50 tahun. Hiperplasia prostat dapat menyebabkan penyempitan lumen uretra posterior
bahkan menjepit lumen sehingga urin yang dihasilkan tidak bisa disalurkan ke vesica urinaria
melewati uretra. Hal inilah yang menimbulkan keluhan tidak bisa kencing pada pasien.

Diagnosis hiperplasia prostat pada pasien dapat ditegakkan melalui :
1. Anamnesis
Dari anamnesis, keluhan pasien memenuhi gejala obstruktif dan gejala iritatif :

Gejala Obstruktif Gejala Iritatif
1. Kencing tidak puas 1. Nokturi
2. Pancaran miksi lemah 2. Frekuensi miksi meningkat
3. Kencing terputus-putus (intermitensi)
4. Harus menunggu saat kencing (hesistansi)
5. Mengejan saat berkemih (straining)
6. Kencing menetes (terminal dribbling)
7. Volume urin menurun
8. Distensi abdomen







15


Berdasarkan, International Prostat Symptom Score (IPSS) :


Jumlah skoring pada penilaian IPSS untuk pasien : 27
Berdasarkan penilaian IPSS melalui keluhan yang dirasakan, dengan skoring sejumlah
27, derajat penyakit pasien termasuk dalam golongan bergejala berat.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan colok dubur (Rectal Toucher) :
Tonus M. Sphincter Ani baik
Ampula recti tidak kolaps, massa (-)
Mukosa recti licin
Prostat teraba membesar, simetris, konsistensi kenyal, nodul (-), nyeri (-), pool
atas masih dapat dicapai
Handscoon : feses (-), lendir (-)
16

3. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan USG Transabdominal : Adanya pembesaran prostat dengan vol.
prostat 29,3 cc, dimana nilai normal prostat 20-24 cc.

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, pasien yang
bernama Tn. Anwar, usia 63 tahun, didiagnosis dengan Benigna Hiperplasia Prostat Derajat
II, dimana pada colok dubur didapatkan penonjolan prostat jelas, batas atas dapat dicapai dan
sisa volume antara urin 50-100 ml.


























17

BAB IV
KESIMPULAN

Laki-laki, 63 tahun datang dengan keluhan tidak bisa kencing sejak 3 bulan sebelum
masuk rumah sakit (SMRS). Pasien mengaku sempat pingsan karena tidak bisa kencing dan
terbangun sudah berada di IGD R.S Budi Kemuliaan dengan kondisi sudah terpasang selang
pada penis. Sejak saat itu hingga sekarang pasien terus memakai selang bila ingin kencing.
Selang yang dipakai berusaha dilepas setiap keadaan pasien sudah membaik tetapi tidak lama
setelah dilepas selang akan kembali dipasang karena tidak bisa kencing. Pasien mengeluh
beberapa jam setelah selang dilepas, setiap kencing tidak puas, terputus-putus dan hanya
menetes di akhir, rasanya seperti masih ada sisa sesudah kencing. Pasien mengaku mengedan
saat kencing dan harus menunggu lama setiap ingin kencing, bila kencing pancarannya
lemah. Selain itu, pasien mengaku nyeri di daerah perut tengah bawah dan terasa kembung
serta penuh. Akhirnya pasien jatuh ke dalam kondisi tidak bisa kencing dan selang dipasang
kembali. Pasien mengaku memasang dan melepas selang berkali-kali di IGD R.S Budi
Kemuliaan. Pasien menyangkal adanya perubahan warna pada air kencingnya, tidak pernah
berwarna putih susu. Pasien mengaku 2 bulan SMRS sempat 1 kali kencing berdarah karena
selang kateter yang terpasang terlepas paksa, setelah itu tidak pernah lagi kencing berdarah.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan, status generalis dalam batas normal, pada status
lokalis (Rectal Toucher) didapatkan prostat teraba membesar, konsistensi kenyal, permukaan
rata, tidak nyeri, pool atas masih teraba. Pada pemeriksaan laboratorium, GDS tinggi dengan
kesan DM tipe 2. Pada pemeriksaan USG didapatkan adanya gambaran Benigna Prostat
Hiperplasia Grade 2. Pasien diberikan tatalaksana untuk dirawat inap, dipasang kateter, dan
rencana TURP. Selain itu pasien juga diberikan terapi simptomatik untuk mengurangi
keluhan sulit kencing dan antibiotik untuk mengatasi infeksi. Prognosis pasien ini adah dubia
ad bonam karena terdapat beberapa penyulit seperti DM tipe 2.








18

DAFTAR PUSTAKA

1 Sabiston, David. Sabiston. Buku Ajar Ilmu Bedah. Alih bahasa : Petrus, Timan. Jakarta:
EGC, 1994.
2 Sjamsuhidajat R, De Jong W. 1997. Tumor Prostat. Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah.
Jakarta:EGC, 1997; 1058-64.
3 Kozar Rosemary A, Moore Frederick A. Schwartzs Principle of Surgery 8th Edition.
Singapore: The McGraw-Hill Companies, Inc;2005.
4 Purnomo, Basuki B. Dasar-dasar Urologi. Edisi Kedua. Jakarta: Sagung Seto.
5 Ramon P, Setiono, Rona. Buku Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran;
2002: 203-75.

You might also like