Upaya pencegahan pemberantasan penyakit di Kecamatan Ngaliyan meliputi berbagai macam penyakit yang sering menjakiti masyarakat . Dalam praktiknya pencegahan penyakit menular membutuhkan kerja sama baik itu lintas program maupun lintas sektor, untuk kerjasama lintas program , misalnya dengan promkes dan kesling, hari rabu 17 juli 2013 lalu misalnya dilakukan promkes mengenai pencegahan HIV AIDS dan juga PSN di LP Kedung Pane oleh petugas promkes dan P2M .Adapun kerjasama lintas sektor upaya pencegahan penyakit menular bekerja sama dengan Global Fun,sebuah organisasi kesehatan Internasional yang mendanai pengobatan TBC dan AIDS, selain itu P2M juga bekerja sama dengan 6 kelurahan , yaitu antara lain : a. Kel. Ngaliyan : RW. 12 RT. 83 b. Kel. Bambankerep : RW. 4 RT. 25 c. Kel. Gondoriyo : RW. 12 RT. 40 d. Kel. Beringin : RW. 12 RT. 96 e. Kel. Podorejo : RW. 10 RT. 38 f. Kel. Wates : RW. 3 RT. 23 Dari ke 6 kelurahan tersebut, upaya P2M , melakukan kerja sama dalam hal penyuluhan pencegahan diare, DBD, dll. Adapun kegiatan-kegiatan yang dimaksud , antara lain:
Posyandu (penyuluhan ttg kesga)
Penyakit Wabah (DB, Diare, PD3I)
Penylhn IMS, HIV/AIDS
Setiap bln 17 kali jam 10.00 dan 16.00
Setiap bln 4 kali / 2 kelurahan Setiap bln sekali
Kawasan Bebas Jentik
Penyluhn TB Paru -
Setiap 3 bln sekali/6 kel
Setiap bln 4 kali/2 kel
Berikut ini adalah macam-macam penyakit menular yang termasuk dalam program P2M : 1. TB. Paru 2. Kusta 3. Pelayanan Imunisasi 4. Diare 5. ISPA 6. DBD 7. HIV / AIDS
A. Upaya pencegahan TB paru antara lain: a. Pelacakan kontak penderita baru TBC BTA positif b. Pelacakan sumber penularan TBC dan epidemiologi nya untuk penanggulangan KLB c. Lihat lingkungan sekitar penderita , ex: keluarga, apakah ada yg memiliki gejala yang sama d. Melakukan pemeriksaan laboratorium e. Jika penderita mangkir dalam pemeriksaan , petugas puskesmas mendatangi rumah yang bersangkutan f. Melakukan pengawasan minum obat kepada penderita g. Melakukan penyuluhan kepada warga sekitar tentang apa itu tb dan bagaimana penularannya B. Upaya pencegahan Kusta antara lain : 1. Jangka panjang : Eradikasi kusta 2. Jangka menengah : Menurunkan angka kesakitan kusta menjadi 1 per 10.000 penduduk 3. Jangka pendek : a. Penemuan penderita sedini mungkin b. Implementasi MDT c. Pembinaan pengobatan (Caseholding) d. Mencegah cacat e. Penyuluhan kesehatan f. Pengawasan sesudah RFT C. Pelayanan Imunisasi Imunisasi yang wajib : 1. Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerine) : Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberkulosis 2. Vaksin DPT : Untuk pemberian kekebalan secara simultan terhadapdifteri, pertusis dan tetanus 3. Vaksin polio : Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomielitis 4. Vaksin campak : Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak 5. Vaksin hepatitis B : Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B
D. Upaya pencegahan Diare Pencegahan diare pada konteks puskesmas , dapat dilakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya diare, penularan diare, pembiasaan hidup bersih , selain itu juga dapat melalui sarana rehidrasi yang digolongkan menurut tempat pelayanan, yaitu di Puskesmas, disebut Pojok UpayaRehidrasi Oral (URO) atau lebih dikenal dengan nama POJOK ORALIT dan di Rumah Sakit disebut kegiatanPelatihan Diare (KPD). Pojok Oralit (Pojok URO) Pojok oralit didirikan sebagai upaya terobosanuntuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat/ibu rumah tangga, kader dan petugas kesehatan dalam tatalaksanapenderita diare.Juga merupakan sarana rujukan penderitadiare, baik yang dari kader maupunmasyarakat.Melalui pojok URO diharapkan dapatmeningkatkan kepercayaan masyarakat danpetugas terhadap tatalaksana penderita diarekhususnya dengan upaya rehidrasi oral. Fungsi Pojok Oralit : 1. Mempromosikan upaya-upaya RehidrasiOral (URO) 2. Memberi pelayanan penderita diare 3. Memberikan pelatihan kader (Posyandu)
Tempat Pojok Oralit Adalah bagian dari suatu ruangan diPuskesmas (di sudut ruangan tunggupasien) dengan 1-2 meja kecil.Seorangpetugas Puskesmas dapatmempromosikan URO kepada ibu-ibuyang sedang menunggu giliran untuk suatupemeriksaan. Bila seseorang penderitamemerlukan URO, Penderita tsb dapatduduk dikursi dibantu oleh ibu/keluarganyauntuk melarutkan dan meminum oralitselama waktu observasi 3 jam. Cara membuat Oralit 1. Cuci tangan dengan air dan sabun 2. Sediakan 1 gelas air yang telah dimasak200 cc 3. Masukkan 1 bungkus Oralit 200 cc
E. Upaya pencegahan DBD Pemberantasan vektor penyakit. Salah satu kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit di Ngaliyan adalah pemberantasan sarang nyamuk . Pemeriksaan dilakukan dengan mengumpulkan wakil warga, dan perwakilan dari instansi yang terkait, yaitu personil dari koramil, polsek, kecamatan, kelurahan dan puskesmas. Pemeriksaan dilakukan dengan melihat: 1) Tempat penampungan air : a. Bak kamar mandi / WC b. Tempayangan c. Tandon air 2) Non Tempat penampungan air a. Pecahan botol / air kemasan b. Kulkas / dispenser c. Barang bekas d. Vas bunga e. Pot bunga f. Lain-lain Selain pemeriksaan, petugas juga melakukan promosi kesehatan kepada warga tentang bahaya Demam Dengue, Demam Berdarah Dengue dan Demam Syok Syndrome serta penanggulangan penyakit penyakit tersebut. Penyuluhan Penanggulangan yang diberikan merupakan program 3M yaitu Menguras, Menguburdan Menutup. Selain penyuluhan juga diberikan bubuk abate yang berfungsi membunuh jentik nyamuk tersebut. Pada pemeriksaan jentik nyamuk yang telah dilakukan oleh mahasiswa, diketahui bahwa dari pemeriksaan tidak ditemukan hasil jentik-jentik.
F. Upaya pencegahan HIV AIDS 1. Pemutusan mata rantai penularan ims termasuk infeksi HIVmelalui : a. Pencegahan penularan melalui hubungan seksual. b. Pencegahan penularan melalui darah dan produk darah. c. Pencegahan penularan dari ibu ke anak (Perinatal) 2. Memberikan dukungan pelayanan kesehatan/sosial bagimereka yang terinfeksi HIV dan keluarganya. 3. Menyatukan semua sumber daya dan dana baik nasional dan internasional untuk kegiatan-kegiatan pencegahan danpemberantasan ims termasuk infeksi HIV/AIDS. G. Upaya penanggulangan KLB Secara praktis adalah timbulnya suatu kejadian kesakitan/kematian dan atau meningkatnya suatu kejadian/kesakitan yang bermakna secara epidemiologis padda suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu Kriteria kerja KLB : a. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada/tidak dikenal di suatu daerah. b. Adanya peningkatan kejadian kesakitan dua kali (2x) atau lebih dibandingkan dengan jumlah kesakitan/kematian yang biasa terjadi pada kurun waktu sebelumnya, tergantung dari jenis penyakitnya. c. Adanya peningkatan kejadian kesakitan atau kematian selama tiga kurun waktu berturut-turut sesuai dengan penyakitnya.
A. Penanggulangan KLB dan Wabah Penyakit Dilakukan dengan langkah langkah sebagai berikut : 1. Laporan penyakit menular dan kematian dikelompokkan per daerah (dusun dan desa). 2. Pengambilan sampel material untuk keperluan pemeriksaan laboratorium sesuai dengan penyakitnya misalnya darah,rectal swab,air,contoh makanan dan minuman,dahak dan materi lain yang sesuai (menurut kebutuhan). 3. Melacak orang yang berkontak dengan penderita (Foreward Contact Traccing),dengan cara memeriksa keluarga penderita,tetangga,orang orang yang melayat untuk mengetahui luas penularan. 4. Melacak orang orang yang berkontak dengan penderita sebelum penderita sakit (backward contac traccing)untu mencari sumber penularan. 5. Tindakan pertama untuk menekan penjalaran diperlukan untuk membatasi,mencegah dan memberantas penyebar luasan penyakit menular sesuai dengan kemampuan,sampai diterimannya intruksi Dinkes/Kandepkes atau datangnya tim gerak cepat yang ditugasi untuk keperluan tersebut. 6. Penyuluhan kesehatan dalam penanggulangan KLB atau wabah dititik beratkan pada gerakan untuk menanggulangi penyakit misalnya : a. Gerakan Pemberantasan sarang nyamuk b. Gerakan Kebersihan Lingkungan c. Gerakan Imunisasi masal d. Gerakan Penemuan penderita demam (Mass Fever Survey) Secara praktis ada beberapa unsur yang dapat dipergunakan dalam kegiatan surveilans epidemiologi di puskesmas, dan unsur tersebut dipilih karena sudah tersedianya data serta adanya kemampuan puskesmas untuk melaksanakannya. Adapun unsur-unsur tersebut ialah:
1. Data kesakitan dapat diperoleh dari laporan bulanan data kesakitan puskesmas yang memuat hampir semua penyakit yang diderita penduduk. Diambil penyakit menular yang biasanya menimbulkan maasalah didaerah, baik karena jumlah penderitanya yang banyak maupun yang menimbulkan banyak kematian. Menurut penggolongan dalam daftar tabulasi data (DTD) penyakit- penyakit yang perlu diamati secara terus-menerus
Grafik 10 besar kunjungan puskesmas ngaliyan
(BELUM DAPAT DATA , BESOK OL SP3 DKK)
VARIABEL PENILAIAN KINERJA PUSKESMAS NGALIYAN TAHUN 2012
VARIABEL TARGET REALISAS I Bob ot Nilai total
Sasar an % Satua n n % PEMBERANTASAN PENYAKI T MENULAR
Pelayanan Imunisasi 1. BCG 640,0 95% bayi 672 105 30 31,50 2.DPT/ HB3 640,1 90% bayi 619 96,7 30 29,01 3.Campak 640,0 90% bayi 640 100 30 30,00 4.Polio 4 639,8 90% bayi 650 101, 6 30 30,48 5.DT pada murid SD / MI Kelas I 729,0 95% murid 729 100 20 20,00 6. Campak pada murid SD/ MI kls 1 729,0 95% murid 729 100 20 20,00 7. TT BIAS 1440, 0 95% murid 1440 100 20 20,00 8. TT bumil 669,2 70% bumil 443 66,2 20 13,24 9.HB0 639,8 90% bayi 643 100, 5 10 10,05 10. Tingkat kelengkapan prasarana medis 2,0 100 % persen 2 100 20 20,00 11. Tingkat kepatuhan provider terhadap SOP 2,0 100 % persen 2 100 20 20,00
Pengamatan Epidemiologi 1. Grafik mingguan penyakit potensial wabah 2,0 100 % grafik 2 100 20 20,00 2. Tindak lanjut penanggulangan KLB ( PE ) * 28,0 100 % kasus 28 100 30 30,00 3. Pemantauan Wilayah Setempat 2,0 100 % PWS 2 100 20 20,00 4. Penemuan kasus AFP 0,0 2/ 100. 000 kasus 0 100 20 0,00
Pemberantasan penyakit 1.Diare 1.1. Balita dengan diare yang ditangani 740,0 100 % balita 370 50 15 7,50 1.2. Tingkat kepatuhan provider terhadap SOP pelayanan diare 2,0 100 % petug as 2 100 10 10,00 1.3. Berfungsinya pojok oralit 2,0 2 buah 2 100 5 5,00
VARIABEL TARGET REALISAS I Bob ot Nilai total
Sasar an % Satua n n % 2. ISPA 2.1. Balita dengan pneumonia yang ditemukan/ ditangani 15 100 % balita 15 100 15 15,00 2.2.Tingkat kepatuhan provider terhadap SOP pelayanan ISPA / pneumonia 2 100 % petug as 2 100 15 15,00
3.P2B2 -. Pelaksanaan PE semua kasus DBD 42 80 kasus 42 89,2 8 60 53,57 -. Ketepatan laporan PE DBD (< 24 jam) 19 60% kasus 19 100 60 60,00 -. Pelaksanaan fogging sesuai dengan standart (< 5 hari) 1 70% kali 1 100 60 60,00 -. PE peny. Leptospirosis/suspek AI/suspek Chikungunya 0 50% kasus 0 100 40 40,00 -. Tingkat kepatuhan provider terhadap SOP DBD 1 100 % petug as 1 100 50 50,00
4.TB Paru 4.1. Angka Kesembuhan Penderita TB BTA positif 18,92 >85 % orang 14 74 20 14,80 4.2. Pengambilan & fiksasi sputum tersangka penderita TB paru 180 80% kasus 180 100 20 20,00 4.3. Penemuan kasus BTA positif pada penderita TB paru 27 70% kasus 27 100 20 20,00
4.4. Penderita baru BTA positif yang diobati dengan strategi DOTS
27
50%
orang
27
100
25
25,00 4.5. Penderita baru 19 80% orang 19 100 20 20,00 BTA positif yang konversi
4.6. Tingkat kelangsungan pengobatan TB paru
39
100 %
orang
39
100
20
20,00 4.7.Tingkat kepatuhan provider terhadap SOP pelayanan TB paru 39 100 % petug as 39 100 20 20,00
5. HIV & AIDS dan Infeksi Menular Seksual 5.1. Klien yang mendapatkan penanganan HIV-AIDS 90% orang 0 20 0,00 5.2. Kasus IMS yang diobati 2,0 100 % kasus 2 100 20 20,00 5.3. Tersangka kasus HIV/ AIDS yang ditemukan 100 % kasus 0 15 0,00 5.4. Kasus HIV yang dirujuk ke RS 100 % kasus 0 10 0,00 5.5. Tersangka kasus IMS yang ditemukan 2,0 30% kasus 2 100 20 20,00 5.6. Kasus IMS yang ditangani sesuai standar 2,0 30% kasus 2 100 20 20,00
PENCAPAIAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR ( h ) 1000 900 PROPORSI PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR 800 KINERJA PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR= h/1000 x proporsi program 720,1184
P2M untuk BAB 4 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan pembinaan dan koordinasi serta pengawasan dan pengendalian kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit. Upaya kesehatan yang dilakukan diantaranya : 1. Melaksanakan sistem kewaspadaan dini (SKD) / pengamatan penyakit. 2. Melaksanakan imunisasi. 3. Pencegahan dan pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue. 4. Pencegahan dan pemberantasan penyakit tuberculosis. 5. Pencegahan dan penanggulangan penyakit Pnemonia pada Balita. 6. Pencegahan dan penanggulangan penyakit Diare pada Balita. 7. Pencegahan dan pemberantasan Penyakit Menular Seksual (PMS) dan HIV/ AIDS. 8. Eliminasi penyakit kusta. 9. Eradikasi polio, Eliminasi Tetanus Neonnatorum dan Reduksi Campak. Puskesmas dikatakan berhasil bila cakupan indikator tersebut telah mencapai target yang telah direncanakan. Berdasarkan data terakhir yang sudah dilaporkan , terdapat 3 hal yang belum dicapai dari 3 indikator , diantaranya adalah : 1. Pencegahan dan penanggulangan penyakit diare pada balita khususnya pada balita dengan diare yang ditangani, hanya mendapat pencapaian 50% sementara target nya adalah 100% 2. Pelayanan imunisasi khususnya pada imunisasi TT pada ibu hamil yang hanya mendapat persentase 66,2 % sementara target yang harus dicapai adalah 70% 3. Pencegahan TB Paru khususnya pada angka kesembuhan TB BTA positif ,yaitu 74 % sementara target perencanaan yang diharapkan mencapai lebih dari 85%
A. Faktor Pengahambat 1. P ( BELUM DAPAT PENJELASAN DARI KIA) 2. P (BELUM DAPAT PENJELASAN DARI KIA) 3. Faktor pengambat angka kesembuhan pada TB BTA positif adalah pada akhir pengobatan yang seharusnya penderita harus memeriksakan dahak nya di laboratorium baru bisa dikatakan sembuh , para penderita TB BTA positif di Kecamatan Ngaliyan tidak memeriksakan dahaknya ke laboratorium puskesmas kembali, karena menurut mereka keadaan mereka sudah sembuh dari TB BTA positif, padahal untuk dikatakan sembuh dari TB BTA positif harus melalui pemeriksaan dahak kembali.
B. Tindak Lanjut 1. P (BELUM DAPAT PENJELASAN DARI KIA) 2. P ( BELUM DAPET PENJELASAN DARI KIA) 3. Tindak lanjut yang dilakukan untuk meningkatkan angka kesembuhan TB BTA positif adalah dengan memberi penyuluhan kepada warga tentang TB , cara penularan TB dan pentingnya berobat sampai benar-benar sembuh untuk pasien yang menderita TB BTA positif. Selain itu melakukan PMO yang lebih ketat kepada pasien TB BTA positif dan memberi pengertian kepada pasien agar berobat sampai sembuh total sehingga pasien menjadi sadar akan berobat smpai penyakitnya benar-benar sembuh, dan kemudian dapat menaikan angka kesembuhan TB BTA positif di wilayah Kecamatan Ngaliyan.