You are on page 1of 14

4.

Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit


Upaya pencegahan pemberantasan penyakit di Kecamatan Ngaliyan
meliputi berbagai macam penyakit yang sering menjakiti masyarakat .
Dalam praktiknya pencegahan penyakit menular membutuhkan kerja sama
baik itu lintas program maupun lintas sektor, untuk kerjasama lintas
program , misalnya dengan promkes dan kesling, hari rabu 17 juli 2013
lalu misalnya dilakukan promkes mengenai pencegahan HIV AIDS dan
juga PSN di LP Kedung Pane oleh petugas promkes dan P2M .Adapun
kerjasama lintas sektor upaya pencegahan penyakit menular bekerja sama
dengan Global Fun,sebuah organisasi kesehatan Internasional yang
mendanai pengobatan TBC dan AIDS, selain itu P2M juga bekerja sama
dengan 6 kelurahan , yaitu antara lain :
a. Kel. Ngaliyan : RW. 12 RT. 83
b. Kel. Bambankerep : RW. 4 RT. 25
c. Kel. Gondoriyo : RW. 12 RT. 40
d. Kel. Beringin : RW. 12 RT. 96
e. Kel. Podorejo : RW. 10 RT. 38
f. Kel. Wates : RW. 3 RT. 23
Dari ke 6 kelurahan tersebut, upaya P2M , melakukan kerja sama dalam
hal penyuluhan pencegahan diare, DBD, dll. Adapun kegiatan-kegiatan
yang dimaksud , antara lain:

Posyandu (penyuluhan ttg
kesga)

Penyakit Wabah (DB,
Diare, PD3I)

Penylhn IMS, HIV/AIDS


Setiap bln 17 kali jam 10.00 dan
16.00

Setiap bln 4 kali / 2 kelurahan
Setiap bln sekali


Kawasan Bebas Jentik




Penyluhn TB Paru
-

Setiap 3 bln sekali/6 kel


Setiap bln 4 kali/2 kel

Berikut ini adalah macam-macam penyakit menular yang termasuk dalam
program P2M :
1. TB. Paru
2. Kusta
3. Pelayanan Imunisasi
4. Diare
5. ISPA
6. DBD
7. HIV / AIDS

A. Upaya pencegahan TB paru antara lain:
a. Pelacakan kontak penderita baru TBC BTA positif
b. Pelacakan sumber penularan TBC dan epidemiologi nya untuk
penanggulangan KLB
c. Lihat lingkungan sekitar penderita , ex: keluarga, apakah ada yg
memiliki gejala yang sama
d. Melakukan pemeriksaan laboratorium
e. Jika penderita mangkir dalam pemeriksaan , petugas puskesmas
mendatangi rumah yang bersangkutan
f. Melakukan pengawasan minum obat kepada penderita
g. Melakukan penyuluhan kepada warga sekitar tentang apa itu tb dan
bagaimana penularannya
B. Upaya pencegahan Kusta antara lain :
1. Jangka panjang : Eradikasi kusta
2. Jangka menengah : Menurunkan angka kesakitan kusta menjadi 1 per 10.000
penduduk
3. Jangka pendek :
a. Penemuan penderita sedini mungkin
b. Implementasi MDT
c. Pembinaan pengobatan (Caseholding)
d. Mencegah cacat
e. Penyuluhan kesehatan
f. Pengawasan sesudah RFT
C. Pelayanan Imunisasi
Imunisasi yang wajib :
1. Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerine) : Untuk pemberian
kekebalan aktif terhadap tuberkulosis
2. Vaksin DPT : Untuk pemberian kekebalan secara simultan
terhadapdifteri, pertusis dan tetanus
3. Vaksin polio : Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomielitis
4. Vaksin campak : Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit
campak
5. Vaksin hepatitis B : Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi
yang disebabkan oleh virus hepatitis B

D. Upaya pencegahan Diare
Pencegahan diare pada konteks puskesmas , dapat dilakukan penyuluhan kepada
masyarakat tentang bahaya diare, penularan diare, pembiasaan hidup bersih , selain itu
juga dapat melalui sarana rehidrasi yang digolongkan menurut tempat pelayanan, yaitu
di Puskesmas, disebut Pojok UpayaRehidrasi Oral (URO) atau lebih dikenal dengan
nama POJOK ORALIT dan di Rumah Sakit disebut kegiatanPelatihan Diare
(KPD).
Pojok Oralit (Pojok URO)
Pojok oralit didirikan sebagai upaya terobosanuntuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat/ibu rumah tangga, kader dan
petugas kesehatan dalam tatalaksanapenderita diare.Juga merupakan
sarana rujukan penderitadiare, baik yang dari kader
maupunmasyarakat.Melalui pojok URO diharapkan dapatmeningkatkan
kepercayaan masyarakat danpetugas terhadap tatalaksana penderita
diarekhususnya dengan upaya rehidrasi oral.
Fungsi Pojok Oralit :
1. Mempromosikan upaya-upaya RehidrasiOral (URO)
2. Memberi pelayanan penderita diare
3. Memberikan pelatihan kader (Posyandu)

Tempat Pojok Oralit
Adalah bagian dari suatu ruangan diPuskesmas (di sudut ruangan
tunggupasien) dengan 1-2 meja kecil.Seorangpetugas Puskesmas
dapatmempromosikan URO kepada ibu-ibuyang sedang menunggu giliran
untuk suatupemeriksaan. Bila seseorang penderitamemerlukan URO,
Penderita tsb dapatduduk dikursi dibantu oleh ibu/keluarganyauntuk
melarutkan dan meminum oralitselama waktu observasi 3 jam.
Cara membuat Oralit
1. Cuci tangan dengan air dan sabun
2. Sediakan 1 gelas air yang telah dimasak200 cc
3. Masukkan 1 bungkus Oralit 200 cc




E. Upaya pencegahan DBD
Pemberantasan vektor penyakit. Salah satu kegiatan pencegahan dan
pemberantasan penyakit di Ngaliyan adalah pemberantasan sarang
nyamuk . Pemeriksaan dilakukan dengan mengumpulkan wakil warga, dan
perwakilan dari instansi yang terkait, yaitu personil dari koramil, polsek,
kecamatan, kelurahan dan puskesmas. Pemeriksaan dilakukan dengan
melihat:
1) Tempat penampungan air :
a. Bak kamar mandi / WC
b. Tempayangan
c. Tandon air
2) Non Tempat penampungan air
a. Pecahan botol / air kemasan
b. Kulkas / dispenser
c. Barang bekas
d. Vas bunga
e. Pot bunga
f. Lain-lain
Selain pemeriksaan, petugas juga melakukan promosi kesehatan kepada
warga tentang bahaya Demam Dengue, Demam Berdarah Dengue dan
Demam Syok Syndrome serta penanggulangan penyakit penyakit
tersebut.
Penyuluhan Penanggulangan yang diberikan merupakan program 3M
yaitu Menguras, Menguburdan Menutup. Selain penyuluhan juga
diberikan bubuk abate yang berfungsi membunuh jentik nyamuk
tersebut. Pada pemeriksaan jentik nyamuk yang telah dilakukan oleh
mahasiswa, diketahui bahwa dari pemeriksaan tidak ditemukan hasil
jentik-jentik.




F. Upaya pencegahan HIV AIDS
1. Pemutusan mata rantai penularan ims termasuk infeksi HIVmelalui :
a. Pencegahan penularan melalui hubungan
seksual.
b. Pencegahan penularan melalui darah dan
produk darah.
c. Pencegahan penularan dari ibu ke anak
(Perinatal)
2. Memberikan dukungan pelayanan kesehatan/sosial bagimereka yang
terinfeksi HIV dan keluarganya.
3. Menyatukan semua sumber daya dan dana baik nasional dan
internasional untuk kegiatan-kegiatan pencegahan danpemberantasan
ims termasuk infeksi HIV/AIDS.
G. Upaya penanggulangan KLB
Secara praktis adalah timbulnya suatu kejadian kesakitan/kematian
dan atau meningkatnya suatu kejadian/kesakitan yang bermakna secara
epidemiologis padda suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu
Kriteria kerja KLB :
a. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak
ada/tidak dikenal di suatu daerah.
b. Adanya peningkatan kejadian kesakitan dua kali (2x) atau lebih
dibandingkan dengan jumlah kesakitan/kematian yang biasa
terjadi pada kurun waktu sebelumnya, tergantung dari jenis
penyakitnya.
c. Adanya peningkatan kejadian kesakitan atau kematian selama tiga
kurun waktu berturut-turut sesuai dengan penyakitnya.



A. Penanggulangan KLB dan Wabah Penyakit
Dilakukan dengan langkah langkah sebagai berikut :
1. Laporan penyakit menular dan kematian dikelompokkan per daerah (dusun
dan desa).
2. Pengambilan sampel material untuk keperluan pemeriksaan laboratorium
sesuai dengan penyakitnya misalnya darah,rectal swab,air,contoh makanan
dan minuman,dahak dan materi lain yang sesuai (menurut kebutuhan).
3. Melacak orang yang berkontak dengan penderita (Foreward Contact
Traccing),dengan cara memeriksa keluarga penderita,tetangga,orang
orang yang melayat untuk mengetahui luas penularan.
4. Melacak orang orang yang berkontak dengan penderita sebelum
penderita sakit (backward contac traccing)untu mencari sumber penularan.
5. Tindakan pertama untuk menekan penjalaran diperlukan untuk
membatasi,mencegah dan memberantas penyebar luasan penyakit menular
sesuai dengan kemampuan,sampai diterimannya intruksi
Dinkes/Kandepkes atau datangnya tim gerak cepat yang ditugasi untuk
keperluan tersebut.
6. Penyuluhan kesehatan dalam penanggulangan KLB atau wabah dititik
beratkan pada gerakan untuk menanggulangi penyakit misalnya :
a. Gerakan Pemberantasan sarang nyamuk
b. Gerakan Kebersihan Lingkungan
c. Gerakan Imunisasi masal
d. Gerakan Penemuan penderita demam (Mass Fever Survey)
Secara praktis ada beberapa unsur yang dapat dipergunakan dalam kegiatan
surveilans epidemiologi di puskesmas, dan unsur tersebut dipilih karena sudah
tersedianya data serta adanya kemampuan puskesmas untuk melaksanakannya.
Adapun unsur-unsur tersebut ialah:


1. Data kesakitan dapat diperoleh dari laporan bulanan data kesakitan puskesmas
yang memuat hampir semua penyakit yang diderita penduduk. Diambil
penyakit menular yang biasanya menimbulkan maasalah didaerah, baik karena
jumlah penderitanya yang banyak maupun yang menimbulkan banyak
kematian. Menurut penggolongan dalam daftar tabulasi data (DTD) penyakit-
penyakit yang perlu diamati secara terus-menerus


Grafik 10 besar kunjungan puskesmas ngaliyan

(BELUM DAPAT DATA , BESOK OL SP3 DKK)

































VARIABEL PENILAIAN KINERJA PUSKESMAS NGALIYAN
TAHUN 2012

VARIABEL TARGET
REALISAS
I Bob
ot
Nilai
total


Sasar
an %
Satua
n n %
PEMBERANTASAN
PENYAKI T
MENULAR

Pelayanan Imunisasi
1. BCG 640,0 95% bayi 672 105 30 31,50
2.DPT/ HB3 640,1 90% bayi 619 96,7 30 29,01
3.Campak 640,0 90% bayi 640 100 30 30,00
4.Polio 4 639,8 90% bayi 650
101,
6 30 30,48
5.DT pada murid SD /
MI Kelas I 729,0 95% murid 729 100 20 20,00
6. Campak pada murid
SD/ MI kls 1 729,0 95% murid 729 100 20 20,00
7. TT BIAS
1440,
0 95% murid 1440 100 20 20,00
8. TT bumil 669,2 70% bumil 443 66,2 20 13,24
9.HB0 639,8 90% bayi 643
100,
5 10 10,05
10. Tingkat
kelengkapan prasarana
medis 2,0
100
% persen 2 100 20 20,00
11. Tingkat kepatuhan
provider terhadap SOP 2,0
100
% persen 2 100 20 20,00




Pengamatan
Epidemiologi
1. Grafik mingguan
penyakit potensial
wabah 2,0
100
% grafik 2 100 20 20,00
2. Tindak lanjut
penanggulangan KLB (
PE ) * 28,0
100
% kasus 28 100 30 30,00
3. Pemantauan Wilayah
Setempat 2,0
100
% PWS 2 100 20 20,00
4. Penemuan kasus AFP 0,0
2/
100.
000 kasus 0 100 20 0,00

pend
uduk 0
5. Kelengkapan laporan
:
- harian / W-1
100
% hari 0 0 10 0,00
- mingguan / W-2 52,0 90%
mingg
u 52 100 20 20,00
- bulanan/ C-1 12,0
100
% bulan 12 100 10 10,00
7. Ketepatan laporan :
- harian / W-1 352,0
100
% hari 352 100 10 10,00
- mingguan / W-2 52,0 80%
mingg
u 52 100 20 20,00
- bulanan/ C-1 12,0
100
% bulan 12 100 10 10,00

Pemberantasan
penyakit
1.Diare
1.1. Balita dengan diare
yang ditangani 740,0
100
% balita 370 50 15 7,50
1.2. Tingkat kepatuhan
provider terhadap SOP
pelayanan diare 2,0
100
%
petug
as 2 100 10 10,00
1.3. Berfungsinya pojok
oralit 2,0 2 buah 2 100 5 5,00


















VARIABEL TARGET
REALISAS
I Bob
ot
Nilai
total

Sasar
an %
Satua
n n %
2. ISPA
2.1. Balita dengan
pneumonia yang
ditemukan/ ditangani 15
100
% balita 15 100 15 15,00
2.2.Tingkat kepatuhan
provider terhadap SOP
pelayanan ISPA /
pneumonia 2
100
%
petug
as 2 100 15 15,00

3.P2B2
-. Pelaksanaan PE
semua kasus DBD 42 80 kasus 42
89,2
8 60 53,57
-. Ketepatan laporan PE
DBD (< 24 jam) 19 60% kasus 19 100 60 60,00
-. Pelaksanaan fogging
sesuai dengan standart
(< 5 hari) 1 70% kali 1 100 60 60,00
-. PE peny.
Leptospirosis/suspek
AI/suspek Chikungunya 0 50% kasus 0 100 40 40,00
-. Tingkat kepatuhan
provider terhadap SOP
DBD 1
100
%
petug
as 1 100 50 50,00

4.TB Paru
4.1. Angka
Kesembuhan Penderita
TB BTA positif 18,92
>85
% orang 14 74 20 14,80
4.2. Pengambilan &
fiksasi sputum
tersangka penderita TB
paru 180 80% kasus 180 100 20 20,00
4.3. Penemuan kasus
BTA positif pada
penderita TB paru 27 70% kasus 27 100 20 20,00



4.4. Penderita baru
BTA positif yang
diobati dengan strategi
DOTS




27




50%




orang




27




100




25




25,00
4.5. Penderita baru 19 80% orang 19 100 20 20,00
BTA positif yang
konversi

4.6. Tingkat
kelangsungan
pengobatan TB paru

39

100
%

orang

39

100

20

20,00
4.7.Tingkat kepatuhan
provider terhadap SOP
pelayanan TB paru 39
100
%
petug
as 39 100 20 20,00

5. HIV & AIDS dan
Infeksi Menular
Seksual
5.1. Klien yang
mendapatkan
penanganan HIV-AIDS 90% orang 0 20 0,00
5.2. Kasus IMS yang
diobati 2,0
100
% kasus 2 100 20 20,00
5.3. Tersangka kasus
HIV/ AIDS yang
ditemukan
100
% kasus 0 15 0,00
5.4. Kasus HIV yang
dirujuk ke RS
100
% kasus 0 10 0,00
5.5. Tersangka kasus
IMS yang ditemukan 2,0 30% kasus 2 100 20 20,00
5.6. Kasus IMS yang
ditangani sesuai standar 2,0 30% kasus 2 100 20 20,00


PENCAPAIAN
PEMBERANTASAN
PENYAKIT
MENULAR ( h ) 1000 900
PROPORSI
PEMBERANTASAN
PENYAKIT
MENULAR 800
KINERJA
PEMBERANTASAN
PENYAKIT
MENULAR= h/1000 x
proporsi program 720,1184






P2M untuk BAB 4
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit mempunyai tugas
merencanakan, melaksanakan pembinaan dan koordinasi serta pengawasan
dan pengendalian kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit. Upaya
kesehatan yang dilakukan diantaranya :
1. Melaksanakan sistem kewaspadaan dini (SKD) / pengamatan penyakit.
2. Melaksanakan imunisasi.
3. Pencegahan dan pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue.
4. Pencegahan dan pemberantasan penyakit tuberculosis.
5. Pencegahan dan penanggulangan penyakit Pnemonia pada Balita.
6. Pencegahan dan penanggulangan penyakit Diare pada Balita.
7. Pencegahan dan pemberantasan Penyakit Menular Seksual (PMS) dan
HIV/ AIDS.
8. Eliminasi penyakit kusta.
9. Eradikasi polio, Eliminasi Tetanus Neonnatorum dan Reduksi Campak.
Puskesmas dikatakan berhasil bila cakupan indikator tersebut telah mencapai
target yang telah direncanakan. Berdasarkan data terakhir yang sudah
dilaporkan , terdapat 3 hal yang belum dicapai dari 3 indikator , diantaranya
adalah :
1. Pencegahan dan penanggulangan penyakit diare pada balita khususnya
pada balita dengan diare yang ditangani, hanya mendapat pencapaian
50% sementara target nya adalah 100%
2. Pelayanan imunisasi khususnya pada imunisasi TT pada ibu hamil yang
hanya mendapat persentase 66,2 % sementara target yang harus dicapai
adalah 70%
3. Pencegahan TB Paru khususnya pada angka kesembuhan TB BTA positif
,yaitu 74 % sementara target perencanaan yang diharapkan mencapai
lebih dari 85%




A. Faktor Pengahambat
1. P ( BELUM DAPAT PENJELASAN DARI KIA)
2. P (BELUM DAPAT PENJELASAN DARI KIA)
3. Faktor pengambat angka kesembuhan pada TB BTA positif adalah pada
akhir pengobatan yang seharusnya penderita harus memeriksakan dahak
nya di laboratorium baru bisa dikatakan sembuh , para penderita TB BTA
positif di Kecamatan Ngaliyan tidak memeriksakan dahaknya ke
laboratorium puskesmas kembali, karena menurut mereka keadaan mereka
sudah sembuh dari TB BTA positif, padahal untuk dikatakan sembuh dari
TB BTA positif harus melalui pemeriksaan dahak kembali.


B. Tindak Lanjut
1. P (BELUM DAPAT PENJELASAN DARI KIA)
2. P ( BELUM DAPET PENJELASAN DARI KIA)
3. Tindak lanjut yang dilakukan untuk meningkatkan angka kesembuhan TB
BTA positif adalah dengan memberi penyuluhan kepada warga tentang TB
, cara penularan TB dan pentingnya berobat sampai benar-benar sembuh
untuk pasien yang menderita TB BTA positif. Selain itu melakukan PMO
yang lebih ketat kepada pasien TB BTA positif dan memberi pengertian
kepada pasien agar berobat sampai sembuh total sehingga pasien menjadi
sadar akan berobat smpai penyakitnya benar-benar sembuh, dan kemudian
dapat menaikan angka kesembuhan TB BTA positif di wilayah Kecamatan
Ngaliyan.

You might also like