Kolonel Laut (K) NRP.11663/P PEMERIKSAAN KEPALA Lingkar kepala periksa rutin sampai umur 2 tahun glabela/dahi( atas alis mata) protuberans oksipitalis Diameter oksipita frontal terbesar)
PEMERIKSAAN KEPALA PEMERIKSAAN KEPALA Mikrosefali (diameter < N) : Ada retardasi motorik dan mental Disgenesis/ hipoplasi otak Kraniostenosis Sindroma down Infeksi : Rubella, toxoplasma, CMV
Most common Chromosomal defects Congenital infections Fetal alcohol syndrome Hypoxic-ischemic encephalopathy Normal genetic variation Others Autosomal dominant or recessive types Dysmorphic syndromes Malnutrition Maternal phenylketonuria Normal variation Structural brain defects Universal craniosynostosis
PEMERIKSAAN KEPALA Kraniotabes Adalah pelunakan dari tulang tengkorak Tekan tengkorak di belakang/di atas telinga cukup keras teraba spt menekan bola pingpong Normal sampai usia 6 bulan Abnormal rakitis, sifilis, hidrosefalus
Cracked pot sign Ketok dg jari pd tulang tengkorak, spt pot retak Selama ubun-ubun besar terbuka normal Ubun-ubun menutup abnormal TIK meningkat
Kontrol kepala BBL 1 bulan telentang kepala dilepas jatuh ke belakang didudukkan kepala jatuh ke depan Akhir bulan 2 tengkurap kepala diangkat sebentar Bulan 3 bulan 5 posisi duduk kepala tegak
PEMERIKSAAN KEPALA HIDROSEFALUS
PEMERIKSAAN KEPALA Ubun-ubun (Fontanela) Ubun-ubun besar diameter transversal 2,5 4 cm Menutup umur : 6 bulan 3% 9 bulan 13% 1 tahun 40% 19 bulan 90% Ubun-ubun kecil teraba sampai 4 8 minggu (tdpt pd lobus occipital) Ubun-ubun besar menutup: Lambat rakitis, hidrosefalus, hipotiroid, rubella kongenital Cepat pada kraniosinostosis, osteopetrosis Keadaan Normal : ubun-ubun besar rata/ sedikit cekung Menonjol T.I.K meningkat (Tumor IK, meningitis, perdarahan IV) Cekung dehidrasi, malnutrisi
PEMERIKSAAN KEPALA Ubun-ubun (Fontanela)
PEMERIKSAAN KEPALA Ubun-ubun (Fontanela)
PEMERIKSAAN KEPALA Ubun-ubun (Fontanela)
POSTERIOR FONTANEL At birth, the average size of the posterior fontanel is 0.5 cm in white infants and 0.7 cm in black infants.The fontanel usually is completely closed by two months of age. ANTERIOR FONTANEL The key feature of a normal anterior fontanel is variation. On the first day of an infant's life, the normal fontanel ranges from 0.6 cm to 3.6 cm, with a mean of 2.1 cm.
Black infants have larger fontanels (1.4 cm to 4.7 cm).
The fontanels of full-term and preterm infants are similar in size once preterm infants reach term. The fontanel can enlarge in the first few months of life,and the median age of closure is 13.8 months. By three months of age, the anterior fontanel is closed in 1 percent of infants; by 12 months, it is closed in 38 percent; and by 24 months, it is closed in 96 percent. Anterior fontanels tend to close earlier in boys than in girls; the initial size of the fontanel is not a predictor of when it will close.
PEMERIKSAAN KEPALA Differential Diagnosis of a Bulging Fontanel
Intrauterine growth retardation (birth weight less than 2 standard deviations below mean)
PEMERIKSAAN KEPALA Rambut Warna, kelebatan, distribusi pertumbuhan rambut Pasien KKP merah jagung, kering dan mudah dicabut
Kulit kepala Caput succedaneum dan cephalhematom
Caput succedaneum cephalhematom PEMERIKSAAN KEPALA Caput succedaneum dan Cephalhematom
PEMERIKSAAN KEPALA Caput succedaneum Pembengkakan pada kulit kepala akibat adanya kumpulan cairan difus abnormal dibawah kulit kepala (scalp) pada bagian puncak kepala yang tidak berbatas tegas Terjadi karena penekanan presenting part kepala fetus terhadap dinding rahim saat persalinan. Pitting oedema, bersifat sementara dan akan diserap/menghilang cepat dalam 1 sampai 3 hari, tergantung besarnya.
PEMERIKSAAN KEPALA Cephalhematom Adalah kumpulan darah di bawah periosteum tulang tengkorak. Berbatas tegas tidak melewati sutura.. Jika lebih dari satu bagian tulang tengkorak yang terkena, maka akan terlihat jelas terpisah oleh sutura.. Pada palpasi teraba fluktuasi/non pitting. Menghilang lebih dari 3 hari sampai bermingu2.
PEMERIKSAAN KEPALA Moulding Tulang tengkorak mengalami overlapping saat persalinan ketika bagian kepala yang besar harus melewati jalan lahir yang sempit.
Diameter kepala mengecil untuk sementara waktu. Tampilan memanjang ini biasanya hilang beberapa jam setelah bayi lahir, setelah tulang kepala kembali pada posisi normalnya.
PEMERIKSAAN KEPALA Wajah Asimetri wajah : Posisi intra uterina Paralisis fasial
Pembengkakan lokal Edema, radang lokal, infeksi kelenjar (parotitis) Penyakit Caffey (hiperostosis kortikal infantil) pd bayi baru lahir, mandibula ka ki bengkak - -> hilang sendiri atau dg corticosteroid Thrombosis sinus kavernosus oedema luas dan sakit kepala Sindroma Down (wajah dismorfik) jarak kedua alis mata agak jauh, hidung ke dalam sedikit
Wajah Caffey Disease PEMERIKSAAN KEPALA Wajah Sindroma Down
PEMERIKSAAN KEPALA Wajah Sindroma Pierre-Robin (Wajah Dismorfik-Palatodigital Syndrome type)
PEMERIKSAAN KEPALA Wajah Hipertelorisme jarak antara kedua pupil membesar (normal: 3,5 5,5 cm)
PEMERIKSAAN KEPALA Mata Visus (ketajaman penglihatan) Neonatus bereaksi thd cahaya (dg senter terjadi perubahan gerak dari muka; umur 1 bulan) Umur 2 bulan : dpt mengikuti gerakan jari Umur 6 bulan : memfokus pandangan thdp obyek tertentu Anak yang lebih besar diuji dengan gambar/ tulisan
Lagofthalmus Kelopak tidak dapat menutup sempurna (kornea tidak tertutup lesi ulkus Pasien koma : pseudo lagofthalmus Hemangioma (bisa menghilang sendiri) Edema Hordeolum (infeksi, diberi antibiotik tapi tidak pd kulitnya, seperti bisul kecil, bila merambat ke dalam mata maka diberi obat mata)
Syndroma Horner PEMERIKSAAN KEPALA Lagofthalmus
Hordeolum PEMERIKSAAN KEPALA Alis Kanan dan kiri bertemu di tengah, warna mata berbeda: Waardenburg Syndrome
WS is an inherited disorder often characterized by varying degrees of hearing loss and changes in skin and hair pigmentation. The syndrome got its name from a Dutch eye doctor named Petrus Johannes Waardenburg who first noticed that people with differently colored eyes often had a hearing impairment. He went on to study over a thousand individuals in deaf families and found that some of them had certain physical characteristics in common.
One commonly observed characteristic of Waardenburg syndrome is two differently colored eyes. One eye is usually brown and the other blue. Sometimes,one eye has two different colors. Other individuals with Waardenburg syndrome may have unusually brilliant blue eyes.
People with WS may also have distinctive hair coloring, such as a patch of white hair or premature gray hair as early as age 12. Other possible physical features include a wide space between the inner corners of eyes called a broad nasal root. In addition persons with WS may have low frontal hairline and their eyebrows may connect. The levels of hearing loss associated with the syndrome can vary from moderate to profound.
PEMERIKSAAN KEPALA Sindroma Waardenburg Individuals with Waardenburg syndrome may have some or all of the traits of the syndrome. For example, a person with WS may have a white forelock, a patch of white hair near the forehead, and no hearing impairment. Others may have white patches of skin and severe hearing impairment. The severity of the hearing impairment varies among individuals with WS as do changes in the skin and hair.
On rare occasions, WS has been associated with other conditions that are present at birth, such as intestinal disorders, elevation of the shoulder blade, and disorders of the spine. A facial abnormality, known as cleft lip and/or palate, also has been associated with WS.
PEMERIKSAAN KEPALA Mata Bulu Mata Panjang lentik: normal, malnutrisi, penyakit kronik
Duktus Nasolakrimalis Hubungan mata dan hidung. Cairan yg membasahi mata akan ke hidung dan menguap bersama napas. Jadi tidak akan keluar air mata kalau tidak nangis Bila sampai umur 6 bulan masih belum terbuka (air mata keluar) dokter mata Epiphora - Penutupan ductus nasolacrimalis - Produksi air mata berlebih - Bisa ok radang, ulkus kornea, benda asing, alergi
Mata kering dehidrasi, defisiensi vit A
Konjungtiva Perdarahan subkonjungtiva: diatesis haemorrhagic, trauma, pertusis, dll Konjungtivitis : dg sekret cair, mukopurulent, purulent Ophthalmia neonatorum, GO, dll Defisiensi vit A Hemeralopi/ rabun senja Xerosis konjungtiva (kering bercak BITOT) ada garis putih yg berdiri pd konjungtiva lateral/ medial Xerosis kornea masuknya infeksi Keratomalasia ulserasi perforasi Lunaknya kornea menutup sinar yg masuk buta harus diganti kornea
Bercak Bitot Xerosis kornea The photo gives the impression of a metallic sheen involving the central area of a neovascularized leukomatous cornea. In reality, the area is a xerotic patch reflecting light in a glistening manner. Corneal xerosis with desquamated epithelium. PEMERIKSAAN KEPALA Defisiensi Vitamin A
Keratomalasia PEMERIKSAAN KEPALA Mata Sklera - Normal : putih - Pada bayi kebiruan - Bayi ikterus dg blue light bisa sembuh - Jelas biru (blue sclerae) : osteogenesis imperfecta, glaucoma, synd.Marfan - Sering ada nevus mudah dilihat pada sklera Kornea Jernih Perhatian : keratitis, ulkus, dsb Periksa Refleks kornea (R.Berkedip) - kapas yang digulung menjadi bentuk silinder halus. - Pasien menggerakkan bola mata ke lateral yaitu dengan melihat ke salah satu sisi tanpa menggerakkan kepala - Sentuhlah dengan hati-hati sisi kontralateral kornea dengan kapas. - Respon berupa kedipan mata secara cepat - Refleks negatip kerusakan pd Nervus V (Trigeminus) cabang oftalmik
Pupil Normal: - Bulat simetris, letak sentral - Diameter 3 4 mm, tidak midriasis ataupun miosis - Reflex cahaya + (cahaya dari lateral konsensual / langsung) Midriasis (dilatasi) Buta, keracunan (barbiturat, atropin), koma, acidosis, TIK meningkat Miosis (kecil): syndroma Horner, keracunan opiat, lesi otak Katarak : putih biasa pada ortu, suatu kelanjutan usia, bila tidak diambil buta. Anak-anak penyakit (katarak kongenital ) Albinisme : merah Periksa Refleks Pupil (Refleks Cahaya)
PEMERIKSAAN KEPALA Pupil Periksa Refleks Pupil (Refleks Cahaya) refleks pupil terhadap sinar - Reflek pupil langsung : mata disinari, perhatikan reaksi pupil pada mata tersebut, pupil akan mengecil. - Reflek pupil tak langsung : mata disinari, perhatikan reaksi pupil mata yang tidak disinari, pupil juga akan mengecil. - Pemeriksaan reflek pupil terhadap sinar sebaiknya dilakukan di kamar gelap. Pupil kecil (miosis) dapat terjadi karena cahaya yang terang atau pengaruh obat parasimpatomimetik, sedangkan pupil lebar (midriasis) dapat terjadi karena cahaya redup / gelap atau pengaruh obat simpatomimetik. - Karena pemeriksaan pupil sangat penting didalam neurooftalmologi - Pemeriksaan pupil dapat dilakukan dengan pen light, iluminasi fokal maupun slit lamp. - Yang perlu dinilai saat melakukan pemeriksaan pupil adalah bentuk, letak, ukuran, jumlah, warna, efek akomodasi, dan reaksi terhadap rangsangan sinar langsung dan tidak langsung. - Pupil normal berbentuk bulat, letaknya sentral, diameter normal ditempat gelap adalah 4,5 7 mm sedangkan ditempat terang 2,5 6 mm,rata-rata 3-4mm, jumlahnya satu, warna gelap, miosis saat akomodasi, dan bereaksi ketika diberi rangsang cahaya. - Jumlah pupil lebih dari satu disebut polikoria. - Ukuran pupil kedua mata sama besar disebut isokoria. - Ukuran pupil kedua mata tidak sama besar disebut anisokoria. - Ukuran pupil lebih kecil dari normal disebut miosis. - Ukuran pupil lebih besar dari normal disebut midriasis.
PEMERIKSAAN KEPALA Mata Lensa - Normal : jernih - Bila keruh : katarak (kongenital toxoplasma, rubela, herpes simplex, dll)
Bola Mata - Eksoftalmos (menonjol keluar) : hipertiroid, glaukoma, tumor retrobulbar, abses orbita - Enoftalmos (kecil/ dalam) : dehidrasi berat, malnutrisi, sindrom horner - Sun-set Sign (iris di bawah palpebra inferior) : hidrosefalus, TIK meningkat, kern icterus - Strabismus (juling) : masih normal 3 6 bulan (1 thn), sebentar hilang - Nistagmus (gerak bola mata ritmik) : cepat horizontal vertikal berputar / campuran. - Dolls eye phenomenone : refleks okulosefalik (koma); BBL sampai 10 hari masih normal
PEMERIKSAAN KEPALA Telinga Serumen Membran timpani Normal: sedikit cekung, mengkilat, refleks cahaya positif Otitis media kataral: sangat merah, refleks cahaya <, tjd abses dalam telinga (cepat kirim ke bagian THT) Otitis media sup: menonjol kemerahan, refleks cahaya menghilang Perdarahan (menonjol biru) Perforasi yang akan menyebabkan congek
Mastoid Otitis media mastoiditis : nyeri tekan + ; daun telinga terdorong terasa sakit pada retroauriculer
Pendengaran Dinilai dengan garpu tala, audiometer (pada anak besar) Neonatus : sudah ada reaksi terhadaps uara (klintingan)
PEMERIKSAAN KEPALA Pemeriksaan Telinga Inspeksi dan palpasi telinga luar 1. Usahakan pasien dalam posisi duduk (anak koperatip/agak besar) 2. Posisi pemeriksa menghadap ke sisi telinga yang dikaji 3. Atur pencahayaan dengan menggunakan auroskop, lampu kepala atau sumber cahaya lain sehingga tangan pemeriksa bebas bekerja 4. Inspeksi telinga luar terhadap posisi, warna, ukuran, bentuk, hygiene, adanya lesi/ massa dan kesimetrisan. 5. Lakukan palpasi dengan memegang telinga menggunakan jari telunjuk dan jempol. 6. Palpasi kartilago telinga luar secara simetris, yaitu dari jaringan lunak ke jaringan keras dan catat jika ada nyeri 7. Lakukan penekanan pada area tragus ke dalam dan tulang telinga di bawah daun telinga. 8. Bandingkan telinga kiri dan kanan. 9. Inspeksi lubang pendengaran eksternal dengan cara berikut: - Pada anak besar, pegang daun telinga/ heliks dan perlahan-lahan tarik daun telinga ke atas dan ke belakang sehingga lurus dan menjadi mudah diamatai. - Pada anak-anak lebih kecil, tarik daun telinga ke bawah. 1. Periksa adanya peradangan, perdarahan atau kotoran/ serumen pada lubang telinga.
Mulut Trismus (mulut sukar dibuka); tetanus, tetani, infeksi/ abses sekitar mulut, dislokasi sendi mandibula, parotitis, dll Diukur berapa besar mulut dpt dibuka : dari ujung gigi atas dan bawah Foetor ex ore (halitosis) - Bau aseton asidosis - Bau amonia - uremia Labio skisis/ bibir sumbing Mukosa : anemia (pucat), sianosis (biru) Fisura pada sudut bibir (kekurangan riboflavin dan vit B lain) Perleche : infeksi streptococcusFisura, deskuamasi, maserasi, krusta di sudut mulut Herpes simplex
PEMERIKSAAN KEPALA Mukosa Pipi Oral thrush : infeksi candida albicans ; bercak-bercak membran putih, menimbul mirip sisa susu pada selaput lendir bibir, pipi, lidah, palatum, faring (bila diangkut terjadi perdarahan) biasanya pd bayi/ anak kecil Bercak koplik : stadium prodromal campak pada mukosa pipi berhadapan geraham bawah Noma : stomatitis gangrenosa ; destruksi mukosa pipi perforasi ke kulit. (keganasan/ kwasiorkor) pipi hancur/ tembus
Lidah Bifurkasio terbelah di tengah Makroglosia: hipotiroid, sy.down, hurler, neoplasma Mikroglosia : sy. MABIUS, pioroptin (lidah >>) Kista duktus tiroglossus : pada pangkal lidah Ranula : kista retensi transparan (biru) sublingual Lidah terjulur keluar (pada retard mental) Tremor lidah : hipertiroid, demam typhoid lidah keluar ujung merah Lidah kotor (coated tongue) Geografic tongue Gloso ptosis : lidah tertarik ke belakang (syndroma pierre robin) Neonatus : keluar masuk ritmik (perdarahan otak/ edema otak) Lidah ada gambaran-gambaran pulau di tengah ada alergi
PEMERIKSAAN KEPALA Gigi geligi Bayi baru lahir, kadang-kadang ada 1 2 gigi dan mudah dicabut Mulai tanggal umur 6 thn caninus belum keluar, molar 2,3 baru keluar Umur 5 bulan 1 thn gigi susu 3 tahun lengkap 20 buah
V IV III II I I II III IV V
V IV III II I I II III IV V
Erupsi Gigi susu: 2 insisor sentral bawah 5 10 bulan 2 insisor sentral atas 8 12 bulan 2 insisor sentral atas 9 13 bulan 2 insisor sentral bawah 10 14 bulan 2 molar pertama bawah 13 16 bulan 2 molar pertama atas 13 17 bulan 4 kuspid pertama 12 22 bulan 4 molar kedua 24 30 bulan
Gigi tetap
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
Gigi susu mulai tanggal: insisor sentral bawah Gigi susu berakhir umur 12 tahun Gigi tetap (waktu erupsi): Molar pertama 6 7 tahun Insisor 7 9 tahun Premolar 9 11 tahun Kaninus 10 12 tahun Molar kedua 12 16 tahun Molar ketiga 17 25 tahun
Kelainan gigi : karies dentis
PEMERIKSAAN KEPALA Salivasi Pengeluaran saliva berlebih pada neonatus : atresia esofagus Hipersalivasi pada anak besar : gigi tumbuh, stomatitis, palsi serebral, defisiensi mental, down syndrome
Faring Infeksi, hiperemia, edema, abses di dalam Infeksi difteria: Bercak putih abu-abu yang sulit diangkat bila dipaksa mudah berdarah (pseudomembran)
Laring Stridor (suara napas inspirasi yang keras, kasar, nada sedang) Terjadi obstruksi di daerah laring/ trachea Therapy/ : corticosteroid dan antibiotik