You are on page 1of 14

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui distribusi dan hubungan antara
faktor sosial dan ekonomi, tingkat pegetahuan tentang anemia, tingkat
pengetahuan mengenai makanan sumber Fe, pola konsumsi makanan, dan
kebudayaan masyarakat terhadap anemia pada ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Kayu Tangi Banjarmasin. Sebanyak 6 orang responden dinyatakan
memenuhi syarat untuk penelitian ini, respoden terdiri atas ibu hamil dengan
anemia dan ibu hamil yang tidak anemia.
A. Analisa Univariat
1) Distribusi Responen !enurut "in#$at Penapatan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden dalam tingkat pendapatan keluarga rendah yaitu sejumlah !" responden
#$",6%&', sedangkan responden dengan tingkat pendapatan keluarga tinggi
sebanyak () responden #*+,!!&'. ,ebih jelasnya dapat dilihat pada tabel $.".
Tabel $.". -istribusi responden menurut tingkat pendapatan keluarga.
.o Pendapatan Frekuensi &
" ( ! *
". /endah #0".6(.' !" $",6%
(. Tinggi #1".6(.' () *+,!!
2umlah 6 "
Sumber: data penelitian 2014
%) Distribusi Responen !enurut "in#$at Pen#eta&uan tentan# Ane!ia
Pada penelitian ini, penilaian tingkat pengetahuan diukur dengan
mengajukan + pertanyaan. Pertanyaan mengenai pengetahuan anemia meliputi3
pengertian anemia, penyebab anemia, 4ara mengetahui anemia, dampak anemia,
gejala anemia, 4ara men4egah anemia dan 4ara mengobati anemia.
34
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan !! responden #$$&' dalam tingkat
pengetahuan tentang anemia kurang baik, dan (% responden #*$&' dalam tingkat
baik. -ata ter4antum pada tabel $.(.
Tabel $.(. -istribusi /esponden menurut Tingkat Pengetahuan tentang 5nemia
.o Pengetahuan tentang 5nemia Frekuensi &
" ( ! *
". Kurang !! $$
(. Baik (% *$
2umlah 6 "
Sumber: data penelitian 2014
') Distribusi Responen !enurut Pola (onsu!si Ma$anan
Pada penelitian ini diajukan 6 pertanyaan yang meliputi3 frekuansi makan
dalam sehari, konsumsi 6itamin 78buah, konsumsi sayuran, protein hewani, dan
protein nabati harian. Pada penelitian diketahui bahwa konsumsi makanan ibu
hamil beragam.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan *% responden #%+,!!&' memiliki
pola konsumsi kurang baik, dan "! responden #(",6%&' dengan pola konsumsi
makanan baik. -ata ter4antum pada tabel $.!.
Tabel $.!. -istribusi /esponden menurut Pola Konsumsi 9akanan
.o Pola Konsumsi Frekuensi &
" ( ! *
". Kurang *% %+,!!
(. Baik "! (",6%
2umlah 6 "
Sumber: data penelitian 2014
)) Distribusi Responen !enurut "in#$at Pen#eta&uan Men#enai Ma$anan
Su!ber *e
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan !% responden #6",6%&' dalam
tingkat pengetahuan tentang anemia kurang baik, dan (! responden #!+,!!&'
dalam tingkat baik. -ata ter4antum pada tabel $.*.
Tabel $.*. -istribusi /esponden menurut Tingkat Pengetahuan 9engenai 9akanan
Sumber Fe
35
.o Pengetahuan Sumber Fe Frekuensi &
" ( ! *
". Kurang !% 6",6%&
(. Baik (! !+,!!&
2umlah 6 "
Sumber: data penelitian 2014
+) Distribusi Responen !enurut (ebua,aan Mas,ara$at
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan (" responden #!,&' yang
memiliki kebudayaan pantangan dalam konsumsi makanan selama kehamilan
yang berhubungan dengan kejadian anemia, dan !) responden #%,&' yang
memiliki pantangan terhadap makanan tertentu yang tidak berhubungan dengan
kejadian anemia ataupun tidak ada pantangan makanan. -ata ter4antum pada tabel
$.$.
Tabel $.$. -istribusi /esponden menurut Kebudayaan 9asyarakat
.o Kebudayaan 9asyarakat Frekuensi &
" ( ! *
". 5da (" !&
(. Tidak !) %&
2umlah 6 "
Sumber: data penelitian 2014
B. Analisa Bivariat
5nalisa bi6ariat dalam penelitian ini ada $ 6ariabel yang dilakukan
penggabungan sel tabulasi silang, yaitu 6ariabel faktor sosial dan ekonomi, tingkat
pegetahuan tentang anemia, tingkat pengetahuan mengenai konsumssi makanan
sumber Fe, pola konsumsi, dan kebudayaan masyarakat terhadap anemia pada ibu
hamil di wilayah kerja Puskesmas Kayu Tangi Banjarmasin. Penggabungan sel
dilakukan supaya $ 6ariabel tersebut memenuhi syarat untuk uji statistik chi-
square.
1) Hubun#an antara "in#$at Penapatan (eluar#a en#an (e-aian Ane!ia
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa frekuensi responden
dengan tingkat pendapatan rendah dan tidak menderita anemia berjumlah "6
36
responden #$!&', sedangkan yang menderita anemia berjumlah "$ responden
#$&'. /esponden dengan tingkat pendapatan tinggi dan tidak anemia berjumlah
"* responden #*%&', sedangkan yang menderita anemia berjumlah "$ responden
#$&'.
Tabel $.6. :ubungan antara Tingkat Pendapatan dengan Kejadian 5nemia
Penapata
n (eluar#a
(e-aian ane!ia
"otal p .R
Ane!ia "ia$
ane!ia
-u!la& / -u!la& /
Rena& "$ $ "6 $! !"
01234 0152
"in##i "$ $ "* *% ()
Sumber: data penelitian 2014
:asil uji statistik dengan chi-square antara 6ariabel tingkat pendapatan
orangtua dengan kejadian anemia diperoleh p ; .%)6 #p < .$', yang artinya
tidak ada hubungan se4ara signifikan antara pendapatan dengan kejadian anemia
pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kayu Tangi Banjarmasin.
:asil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh =ayuh
#()' yang menyatakan tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat
pendapatan dengan kejadian anemia. .amun tingkat pendapatan dapat
menentukan makanan apa yang dibeli dan dikonsumsi, apabila makanan yang
dikonsumsi kurang mengandung >at besi, maka akan terjadi anemia. Pada
penelitain ini ditemukan tingkat pendapatan baik tinggi maupun rendah., makanan
yang sering dikonsumsi ibu hamil kurang ber6ariasi dalam pemilihan makanan
yang mengandung >at besi #")'.
:al ini bertentangan dengan teori yang dikemukakan oleh ?ayuk Farida,
dkk #(*' yang menyatakan bahwa perubahan pendapatan se4ara langsung dapat
mempengaruhi perubahan konsumsi pangan keluarga. 9eningkatnya pendapatan
berarti memperbesar peluang untuk membeli pangan dengan kualitas dan
37
kuantitas yang lebih baik. Sebaliknya, penurunan pendapatan akan menyebabkan
penurunan dalam hal kualitas dan kuantitas pangan yang dibeli, yang dapat
mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan tubuh akan >at gi>i, salah satunya
tidak terpenuhinya kebutuhan tubuh akan >at besi, sehingga dapat berdampak
timbulnya kejadian anemia #"%'.
Pada penelitian ini didapatkan hasil tidak ada hubungan bermakna antara
tingkat pendapatan dengan kejadian anemia. :al ini disebabkan karena walaupun
pendapatan tinggi, namun belum tentu makanan yang dikonsumsi adalah makanan
yang bergi>i dan terutama yang mengandung >at besi. Sebaliknya, bisa jadi
responden yang memiliki pendapatan rendah lebih banyak mengonsumsi makan
bergi>i dan banyak mengandung >at besi.
/esponden yang memiliki pendapatan lebih dari /p. ".6(. dinyatakan
memiliki pendapatan yang lebih baik. 9eningkatnya pendapatan berarti
memperbesar peluang untuk membeli pangan dengan kualitas dan kuantitas yang
lebih baik. Sebaliknya, penurunan pendapatan akan menyebabkan penurunan
dalam hal kualitas dan kuantitas pangan yang dibeli, yang dapat mengakibatkan
tidak terpenuhinya kebutuhan tubuh akan >at gi>i, salah satunya tidakterpenuhinya
kebutuhan tubuh akan >at besi, sehingga dapat berdampak timbulnya kejadian
anemia #('.
%) Hubun#an antara "in#$at Pen#eta&uan tentan# Ane!ia en#an (e-aian
Ane!ia.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan frekuensi respon dengan tingkat
pengetahuan tentang anemia rendah dan menderita anemia berjumlah "*
responden #*%&', sedangkan tidak menderita anemia berjumlah "! responden
#*!&'. Tingkat pengetahuan tentang anemia tinggi dan menderita anemia
38
berjumlah "6 responden #$!&', sedangkan tidak menderita anemia berjumlah "%
responden #$%&'.
Tabel $.%. :ubungan antara Tingkat Pengetahuan tentang 5nemia dengan Kejadian
5nemia
Pen#eta&uan
tentan#
Ane!ia
(e-aian ane!ia
"otal p .R
Ane!ia
"ia$
ane!ia
-u!la& / -u!la& /
(uran# "6 *% "% $% !!
0123+ 0152
Bai$ "* $! "! *! (%
Sumber: data penelitian 2014
:asil uji statistik dengan chi-square antara 6ariabel tingkat pengetahuan
tentang anemia dengan kejadian anemia diperoleh p ; ,%)$ #p < .$', yang
artinya tidak ada hubungan se4ara signifikan antara tingkat pengetahuan anemia
dengan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kayu Tangi
Banjarmasin.
Pengetahuan mengenai anemia yang baik dinilai jika nilai skoring yang
diperoleh oleh responden adalah < 6. Pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. -ari
pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
#",*'.
39
:asil penelitian ini serupa dengan penelitian oleh -ian #(%' yang
menyatakan tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang anemia
dengan kejadian anemia. :asil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh .ari 5ditian #()' yang juga menyimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan proporsi kejadian anemia antara pengetahuan yang tergolong baik dan
buruk #tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan status
anemia' #('.
Tingkat pengetahuan anemia yang tinggi tetapi tidak disertai dengan
perubahan perilaku dalam kehidupan sehari@hari, sehingga tidak akan berpengaruh
pada keadaan gi>i indi6idu tersebut merupakan faktor penyebab tidak adanya
hubungan antara tingkat pengetahuan anemia dengan kejadian anemia pada ibu
hamil di wilayah kerja Puskesmas Kayu Tangi Banjarmasin #('.
') Hubun#an antara Pola (onsu!si Ma$anan en#an (e-aian Ane!ia
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan * responden #"6&' yang mengalami
anemia memiliki pola konsumsi makanan yang baik dan ) responden #!"&' yang
tidak mengalami anemia memiliki pola konsumsi makanan yang baik, sedangkan
(6 responden #+*&' yang mengalami mengalami anemia memiliki pola konsumsi
makanan yang tergolong kurang dan (" responden #6)&' yang tidak mengalami
anemia memiliki pola konsumsi makanan yang tergolong kurang. Konsumsi
makanan yang baik dinilai jika nilai skoring yang diperoleh oleh responden
adalah 1 *.
Tabel $.+. :ubungan antara Pola Konsumsi 9akanan dengan Kejadian 5nemia
40
(onsu!si
Ma$anan
(e-aian ane!ia
"otal p .R
Ane!ia
"ia$
ane!ia
-u!la& / -u!la& /
(uran# (6 +* (" 6)
*%
0101+ %11)
Bai$ * "6 ) !"
"!
Sumber: data penelitian 2014
:asil uji statistik dengan chi-square antara 6ariabel tingkat pendapatan
orangtua dengan kejadian anemia diperoleh p ; ,"$ #p < .$', yang artinya ada
hubungan se4ara signifikan antara pola konsumsi makanan dengan kejadian
anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kayu Tangi Banjarmasin.
:asil penelitian ini sejalan dengan penelitian .ina :erlina #($' di
wilayah kerja Puskesmas Bogor yang mendapati adanya ke4endrungan bahwa
semakin kurang baik pola konsumsi maka akan semakin tinggi angka kejadian
anemia gi>i pada ibu hamil #"%'.
.amun hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian .ari 5ditian
#()' yang mendapatkan hasil tidak adanya hubungan yang bermakna antara
status anemia dengan konsumsi pangan. Se4ara umum penyebab utama defisiensi
besi adalah konsumsi >at besi yang tidak 4ukup, karena sebagian besar siswi lebih
banyak mengkonsumsi asupan karbohidrat. Keadaan ini dapat dimengerti karena
sumber karbohidrat harganya relatif lebih murah dibanding protein dan lemak.
Pola makan yang sebagian besar terdiri dari nasi dan menu yang kurang beraneka
ragam. Kurangnya konsumsi 6itamin 7 akan menghambat absorpsi >at besi dan
rendahnya bioa6ailabilitas makanan yang mengandung >at besi #"+).
41
5danya hubungan antara pola konsumsi makanan dengan kejadian anemia
dalam penelitian ini antara lain disebabkan oleh kebiasaan makan yang dibarengi
dengan makanan lain yang dapat menghambat absorbsi >at besi seperti teh yang
mangandung >at tanin. Selain itu juga terkait dengan konsumsi makanan pokok
orang Andonesia yaitu beras yang mengandung >at besi rendah dan kaya akan
phytat dimana >at ini menurunkan bioa6ailabilitas >at besi #")'.
Pangan sebagai sumber berbagai >at gi>i merupakan kebutuhan yang harus
dipenuhi setiap hari. Pangan sumber >at besi terutama >at besi heme, yang
bioa6ailabilitasnya tinggi, sangat jarang dikonsumsi oleh masyarakat di negara
berkembang, yang kebanyakan memenuhi kebutuhan besi mereka dari produk
nabati. Besi dalam makanan terdapat dalam bentuk besi heme #dalam hemoglobin
dan mioglobin makanan hewani' dan besi nonheme #dalam makanan nabati' #!'.
)) Hubun#an antara "in#$at Pen#eta&uan tentan# Ma$anan Su!ber *e
en#an (e-aian Ane!ia.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan frekuensi respon dengan tingkat
pengetahuan tentang makanan sumber fe kurang dan menderita anemia berjumlah
"+ responden #*6&', sedangkan tidak menderita anemia berjumlah ") responden
#$*&'. Tingkat pengetahuan tentang makanan sumber fe baik dan menderita
anemia berjumlah "( responden #$(&', sedangkan tidak menderita anemia
berjumlah "" responden #*+&'.
Tabel $.). :ubungan antara Tingkat Pengetahuan tentang 9akanan Sumber Fe dengan
Kejadian 5nemia
Pen#eta&uan (e-aian ane!ia "otal p .R
Ane!ia "ia$
42
tentan#
Ma$anan
ane!ia
-u!la& / -u!la& /
(uran# "+ *6 ") $* !%
013+4 0125
Bai$ "( $( "" *+ (!
Sumber: data penelitian 2014
:asil uji statistik dengan chi-square antara 6ariabel tingkat pengetahuan
tentang makanan sumber fe dengan kejadian anemia diperoleh p ; ,)$6 #p <
.$', yang artinya tidak ada hubungan se4ara signifikan antara tingkat
pengetahuan makanan sumber fe dengan kejadian anemia pada ibu hamil di
wilayah kerja Puskesmas Kayu Tangi Banjarmasin.
Pengetahuan mengenai makanan sumber fe yang baik dinilai jika nilai
skoring yang diperoleh oleh responden adalah < (. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.
-ari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
#",*'.
:asil penelitian ini serupa dengan penelitian oleh Puji #("' yang
menyatakan tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang makanan
bergi>i terutama >at besi dengan kejadian anemia. Pengetahuan ibu hamil yang
kurang tentang makanan bergi>i terutama yang mengandung >at besi dan faktor
yang mempengaruhinya akan berpengaruh pada kurangnya konsumsi makanan
43
yang mengandung >at besi sehingga menyebabkan ibu hamil akan mengalami
anemia yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan janin yang dikandungnya serta pada kesehatannya #"('.
Pengetahuan ibu hamil yang 4ukup mengenai makanan sumber >at besi dan
faktor yang mempengaruhinya tidak akan berarti jika ibu hamil tidak
mengaplikasikan pengetahuannya tersebut sehingga konsumsi makanan yang
mengandung >at besi tetap kurang. :al tersebut merupakan faktor penyebab tidak
adanya hubungan antara tingkat pengetahuan makanan sumber fe dengan kejadian
anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kayu Tangi Banjarmasin.
+) Hubun#an antara (ebua,aan Mas,ara$at en#an (e-aian Ane!ia
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa frekuensi responden yang
memiliki kebudayaan pantangan makanan dan menderita anemia berjumlah "+
responden #6&', sedangkan yang tidak menderita anemia berjumlah ! responden
#"&'. /esponden yang tidak memiliki kebudayaan pantangan makanan tetapi
menderita anemia berjumlah "(responden #*&', sedangkan yang tidak menderita
anemia berjumlah (% responden )&'.
Tabel 6.. :ubungan antara Kebudayaan 9asyarakat dengan Kejadian 5nemia
(ebua,aan
Mas,ara$at
(e-aian ane!ia
"otal p .R
Ane!ia "ia$ ane!ia
-u!la& / -u!la& /
Aa "+ 6 ! "
("
0100% %1%5
"ia$ "( * (% )
!)
Sumber: data penelitian 2014
44
:asil uji statistik dengan Chisquare antara 6ariabel kebudayaan masyarakat
dengan kejadian anemia diperoleh p ; .( #p 0 .$', yang artinya ada
hubungan se4ara signifikan antara kebudayaan masyarakat dengan kejadian
anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kayu Tangi Banjarmasin.
#B/ ; (,(+' yang berarti berhubungan dengan kejadian anemia.
Penelitian ini sejalan dengan peneltian yang dilakukan oleh /ahmaniar
#(""' dengan hasil bahwa pada faktor pantang makanan adanya hubungan
dengan kejadian 5nemia #('.
:asil penelitian Sediaoetama #"))+' juga menunjukkan lebih separuh
responden #6,+&' melakukan praktek tabu terhadap jenis makanan sebagai
sumber protein dan besi hem, dan sumber 6itamin 7, sehingga sebagian besar
responden #%,)&' tingkat konsumsi besi tergolong defisit, (",$&responden
tingkat 5K= protein tergolong defisit, dan (6,6& tergolong kurang, 6$,+&
responden tingkat 5K= 6itamin 7 tergolong defisit #("'.
Tidak terpenuhinya tingkat 5K= dari protein, besi dan 6itamin 7
mempengaruhi kadar :b, dibuktikan responden yang memiliki pantang sebagaian
besar #+$&' masuk kelompok anemia. karena protein dan besi hem merupakan
bahan pembuatan sel@sel darah merah. -engan tingkat konsumsi protein dan besi
hem yang rendah maka kemampuan tubuh dalam membuat sel@sel darah merah
akan terhambat sebaliknya jika tingkat konsumsi protein dan besi hem tinggi
maka tubuh akan lebih 4epat dalam pembentukan sel@sel darah merah, dengan
demikian jumlah sel@sel darah merah dapat selalu dipertahankan. Protein hewani
seperti daging, ikan dan ayam apabila hadir dalam menu makanan walaupun
45
dalam jumlah sedikit akan meningkatkan penyerapan besi karena mempunyai
bioa6ailabilitas yang tinggi, begitu pula dengan peranan 6itamin 7 #("'.
:asil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Surasih
#(6', yang mengemukakan bahwa pantang makanan bukan merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi keadan Kurang Cnergi Kronis dan anemia pada
ibu hamil, karena jenis makanan yang di pantang tidak mengandung >at gi>i tinggi
yang dapat mempengaruhi status gi>i pada ibu hamil. 2adi meskipun berpantang
makanan, ibu hamil masih berstatus gi>i baik #(('.
-itemukan + pantangan yang dilakukan oleh responden. /esponden dapat
mempunyai lebih dari satu pantangan. Pantangan yang terbesar adalah pantangan
makan 4umi #$$,%&' sedang yang terke4il adalah pantangan makan gula jawa
#%,6&'
Tabel 6." -aftar 2enis 9akanan ?ang -ipantang
6enis Pantan#an /
7u!i ++12/
Uan# )'1)/
I$an Laut )%12/
Durian '%13/
Nanas %311/
"elur %11++/
Da#in# (a!bin# 111)/
8ula98ula 6a:a 214/
9akanan yang banyak dipantang lebih banyak merupakan sumber protein
hewani, seperti 4umi, udang, ikan, bahkan ada yang berpantang semua jenis ikan,
telur, dan daging kambing, nanas, durian, dan gula jawa. Para ibu berpendapat
4umi harus dihindari karena 4umi mempunyai tinta yang berwarna ungu8biru,
46
khawatir saat lahir anaknyapun biru, sebagian lagi khawatir anaknya 4omong, dan
kulitnya berwarna hitam
Ddang merupakan salah satu yang dipantang pada ibu hamil, karena udang
punya sungut, berbentuk membengkok8 melengkung dan dapat berjalan mundur
sehingga kalau melahirkan dapat terhalang sungut dan waktunya mundur,
sehingga proses persalinannya berjalan lama, dan setelah lahir bayinya tidak
bergerak.
Sebagian ke4il ibu hamil tidak makan ikan jenis apapun, Abu dan mertua
tidak memperbolehkan putranya yang sedang hamil untuk makan semua jenis
ikan, karena bila melahirkan darahnya akan amis
Sebagian ibu hamil berpantang makan telur, karena khawatir kalau
bayinya lahir nanti akan tidak lin4ah dan menjadi bodoh. Selain itu, didapatkan
beberapai ibu@ibu berpantang makan daging kambing dan nanas. 5lasan ibu hamil
yang berpantang makan daging kambing,nanas dan durian pada kehamilan muda
dapat menyebabkan abortus. Seorang ibu hamil menyataka tidak berani makan
gula jawa8gula merah karena takut bayi yang lahir akan besar.
-ari ibu hamil yang melakukan pantang 4umi, udang, ikan sembilan, lele,
menyatakan masih banyak jenis ikan yang boleh dimakan, misal ikan mujair,
maupun panggang. ?ang berpantang semua jenis ikan, pantang telur maupun
daging kambing menyatakan lauknya dapat diganti ayam maupun tahu tempe dan
sayur mayur.
47

You might also like