Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui distribusi dan hubungan antara faktor sosial dan ekonomi, tingkat pegetahuan tentang anemia, tingkat pengetahuan mengenai makanan sumber Fe, pola konsumsi makanan, dan kebudayaan masyarakat terhadap anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kayu Tangi Banjarmasin. Sebanyak 6 orang responden dinyatakan memenuhi syarat untuk penelitian ini, respoden terdiri atas ibu hamil dengan anemia dan ibu hamil yang tidak anemia. A. Analisa Univariat 1) Distribusi Responen !enurut "in#$at Penapatan Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dalam tingkat pendapatan keluarga rendah yaitu sejumlah !" responden #$",6%&', sedangkan responden dengan tingkat pendapatan keluarga tinggi sebanyak () responden #*+,!!&'. ,ebih jelasnya dapat dilihat pada tabel $.". Tabel $.". -istribusi responden menurut tingkat pendapatan keluarga. .o Pendapatan Frekuensi & " ( ! * ". /endah #0".6(.' !" $",6% (. Tinggi #1".6(.' () *+,!! 2umlah 6 " Sumber: data penelitian 2014 %) Distribusi Responen !enurut "in#$at Pen#eta&uan tentan# Ane!ia Pada penelitian ini, penilaian tingkat pengetahuan diukur dengan mengajukan + pertanyaan. Pertanyaan mengenai pengetahuan anemia meliputi3 pengertian anemia, penyebab anemia, 4ara mengetahui anemia, dampak anemia, gejala anemia, 4ara men4egah anemia dan 4ara mengobati anemia. 34 Berdasarkan hasil penelitian didapatkan !! responden #$$&' dalam tingkat pengetahuan tentang anemia kurang baik, dan (% responden #*$&' dalam tingkat baik. -ata ter4antum pada tabel $.(. Tabel $.(. -istribusi /esponden menurut Tingkat Pengetahuan tentang 5nemia .o Pengetahuan tentang 5nemia Frekuensi & " ( ! * ". Kurang !! $$ (. Baik (% *$ 2umlah 6 " Sumber: data penelitian 2014 ') Distribusi Responen !enurut Pola (onsu!si Ma$anan Pada penelitian ini diajukan 6 pertanyaan yang meliputi3 frekuansi makan dalam sehari, konsumsi 6itamin 78buah, konsumsi sayuran, protein hewani, dan protein nabati harian. Pada penelitian diketahui bahwa konsumsi makanan ibu hamil beragam. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan *% responden #%+,!!&' memiliki pola konsumsi kurang baik, dan "! responden #(",6%&' dengan pola konsumsi makanan baik. -ata ter4antum pada tabel $.!. Tabel $.!. -istribusi /esponden menurut Pola Konsumsi 9akanan .o Pola Konsumsi Frekuensi & " ( ! * ". Kurang *% %+,!! (. Baik "! (",6% 2umlah 6 " Sumber: data penelitian 2014 )) Distribusi Responen !enurut "in#$at Pen#eta&uan Men#enai Ma$anan Su!ber *e Berdasarkan hasil penelitian didapatkan !% responden #6",6%&' dalam tingkat pengetahuan tentang anemia kurang baik, dan (! responden #!+,!!&' dalam tingkat baik. -ata ter4antum pada tabel $.*. Tabel $.*. -istribusi /esponden menurut Tingkat Pengetahuan 9engenai 9akanan Sumber Fe 35 .o Pengetahuan Sumber Fe Frekuensi & " ( ! * ". Kurang !% 6",6%& (. Baik (! !+,!!& 2umlah 6 " Sumber: data penelitian 2014 +) Distribusi Responen !enurut (ebua,aan Mas,ara$at Berdasarkan hasil penelitian didapatkan (" responden #!,&' yang memiliki kebudayaan pantangan dalam konsumsi makanan selama kehamilan yang berhubungan dengan kejadian anemia, dan !) responden #%,&' yang memiliki pantangan terhadap makanan tertentu yang tidak berhubungan dengan kejadian anemia ataupun tidak ada pantangan makanan. -ata ter4antum pada tabel $.$. Tabel $.$. -istribusi /esponden menurut Kebudayaan 9asyarakat .o Kebudayaan 9asyarakat Frekuensi & " ( ! * ". 5da (" !& (. Tidak !) %& 2umlah 6 " Sumber: data penelitian 2014 B. Analisa Bivariat 5nalisa bi6ariat dalam penelitian ini ada $ 6ariabel yang dilakukan penggabungan sel tabulasi silang, yaitu 6ariabel faktor sosial dan ekonomi, tingkat pegetahuan tentang anemia, tingkat pengetahuan mengenai konsumssi makanan sumber Fe, pola konsumsi, dan kebudayaan masyarakat terhadap anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kayu Tangi Banjarmasin. Penggabungan sel dilakukan supaya $ 6ariabel tersebut memenuhi syarat untuk uji statistik chi- square. 1) Hubun#an antara "in#$at Penapatan (eluar#a en#an (e-aian Ane!ia Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa frekuensi responden dengan tingkat pendapatan rendah dan tidak menderita anemia berjumlah "6 36 responden #$!&', sedangkan yang menderita anemia berjumlah "$ responden #$&'. /esponden dengan tingkat pendapatan tinggi dan tidak anemia berjumlah "* responden #*%&', sedangkan yang menderita anemia berjumlah "$ responden #$&'. Tabel $.6. :ubungan antara Tingkat Pendapatan dengan Kejadian 5nemia Penapata n (eluar#a (e-aian ane!ia "otal p .R Ane!ia "ia$ ane!ia -u!la& / -u!la& / Rena& "$ $ "6 $! !" 01234 0152 "in##i "$ $ "* *% () Sumber: data penelitian 2014 :asil uji statistik dengan chi-square antara 6ariabel tingkat pendapatan orangtua dengan kejadian anemia diperoleh p ; .%)6 #p < .$', yang artinya tidak ada hubungan se4ara signifikan antara pendapatan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kayu Tangi Banjarmasin. :asil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh =ayuh #()' yang menyatakan tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendapatan dengan kejadian anemia. .amun tingkat pendapatan dapat menentukan makanan apa yang dibeli dan dikonsumsi, apabila makanan yang dikonsumsi kurang mengandung >at besi, maka akan terjadi anemia. Pada penelitain ini ditemukan tingkat pendapatan baik tinggi maupun rendah., makanan yang sering dikonsumsi ibu hamil kurang ber6ariasi dalam pemilihan makanan yang mengandung >at besi #")'. :al ini bertentangan dengan teori yang dikemukakan oleh ?ayuk Farida, dkk #(*' yang menyatakan bahwa perubahan pendapatan se4ara langsung dapat mempengaruhi perubahan konsumsi pangan keluarga. 9eningkatnya pendapatan berarti memperbesar peluang untuk membeli pangan dengan kualitas dan 37 kuantitas yang lebih baik. Sebaliknya, penurunan pendapatan akan menyebabkan penurunan dalam hal kualitas dan kuantitas pangan yang dibeli, yang dapat mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan tubuh akan >at gi>i, salah satunya tidak terpenuhinya kebutuhan tubuh akan >at besi, sehingga dapat berdampak timbulnya kejadian anemia #"%'. Pada penelitian ini didapatkan hasil tidak ada hubungan bermakna antara tingkat pendapatan dengan kejadian anemia. :al ini disebabkan karena walaupun pendapatan tinggi, namun belum tentu makanan yang dikonsumsi adalah makanan yang bergi>i dan terutama yang mengandung >at besi. Sebaliknya, bisa jadi responden yang memiliki pendapatan rendah lebih banyak mengonsumsi makan bergi>i dan banyak mengandung >at besi. /esponden yang memiliki pendapatan lebih dari /p. ".6(. dinyatakan memiliki pendapatan yang lebih baik. 9eningkatnya pendapatan berarti memperbesar peluang untuk membeli pangan dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik. Sebaliknya, penurunan pendapatan akan menyebabkan penurunan dalam hal kualitas dan kuantitas pangan yang dibeli, yang dapat mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan tubuh akan >at gi>i, salah satunya tidakterpenuhinya kebutuhan tubuh akan >at besi, sehingga dapat berdampak timbulnya kejadian anemia #('. %) Hubun#an antara "in#$at Pen#eta&uan tentan# Ane!ia en#an (e-aian Ane!ia. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan frekuensi respon dengan tingkat pengetahuan tentang anemia rendah dan menderita anemia berjumlah "* responden #*%&', sedangkan tidak menderita anemia berjumlah "! responden #*!&'. Tingkat pengetahuan tentang anemia tinggi dan menderita anemia 38 berjumlah "6 responden #$!&', sedangkan tidak menderita anemia berjumlah "% responden #$%&'. Tabel $.%. :ubungan antara Tingkat Pengetahuan tentang 5nemia dengan Kejadian 5nemia Pen#eta&uan tentan# Ane!ia (e-aian ane!ia "otal p .R Ane!ia "ia$ ane!ia -u!la& / -u!la& / (uran# "6 *% "% $% !! 0123+ 0152 Bai$ "* $! "! *! (% Sumber: data penelitian 2014 :asil uji statistik dengan chi-square antara 6ariabel tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kejadian anemia diperoleh p ; ,%)$ #p < .$', yang artinya tidak ada hubungan se4ara signifikan antara tingkat pengetahuan anemia dengan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kayu Tangi Banjarmasin. Pengetahuan mengenai anemia yang baik dinilai jika nilai skoring yang diperoleh oleh responden adalah < 6. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. -ari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. #",*'. 39 :asil penelitian ini serupa dengan penelitian oleh -ian #(%' yang menyatakan tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kejadian anemia. :asil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh .ari 5ditian #()' yang juga menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan proporsi kejadian anemia antara pengetahuan yang tergolong baik dan buruk #tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan status anemia' #('. Tingkat pengetahuan anemia yang tinggi tetapi tidak disertai dengan perubahan perilaku dalam kehidupan sehari@hari, sehingga tidak akan berpengaruh pada keadaan gi>i indi6idu tersebut merupakan faktor penyebab tidak adanya hubungan antara tingkat pengetahuan anemia dengan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kayu Tangi Banjarmasin #('. ') Hubun#an antara Pola (onsu!si Ma$anan en#an (e-aian Ane!ia Berdasarkan hasil penelitian didapatkan * responden #"6&' yang mengalami anemia memiliki pola konsumsi makanan yang baik dan ) responden #!"&' yang tidak mengalami anemia memiliki pola konsumsi makanan yang baik, sedangkan (6 responden #+*&' yang mengalami mengalami anemia memiliki pola konsumsi makanan yang tergolong kurang dan (" responden #6)&' yang tidak mengalami anemia memiliki pola konsumsi makanan yang tergolong kurang. Konsumsi makanan yang baik dinilai jika nilai skoring yang diperoleh oleh responden adalah 1 *. Tabel $.+. :ubungan antara Pola Konsumsi 9akanan dengan Kejadian 5nemia 40 (onsu!si Ma$anan (e-aian ane!ia "otal p .R Ane!ia "ia$ ane!ia -u!la& / -u!la& / (uran# (6 +* (" 6) *% 0101+ %11) Bai$ * "6 ) !" "! Sumber: data penelitian 2014 :asil uji statistik dengan chi-square antara 6ariabel tingkat pendapatan orangtua dengan kejadian anemia diperoleh p ; ,"$ #p < .$', yang artinya ada hubungan se4ara signifikan antara pola konsumsi makanan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kayu Tangi Banjarmasin. :asil penelitian ini sejalan dengan penelitian .ina :erlina #($' di wilayah kerja Puskesmas Bogor yang mendapati adanya ke4endrungan bahwa semakin kurang baik pola konsumsi maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia gi>i pada ibu hamil #"%'. .amun hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian .ari 5ditian #()' yang mendapatkan hasil tidak adanya hubungan yang bermakna antara status anemia dengan konsumsi pangan. Se4ara umum penyebab utama defisiensi besi adalah konsumsi >at besi yang tidak 4ukup, karena sebagian besar siswi lebih banyak mengkonsumsi asupan karbohidrat. Keadaan ini dapat dimengerti karena sumber karbohidrat harganya relatif lebih murah dibanding protein dan lemak. Pola makan yang sebagian besar terdiri dari nasi dan menu yang kurang beraneka ragam. Kurangnya konsumsi 6itamin 7 akan menghambat absorpsi >at besi dan rendahnya bioa6ailabilitas makanan yang mengandung >at besi #"+). 41 5danya hubungan antara pola konsumsi makanan dengan kejadian anemia dalam penelitian ini antara lain disebabkan oleh kebiasaan makan yang dibarengi dengan makanan lain yang dapat menghambat absorbsi >at besi seperti teh yang mangandung >at tanin. Selain itu juga terkait dengan konsumsi makanan pokok orang Andonesia yaitu beras yang mengandung >at besi rendah dan kaya akan phytat dimana >at ini menurunkan bioa6ailabilitas >at besi #")'. Pangan sebagai sumber berbagai >at gi>i merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi setiap hari. Pangan sumber >at besi terutama >at besi heme, yang bioa6ailabilitasnya tinggi, sangat jarang dikonsumsi oleh masyarakat di negara berkembang, yang kebanyakan memenuhi kebutuhan besi mereka dari produk nabati. Besi dalam makanan terdapat dalam bentuk besi heme #dalam hemoglobin dan mioglobin makanan hewani' dan besi nonheme #dalam makanan nabati' #!'. )) Hubun#an antara "in#$at Pen#eta&uan tentan# Ma$anan Su!ber *e en#an (e-aian Ane!ia. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan frekuensi respon dengan tingkat pengetahuan tentang makanan sumber fe kurang dan menderita anemia berjumlah "+ responden #*6&', sedangkan tidak menderita anemia berjumlah ") responden #$*&'. Tingkat pengetahuan tentang makanan sumber fe baik dan menderita anemia berjumlah "( responden #$(&', sedangkan tidak menderita anemia berjumlah "" responden #*+&'. Tabel $.). :ubungan antara Tingkat Pengetahuan tentang 9akanan Sumber Fe dengan Kejadian 5nemia Pen#eta&uan (e-aian ane!ia "otal p .R Ane!ia "ia$ 42 tentan# Ma$anan ane!ia -u!la& / -u!la& / (uran# "+ *6 ") $* !% 013+4 0125 Bai$ "( $( "" *+ (! Sumber: data penelitian 2014 :asil uji statistik dengan chi-square antara 6ariabel tingkat pengetahuan tentang makanan sumber fe dengan kejadian anemia diperoleh p ; ,)$6 #p < .$', yang artinya tidak ada hubungan se4ara signifikan antara tingkat pengetahuan makanan sumber fe dengan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kayu Tangi Banjarmasin. Pengetahuan mengenai makanan sumber fe yang baik dinilai jika nilai skoring yang diperoleh oleh responden adalah < (. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. -ari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. #",*'. :asil penelitian ini serupa dengan penelitian oleh Puji #("' yang menyatakan tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang makanan bergi>i terutama >at besi dengan kejadian anemia. Pengetahuan ibu hamil yang kurang tentang makanan bergi>i terutama yang mengandung >at besi dan faktor yang mempengaruhinya akan berpengaruh pada kurangnya konsumsi makanan 43 yang mengandung >at besi sehingga menyebabkan ibu hamil akan mengalami anemia yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin yang dikandungnya serta pada kesehatannya #"('. Pengetahuan ibu hamil yang 4ukup mengenai makanan sumber >at besi dan faktor yang mempengaruhinya tidak akan berarti jika ibu hamil tidak mengaplikasikan pengetahuannya tersebut sehingga konsumsi makanan yang mengandung >at besi tetap kurang. :al tersebut merupakan faktor penyebab tidak adanya hubungan antara tingkat pengetahuan makanan sumber fe dengan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kayu Tangi Banjarmasin. +) Hubun#an antara (ebua,aan Mas,ara$at en#an (e-aian Ane!ia Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa frekuensi responden yang memiliki kebudayaan pantangan makanan dan menderita anemia berjumlah "+ responden #6&', sedangkan yang tidak menderita anemia berjumlah ! responden #"&'. /esponden yang tidak memiliki kebudayaan pantangan makanan tetapi menderita anemia berjumlah "(responden #*&', sedangkan yang tidak menderita anemia berjumlah (% responden )&'. Tabel 6.. :ubungan antara Kebudayaan 9asyarakat dengan Kejadian 5nemia (ebua,aan Mas,ara$at (e-aian ane!ia "otal p .R Ane!ia "ia$ ane!ia -u!la& / -u!la& / Aa "+ 6 ! " (" 0100% %1%5 "ia$ "( * (% ) !) Sumber: data penelitian 2014 44 :asil uji statistik dengan Chisquare antara 6ariabel kebudayaan masyarakat dengan kejadian anemia diperoleh p ; .( #p 0 .$', yang artinya ada hubungan se4ara signifikan antara kebudayaan masyarakat dengan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kayu Tangi Banjarmasin. #B/ ; (,(+' yang berarti berhubungan dengan kejadian anemia. Penelitian ini sejalan dengan peneltian yang dilakukan oleh /ahmaniar #(""' dengan hasil bahwa pada faktor pantang makanan adanya hubungan dengan kejadian 5nemia #('. :asil penelitian Sediaoetama #"))+' juga menunjukkan lebih separuh responden #6,+&' melakukan praktek tabu terhadap jenis makanan sebagai sumber protein dan besi hem, dan sumber 6itamin 7, sehingga sebagian besar responden #%,)&' tingkat konsumsi besi tergolong defisit, (",$&responden tingkat 5K= protein tergolong defisit, dan (6,6& tergolong kurang, 6$,+& responden tingkat 5K= 6itamin 7 tergolong defisit #("'. Tidak terpenuhinya tingkat 5K= dari protein, besi dan 6itamin 7 mempengaruhi kadar :b, dibuktikan responden yang memiliki pantang sebagaian besar #+$&' masuk kelompok anemia. karena protein dan besi hem merupakan bahan pembuatan sel@sel darah merah. -engan tingkat konsumsi protein dan besi hem yang rendah maka kemampuan tubuh dalam membuat sel@sel darah merah akan terhambat sebaliknya jika tingkat konsumsi protein dan besi hem tinggi maka tubuh akan lebih 4epat dalam pembentukan sel@sel darah merah, dengan demikian jumlah sel@sel darah merah dapat selalu dipertahankan. Protein hewani seperti daging, ikan dan ayam apabila hadir dalam menu makanan walaupun 45 dalam jumlah sedikit akan meningkatkan penyerapan besi karena mempunyai bioa6ailabilitas yang tinggi, begitu pula dengan peranan 6itamin 7 #("'. :asil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Surasih #(6', yang mengemukakan bahwa pantang makanan bukan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keadan Kurang Cnergi Kronis dan anemia pada ibu hamil, karena jenis makanan yang di pantang tidak mengandung >at gi>i tinggi yang dapat mempengaruhi status gi>i pada ibu hamil. 2adi meskipun berpantang makanan, ibu hamil masih berstatus gi>i baik #(('. -itemukan + pantangan yang dilakukan oleh responden. /esponden dapat mempunyai lebih dari satu pantangan. Pantangan yang terbesar adalah pantangan makan 4umi #$$,%&' sedang yang terke4il adalah pantangan makan gula jawa #%,6&' Tabel 6." -aftar 2enis 9akanan ?ang -ipantang 6enis Pantan#an / 7u!i ++12/ Uan# )'1)/ I$an Laut )%12/ Durian '%13/ Nanas %311/ "elur %11++/ Da#in# (a!bin# 111)/ 8ula98ula 6a:a 214/ 9akanan yang banyak dipantang lebih banyak merupakan sumber protein hewani, seperti 4umi, udang, ikan, bahkan ada yang berpantang semua jenis ikan, telur, dan daging kambing, nanas, durian, dan gula jawa. Para ibu berpendapat 4umi harus dihindari karena 4umi mempunyai tinta yang berwarna ungu8biru, 46 khawatir saat lahir anaknyapun biru, sebagian lagi khawatir anaknya 4omong, dan kulitnya berwarna hitam Ddang merupakan salah satu yang dipantang pada ibu hamil, karena udang punya sungut, berbentuk membengkok8 melengkung dan dapat berjalan mundur sehingga kalau melahirkan dapat terhalang sungut dan waktunya mundur, sehingga proses persalinannya berjalan lama, dan setelah lahir bayinya tidak bergerak. Sebagian ke4il ibu hamil tidak makan ikan jenis apapun, Abu dan mertua tidak memperbolehkan putranya yang sedang hamil untuk makan semua jenis ikan, karena bila melahirkan darahnya akan amis Sebagian ibu hamil berpantang makan telur, karena khawatir kalau bayinya lahir nanti akan tidak lin4ah dan menjadi bodoh. Selain itu, didapatkan beberapai ibu@ibu berpantang makan daging kambing dan nanas. 5lasan ibu hamil yang berpantang makan daging kambing,nanas dan durian pada kehamilan muda dapat menyebabkan abortus. Seorang ibu hamil menyataka tidak berani makan gula jawa8gula merah karena takut bayi yang lahir akan besar. -ari ibu hamil yang melakukan pantang 4umi, udang, ikan sembilan, lele, menyatakan masih banyak jenis ikan yang boleh dimakan, misal ikan mujair, maupun panggang. ?ang berpantang semua jenis ikan, pantang telur maupun daging kambing menyatakan lauknya dapat diganti ayam maupun tahu tempe dan sayur mayur. 47