You are on page 1of 6

PERATURAN YANG WAJIB DI TAATI PENGENDARA KENDARAAN

1. Pengemudi kendaraan bermotor pada waktu mengemudi kendaraan bermotor dijalan,


wajib:
• Mampu mengemudikan kendaraannya dengan wajar.
• Mengutamakan keselamatan pejalan kaki.
• Menunjukkan STNK, SIM, tanda bukti lulus uji atau tanda bukti lain yang sah dalam
hal ini dilakuakan pemeriksaan.
• Mematuhi ketentuan tentang kelas jalan, rambu-rambu dan marka jalan, alat pemberi
isyarat lalu lintas, waktu kerja dan waktu istirahat pengemudi, gerak lalu lintas berhenti
dan parkir, persyaratan tekhnis dan laik jalan kendaraan bermotor, peringatan dengan
bunyi dan sinar, kecepatan minimum dan kecepatan maksimum, tata cara mengangkut
penumpang, tata cara penggandengan dan penempelan dengan kendaraan lain.
• Memakai sabuk keselamatan bagi pengemudi kendaraan roda 4 (empat) atau lebih dan
mempergunakan helm bagi pengemudi kendaraan bermotor roda 2 (dua) atau kendaraan
roda empat /lebih yang tidak dilengakpi dengan rumah-rumah.
2. Penumpang kendaraan bermotor roda 4 (empat) atau lebih yang duduk di samping
pengemudi wajib memakai sabuk keselamatan dan bagi penumpang kendaraan bermotor
roda 2 (dua), roda empat atau lebih yang tidak dilengkapi dengan rumah-rumah wajib
memakai helm.

PENYEBAB UTAMA TERJADINYA KECELAKAAN


1. Pengemudi tidak disiplin
2. Tidak trampil dalam berkendaraan
3. Emosional, ngantuk
4. Kecepatan tinggi
5. Tidak memelihara jalur dan jarak aman
6. Kendaraan tidak laik jalan
7. Ban pecah
8. Jalan licin, rusak
9. Pandangan tidak bebas
10. Mabok karena mengkonsumsi Miras atau Narkoba

ADA beberapa faktor yang menyebabkan tingginya kecelakaan lalu lintas di Makassar.
Namun faktor paling dominan adalah orangnya, warga Makassar itu sendiri yang tidak
tertib dalam berlalu lintas.

Saat mengendara, mereka itu selalu terlihat seperti otang tidak sabar. Saling mendahului
dengan kecepatan tinggi. Perilaku seperti inilah yang ada di masyarakat kita. Sehingga
jumlah kecelakaan relatif tinggi.

Bukan hanya mengendara dengan kecepatan tinggi. Seringkali warga juga berperilaku
tidak taat terhadap rambu dan peraturan seperti belok tidak dengan sign, tidak parkir di
sembarang tempat, dan tidak patuh terhadap marka dan rambu jalan.

Selain itu, faktor jalan juga menentukan terjadinya kecelakaan lalu lintas. Jalan yang
berlubang dan bergelombang seringkali menyebabkan pengendara sepeda motor jatuh
dan mengalami luka-luka. Selain itu, faktor alam juga menentukan.

Kondisi kendaraan juga bisa mengakibatkan kecelakaan lalu lintas. Kendaraan yang tidak
laik jalan seperti tidak ada rem atau rem blong dan tanda-tanda kendaraan. Kami masih
banyak menemui kendaraan yang tidak dilengkapi berbagai kelengkapan yang
seharusnya ada.

Kami sering melakukan imbauan. Namun agaknya perilaku tak beretika di jalan raya sulit
berubah. kami di jajaran kepolisian akan menindak siapa saja yang melakukan
pelanggaran, apalagi jika hal itu bisa berakibat mencelakakan orang lain.(cr3)

Wadir Lantas Polda Sulselbar


AKBP Sukria Gaos

TIGA FAKTOR UTAMA PENYEBAB KECELAKAAN LALU LINTAS


July 13, 2007, 12:05 pm| Berita Departemen | Klik: 90

Jakarta, 13/7/2007 (Kominfo – Newsroom) – Dirjen Perhubungan Darat Departemen


Perhubungan, Iskandar Abu Bakar menegaskan, permasalahan kecelakaan lalu lintas
jalan bukan semata-mata disebabkan kesalahan pengemudi, tetapi merupakan akibat dari
kombinasi tiga faktor utama, yakni manusia, jalan dan kendaraan.

Selain itu, masalah kecepatan tinggi ketika mengemudi juga turut menyumbang pada
tingginya mangka kecelakaan lalu lintas di jalan. “Tapi faktor manusia merupakan
penyebab utama kasus kecelakaan karena mencapai 80 hingga 90 persen,” katanya di
Jakarta, Kamis malam (12/7).
Karena itu, salah satu langkah untuk mengatasi masalah kecelakaan transportasi yang
marak terjadi adalah dengan membentuk dewan keselamatan transportasi jalan, sesuai
dengan Inpres No.7/2007. Dewan ini harus sudah terbentuk pada 2007 dan akan
melibatkan sejumlah instansi terkait seperti Dephub, PU, Polisi, Depkes dan Depdiknas.
“Akan sangat baik jika dewan tersebut dipimpin langsung oleh presiden, agar bila
diperlukan tindakan cepat, presiden bisa langsung memerintahkan Kapolri untuk
melakukan langkah-langkah yang harus diambil bersama Menhub,” katanya.
Tetapi, bukan berarti Dephub hanya menunggu terbentuknya dewan tersebut, karena
untuk penanganan masalah kecelakaan transportasi, departemen ini akan segera
melakukan audit terhadap perusahaan angkutan umum. "Saat ini timnya sedang disusun
dan dalam waktu dekat sudah dapat melakukan pemeriksaan kelayakan jalan kendaraan
angkutan umum,” katanya.
Disamping itu, Dephub juga telah melakukan beberapa langkah preventif seperti
mengadakan pendidikan tambahan kepada para pengemudi. “Namun kepolisian juga
perlu melakukan pengetatan dalam hal pemberian SIM,” tambahnya.
Selain itu, katanya, akan ada pemberian sertifikat kepada pengemudi angkutan umum,
sehingga nantinya seluruh pengemudi angkutan umum wajib memilikinya, kata Iskandar.
(T. De/id/c)
Jalan Rusak Bisa Jadi Pemicu
Kecelakaan
KERUSAKAN prasarana jalan bukan saja merupakan faktor yang sangat mengganggu
kelancaran transportasi darat, tetapi juga berpengaruh terhadap perekonomian secara
umum. Sementara perbaikan jalan yang selama ini dilakukan, umumnya tidak berumur
lama.

Akibatnya, kerusakan jalan bertambah parah, sehingga lalu lintas dan angkutan semakin
terganggu. Bahkan, kendaraan yang melewati jalan rusak itu berisiko besar mengalami
kerusakan karena keausan suku sadang yang semakin cepat. Dengan demikian, biaya
perawatan kendaraan yang dioperasikan pada jalan rusak akan semakin tinggi.

Di luar faktor alam, seperti banjir, secara umum dapat diketahui faktor-faktor utama yang
menyebabkan kerusakan jalan. Salah satunya, kendaraan yang beroperasi melampaui
batas berat dari kemampuan daya dukung jalan. Tudingan yang paling dominan
diarahkan pada kendaraan angkutan barang.

Sejumlah peraturan telah ditetapkan untuk mengklasifikasi jenis dan berat kendaraan
yang boleh dan tidak boleh melalui suatu jalan. Ada aturan yang mengatur secara umum,
seperti pengaturan kelas jalan, dan secara khusus menetapkan rambu maksimal muatan
sumbu terberat (MST) dari kendaraan yang boleh lewat pada suatu jalan.

Pengaturan berat muatan begitu penting karena menyangkut kerusakan jalan yang
berdampak pada operasional kendaraan. Bahkan, lebih parahnya lagi, rusaknya ruas jalan
menjadi faktor penyebab kecelakaan kendaraan bermotor dalam berlalu lintas.

Memang, faktor penyebab utama terjadinya kecelakaan lalu lintas yang selama ini terjadi
di Indonesia adalah kelalaian manusia (human error). Kemudian menyusul pengaruh
cuaca dan kondisi kendaraan, seperti rem blong, ban gundul, dan lain-lain.

Namun, dalam kenyataan di lapangan, penyebabnya tidaklah hanya faktor-faktor tersebut.


Tidak sedikit kasus kecelakaan lalu lintas yang menelan korban disebabkan oleh faktor
jalan. Oleh karena itu, pengemudi kendaraan bermotor harus benar-benar memerhatikan
tata cara berlalu lintas yang benar, terutama menghadapi kondisi jalan yang tidak mulus.

Langkah ini penting dilakukan oleh pengemudi untuk mengurangi tingkat kecelakaan.
Salah satu upaya pemerintah untuk menghindari kecelakaan lalu lintas terhadap
kendaraan bermotor ialah dengan mengatur kecepatan. Sebab dari kasus-kasus
kecelakaan lalu lintas yang terjadi, hampir semua didahului dengan pelanggaran terhadap
lalu lintas.
Utamanya, pengemudi tidak memerhatikan kecepatan kendaraan bermotornya, termasuk
ketika melaju di ruas jalan yang rusak. Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi pengemudi
untuk mengabaikan masalah kecepatan karena para pengemudi akan kesulitan untuk
"menguasai" laju kendaraan dalam kecepatan tinggi. (Herli Suherli, Kepala Dinas
Perhubungan Jawa Barat)***

endidikan dan
Perilaku Tertib Lalu
Lintas
Ditulis Oleh Administrator
Wednesday, 06 May 2009
Ditujukan sebagai bahan renungan menyambut Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2009
Oleh : TA Aryanto
Di dalam kamus Basar Bahasa Indonesia (1991), pendidikan diartikan sebagai proses
pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih
tinggi mengenai obyek-obyek tertentu dan spesifik. Pengetahuan tersebut diperoleh secara
formal yang berakibat individu mempunyai pola pikir dan perilaku sesuai dengan
pendidikan yang telah diperolehnya. Selanjutnya menurut Thompson (1993), Pendidikan
merupakan pengaruh lingkungan terhadap individu untuk menghasilkan perubahan-
perubahan yang tetap dalam kebiasaan perilaku, pikiran dan sikapnya.
Memperhatikan kedua definisi di atas, bahwa pada dasarnya tujuan akhir pendidikan
adalah untuk mengubah perilaku seseorang sesuai dengan pendidikan yang telah
diperolehnya. Hal ini sejalan dengan salah satu tujuan pendidikan dari Ki Hajar
Dewantara dalamTakwin (2007), yaitu menjadikan seseorang lebih teratur, dan mau
diatur, tanpa bisa disetir. Dengan demikian pendidikan merupakan sebagai tools (alat)
untuk membentuk suatu individu agar memiliki perilaku (habbit) menjadi lebih teratur,
dan mau diatur, yang dalam hal ini diatur oleh ilmu yang dipelajarinya sesuai dengan
tingkat pendidikan yang ditempuhnya.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, kiranya menjadi suatu hal tepat apabila stigma
bahwa tingkat pendidikan seseorang akan tercermin dari perilaku seseorang di dalam
menjalani berbagai aktivitas kehidupan. Namun demikian, pada kenyataannya di Negeri
Tercinta ini, hal tersebut tidaklah mutlak benar adanya, apabila kita tengok salah satu
aktivitas yang setiap hari dilakukan, yaitu berkaitan dengan lalu lintas, dapat terlihat
berbagai macam perilaku manusia di dalam menjalankan aktivitasnya di jalan raya, seperti
: menjalankan kendaraan bermotor baik itu kendaraan pribadi atau umum, menyeberang
jalan, parkir, berdagang dan sebagainya, dari yang mulai yang mematuhi aturan lalu lintas
sampai dengan yang ugal-ugalan salip kiri kemudian salip kanan menerobos lampu merah
tanpa menghormati pengguna jalan yang lainnya serta tanpa memandang mobil mewah,
kendaraan roda dua atau angkutan umum serta tanpa pula memandang profesi (Gambar I.
Foto Pelanggaran Lalu Lintas). Apakah hal ini merupakan buah dari hasil pendidikan
yang diselenggarakan di Negeri Tercinta ini ? Apabila benar adanya, sungguh
memprihatinkan sekali dan tentunya apabila Bapak Pendidikan Ki Hajar Dewantara masih
hidup maka akan sedih melihat kondisi carut marutnya bangsa ini.
Melampaui Marka Parkir Tidak Pada Tempatnya

Menyeberang Tidak Pada Tempatnya Melebihi Kapasitas

Melawan Arus
Gambar I. Foto Pelanggaran Lalu Lintas
(Sumber : www.maludong.com)
Lalu apa hasil dari perilaku tidak tertib lalu lintas, kecelakaan lalu lintas adalah buah dari
tidak tertibnya lalu lintas, dewasa ini kecelakaan lalu lintas menjadi urutan pertama
penyebab kematian, baru kemudian diikuti oleh penyakit infeksi, jantung, diare, stroke,
dan kanker (Patilima, 2005). Menurut data Kepolisian RI (Departemen Kesehatan RI,
2004), pada tahun 2003 jumlah kecelakaan di jalan mencapai 13.399 kejadian dengan
tingkat kematian mencapai 9.865 orang, 6.142 orang mengalami luka berat, dan 8.694
luka ringan. Tingkat korban kecelakaan lalu lintas paling banyak yaitu pada usia
produktif, antara umur 16-40 tahun. Kondisi seperti ini tentunya sangat merugikan karena
pada usia tersebut yang memberikan kontribusi terbesar pada pembangunan nasional.
Adapun Penyebab kecelakaan lalu lintas di jalan, 91% disebabkan oleh faktor manusia,
5% faktor kendaraan, 3% faktor jalan, dan 1% faktor lingkungan. (Departemen Kesehatan
RI, 2004).
Sungguh tepat sekali ungkapan dalam bahasa inggeris “man behind the gun”, bahwa
sebagaimana disebutkan di atas, faktor manusia merupakan penyebab utama dari
terjadinya kecelakaan lalu lintas. Untuk itu perlu adanya upaya sistematis dalam
penyadaran terhadap perlu tertib lalu lintas, baik itu yang berbentuk parsial, seperti :
kampanye keselamatan lalu lintas, kampanye berkendaraan dengan aman (safety riding
campaign) maupun yang berkesinambungan seperti : memasukan pendidikan lalu lintas
pada seluruh jenjang pendidikan (Gambar 2. Foto Materi Pendidikan Lalu Lintas), dengan
tanpa memandang usia.

Gambar II. Materi Pendidikan Lalu Lintas


Sumber : http://www.jasaraharja.co.id
Terakhir, bagaimanapun hebatnya upaya sebagaimana tersebut di atas dilaksanakan
namun tanpa dibarengi dengan law enforcement tentunya seperti ungkapan “laksana
menebar garam di lautan”, karena hal itu merupakan bagian dari suatu proses pendidikan
yakni bahwa setiap aktivitas yang dilakukan tentunya akan menimbulkan suatu
konsekuensi, entah itu positif atau negatif tergantung dari aktivitas itu.

You might also like