You are on page 1of 22

0

MAKALAH PENYULUHAN
TENTANG
BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH



























Oleh :
MERY NILA KARLINA SARI
120201024










PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
STIKES PIALA SAKTI
PARIAMAN
2014
1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah
satu factor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi
khususnya pada masa perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat
mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang
selanjutnya, sehingga membutahkan biaya perawatan yang tinggi.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah salah satu hasil dari ibu hamil
yang menderita energy kronis dan akan mempunyai status gizi buruk. BBLR
berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat
berdampak serius pada kualitas generasi mendatang, yaitu akan
memperlambat pertumbuhan dan perkambangan anak, serta berpengaruh pada
penurunan kecerdasan.
Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat
adalah angka kematian bayi (AKB). Angka kematian bayi di Indonesia saat
ini masih tergolong tinggi, maka kematian bayi di Indonesia tercatat 510 per
1000 kelahiran hidup pada tahun 2003. Ini memang bukan gambaran yang
indah karena masih tergolong tinggi bila di bandingkan dengan Negara-
negara di ASEAN. Penyebab kematian bayi terbanyak karena kelahiran bayi
berat lahir rendah (BBLR), sementara itu prevalensi BBLR pada saat ini
diperkirakan 7-14% yaitu sekitar 459.200-900.000 bayi (Depkes RI 2005)
Menurut perkiraan WHO, pada tahun 1995 hampir semua 98% dari 5
juta kematian neonatal di Negara berkembang atau berpenghasilan rendah.
Lebih dari 2/3 kematian adalah BBLR yaitu berat badan kurang dari 2500
gram. Secara global diperkirakan terdapat 25 juta persalinan per tahun dimana
17% diantaranya adalah BBLR dan hampir semua terjadi di Negara
berkembang.



2
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan BBLR ?
2. Apa etiologi BBLR ?
3. Bagaimana tanda tanda klinis BBLR ?
4. Bagaimana penangana pada BBLR ?
5. Bagaimana perawatan pada BBLR ?
6. Bagaimana pencegahan pada BBLR?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan BBLR
2. Untuk mengetahui etiologi BBLR
3. Untuk mengetahui tanda tanda klinis BBLR
4. Untuk megetahui penangana pada BBLR
5. Untuk mengetahui perawatan pada BBLR
6. Untuk mengetahui pencegahan pada BBLR
D. Manfaat
1. Mahasiswa mengerti apa yang dimaksud dengan BBLR
2. Mahasiswa mengerti etiologi BBLR
3. Mahasiswa mengerti tanda tanda klinis BBLR
4. Mahasiswa mengetahui penanganan pada BBLR
5. Mahasiswa mengetahui perawatan pada BBLR
6. Mahasiswa mengetahui pencegahan pada BBLR










3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan lahir
kurang dari 2500 gram (Arief, 2009).World Health Organization (WHO)
pada tahun 1961 menyatakan bahwa semua bayi baru lahir yang berat
badannya kurang atau sama dengan 2500 gram disebut low birth weight infant
(bayi berat badan lahir rendah/BBLR), karena morbiditas dan mortalitas
neonatus tidak hanya bergantung pada berat badannya tetapi juga pada tingkat
kematangan (maturitas) bayi tersebut. Definisi WHO tersebut dapat
disimpulkan secara ringkas bahwa bayi berat badan lahir rendah adalah bayi
yang lahir dengan berat badan kurang atau sama dengan 2500 gram.
Klasifikasi BBLR :
a. Berdasarkan BB lahir
1. BBLR : BB < 2500gr
2. BBLSR : BB 1000-1500gr
3. BBLASR : BB <1000 gr
b. Berdasarkan umur kehamilan
1. Prematur
Adalah bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37
minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk
masa kehamilan atau disebut Neonatus Kurang Bulan Sesuai Masa
Kehamilan ( NKB- SMK).
2. Dismaturitas.
Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam
preterm, term, dan post term. Dismatur ini dapat juga Neonatus
Kurang Bulan Kecil untuk Masa Kehamilan (NKB- KMK),
Neonatus Cukup Bulan-Kecil Masa Kehamilan ( NCB-KMK ),
Neonatus Lebih Bulan-Kecil Masa Kehamilan ( NLB- KMK )

4
B. Tanda Tanda BBLR
Tanda klinis BBLR secara umum adalah :
Berat kurang dari 2500 gram
Panjang kurang dari 45 cm
Lingkar dada kurang dari 30 cm
Lingkar kepala kurang dari 33 cm
Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
Kepala lebih besar
Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
Otot hipotonik lemah
Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus
Kepala tidak mampu tegak
Pernapasan 40 50 kali / menit
Nadi 100 140 kali / menit
Tanda klinis BBLR secara khusus :
BB kurang dari 2500 gr, PB kurang dari 45 cm, lingkar kepala
kurang dari 33 cm, lingkar dada kurang 30 cm.
Umur kehamilan kurang dari 37 mg.
Kepala relatif lebih besar dari pada badannya.
Rambut tipis dan halus, ubun-ubun dan sutura lebar.
Kepala mengarah ke satu sisi.
Kulit tipis dan transparan, lanugo banyak, lemak subkutan kurang,
sering tampak peristaltik usus.
Pergerakan kurang dan lemah.
Reflek menghisap dan menelan belum sempurna.
Tangisnya lemah dan jarang, pernafasan masih belum teratur.
Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia
mayora(pada wanita), dan testis belum turun (pada laki laki).


5
Tanda pada Bayi BBLR Dismatur
Kulit pucat atau bernoda, keriput tipis.
Vernik caseosa sedikit/kurang atau tidak ada.
Jaringan lemak di bawah kulit sedikit.
Pergerakan gesit, aktif dan kuat.
Tali pusat kuning kehijauan.
Mekonium kering.
Luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibandingkan BB.
C. Penyebab BBLR
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran premature.
Faktor ibu yang lain adalah umur, parietas, dan lain-lain. Faktor plasenta
seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta factor janin juga
merupakan penyebab terjadinya BBLR.
BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
1. Faktor Ibu
a. Gizi saat hamil yang kurang
Kekurangan gizi selama hamil akan berakibat buruk terhadap
janin seperti prematuritas, gangguan pertumbuhan janin, kelahiran
mati maupun kematian neonatal dini. Penentuan status gizi yang baik
yaitu dengan mengukur berat badan ibu sebelum hamil dan
kenaikkan berat badan selama hamil.
b. Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun
Ibu-ibu yang terlalu muda seringkali secara emosional dan
fisik belum matang, selain pendidikan pada umumnya rendah, ibu
yang masih muda masih tergantung pada orang lain. Kelahiran bayi
BBLR lebih tinggi pada ibu-ibu muda berusia kurang dari 20 tahun
.Pada ibu yang tua meskipun mereka telah berpengalaman, tetapi
kondisi badannya serta kesehatannya sudah mulai menurun sehingga
dapat mempengaruhi janin intra uterin dan dapat menyebabkan
kelahiran BBLR . Faktor usia ibu bukanlah faktor utama kelahiran
6
BBLR, tetapi kelahiran BBLR tampak meningkat pada wanita yang
berusia di luar usia 20 sampai 35 tahun.
c. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan
pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama dan perdarahan pada
saat persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu
yang melahirkan anak dengan jarak yang sangat berdekatan (dibawah
dua tahun) akan mengalami peningkatan resiko terhadap terjadinya
perdarahan pada trimester III, termasuk karena alasan placenta
previa, anemia dan ketuban pecah dini serta dapat melahirkan bayi
dengan berat lahir rendah.
d. Paritas ibu
Jumlah anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan
pertumbuhan janin sehingga melahirkan bayi dengan berat lahir
rendah dan perdarahan saat persalinan karena keadaan rahim
biasanya sudah lemah.
2. Faktor Kehamilan
a. Hamil Dengan Hidramnion
Hidramnion yang kadang-kadang disebut polihidramnion
merupakan keadaan cairan amnion yang berlebihan. Hidromnion
dapat menimbulkan persalinan sebelum kehamilan 28 minggu,
sehingga dapat menyebabkan kelahiran prematur dan dapat
meningkatkan kejadian BBLR.
b. Perdarahan Antepartum
Perdarahan antepartum merupakan perdarahan pada
kehamilan diatas 22 minggu hingga mejelang persalinan yaitu
sebelum bayi dilahirkan. Komplikasi utama dari perdarahan
antepartum adalah perdarahan yang menyebabkan anemia dan syok
yang menyebabkan keadaan ibu semakin jelek. Keadaan ini yang
menyebabkan gangguan ke placenta yang mengakibatkan anemia
pada janin bahkan terjadi syok intrauterin yang mengakibatkan
kematian janin intrauterin. Bila janin dapat diselamatkan, dapat
7
terjadi berat badan lahir rendah, sindrom gagal napas dan komplikasi
asfiksia.
c. Komplikasi Hamil
Pre-eklampsia / Eklampsia
Pre eklampsia / Eklampsia dapat mengakibatkan
keterlambatan pertumbuhan janin dalam kandungan atau IUGR
dan kelahiran mati. Hal ini disebabkan karena Pre-
eklampsia/Eklampsia pada ibu akan menyebabkan perkapuran di
daerah placenta, sedangkan bayi memperoleh makanan dan
oksigen dari placenta, dengan adanya perkapuran di daerah
placenta, suplai makanan dan oksigen yang masuk ke janin
berkurang.
Ketuban Pecah Dini
Ketuban dinyatakan pecah sebelum waktunya bila terjadi
sebelum proses persalinan berlangsung. Ketuban Pecah Dini
(KPD) disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran
yang diakibatkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari
vagina dan serviks. Pada persalinan normal selaput ketuban
biasanya pecah atau di pecahkan setelah pembukaan lengkap,
apabila ketuban pecah dini, merupakan masalah yang penting
dalam obstetri yang berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur
dan terjadinya infeksi ibu .
Hipertensi
Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan
vaskuler yang terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam
kehamilan atau pada permulaan persalinan, hipertensi dalam
kehamilan menjadi penyebab penting dari kelahiran mati dan
kematian neonatal. Ibu dengan hipertensi akan menyebabkan
terjadinya insufisiensi placenta, hipoksia sehingga pertumbuhan
janin terhambat dan sering terjadi kelahiran prematur.


8
3. Faktor Janin
a. Cacat Bawaan (kelainan kongenital)
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan
struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur.
Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital, umumnya akan
dilahirkan sebagai Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atau bayi kecil
untuk masa kehamilannya. Bayi Berat Lahir Rendah dengan kelainan
kongenital yang mempunyai berat kira-kira 20% meninggal dalam
minggu pertama kehidupannya.
b. Infeksi Dalam Rahim
Infeksi hepatitis terhadap kehamilan bersumber dari
gangguan fungsi hati dalam mengatur dan mempertahankan
metabolisme tubuh, sehingga aliran nutrisi ke janin dapat terganggu
atau berkurang. Oleh karena itu, pengaruh infeksi hepatitis
menyebabkan abortus atau persalinan prematuritas dan kematian
janin dalam rahim (Manuaba, 1998 : 277). Wanita hamil dengan
infeksi rubella akan berakibat buruk terhadap janin. Infeksi ini dapat
menyebabkan bayi berat lahir rendah, cacat bawaan dan kematian
janin.
c. Hamil Ganda
Berat badan kedua janin pada kehamilan kembar tidak sama,
dapat berbeda antara 50 sampai 1.000 gram, karena pembagian darah
pada placenta untuk kedua janin tidak sama. Regangan pada uterus
yang berlebihan kehamilan ganda salah satu faktor yang
menyebabkan kelahiran BBLR. Pada kehamilan ganda distensi
uterus berlebihan, sehingga melewati batas toleransi dan sering
terjadi partus prematus. Kebutuhan ibu akan zat-zat makanan pada
kehamilan ganda bertambah yang dapat menyebabkan anemia dan
penyakit defisiensi lain, sehingga sering lahir bayi yang kecil.
Kematian perinatal anak kembar lebih tinggi daripada anak dengan
kehamilan tunggal dan prematuritas merupakan penyebab utama.

9
D. Penanganan segera setelah BBLR dilahirkan.
Penanganan pada BBLR merupakan asuhan yang diberikan pada bayi
berat lahir rendah segera setelah kelahiran. Sebagian besar BBL akan
menunjukkan usaha pernafasan spontan dg sedikit bantuan/gangguan. Oleh
karena itu penting diperhatikan dalam memberikan asuhan segera, yaitu jaga
bayi tetap kering & hangat, kotak antara kulit bayi dg kulit ibu sesegera
mungkin Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu
untuk pertumbuhan dan perkembangan dan penyesuaian diri dengan
lingkungan hidup diluar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu
lingkungan, pemberian makanan, dan bila perlu pemberian oksigen,
mencegah infeksi serta mencegah kekurangan vitamin dan zat besi
(Winkjosastro, 2006).
a. Mempertahankan Suhu
Bayi prematur mudah dan cepat sekali menderita hipotermia bila
berada di lingkungan dingin. Bila bayi dirawat di dalam inkubator, maka
suhunya untuk bayi dengan berat badan kurang dari 2 kg adalah 35C
dan untuk bayi berat badan 2-2,5 kg 34C agar ia dapat mempertahankan
suhu tubu sekitar 37C suhu inkubator dapat diturukan 1C perminggu
untuk bayi dengan berat badan kurang dari 2 kg secara berangsur-angsur
ia dapat diletakan didalam tempat tidur bayi dengan suhu lingkungan
27C-29C. Bila inkubator tidak ada, pemanasan dapat dilakukan dengan
membungkus bayi dan meletakkan botol-botol hangat di sekitar atau
dengan memasang lampu petromaks didekatkan pada tempat tidur bayi.
Bayi dalam inkubator hanya dipakaikan popok. Hal ini penting untuk
memudahkan pengawasan mengenai keadaan umum, tingkah laku,
pernapasan dan kejang (Winkjosastro, 2006).
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Setelah lahir adalah
mempertahankan suhu bayi agar tetap normal, dan juga sangat rentan
terjadinya hiportermi, karena tipisnya cadangan lemak dibawah kulit dan
masih belum matangnya pusat pengaturan panas di otak, untuk itu BBLR
harus selalu dijaga kehangatanya. Cara paling efektif mempertahakan
suhu tubuh normal adalah sering memeluk dan mengendong bayi.
10
Ada suatu cara yang disebut metode kangguru atau atau
perawatan bayi lekat, yaitu bayi selalu didekat ibu atau orang lain dengan
kontak langsung kulit bayi dengan kulit ibu. Cara lain, bayi jangan segera
dimandikan sebelum enam jam BBLR (Kosim, 2007).
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) mudah dan cepat
mengalami hipotermi, kehilangan panas disebabkan oleh permukaan
tubuh bayi relativ lebih luas dibandingkan dengan berat badan,
kurangnya jaringan lemak, dan kekurangan lemak coklat (brown fat) (
Koswara, 2009).
Bayi prematur dengan cepat akan kehilangan panas dan menjadi
hipotermi, karena pusat pengaturan panas belum berfungsi dengan baik,
metabolismenya rendah dan permukaan badan relativ luas oleh karena itu
bayi prematur harus dirawat di dalam indikator sehingga badanya
mendekati dalam rahim. Bila bayi dirawat dalam indikator maka suhu
bayi dengan berat badan, 2 kg adalah 35 C dan untuk bayi dengan berat
badan 2-2,5 kg adalah 33-34 C. Bila indikator tidak ada bayi dapat
dibungkus dengan kain dan disampingnya diletakan botol yang berisi air
panas, sehingga panas badanya dapat dipertahankan. (Muhammad, 2008).
b. Penimbangan Berat Badan
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi
dan erat kaitannya dengan daya dan tubuh, oleh sebab itu penimbangan
berat badan agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan
hiperbilirubinemia. Pada umunya bayi dengan berat lahir 2000 gram atau
lebih dapat mengisap air susu ibu dan bayi dengan berat kurang 1500
gram bayi diberi minum melalui sonde. Sesudah 5 hari bayi lahir dicoba
menyusu pada ibunya, bila daya isap cukup baik maka pemberian air
susu ibu diteruskan (Winkjosastro, 2006).
c. Nutrisi bayi
Pada bayi prematur refleks isap, telan dan batuk belum sempurna,
kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama lipase
masih kurang di samping itu kebutuhan protein 3-5 gr perhari dan tinggi
kalori (110 kal/kg/hari), agar berat badan bertambah sebaik-baiknya.
11
Pemberian minum dimulai pada waktu bayi berumur tiga jam agar bayi
tidak menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia pada umumnya bayi
dengan berat badan lahir 2000 gram agar lebih dapat mengisap air susu
ibu dan bayi dengan berat kurang 1500 gram diberi minum melalui
sonde. Sesudah 5 hari bayi dicoba menyusu pada ibunya, bila daya isap
cukup baik maka pemberian air susu diteruskan (Winkjosastro, 2006).
Alat pencernaan bayi masih belum sempurna, lambung kecil,
enzim pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 5
gram/kg/BB, dan kalori 110 kal/kg/BB. Sehingga pertumbuhannya dapat
meningkat. Pemberian minuman bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan
didahului dengan menghisap cairan lambung. Reflek menghisap masih
lemah, sehingga pemberian minuman sebaiknya sedikit demi sedikit,
tetapi dengan frekuensi lebih sering.
ASI merupakan makanan yang paling penting sehinga ASI yang
paling penting diberikan lebih dahulu, bila faktor menghisapnya kurang
maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan
atau dengan memasang sonde lambung menuju lambung. Permulaan
cairan diberikan sekitar 50 sampai 60 cc/kg/BB/hari, dan terus dinaikkan
sampai mencapai sekitar 200 cc/kg/BB/hari (Ahyani, 2006).
Pertumbuhan juga harus ada cadangan kalori untuk mengejar
ketinggalan beratnya. Minuman utama dan pertama adalah Air Susu Ibu
(ASI) yang sudah tidak diragukan lagi keutungan atau kelebihanya.
Disarankan Bayi menyusu ASI ibunya sendiri, terutama untuk bayi
prematur. ASI ibu memang cocok untuknya, karena didalamnya
terkandung kalori dan protein tinggi serta elektrolit minimal, Refleks
menghisap dan menelan BBLR biasanya masih sanggat lemah, untuk itu
diperlukan pemberian ASI peras yang disendokan kemulutnya atau bila
sangat terpaksa dengan pipa lambung.
Susu formula khusus BBLR, bisa diberikan bila ASI tidak dapat
diberikan karena berbagai sebab. Kekurangan minum pada BBLR akan
mengakibatkan ikterus atau bayi kuning (Badriul, 2009).
12
Berat badan rata-rata 2500-4000 gram kurang dari 2500 gram
menunjukan kecil untuk usia gestasi, pemberian nutrisi harus
diperhatikan. Bayi dengan dehidrasi harus diberikan infus. Beri minum
dengan tetes ASI/sonde karena reflek menelan BBLR belum sempurna,
kebutuhan cairan untuk bayi baru lahir 120-150 ml/kg BB/ hari.
(Muhammad, 2008).
d. Pencegahan infeksi
Memberikan obat tetes mata atau salep diberikan 1 jam
pertama by lahir yaitu eritromysin 0,5%/tetrasiklin 1%. Yang biasa
dipakai adalah larutan perak nitrat/ neosporin & langsung diteteskan
pd mata bayi segera setelah bayi lahir. BBL sangat rentan terjadi
infeksi, sehingga perlu diperhatikan hal-hal dalam perawatannya.
Cuci tangan sebelum & setelah kontak dengan bayi
Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yg blm
dimandikan
Pastikan semua peralatan (gunting, benang tali pusat) telah di
DTT, jika menggunakan bola karet penghisap, pastukan dlm
keadaan bersih
Pastikan semua pakaian, handuk, selimut serta kain yg digunakan
untuk bayi dlm keadaan bersih
Pastikan timbangan, pipa pengukur, termometer, stetoskop &
benda2 lainnya akan bersentuhan dg bayi dlm keadaan bersih
(dekontaminasi setelah digunakan)
E. Perawatan bayi berat lahir rendah
1. Menjaga bayi agar tetap hangat.
Misalnya, dengan perawatan bayi lekat (dekap bayi di dada ibu,
kulit bayi menempel pada kulit ibu) yang disebut dengan metode
Kanguru. Segera keringkan dan ganti pakaian bayi bila sudah basah,
awasi juga suhu tubuh bayi dengan catatan jangan sampai kurang dari
36,5 derajat Celcius. Membungkus bayi dengan menggunakan selimut
bayi yang dihangatkan terlebih dahulu

13
Suhu lingkungan bayi harus dijaga
1) Kamar dapat masuk sinar matahari
2) Jendela dan pintu dalam keadaan tertutup untuk mengurangi
hilangnya panas dari tubuh bayi melalui proses radiasi dan
konveksi
3) Badan bayi harus dalam keadaan kering
4) Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
Ukur suhu tubuh dengan berkala.
Hal yang lain yang dapat diperhatikan untuk menjaga agar bayi
tetap hangat adalah jangan menidurkan bayi di tempat yang banyak
angin, dan awasi tanda bahaya, jangan sampai kaki bayi teraba dingin,
Berikan Air Susu Ibu (ASI) saja setelah bayi lahir sedikit demi
sedikit setiap 2-3 jam. Dan apabila bayi tertidur tidak ada salahnya jika
dibanguni untuk menyusu. Bila bayi kesulitan untuk menghisap,
sebaiknya berikan ASI yang sudah diperah dengan menggunakan sendok
Lakukanlah pemeriksaan pada bayi yang baru lahir, diantaranya
dengan cara memeriksakan bayi kepada petugas kesehatan di
Poskesdes/Puskesmas, atau fasilitas kesehatan lain lebih dari 3 kali sesuai
anjuran petugas kesehatan. Cara ini gunanya adalah untuk mengetahui
sedini mungkin bila bayi tidak sehat, atau ada kelainan bawaan, infeksi
tali pusat, kulit kuning, tiba-tiba tidak bisa menetek, dll.
Menjaga tali pusat bersih, kering dan terbuka. Tali pusat yang
dalam keadaan bersih dan kering akan membuat kuman tetanus tidak
dapat hidup. Dan jangan membubuhi apapun pada pangkal tali pusat
(termasuk alcohol, dan povidon yodium) agar lekas kering dan lepas. Bila
tali pusat terlihat kotor, segeralah bersihkan dengan menggunakan air
bersih dan sabun mandi, lalu segera keringkan dengan menggunakan kain
yang bersih. Hal yang terpenting lainnya adalah dengan mencuci tangan
sebelum dan sesudah memegang bayi. Bila tali pusat basah, berbau, atau
dinding perut disekitarnya berwarna kemerahan, harus segera dibawa
kepada petugas kesehatan/Puskesmas/Poskedes.
14
Adanya dukungan keluarga untuk merawat bayi dengan BBLR di
rumah, misalnya ayah atau anggota keluarga lain dapat membantu ibu
melakukan perawatan bayi lekat (metode Kanguru), dan memberi
kesempatan ibu untuk beristirahat.
2. Tanda BBLR mengalami hipotermi
Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh,bayi menjadi kurang aktif,
tidak kuat menghisap asi dan menangis lemah
Timbulnya sklerema atau kulit mengeras berwarna kemerahan
terutama dibagian punggung,tungkai dan tangan.
Muka bayi berwarna merah terang
tampak mengantuk
kulitnya pucat dan dingin
lemah, lesu ,menggigil.
kaki dan tangan bayi teraba lebih dingin dibandingkan dengan bagian
dada
ujung jari tangan dan kaki kebiruan
Bayi tidak mau minum/menyusui
Bayi tampak lesu atau mengantuk saja
Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh
bayi mengeras (sklerema)
Kulitnya pucat dan dingin
Menggigil
F. Cara pemberian ASI pada bayi BBLR
Kemampuan bayi untuk menyusu bergantung pada kematangan fungsi
refleks hisap dan menelan. Bayi dengan usia kehamilan ibu di atas 34 minggu
(berat di atas 1800 gram) dapat disusukan langsung kepada ibu karena refleks
hisap dan menelannya biasanya sudah cukup baik.
Bayi yang usia kehamilan ibu 32 minggu hingga 34 minggu (berat
badan 1500-1800 gram) seringkali refleks menelan cukup baik, namun refleks
menghisap masih kurang baik, oleh karena itu, Ibu dapat memerah ASI dan
ASI dapat diberikan dengan menggunakan sendok, cangkir, atau pipet.
15
Jika bayi lahir dengan usia kehamilan ibu kurang dari 32 minggu
(berat badan 1250-1500 gram), bayi belum memiliki refleks hisap dan
menelan yang baik, maka ASI perah diberikan dengan menggunakan pipa
lambung/orogastrik (sonde).
Kenyataannya, banyak BBLR tidak dapat menyusu langsung pada
payudara ibu pada saat lahir, dan memerlukan pemberian minum dengan ASI
perah melalui pipa orogastrik. Belum didapatkan data kapan waktu terbaik
mempersiapkan bayi untuk menyusu langsung pada ibu. Selain itu, banyak
kekuatiran neonatologis bahwa BBLR sebaiknya tidak menyusu langsung
karena kuatir beban kerja yang terlalu berat bagi bayi, selain juga refleks
hisap baru matang di usia 34 minggu. Namun penelitian yang dilakukan oleh
Berger dkk. menemukan bahwa resting energy expenditure bayi prematur
yang menyusu langsung pada ibu lebih rendah dibandingkan bayi yang
menyusu pada botol. Hasil penelitian ini mendukung pula penggunaan ASI
dibandingkan susu formula dari sudut keseimbangan/balans energi. Dari
penelitian ini didapatkan pula bahwa bayi > 32 minggu tampaknya cukup
aman untuk dapat menyusu langsung pada ibu, jika bayi dapat menoleransi
pemberian minum oral, untuk mendapatkan keuntungan nutrisi, fisiologis,
dan emosional.
Menilai kecukupan pemberian ASI bayi prematur
Uji pengukuran berat (weighing test) sering digunakan untuk
memperkirakan asupan susu bayi yang mendapat ASI. Pada hari yang
sama sampel susu dikumpulkan, bayi ditimbang sebelum dan sesudah
mendapatkan ASI, tanpa menggunakan pakaian.Peningkatan berat sesudah
bayi mendapatkan ASI (gram) dihitung sebagai jumlah asupan ASI
(gram). Pengukuran berat tersebut dikonversi ke dalam ukuran volume,
dengan mengalikan dengan faktor berat jenis, yaitu 1,031. Berat bayi
diharapkan meningkat sekitar 20-40 g/hari, jika peningkatan di atas 40
g/hari perlu dipertimbangkan kemungkinan pemberian nutrisi yang
berlebihan, atau disebabkan retensi cairan.
a. Bayi tertidur pulas setelah kenyang menyusu.
b. Bayi akan buang air beberapa kali dalam sehari.
16
c. Bayi akan buang air besar agak padat 1-5 kali setiap hari secara
teratur.
Hal yang perlu di perhatikan saat memberi ASI pada bayi BBLR
1. Sebelum menyusui, tangan ibu dicuci dengan air dan sabun.
2. Payudara ibu diurut kearah puting susu agar ASI dapat keluar dengan
lancar.
3. Kedua puting susu dibersihkan dengan kapas atau kain bersih yang
sudah dibasahi dengan air matang hangat.
4. Bayi dipangku pada posisi tegak. Puting susu dimasukkan ke dalam
mulut bayi sampai bagian berwarna cokelat di sekitar puting tertutup
oleh mulut bayi.
5. Bila bayi tidak dapat menghisap dengan kuat, ibu dapat membantu
memegangi/menyangga dagu bayi.
6. Bila bayi tertidur pada waktu menyusu, bayi dibangunkan dengan
menepuk-nepuk pipinya. Hal ini penting karena bayi dengan berat
lahir rendah lemah, malas mengisap dan cepat tidur, padahal ia harus
banyak minum ASI.
G. BBLR harus diperiksakan ke dokter/ Rumah Sakit/Puskesmas
a. Bayi menjadi lebih lemah dan kurang dapat menghisap puting ibu
walaupun sudah dibantu.
b. Bayi tiba-tiba kurang mau minum, tidak seperti biasanya.
c. Bayi kejang-kejang dengan atau tanpa mulut mencucu.
d. Tali pusat bayi berdarah, kemerahan, berbau atau bernanah.
e. Bayi demam.
f. Tubuh, tangan dan kaki bayi tetap dingin, walaupun ia sudah dibungkus
dengan kain hangat, kepalanya diberi topi dan didekap.
g. Bayi bernafas dengan cepat atau sulit bernafas.
h. Bayi sulit dibangunkan, yang mungkin disebabkan kesadaran yang
menurun.
i. Bayi tampak kuning, terlihat lebih jelas pada hidung, pipi dan bagian
muka lainnya.
j. Bayi mencret atau muntah-muntah.
k. Bayi mulai merintih, tidak menangis seperti biasanya.
17
H. Pencegahan BBLR pada masa kehamilan
Mengingat bahwa perawatan BBLR sebagaimana yang kita ketahui
dilaksanakan di negara maju ataupun di beberapa rumah sakit rujukan di
Indonesia membutuhkan biaya yang sangat besar. Maka upaya pencegahan
pada masa pra hamil dan masa hamil menjadi sangat penting.Pada masa
hamil perawatan antenatal harus mampu mendeteksi dini resiko terjadinya
BBLR. Bila resiko ini ada maka penatalaksanaannya yang tepat adalah
merujuk kasus ke pusat pelayanan yang memiliki kemampuan diagnostik
lebih lengkap guna penelitian laboratorium, sehingga terapi akan ditentukan
dengan baik.
Adapun upaya-upaya lain yang dapat dilaksanakan untuk mencegah
terjadinya BBLR :
1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali
selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu
hamil yang diduga berisiko, terutama factor resiko yang yang mengarah
melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada
institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu
2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin
dalam rahim, tanda-tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri
selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatnnya dan janin yang
dikandung dengan baik.
3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur
reproduksi sehat (20-34 tahun)
4. Perlu dukungan sector lain yang terkait untuk turut berperan dalam
meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka
dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan
status gizi ibu selama hamil.





18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masa neonatus dan beberapa minggu sesudahnya masih merupakan
masa yang rawan karena disamping kekebalan yang masih kurang juga gejala
penyakit spesifik. Pada periode-periode tersebut tidak dapat dibedakan/sulit
dibedakan dengan penyakit lain sehingga sulit dideteksi pada usia minggu-
minggu pertama kelainanyang timbul banyak yang berkaitan dengan masa
kehamilan/proses persalinan sehingga perlu penanganan segera dan khusus.
Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah
satu factor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi
khususnya pada masa perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat
mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang
selanjutnya, sehingga membutahkan biaya perawatan yang tinggi.
B. Saran
1. Meningkatkan pengawasan pada bayi baru lahir dengan BBLR.
2. Menambah informasi dan pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada
bayi baru lahir dengan BBLR.
3. Meningkatkan pelayanan pada bayi baru lahir dengan BBLR.











19
DAFTAR PUSTAKA

Pantiawati, ika,S.sit.2010. Bayi dengan BBLR. Yogyakarta: nuha medika.
Proverati atikah, SKM, MPH dan cahyo ismawati sulistyorini, S.Kep., Ns. 2010.
BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Yogyakarta: Nuha Medika.
Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti,am.keb.MKM.2010.asuhan neonates,bayi
dan anak balita.jakarta:trans info media.
http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/16/bayi-berat-lahir-rendah-bblr/
























20
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
C. Tujuan ..................................................................................................................... 2
D. Manfaat ................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi .................................................................................................................... 3
B. Tanda Tanda BBLR ............................................................................................. 4
C. Penyebab BBLR ...................................................................................................... 5
D. Penanganan segera setelah BBLR dilahirkan. ........................................................ 9
E. Perawatan bayi berat lahir rendah ......................................................................... 12
F. Cara pemberian ASI pada bayi BBLR .................................................................. 14
G. BBLR harus diperiksakan ke dokter/ Rumah Sakit/Puskesmas ............................ 16
H. Pencegahan BBLR pada masa kehamilan ............................................................. 17
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 18
B. Saran ..................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA










ii
21
KATA PENGANTAR
Dengan kebesaran Allah SWT. yang maha pengasih lagi maha penyayang,
penulis panjatkan rasa puji syukur atas hidayah-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, nikmat, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah Bayi Berat Badan Lahir Rendah.
Adapun makalah Bayi Berat Badan Lahir Rendah ini telah penulis
usahakan dapat disusun dengan sebaik mungkin dengan mendapat bantuan dari
berbagai pihak, sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan secara tepat
waktu. Untuk itu penulis tidak lupa untuk menyampaikan banyak terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penulisan makalah ini.
Terlepas dari upaya penulis untuk menyusun makalah ini dengan sebaik-
baiknya, penulis tetap menyadari bahwa tentunya selalu ada kekurangan, baik dari
segi penggunaan kosa-kata, tata bahasa maupun kekurangan-kekurangan lainnya.
Oleh karena itu, dengan lapang dada penulis membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang bermaksud untuk memberikan kritik dan saran kepada penulis agar
penulis dapat memperbaiki kualitas makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah Bayi Berat Badan Lahir Rendah ini
bermanfaat, dan pelajaran-pelajaran yang tertuang dalam makalah ini dapat
diambil hikmah dan manfaatnya oleh para pembaca.

Pariaman, Mei 2014

Penulis





i

You might also like