You are on page 1of 2

Jalan Sunyi Cinta

(oleh M. Iqbal Muharram R.)



Katakan pada cinta;
Bekerjasamalah denganku!
Lalu berikan padanya catatan mimpi-mimpimu
Yang merangkum warna-warna indah dalam keabadian
Warna-warna celupan dari Sang Maha Kasih
Yang tak terkontaminasi polusi paradigma

Dan rasakanlah, bahwa getarannya kini adalah getaran iman,
Saat bibir dan lidah lahir-batinmu akrab dengan pemilik sejatinya

Dan nikmatilah, bahwa kehangatan itu menjadi karib sunyimu,
Saat keramaian menolak akrab pada putusan pemilihan sadarmu
(Puisi Jalan Sunyi Cinta, 29 April 2013, M. Iqbal Muharram R.)
***
Banyak orang yang memilih keramaian, karena yang terlihat di sana adalah sukacita kendati fana. Dan
sedikit yang memilih untuk menepi dari kegerahan ramai lalu merebah diri dalam sunyi, di bawah teduh
Kasih Sang Maha Pengasih.
Ini bukan hanya tentang kisah memadu tali kasih antara dua jiwa manusia, --karena pasti ruang terbesar
alam sadar kita lalu memerah semu dan membayang candu padanya atas kata cinta--. Ini tentang
keberadaan nyata kita yang tersangkut pada akar-akar kehidupan, terjerat jebakan-jebakan mangsa
kebuasan, terkurung jaring-jaring bangsa penguasa. Hingga rasanya tidak ada jalan selain membawa
luka, melarikan diri dalam arus sungai yang mengalir deras menuju muara, lalu terseret ombak menuju
pantai kawanan buih-buih. Tidak banyak yang berlari melawan arus untuk mendaki ketinggian diri dalam
kekalutan. Tidak banyak yang melihat lalu meraih tali-tali akar menggantung yang halus dalam rabun
kepanikan. Tidak banyak yang menemukan batang-batang pohon kokoh terjulur di bawah air keruh yang
menghanyutkan.
Menepi dari keramaian fana berarti melawan arus deras penistaan harga diri fitri manusiawi. Memilih
sunyi berarti hanya mengharap jawab dan puji dari Sang Maha Menjawab dan Maha Terpuji. Hingga kita
saksikan bahwa ramai berlomba mencaci dan sunyi menjadi karib hari-hari. Dan ketika mereka yang
berjubah kawan akhirnya memilih lisan lawan, tinggallah sunyi dan Sang Maha Suci yang benar-benar
mengenali diri.
***
Dan katakanlah: ((Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan
melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib
dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan)).
(At-Taubah : 105)

You might also like