You are on page 1of 26

1

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang. Selain masih dalam tahap proses
menuju negara maju. Banyak industri, pertambangan dan perusahaan yang saling bersaing
dengan negara-negara berkembang yang lain. Tetapi melupakan kesehatan lingkungan sekitar
wilayah industri dan areal pertambangan, sehingga lingkungan banyak tercemari oleh limbah-
limbah industri. Oleh sebab itu, banyak faktor yang menyebabkan penyakit berbasis
lingkungan akibat pencemaran lingkungan.
Dari permasalahan yang sekarang di hadapi oleh Indonesia kami mempelajari tentang
kesehatan lingkungan, bagaimana cara penanganan dan pencegahan untuk mengurangi
penyebab penyakit berbasis lingkungan di Indonesia tersebut agar msyarakat Indonesia dapat
sehat dan dapat menjaga kesehatan lingkungan.

B. Manfaat Modul
Dalam modul ini kita dapat memahami konsep dan prinsip dasar dari ilmu kesehatan
lingkungan dan mampu menganalisa data-data surveillance epidemiologi, pencemaran
lingkungan dan upaya-upaya dalam menjaga mutu lingkungan.









2

BAB 2
ISI
SKENARIO
KALTIM GREEN
Kaltim green secara harafiah artinya kaltim hijau, suatu slogan yang sering didengar
seperti Indonesia sehat 2010 atau Millenium Development Goals (MDGs). Gubernur Kaltim
melihat Kalimantan khususnya Kaltim tidak lagi hijau sebagai paru paru dunia ( heart of
Borneo ) dan menilainya sebagai daerah gersang dan gundul akibat illegal logging dan
tambang batu bara liar. Pohon yang rindang apalagi hutan hujan tropis yang terkenal itu
hampir tidak ada lagi, pencemaran udara, air dan tanah semakin parah, hujan kecilpun dapat
menyebabkan banjir, ironisnya sebagian masyarakat kesulitan air bersih untuk saran hygiene
dan sanitasi. Data puskesmas menunjukkan 10 penyakit terbesar merupakan penyakit
berbasis lingkungan. Ditingkat puskesmas pengendalian penyakit dilakukan melalui kegiatan
kegiatan kesehatan lingkungan, pemberantasan penyakit menular dan surveilens
epidemiology.
STEP 1
1. Surveilens Epidemiologi : suatu kegiatan analisis secara sitematis dan terus
menerus terhadap penyakit atau masalah kesehatan dan
kondisi yang mempengaruhi ( faktor risiko dan
determinannya) terjadinya peningkatan dan penularan
penyakit agar dapat melakukan tindakan penanggulangan
secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data,
pengolahan, dan penyebaran informasi epidemiologi
kepada penyelenggara program kesehatan
2. MDGs : kesepakatan bersama antar negara negara serta
komitmen bersama negara negara berkembang dalam
menangani permasalahan utama pembangunan termasuk
didalamnya kemiskinan dan HAM , MDGs ini mencakup 8
poin pokok sasaran yang ingin di capai.Point sasaran yang
ingin di capai dalam bidang kesehatan di sebutkan pada
poin 4, 5, dan 6.
3

3. Kesehatan Lingkungan : Keseimbangan ekologi anatara manusia dengan
lingkungannya untuk menjamin kesehatan manusia.
4. Pencemaran : teradapatnya satu atau lebih bahan yang bersifat fisik,
kimia, dan biologik yang masuk kedalam lingkungan yang
dapat mengubah baku mutu standar lingkungan tersebut.
5. Hygiene : segala upaya yang dilakukan agar seseorang dan
lingkungannya dapat bersih dan terhindar dari penyakit.
Upaya kesehatan untuk memelihara kebersihan individu.
6. Sanitasi : upaya kesehatan untuk meningkatkan kesehatan
lingkungan (termasuk tempat tinggal dan manusianya) agar
terhindar dari penyakit. Hygiene dan sanitasi berkaitan erat.
STEP 2
1. Jelaskan apa yang dimaksud Indonesia sehat 2010, MDGs, serta Kaltim Green ?
2. Apa yang dimaksud dengan penyakit berbasis lingkungan, dan berikan contohnya ?
3. Apa saja penyebab pencemaran lingkungan baik pada air, udara, dan tanah ? dan
jelaskan dampaknya terhadap manusia dan lingkungannya?
4. Faktor faktor apa saja yang mempengaruhi Kesehatan Lingkungan ?
5. Sebutkan apa saja infikator Lingkungan sehat ?
6. Jelaskan tujuan upaya upaya yang telah dilakukan pada scenario, dan bagaimana cara
agar permasalahan dalam scenario teratasi ?
STEP 3
1. Indonesia sehat 2010
Merupakan suatu program pemerintah untuk meningkatkan kesadaran, kemuan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat
yang optimal melalui terciptanya masyarakat yang berprilaku hidup sehat dan memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan fasilitas kesehatan yang berkualitas di tahun
2010.
Adapun program program pokok pembangunan Indonesia sehat 2010 yakni :
- Peningkatan perilaku dan pemberdayaan masyarakat
- Peningkatan lingkungan sehat
- Peningkatan upaya kesehatan
- Peningkatan sumber daya kesehatan
4

- Pengembangan ilmu dasar dan terapan bidang kesehatan
- Pengembangan kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan
Namun program Indonesia sehat 2010 ini sudah di tinggalkan , pada saat ini pemerintah
menggunakan program MDGs sebagai upaya dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat Indonesia.

MDGs (Millenium Developpment Goals)
Kesepakatan negara negara untuk menemukan solusi dalam mengatasi kelaparan ,
gizi buruk dan penyakit, mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan
perempuan, menjamin pendidikan dasar bagi setiap orang, pembangunan berkelanjutan
serta dukungan langsung dari negara negara maju kepada negara berkembang dalam
bentuk bantuan, perdanganan, pembebasan utang dan investasi.
Adapun 8 sasaran MDGs ialah
- Menganggulangi kemiskinan dan kelaparan ekstrim
- Mencapai pendidikan dasar untuk semua
- Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan
- Menurunkan angka kematian anak
- Meningkatkan kesehatan ibu
- Memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya
- Memastikan kelestarian lingkungan hidup
- Membangun kemitraan global untuk pembangunan
Kaltim Green
Merupakan program kepedulain pemerintah provinsi Kalimantan Timur dalam
mengurangu dampak global warming yang telah menjadi isu global di dunia. program ini
bertujuan agar terciptanya lingkungan yang bersih , hijau, berbunga , dan sehat . adapun
kebijakan dalam program Kaltim Green ini antara lain ialah :
- Perluasan area bebas rokok
- Menggalakan sepeda hijau
- Penghijauan (Reboisasi)
- Kebijakan penggunaan motor
- Pengelolaan sampah terpadu ( Reduce, Recycle, Reuse, dan Repair )
5

2. Penyakit Berbasis Lingkungan merupakan suatu kondisi patologik , berupa kelaianan
fungsi atau morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi manusia dengan
segala sesuatu disekitarnya yang memiliki potensi penyakit.
Contoh penyakit berbasis lingkungan
a. Menular : TB Paru, Gastroenteritis, ISPA, Penyakit Kulit, DBD,
b. Tidak Menular :
- Keracunan akibat lingkungan kerja yang buruk, contoh; keracunan Mercury,
Asbestosis, d.l.l.
- Keluhan akibat lingkungan kerja yang buruk, contoh; asma bronchial, HNP,
Low Back Pain, Pneumokoniosis, d.l.l.
Klasifikasi penyakit berbasis lingkungan berdasarkan air :
Water borne diseases ; air yang terkontaminasi , ( melalui oral-fecal )
Water washed diseases
Water releated diseases; air dijadikan sarang tempat berkembang biak vektor
Water based borne diseases; air sebagai media perantara sementara
3. Penyebab pencemaran di Lingkungan
Air ; banjir industry, tambang batu bara , minyak, limbah rumah tangga, limbah
rumah sakit.
Udara; polutan dari industry (CO, NO, CH), polutan asap rokok, dan sisa-sisa
pembakaran bahan bakar minyak ataupun fosil.
Tanah; sampah, limbah, pestisida, deterjen, parasit, cacing, d.l.l.
4. Faktor faktor yang mempengaruhi kesehatan lingkungan
a. Lingkungan yang bersih bebas dari sampah, polusi, dan limbah
b. Tersedianya air yang bersih dan layak di gunakan sesuai dengan strandar kelayakan air
minum yang ada.
c. Sanitasi dan hygiene lingkungan yang baik
d. Kesadaran dank kemauan masyarakat akan menjaga kebersihan dan kesehatan
Selain itu juga ada beberapa pendapat yang menjelaskan mengenai faktor faktor
yang mempengaruhi kesehatan lingkungan.
Teori Konvensional ; menjelaskan bahwa ada 3 komponen utama yang berperan dalam
mewujudkan Kesehatan Lingkungan, yakni HOST, AGENT, dan ENVIRONMENT .
6

dimana dalam teori ini dijelaskan bahwa ketiga komponen tersebut sangat erat
kaitannya , dan apabila terdapat ketidakseimbangan di salah satu sisi, maka akan
terjadi/timbul suatu masalah kesehatan.
Teori BLOOM dan La Londe; menjelaskan dan menambahkan beberpa faktor yang
turut berperan dalam mewujudkan kesehatan lingkungan , faktor faktor tersebut ialah
pelayanan kesehatan, genetic , prilaku masyarakat, serta lingkungan itu sendiri.
5. Indikator Lingkungan Sehat
a. Penggunaan air bersih dan layak ( syarat air bersih dan layak konsumsi : tidak berbau,
tidak berasa, tidak berwarna, kandungan Fe tidak lebih dari 0,3 mg, d.l.l.)
b. Rumah sehat ( memiliki ventilasi yg beukuran besar dan dgn jmlh yg cukup sesuai
ruangan yang ada , luas rumah disesuaikan dengan jumlah anggota keluarga, sinar/
cahaya yang masuk minimal 1/3 per ruangan di rumah, fasilitas MCK baik, dl.l.l)
c. Kepemilikan sanitasi dasar
d. Pengolahan makanan yang baik, dan benar sesuai standar kesehatan
6. Upaya upaya yang telah dilakukan oleh puskesmas bertujuan untuk meningkatkan taraf
kesehatan masyarakat, serta mencegah dan mengurangi penyakit yang ada di masyarakat ,
sehingga masyarakat peduli, sadar, dan mau dalam menjaga lingkungannya agar selalu
bersih dan sehat. Upaya upaya tersebut di lakukan dalam beberapa langkah dan metode ,
ada yang melalui administrator ( melalui pembuatan kebijakan , atau peraturan , dan
memberikan masukan pda para stakeholder , ditempuh melalui jalur hukum), melalui jalur
pendidikan dan penyuluhan serta upaya promosi kesehatan kepada masyarakat, melalui
jalur pengembangan teknologi di bidang kesehatan demi meningkatkan pelayanan dan
kesejahteraan masyarkat sehingga meningkatnya derajat kesehatan masyarakat.







7

STEP 4













STEP 5
1. Menjelaskan tentang Kesehatan Lingkungan
2. Menjelaskan tentang Pencemaran Lingkungan (baik melalui air, udara, maupun
tanah)
3. Menjelaskan Surveilens Epidemiologi
4. Menjelaskan Penyakit Berbasis lingkungan
STEP 6
Belajar Mandiri


Kesehatan Lingkungan
Baik Tidak Baik
Pencemaran
Air, Udara , Tanah
Penyakit Berbasis
Lingkungan
Kegiatan kesehatan
Lingkungan
Surveilens
Epiemiologi
Pemberantasan
Penyakit Menular
8

STEP 7
Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara
manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia (WHO, 2008).
Menurut World Health Organization (WHO) ada 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan,
yaitu :
1. Penyediaan air minum
2. Pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran
3. Pembuangan sampah padat
4. Pengendalian vector
5. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
6. Hygiene makanan, termasuk hygiene susu
7. Pengendalian pencemaran udara
8. Pengendalian radiasi
9. Kesehatan kerja
10. Pengendalian kebisingan
11. Perumahan dan pemukiman
12. Aspek kesehhatan lingkungan dan transportasi udara
13. Perencanaan daerah dan perkotaan
14. Pencegahan kecelakaan
15. Rekreasi umum dan pariwisata
16. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemic/wabah,
bencana alam dan perpindahan penduduk
17. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.
Menurut Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan, kesehatan
lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat. Sasaran
kesehatan lingkungan antara lain dilaksanakan pada :
1. Tempat umum
2. Lingkungan pemukiman
3. Lingkungan kerja
4. Angkutan umum
9

5. Dan lingkungan lainnya
Kesehatan lingkungan di Indonesia meliputi penyehatan air dan udara, pengamanan
limbah padat, limbah cair, limbah gas, radiasi, dan kebisingan, pengendalian vector, dan
penyehatan atau pengamanan lainnya.
Beberapa Indikator Kesehatan Lingkungan
1. Penggunaan Air Bersih
Untuk tahun 2007 jumlah keluarga yang diperiksa yang memiliki akses air bersih
72,35 persen. Dari hasil inspeksi sanitasi petugas Puskesmas penggunaan air bersih pada
setiap keluarga yang paling tertinggi adalah sumur gali +34,99%, sumur pompa tangan
+31,86% ledeng +18,59.
2. Rumah Sehat
Bagi sebagian besar masyarakat, rumah merupakan tempat berkumpul bagi semua
anggota keluarga dan menghabiskan sebagian besar waktunya, sehingga kondisi
kesehatan perumahan dapat berperan sebagai media penularan penyakit diantara anggota
keluarga atau tetangga sekitarnya. Pada tahun 2007 telah dilakukan pemeriksaan rumah
sehat di 40 wilayah Puskesmas di kab.Tangerang, dari hasil inspeksi sanitasi 560.426
rumah maka 68,34 persen dinyatakan sehat.
3. Keluarga Dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar
Keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar meliputi persediaan air bersih,
kepemilikan jamban keluarga, tempat sampah dan pengelolaan air limbah keluarga
keseluruhan hal tersebut sangat diperlukan didalam peningkatan kesehatan lingkungan.
Dari hasil pendataan yang dilakukan oleh sanitasi Puskesmas menggambarkan sampai
tahun 2007 dapat digambarkan pada grafik berikut.
4. Tempat Umum dan Pengolahan Makanan
Makanan termasuk minuman, merupakan kebutuhan pokok dan sumber utama bagi
kehidupan manusia, namun makanan yang tidak dikelola dengan baik justru akan menjadi
media yang sangat efektif didalam penularan penyakit saluran pencernaan. Terjadinya
peristiwa keracunan dan penularan penyakit akut yang sering membawa kematian banyak
bersumber dari makanan yang berasal dari tempat pengolahan makanan khususnya
jasaboga, rumah makan dan makanan jajanan yang pengelolaannya tidak memenuhi
syarat kesehatan atau sanitasi lingkungan

10

Masalah-masalah Kesehatan Lingkungan di Indonesia

1. Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air
minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum.
Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Syarat Fisik, Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna
b. Syarat Kimia, Kadar Besi maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l, Kesadahan
(maks 500 mg/l)
c. Syarat Mikrobiologis, Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air)
11



12

13


14



2. Pembuangan Kotoran/Tinja
Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat
sebagai berikut :
a. Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi.
b. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki mata air
atau sumur
c. Tidak boleh terkontaminasi air permukaan
d. Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain
e. Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar ; atau, bila memang benar-benar
diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin.
f. Jamban harus babas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang.
g. Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.

3. Kesehatan Pemukiman
Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai
berikut :
a. Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu : pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak
yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.
15

b. Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu : privacy yang cukup, komunikasi yang
sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah
c. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antarpenghuni rumah
dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas
vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar
matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping
pencahayaan dan penghawaan yang cukup.
d. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena
keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan,
konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung
membuat penghuninya jatuh tergelincir.

4. Pembuangan Sampah
Teknik pengelolaan sampah yang baik harus memperhatikan faktor-
faktor/unsur :
a. Penimbulan sampah. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah adalah
jumlah penduduk dan kepadatanya, tingkat aktivitas, pola kehidupan/tk sosial
ekonomi, letak geografis, iklim, musim, dan kemajuan teknologi.
b. Penyimpanan sampah.
c. Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali.
d. Pengangkutan
e. Pembuangan
Dengan mengetahui unsur-unsur pengelolaan sampah, kita dapat mengetahui
hubungan dan urgensinya masing-masing unsur tersebut agar kita dapat memecahkan
masalah-masalah ini secara efisien.

5. Serangga dan Binatang Pengganggu
Serangga sebagai reservoir (habitat dan suvival) bibit penyakit yang kemudian
disebut sebagai vektor misalnya : pinjal tikus untuk penyakit pes/sampar, Nyamuk
Anopheles sp untuk penyakit Malaria, Nyamuk Aedes sp untuk Demam Berdarah
Dengue (DBD), Nyamuk Culex sp untuk Penyakit Kaki Gajah/Filariasis.
Penanggulangan/pencegahan dari penyakit tersebut diantaranya dengan
merancang rumah/tempat pengelolaan makanan dengan rat proff (rapat tikus),
Kelambu yang dicelupkan dengan pestisida untuk mencegah gigitan Nyamuk
16

Anopheles sp, Gerakan 3 M (menguras mengubur dan menutup) tempat penampungan
air untuk mencegah penyakit DBD, Penggunaan kasa pada lubang angin di rumah
atau dengan pestisida untuk mencegah penyakit kaki gajah dan usaha-usaha sanitasi.
Binatang pengganggu yang dapat menularkan penyakit misalnya anjing dapat
menularkan penyakit rabies/anjing gila. Kecoa dan lalat dapat menjadi perantara
perpindahan bibit penyakit ke makanan sehingga menimbulakan diare. Tikus dapat
menyebabkan Leptospirosis dari kencing yang dikeluarkannya yang telah terinfeksi
bakteri penyebab.

6. Makanan dan Minuman
Sasaran higene sanitasi makanan dan minuman adalah restoran, rumah makan,
jasa boga dan makanan jajanan (diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan
dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang
disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel).
Persyaratan hygiene sanitasi makanan dan minuman tempat pengelolaan
makanan meliputi :
a. Persyaratan lokasi dan bangunan;
b. Persyaratan fasilitas sanitasi;
c. Persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan;
d. Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi;
e. Persyaratan pengolahan makanan;
f. Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi;
g. Persyaratan peralatan yang digunakan.

Pencemaran Lingkungan

Pencemaran lingkungan diantaranya pencemaran air, pencemaran tanah, pencemaran
udara. Pencemaran udara dapat dibagi lagi menjadi indoor air pollution dan out door air
pollution. Indoor air pollution merupakan problem perumahan/pemukiman serta gedung
umum, bis kereta api, dll. Masalah ini lebih berpotensi menjadi masalah kesehatan yang
sesungguhnya, mengingat manusia cenderung berada di dalam ruangan ketimbang berada di
jalanan. Diduga akibat pembakaran kayu bakar, bahan bakar rumah tangga lainnya
merupakan salah satu faktor resiko timbulnya infeksi saluran pernafasan bagi anak balita.
Mengenai masalah out door pollution atau pencemaran udara di luar rumah, berbagai analisis
17

data menunjukkan bahwa ada kecenderungan peningkatan. Beberapa penelitian menunjukkan
adanya perbedaan resiko dampak pencemaran pada beberapa kelompok resiko tinggi
penduduk kota dibanding pedesaan. Besar resiko relatif tersebut adalah 12,5 kali lebih besar.
Keadaan ini, bagi jenis pencemar yang akumulatif, tentu akan lebih buruk di masa
mendatang. Pembakaran hutan untuk dibuat lahan pertanian atau sekedar diambil kayunya
ternyata membawa dampak serius, misalnya infeksi saluran pernafasan akut, iritasi pada
mata, terganggunya jadual penerbangan, terganggunya ekologi hutan.

A. Penyebab masalah kesehatan lingkungan di Indonesia
1. Pertambahan dan kepadatan penduduk.
2. Keanekaragaman sosial budaya dan adat istiadat dari sebagian besar penduduk.
3. Belum memadainya pelaksanaan fungsi manajemen.

B. Hubungan dan pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan masyarakat di perkotaan
dan pemukiman
Contoh hubungan dan pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan
masyarakat di perkotaan dan pemukiman diantaranya sebagai berikut :
1. Urbanisasi >>> kepadatan kota >>> keterbatasan lahan >>> daerah slum/kumuh >>>
sanitasi kesehatan lingkungan buruk.
2. Kegiatan di kota (industrialisasi) >>> menghasilkan limbah cair >>> dibuang tanpa
pengolahan (ke sungai) >>> sungai dimanfaatkan untuk mandi, cuci, kakus >>>
penyakit menular.
Kegiatan di kota (lalu lintas alat transportasi) >>> emisi gas buang (asap) >>> mencemari
udara kota >>> udara tidak layak dihirup >>> penyakit ISPA.

SURVEILANS EPIDEMIOLOGI

1. Definisi dari Surveilans Epidemiologi
Surveilans adalah upaya/ sistem/ mekanisme yang dilakukan secara terus menerus dari
suatu kegiatan pengumpulan, analisi, interpretasi,dari suatu data spesifik yang digunakan
untuk perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program
Istilah surveilans digunakan untuk dua hal yang berbeda.
18

a. Surveilans dapat diartikan sebagai pengawasan secara terus-menerus terhadap faktor
penyebab kejadian dan sebaran penyakit, dan yang berkaitan dengan keadaan sehat
atau sakit. Surveilans ini meliputi pengumpulan, analisis, penafsiran, dan penyebaran
data yang terkait, dan dianggap sangat berguna untuk penanggulangan dan
pencegahan secara efektif. Definisi yang demikian luas itu mirip dengan surveilans
pada sistem informasi kesehatan rutin, dan karena itu keduanya dapat dianggap
berperan bersama-sama.
b. Menyangkut sistem pelaporan khusus yang diadakan untuk menanggulangi masalah
kesehatan utama atau penyakit, misalnya penyebaran penyakit menahun suatu
bencana alam. Sistem surveilans ini sering dikelola dalam jangka waktu yang terbatas
dan terintegrasi secara erat dengan pengelolaan program intervensi kesehatan. Bila
informasi tentang insidens sangat dibutuhkan dengan segera, sedangkan sistem
informasi rutin tidak dapat diandalkan maka sistem ini dapat digunakan.

Definisi menurut WHO :
Surveilans adalah Pengumpulan, pengolahan, analisis data kesehatan secara sistematis
dan terus menerus, serta desiminasi informasi tepat waktu kepada pihak pihak yang
perlu mengetahui sehingga dapat diambil tindakan yang tepat
Definisi menurut Centers for Disease Control ( CDC )
Surveilans adalah Pengumpulan, analisis dan interpretasi data kesehatan secara sistematis
dan terus menerus, yang diperlukan untuk perencanaan, implementasi dan evaluasi
upaya kesehatan masyarakat, dipadukan dengan desiminasi data secara tepat waktu
kepada pihak pihak yang perlu mengetahuinya.
Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan defenisi Surveilans epidemiologi adalah
pengumpulan dan pengamatan secara sistematik berkesinambungan, analisa dan
interprestasi data kesehatan dalam proses menjelaskan dan memonitoring kesehatan
dengan kata lain surveilans epidemiologi merupakan kegiatan pengamatan secara teratur
dan terus menerus terhadap semua aspek kejadian penyakit dan kematian akibat penyakit
tertentu, baik keadaan maupun penyebarannya dalam suatu masyarakat tertentu untuk
kepentingan pencegahan dan penanggulangan.

Surveilans Epidemiologi adalah pengumpulan dan analisa data epidemiologi yang akan
digunakan sebagai dasar dari kegiatan-kegiatan dalam bidang pencegahan dan
penanggulangan penyakit yang meliputi kegiatan :
19

1. Perencanaan Program Pemberantasan Penyakit.
Mengenal Epidemiologi Penyakit berarti mengenal apa yang kita hadapi dan
mengenal perencanaan program yang baik.
2. Evaluasi Program Pemberantasan Penyakit.
Bagaimana keadaan sebelum dan sesudah dan sesudah program dilaksanakan
sehingga dapat diukur keberhasilannya menggunakan data sueveilans epidemiologi.
3. Penanggulangan wabah Kejadian Luar Biasa.

Penyelenggaraan Surveilans Epidemiologi Kesehatan wajib dilakukan oleh setiap
instansi kesehatan Pemerintah, instansi Kesehatan Propinsi, instansi kesehatan
kabupaten/kota dan lembaga masyarakat dan swasta baik secara fungsional atau
struktural. Mekanisme kegiatan Surveilans epidemiologi Kesehatan merupakan kegiatan
yang dilaksanakan secara sistematis dan terus menerus. Surveilans beralasan untuk
dilakukan jika dilatari oleh kondisi kondisi berikut:
1. Beban Penyakit ( Burden of Disease ) tinggi, sehingga merupakan masalah penting
kesehatan masyarakat.
2. Terdapat tindakan masyarakat yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah
tersebut
3. Data yang relevan mudah diperoleh
4. Hasil yang diperoleh sepadan dengan upaya yang dilakukan
5. Dengan system surveilans yang peka terhadap perubahan-perubahan pola penayakit di
suatu daerah tertentu dapat mengantisipasi kecenderungan penyakit di suatu daerah.

2. Prinsip Surveilans Epidemiologi
a. Pengumpulan data Pencatatan insidensi terhadap population at risk.
Pencatatan insidensi berdasarkan laporan rumah sakit, puskesmas, dan sarana
pelayanan kesehatan lain, laporan petugas surveilans di lapangan, laporan masyarakat,
dan petugas kesehatan lain; Survei khusus; dan pencatatan jumlah populasi berisiko
terhadap penyakit yang sedang diamati. Tehnik pengumpulan data dapat dilakukan
dengan wawancara dan pemeriksaan. Tujuan pengumpulan data adalah menentukan
kelompok high risk; Menentukan jenis dan karakteristik (penyebabnya); Menentukan
reservoir; Transmisi; Pencatatan kejadian penyakit; dan KLB.
b. Pengelolaan data
20

Data yang diperoleh biasanya masih dalam bentuk data mentah (row data) yang masih
perlu disusun sedemikian rupa sehingga mudah dianalisis. Data yang terkumpul dapat
diolah dalam bentuk tabel, bentuk grafik maupun bentuk peta atau bentuk lainnya.
Kompilasi data tersebut harus dapat memberikan keterangan yang berarti.
c. Analisis dan interpretasi data untuk keperluan kegiatan
Data yang telah disusun dan dikompilasi, selanjutnya dianalisis dan dilakukan
interpretasi untuk memberikan arti dan memberikan kejelasan tentang situasi yang ada
dalam masyarakat.
d. Penyebarluasan data dan keterangan termasuk umpan balik
Setelah analisis dan interpretasi data serta telah memiliki keterangan yang cukup jelas
dan sudah disimpulkan dalam suatu kesimpulan, selanjutnya dapat disebarluaskan
kepada semua pihak yang berkepentingan, agar informasi ini dapat dimanfaatkan
sebagai mana mestinya.
e. Evaluasi
Hasil evaluasi terhadap data sistem surveilans selanjutnya dapat digunakan untuk
perencanaan, penanggulangan khusus serta program pelaksanaannya, untuk kegiatan
tindak lanjut (follow up), untuk melakukan koreksi dan perbaikan-perbaikan program
dan pelaksanaan program, serta untuk kepentingan evaluasi maupun penilaian hasil
kegiatan.

3. Hambatan yang terjadi dalam surveilans epidemiologi
Ada beberapa hambatan surveillans epidemiologi, dintaranya:
a. Kerjasama lintas sektoral
Surveillens epidemiologi harus bekerjasama dengan berbagai sektor yang berkaitan
dengan kesehatan, kerjasama tersebut membutuhkan partisipasi yang penuh untuk
tecapainya pemecahan masalah kesehatan, kadang kala sektor yang lain mempunyai
pertisipasi yang rendah dalam kerjasama lintas sektoral tersebut.
b. Partisipasi masyarkat rendah
Surveillens epidemiologi yang memang menangani masalah kesehatan masyrakat
eharusnya benar-benar menggali informasi dari masyarakat dan penanganannyapun
hasrus dengan masyarakat, sering dijumpai partsipasi masyarakat dalam pengambilan
informasi dari petugas kesehatan berbelitbelit dan cenderung menutup-nutupi.


21

c. Sumber daya
Hambatan yang paling menonjol dari hasil penelitian ini adalah sumber daya manusia.
Hambatan yang berhasil di identifikasi berdasarkan persepsi responden adalah sebagai
berikut :
a) Jumlah tenaga yang kurang untuk mengcover kegiatan PE
b) Banyaknya tugas rangkap.
c) Sarana Komputer, biasanya komputer bergantian untuk menyelesaikan tugas lain.
d. Ilmu pengetahuan dan teknologi
Surveillans epidemiologi membutuhkan teknologi teknologi untuk mempercepat
deteksi din, analisis penanggulangan dan penanggulangan masalah kesehaatan,
kondisi di lapangan seringkali tenologi di laboratorium sering lambat sehingga
mengganggu tahap deteksi dini dan penanganan kasus akan terlambat.
e. Kebijakan
Seringkali kebijakan dari pemerintah dirasa masih menghambat dalam pelaksanaan
surveilans. Contohnya saja baru ditangani apabila memang sudah menjadi KLB.
Birokrasi pemerintahan yang rumit sering menjadi kendala dalam melakukan
surveilans. Kebijakan yang belum dipahami petugas juga menjadi kendala dalam
pelaksanaan surveilans.
f. Dana
Kegiatan surveilans ini tidak membutuhkan dana yang sedikit juga. Sering kali
permasalahan dana menjadi penghambat dalam melakukan surveilans.
g. Jarak dan Transportasi
Lokasi yang jauh dari perkotaan dan minimnya transportasi membuat kegiatan
surveilans terhambat. Sering kali jarak membuat kegiatan surveilans berlangsung
berhari-hari karena transportasi yang minim dan jarak yang jauh. Kondisi jalan juga
mempengaruhi.

PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN
WHO membagi penyakit berbasis lingkungan berdasarkan hubungannya dengan air.
WHO menyadari bahwa sumber air yang adekuat adalah kebutuhan dasar manusia. Penyakit
yang berhubungan dengan air membunuh jutaan orang setiap tahunnya, kurang lebih
mencakup 80% kematian di negara berkembang.
22


Tabel 1. Angka morbiditas dan mortalitas akibat penyakit berbasis lingkungan
Transmisi penyakit sebagian besar melalui rute orofekal, dan dapat terjadi ketika feses
manusia mengkontaminasi makanan atau minuman.


Gambar 1. Siklus penyakit yang berhubungan dengan air
23


Gambar 2. Transmisi penyakit dengan rute orofekal
Berikut adalah klasifikasi penyakit yang berhubungan dengan air berdasarkan WHO
1. Water borne diseases
Water borne diseases disebut juga penyakit air kotor. Hal ini disebabkan karena air
yang sudah terkontaminasi oleh manusia, hewan, atau limbah kimia. Contoh
penyakitnya adalah kolera, tifoid, disentri, hepatitis virus, dan giardiasis. Penyebab
dari water borne diseases adalah:
Sanitasi yang kurang baik
Menggunakan air yang terkontaminasi kotoran
Limbah agrikultural, pestisida, dan industri
Cara pencegahan terbaiknya adalah dengan meningkatkan sanitasi publik dan
menyediakan sumber air bersih.
2. Water related vector diseases
Water related vector diseases adalah penyakit dimana air menjadi tempat transmisi
vektor serangga atau hewan lainnya. Contoh penyakitnya adalah DBD, malaria,
yellow fever, bancroftian filariasis. Penyebabnya adalah:
Kurangnya management air
Air yang tidak mengalir akan meningkatkan populasi nyamuk
Nyamuk berkembang menjadi resisten terhadap DDT
Pencegahannya adalah dengan cara sebagai berikut:
Mengeleminasi serangga dengan menggunakan pestisida
Menggunakan kelambu tidur
24

Menggunakan predator alami
Menutup tempat penampungan air
Mengedukasi masyarakat
3. Water scarce ( water washed) diseases
Water scarce diseases berkembang pada kondisi dimana air menjadi langka dan
sanitasi buruk. Contoh penyakitnya adalah skabies, sepsis dan ulkus kulit, lepra,
trakoma, disentri, ascariasis.
4. Water based diseases
Water based disease disebabkan oleh organisme air yang menghabiskan siklus hidup
mereka di dalam air dan menjadi parasit. Contoh penyakitnya adalah schistomiasis,
dracunuliasis, dan filariasis. Penyebabnya adalah:
Air yang tidak mengalir (air penampungan) yang merupakan tempat yang
ideal untuk cacing
Sanitasi yang tidak adekuat dan kekurangan sumber air.
Pencegahannya adalah dengan cara sebagai berikut:
Mencuci sayur-sayuran dan buah-buahan dengan air bersih
Tidak masuk ke dalam sungai yang kotor
Memakan makanan yang dimasak dengan matang
Di daerah endemik cacing, dapat menggunakan pakaian sebagai penyaring
Tempat pembuangan kotoran manusia yang higienis

25


Tabel 1. Penyakit yang berhubungan dengan air dan sanitasi













26

BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
Kesehatan lingkungan adalah cabang ilmu kesehatan masyarakat yang berkaitan
dengan semua aspek dari alam dan lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia.
Kesehatan lingkungan didefinisikan oleh World Health Organization sebagai: Aspek-aspek
kesehatan manusia dan penyakit yang disebabkan oleh faktor-faktor dalam lingkungan. Hal
ini juga mengacu pada teori dan praktek dalam menilai dan mengendalikan faktor-faktor
dalam lingkungan yang dapat berpotensi mempengaruhi kesehatan.
Kesehatan lingkungan mencakup baik efek patologis langsung bahan kimia, radiasi
dan beberapa agen biologis, dan dampak (sering tidak langsung) di bidang kesehatan dan
kesejahteraan fisik yang luas, psikologis, sosial dan estetika lingkungan termasuk perumahan,
pembangunan perkotaan, penggunaan lahan dan transportasi.
Saran
Dengan memahami LO yang didapat, penulis menyarankan pembaca dapat
termotivasi untuk mendalami materi yang kami ulas, sehingga nantinya saat diklinik atau
rotasi klinik para mahasiswa dapat menerapkannya. Mengingat masih banyaknya kekurangan
dari kelompok kami, baik dari segi diskusi kelompok, penulisan tugas tertulis dan
sebagainya, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari dosen dan teman-teman
angkatan.

You might also like