You are on page 1of 24

Menemukan Jurus-Jurus

MenulisBelajar dari
Penulis Dunia
Ptah! Zine Vol. 1
Menemukan Jurus-Jurus
MenulisBelajar dari Penulis Dunia
Mencari atau Memunculkan Ide?
PERMASALAHAN terbesar yang paling sering dialamai penulis mungkin
adalah kekurangan ide. Kerap kali seseorang ingin menulis, namun
ide kadang tak datang-datang. Jika seorang penulis kerap mematung di
depan layar komputernya, bisa jadi ia kehabisan ide. Atau jika penulis
tak kunjung merampungkan tulisannya, bisa jadi juga ia kehabisan ide.
Lalu, dari mana sesungguhnya sumber ide itu? Saya jawab, dari mana
saja!
Ide biasanya tak perlu dicari, sebab ide itu adalah amunisi si penulis itu
sendiri. Maksudnya, seorang penulis tidak boleh tidak punya ide. Ide
itu mutlak dimiliki. Ide bisa didapatkan dari membaca, menonton film,
mendengarkan musik, atau mungkin juga joke-joke unik dan lucu antara
teman sepergaulan. Maka jangan takut kehabisan ide. Ide itu ada di mana-
mana. Gratis, tidak perlu beli ide. Karena memang tak ada penjual ide.
Ada saat-saat genting, di mana seorang penulis memerlukan sumber
pasti untuk menemukan ide dengan cepat. Mereka yang rajin mengikuti
lomba menulis tentu paham hal ini. Atau di lain waktu, dorongan menulis
demikian kuat namun kita bingung hendak menulis apa? Bagaimanapun,
ide adalah modal dasar dari menulis. Bahkan mdal dasar dari nyaris
segala aktivitas.
Tapi saya tetap tak punya ide, bagaimana donk? Baiklah, kalau
memang Anda memaksa, saya punya jawaban pastinya. Saya punya 6
sumber ide:
Kitab-Kitab Agama
Kitab-kitab agama menyediakan ide tak terbatas. Keuntungannya, Anda
tak perlu bersusah payah mencari moral cerita (unsur yang biasanya
dikejar seorang penulis ketika menulis untuk pembacanya). Bukankah
kitab agama memang ditulis dalam rangka itu. Sumber ini adalah sumber
yang paling cepat didapatkan. Sejak kecil mungkin kita sudah banyak
mendengar dongeng dalam kitab suci. Maka cerita inilah yang menjadi
sumbernya. Atau pesan-pesan kebaikan inilah yang bisa kita explore lagi
untuk menjadi sebuah tulisan.
Kitab-kitab agama banyak mengisahkan cerita yang lengkap. Unsur-
unsur pembangun cerita seperti plot, karakter, konflik, setting dan
resolusi telah tersedia dalam kisah-kisah tersebut. Tentu saja kita tak
harus menyalin penuh. Anda hanya perlu sedikit waktu dan kreativitas
untuk memodifikasinya. Misalnya: (1) Ganti latar masa lalu dengan masa
kini. (2) Ubah alur maju menjadi fashback (atau sebaliknya). (3) Ubah sumber
konfik. Dan sebagainya.
Dongeng/Cerita Rakyat
Metodenya sama persis dengan poin di atas. Anda hanya butuh usaha
sedikit keras untuk menemukan sumber-sumber cerita yang orisinil.
Banyak folkfore atau dongeng yang belum dipublikasikan secara tertulis.
Kakek nenek adalah rujukan terbaik. Anda cukup menangkap plot dan
moral ceritanya, selebihnya akan diurus oleh kreativitas alami Anda
sebagai penulis.
Lirik Lagu
Bagi Anda yang menyukai lirik lagu. Sumber ini bisa jadi rujukan yang
bagus. Lagu kadang tak hanya memainkan musik, tapi juga membuat
sebuah cerita. Dari cerita yang ada di lirik lagu tersebutlah Anda bisa
mengembangkannya dan menjadikannya karangan. Bayangkan jika Anda
adalah tokoh yang tersakiti misalnya, atau tokoh yang dijahati dalam
sebuah lagu. Lalu kembangkanlah menjadi ide karangan.
Film
Film mungkin akan banyak membantu imajinasi seorang penulis. Dan
film adalah salah satu sumber ide yang tergolong cepat. Anda hanya
menatap layar tv satu atau dua jam dan menikmati suguhan cerita yang
seru, lucu atau menyentuh. Bagi penulis, film tentu saja bukan hanya
hiburan. Tapi juga bahan bakar ide. Anda bisa mengubah setting filmnya,
misalnya di Afrika menjadi di Jogja, atau mengganti tokohnya dengan
teman Anda, ayah Anda. Otomatis karakternya berubah dan banyak
usnsur cerita lainnya yang nanti akan berubah sendiri.
Karya Lama/Bacaan Lain
Setiap tulisan adalah gabungan dari banyak tulisan yang lainnya. Anda
mungkin pernah mendengar kata-kata itu. Tidak ada yang orisinil di
dunia ini. Kebanyakan adalah gabungan dari pengalaman si pembuatnya.
Begitu juga dengan tulisan. Bisa jadi tulisan adalah gabungan dari banyak
tulisan yang pernah dibaca penulisnya. Atau film juga adalah gabungan
banyak bagian yang disatukan untuk menjadi film baru. Tapi berhati-
hatilah jika mengadaptasi. Jika menjiplak, Anda bisa kena kutukan dan
dijuluki plagiator.
Mereproduksi karya lama punya kelebihan tersendiri. Apalagi karya
legendaris. Selain gampang, penulis tidak perlu lagi berpanjang lebar
menjelaskan latar belakang cerita. Pembaca telah punya bayangan atas
cerita tersebut. Hal sangat menguntungkan bagi penulis.
Pada poin ide ini, Anda hanya perlu memodifikasi. Penafsiran ulang atas
cerita pun sah-sah saja. Manipulasi pengetahuan pembaca atas cerita
bersangkutan dengan cara; Memutarbalikkan plot, mereposisi karakter
(antagonis menjadi protagonis) dan atau mengubah versi ending cerita.
Humor Teman Ngobrol
Di Indonesia, humor adalah hal yang biasa. Sangat biasa bahkan. Di
mana-mana kita dapat menjumpai orang tertawa dan saling bercerita.
Bukankah ini berarti kita banyak mendengar ide berkeliaran? Jangan
diam saja, jika Anda ingin tekun menulis, ambil cerita itu, modifikasi
dan jadilah cerita.
Saya berani mengatakan bahwa 6 sumber di atas adalah cara paling
praktis menemukan ide untuk menulis. Sebab segala unsur pembangun
cerita umumnya telah disediakan oleh sumber dimaksud. Plot, karakter,
setting, konflik dan resolusi sudah tersedia. Boleh dibilang kita hanya
perlu menuliskannya ulang.
Tentu bukan hanya 6 poin ini saja sumber ide yang bisa dipakai. Ada
banyak sumber ide lain, misalnya curhat teman, sinetron, berita
kriminal, perceraian artis, pertengkaran tetangga atau apa saja. Bisa juga
pengalaman pribadi. 6 poin ini sengaja saya buat agar memudahkan Anda
saat kehabisan ide. Jika sedang miskin ide, setidaknya 6 rujukan ini bisa
jadi contoh lapak ide yang menarik untuk didatangi.
Tips Menulis Fiksi Ernest
Hemingway
DALAM satu tahun, hanya ada satu orang yang akan mendapatkan
penghargaan nobel. Pada tahun 1954, manusia itu bernama Ernest Miller
Hemingway (1899-1961). Atas kehebatan dan mutu karya-karyanya,
Erza Pound menjulukinya sebagai Penulis prosa dengan gaya terbaik di
dunia. Secara khusus, Hemingway adalah peletak standar fiksi Amerika,
dan secara umum sukses meninggalkan pengaruh luar biasa bagi fiksi
dunia. Apa rahasia di balik pencapaian sukses Hemingway? Jawabnya,
kesederhanaan!
Menulis Sederhana
Bagi saya sederhana itu jenius! Lihat saja produk-produk teknologi terbaru
penemuan manusia. Semuanya diciptakan untuk menyederhanakan dan
mengeluarkan manusia dari kerumitan hidup. Apa sebutan bagi para
penemu itu? Si Jenius. Panggilan jenius ini juga berlaku bagi penulis
dengan produk kerajinan kata-kata.
Cerpen bukan puisi, tapi kalimat puitis acapkali tampil di sekujur
tulisan. Cerpen sejatinya prosa naratif fiktif. Kata prosa sendiri berasal
dari bahasa latin prosa, yang artinya terus terang.
Saya menemukan banyak karya prosa berfokus pada keindahan kalimat.
Alih-alih pada cerita dan pada pesan yang hendak disampaikan. Kalimat
yang seyogyanya hanya media bercerita berbalik memegang kendali.
Barisan diksi merajai tulisan, meski bukan itu tujuan utama menulis
prosa. Penulis sering lupa, kalimat bertugas sebagai penyampai pesan.
Sehingga kalimat yang seharusnya penjelas bagi pembaca pun berubah
menjadi rumit dan bias.
Bagi Hemmingway, menulis adalah fokus pada pesan yang ingin
disampaikan. Dengan fokus maka gagasan akan cepat sampai ke pembaca.
Sebaliknya, jika kalimat bertele-tele justru akan membingungkan
pembaca. Bagi Hemingway, tulisan yang tak banyak memberi maksud
bagi cerita adalah kotoran, dan kotoran harus dibersihkan agar terlihat
rapi dan bagus.
Berikut ini adalah tiga jurus rahasia yang sering dipakai Hemingway
dalam menulis cerita.
Tiga Rahasia Menulis Fiksi Hemingway
1. Kalimat Singkat
Penulis yang baik berusaha memudahkan pembaca menangkap pesan
ceritanya. Untuk itu Hemingway menyarankan memakai kalimat-
kalimat pendek. Memakai kalimat panjang berarti Anda memakai tanda
koma terlalu banyak.
Kalimat pendek rata-rata berjumlah 10 kata atau kurang. Pangkaslah
kata sifat dan kata keterangan yang tidak ekonomis. Biasakan
memilih kata dan ketimbang tanda koma. Contoh sederhana kalimat
pendek umumnya berpola S-P-O.
Mengapa kalimat pendek? Sebab otak manusia punya keterbatasan
dalam mencerna kalimat panjang dan lebih mudah menyerap informasi
dalam bentuk kalimat pendek. Kalimat majemuk menunjukkan kesulitan
penulis merumuskan gagasannya. Pembaca tidak peduli seberapa kaya
kosakata Anda. Pembaca akan berhenti bila merasa tidak bisa terhubung
dengan tulisan yang Anda buat. Cukurlah jambang dan kumis kalimat
untuk menampakkan wajah cerita sebenarnya.
2. Paragraf Pendek
Paragraf ideal adalah paragraph yang berisi satu ide pokok. Cara
ini membantu pembaca mencerna informasi. Otak manusia menerima
informasi yang lebih baik ketika info dipecah menjadi potongan-
potongan kecil. Paragraf pendek tercipta dengan sendirinya bila kita
menulis dengan jelas dan mudah dimengerti. Sementara paragraf
panjang disebabkan penulis tergoda menunjukkan kepada pembaca,
betapa luas pengetahuan yang ia miliki.
Tulisan-tulisan Hemingway terlihat memotong dengan cepat dari satu
adegan ke adegan yang lain (sinematik). Hal ini membuat deskripsi
dan narasi minim jatah dalam karya fiksi Hemingway. Peraih nobel ini
menghindar memberitahu segala hal yang dia tahu kepada pembaca. Ia
memberi tahu kurang dari yang sebenarnya dia tahu.
Hemingway menggambarkan teknik paragraf pendek ini dalam teori
gunung es: 1/8 fakta-fakta keras melayang di atas air. Sementara 7/8
bagian cerita berupa struktur pendukung, simbolisme, metafora, dan
sebagainya berada jauh di kedalaman.
Hemingway pada dasarnya menceritakan apa yang tokoh-tokohnya
lakukan (adegan) dan katakan (dialog). Bukan apa yang mereka
pikir dan rasakan. Dengan kata lain, penulis memberitahu pembaca
tanpa benar-benar memberi tahu mereka. Ia menunjukkan, tapi tidak
menjelaskan.
3. Kalimat Positif/Kalimat Aktif
Kalimat aktif dan positif mudah dicerna. Dengan kalimat ini, penulis
mengatakan tentang sesuatu hal dengan langsung dari pada memilih
mengatakannya dengan cara berlawanan.
Contohnya:
Kalimat positif/aktif: Ratusan penjual bakso menolak kenaikan harga
daging sapi.
Kalimat negatif: Kenaikan harga daging sapi tidak diterima oleh ratusan
pedagang bakso.
Dua kalimat di atas mengandung makna yang sama, tapi percayalah,
pembaca lebih senang dan lebih cepat paham kalimat pertama. Kalimat
kedua, selain susah dicerna juga menjadi lebih panjang.
TIGA jurus Hemingway ini tentu saja bukan jurus wajib. Gaya menulis
nanti akan tergantung pada Anda masing-masing. Tapi 3 jurus andalan
Hemingway ini telah sukses membawanya menjadi penulis besar. Bukan
hanya di Amerika, tetapi juga di seluruh dunia.
**Sebenarnya jurus Hemingway lebih dari tiga. Tapi saya meringkasnya agar
mudah dipahami. Adapun lima jurus lengkap tersebut seperti yang ditulisnya
di sebuah buku pengantar jurnalistik adalah: (1) penggunaan kalimat-kalimat
yang pendek, (2) penggunaan bahasa biasa yang mudah dipahami orang lain,
dengan menghindari penggunaan kalimat majemuk yang terlalu panjang, (3)
penggunaan kalimat aktif, bukan kalimat pasif, (4) penggunaan bahasa yang
padat dan kuat, dan (5) penggunaan bahasa yang positif.
4 Jurus Menulis Cerpen Legenda
REKREASI penting bagi siapa saja. Bagi penulis juga penting. Mungkin
Anda kerap kehilangan ide, sehingga jemari bergeming dia tas keyboard.
Istilah kerennya writers block. Saat-saat seperti iniah waktu yang tepat
untuk berekreasi.
Di dunia nyata, orang-orang gemar berekreasi ke situs-situs warisan
masa lampau, menilasi mahakarya generasi sebelum mereka, dan
mencoba membawa inovasi itu ke masa yang kini. Seorang penulis
cerpen bisa menirunya dengan membaca kembali karya para penulis
terdahulu. Tentu ada alasan, mengapa cerpen-cerpen mereka bisa tetap
hidup di saat penulisnya sudah tidak ada. Di balik sebuah cerpen, pasti
ada cara atau teknik yang melatarbelakangi proses penciptaannya. Salah
satu manfaat rekreasi adalah kesempatan mempelajari teknik tersebut.
Saya sendiri membaca cerpen tak bisa sekali. (terlebih jika cerpen itu
bagus) Membaca pertama adalah sebagai pembaca biasa. Menikmati
jalan cerita, plot dan menjadikannya hiburan. Membaca kedua saya
lakukan dalam posisi sebagai penulis.
Bila saya tertarik membacanya, hampir pasti saya pun tertarik untuk bisa
menulis cerpen seperti itu. Saya menelusuri kembali kata demi kata,
kalimat, paragraf, dalam cerpen bersangkutan, mencoba menemukan
pola-pola tertentu yang menyusun struktur ceritanya. Biasanya dengan
memberi garis, atau tanda stabilo pada beberapa bagian penting.
Cat In The Rain (Kucing Kehujanan) Ernest Hemingway (1898 1961);
Lady with Little Dog karya Anton Chekov (1860 -1904); God Sees The
Truth, But Waits karya leo Tolstoy, Black Cat karya Edgar Allan Poe
adalah beberap contoh cerpen yang memukau. Dalam cerpen ini mereka
menebar banyak sekali kilasan-kilasan dahsyat yang menari dipelajari
bahkan ditiru penulis lain.
Setidaknya ada 4 jurus menulis dasar yang dipakai pada banyak karya
tersebut:
1. Pesan dan Kesan Cerpen
Ada dua ide cerita: Karakter dan Plot. Karakter mengeksplorasi tokoh,
sementara plot mengeksplorasi alur cerita. Biasanya penulis termotivasi
menulis cerita karena menemukan sosok tokoh yang menarik untuk
diceritakan, lalu merangkai sebuah plot bagi tokoh tersebut. Atau
sebaliknya: sebuah plot cerita tiba-tiba muncul dalam kepala, kemudian
penulis menciptakan sederet karakter untuk memerankan jalannya
cerita.
Pembaca tidak bisa menebak, lagipula tidak penting bagi mereka,
dari mana penulis memulai menyusun sebuah cerita. Lalu apa yang
menyebabkan karya-karya cerpenis legendaris di atas tetap popular
hingga sekarang? Bagi saya, jawabnya adalah cerita mereka mampu
menyampaikan PESAN juga KESAN yang kuat kepada pembaca. Saya
menebak-nebak, jangan-jangan penulis kawakan ini selalu memulai
menulis cerita dengan pertanyaan; Pesan apa yang ingin saya
sampaikan? Apakah moral, religiusitas, sosial, politik atau kebudayaan.
Kesan apa yang ingin saya munculkan? Lucu, haru, atau perasaan
bersalah?
Kita ambil contoh Cat In The Rain (sekali lagi kita pakai contoh
Hemingway) berisi pesan tentang cinta setelah perkawinan hanya bisa
diwujudkan melalui tindakan. Lady with Little Dog karya Anton
Chekov member kesan muram, sedih dan hampa. Sementara Black
CatEdgar Allan Poememberi kesan menakutkan dan horor, dan
pesan bahwa setiap kejahatan bisa dibalas kapan saja. Dengan cara apa
saja.
Hanya saja, memasukkan pesan ke dalam cerita adalah hal lain. Butuh
keterampilan dan gaya berbeda bagi tiap penulis. Dengan belajar dan
banyak membaca karya mereka, kita bisa tahu cara tersebut.
Contoh buruk penyampaian pesan moral cerita bisa dilihat pada tayangan
sinetron religi: seorang pemuka agama bersorban, muncul membaca
ayat suci di hadapan karakter antagonis yang lansung bertobat setelah
mendengar nasihat itu.
Bagi saya pribadi, pesan dan kesan dalam sebuah cerita bukan
dialog (ucapan tokoh) yang berisi ayat-ayat suci, atau nasihat-nasihat
kebajikan. Pesan cerita tidak harfiah, atau muncul tersurat berbentuk
teks dalam cerita. Pesan cerita adalah kesimpulan yang ditarik dalam
persepsi pembaca begitu selesai membaca. Sementara kesan cerita
adalah rasa yang ditimbulkan dari fenomena-fenomena yang hadir dalam
bangunan cerita.
2. Cerpen itu Terus Terang
Cerpen dikategorikan sebagai prosa, tepatnya prosa naratif fiktif.
Cat In The Rain karya Hemingway contohnya, Mustahil menemukan
kalimat puitis atau multitafsir di dalamnya. Kalimatnya mengalir lugas,
sederhana, dan tidak bertendensi menyembunyikan makna lain di luar
arti leksikalnya.
Sebagai pembaca, kita ingin membaca cerita, yang meski fiktif, tidak
beda jauh dengan kenyataan yang kita temui. Fiktif tapi bisa dipercaya.
Atau fiktif tapi adalah fenomena di sekitar kita. Pembaca ingin fokus pada
alur cerita, tidak mau direpotkan lagi dengan keharusan menafsirkan
makna tersembunyi di balik teks. Jadi, pakailah bahasa terus terang yang
umum dipahami orang.
3. Porsi Dialog Harus Lebih Banyak
Jika dirumuskan, porsi dialog berbanding narasi dalam cerpen-cerpen
rujukan di atas berkisar 70-80 % : 20 %. Pembaca cerita, kebanyakan
menyukai tokoh berdialog dengan tokoh lain. Sebab dengan jalan itu
pembaca merasa dilibatkan dalam cerita. Cerita lebih hidup dengan
dialog. Membaca menjadi pengalaman yang mirip dengan menonton
filem atau mendengar percakapan orang. Apakah ada pembaca yang
tahan membaca deskripsi desa yang indah sepanjang 4 halaman?
Narasi bisa diselipkan sekadar pengantar transisi antaradegan. Jangan
biarkan pembaca merasa pasif dan bodoh dengan menulis banyak sekali
narasi. Penulis yang baik harus ikut masuk bersama pembaca,
bukan memberi suguhan bacaan. Biarlah nanti tokoh berinteraksi
dengan pembaca lewat dialog.
4. Twist Ending
Penjahat yang tertangkap dan mati laiknya film Bolliwood adalah satu
dari contoh ending yang memuakkan. Sementara anak jahat dikutuk
ibunya lalu disambar gledek adalah contoh ending film Indonesia yang
jauh lebih memalukan. Dan penulis yang keren, jangan sampai meniru
adegan tersebut. Buat Twist Ending. Inilah resep menulis yang tak
pernah basi. Sebuah kejutan, akhir yang tak terduga. Coba Anda ingat-
ingat kembali cerpen yang pernah Anda baca. Dua cerpen yang paling
digemari pasti diakhiri kejutan.
Black Cat adalah contoh yang sempurna bagaimana kejutan mengakhiri
sebuah cerpen. Atau ending novel Dan Brown dan Aghata Cristie juga
adalah formula mengakhiri cerita yang dahsyat. Pembaca bisa saja
menduga-duga, tapi penulis tak harus memberi akhir cerita yang
diinginkan pembaca. Buatlah akhir cerita yang memukau, membalik
fakta yang ada atau membalik karakter antagonis sesungguhnya. Rumus
ini biasanya laris dan banyak dipakai penulis ternama. Tentu saja jangan
membuat kejutan yang tak masuk akal, klise, apalagi mengada-ada.
Pembaca akan menyesal setia membaca karya Anda sejak awal.
Mempublikasikan Tulisan
SETELAH menulis, penulis tentu saja harus mempublikasikan tulisannya.
Ada banyak pilihan ketika kita selesai menulis. Mengirimnya ke media,
mempublikasikannya ke blog atau website pribadi, atau menerbitkannya
menjadi buku.
Untuk memempublikasikan ke media, biasanya penulis mengirim ke
koran, majalah, jurnal atau media apa saja. Untuk cerpen dan puisi
bisanya dikirim koran atau majalah. Skenario dikirim ke Production House
dan novel dikrim ke penerbit. Dari sanalah sumber penghasilan para
penulis.
Honor di koran pun bervariasi. Koran lokal membayar Rp.300000-
600000, sementara koran nasional membayar lebih dari itu. Bahkan
angkanya bisa menembus Rp. 1.200.000. Majalah tentu membayar lebih
dari itu. Sementara jika menulis novel, penulis biasanya dibayar dengan
royalti. Royalti dihitung dari harga jual buku dan dibayarkan berkala,
sebulan, tiga bulan ataun enam bulanan, tergantung kontrak.
Namun selain itu, banyak juga penulis yang mengupayakan sendiri
menerbitkan karyanya. Mereka biasanya mendesain, mengedit dan
mencetak lalu menyebarkan bukunya sendiri atau bersama tim. Sekadar
contoh, tentu Anda pernah dengar bahwa buku ESQ terjual lebih dari
250.000 eksemplar, kita juga ingat cetakan awal Supernova karya Dewi
Lestari dicetak berulang-ulang, mereka adalah sebagian contoh penulis
yang menerbitkan bukunya sendiri.
DUNIA semakin cepat berkembang, jika kita lambat menyikapi fenomena
perkembangan tersebut, maka bersiap-siaplah tergilas dan hanya menjadi
penonton. Di dunia film dan musik misalnya, hampir setiap hari kita
menyaksikan kemunculan album musik dan film baru. Makin banyak
bermunculan orang-orang yang bergelut di dunia itu: aktor, sutradara,
penyanyi, band dan beberapa pelaku lainnya. Tentu saja dengan produk
mereka masing-masing baik berupa film atau album musik.
Telah banyak orang yang menempuh jalur indie. Musik indie berkembang
karena semakin banyaknya studio musik yang dapat membantu merekam
lagu, mixing dan proses lainnya sehingga menjadi sebuah lagu atau
album yang utuh. Juga semakin gampangnya penggandaan keping cd
audio tersebut. Selain itu penjualnya pun makin mudah dengan adanya
bentuk penjualan online, RBT, Ring Tone dan lain sebagainya.
Film indie semakin marak dan banyak diproduksi karena makin
banyaknya tersedia kamera dengan harga murah dan peralatan lain
yang bisa mendukung pembuatan film. Tentu saja selain proyek idealis,
misalnya karena tema yang diangkat atau aliran dan lain sebagainya.
Tapi toh kita tak bisa mengabaikan bahwa semakin kompleksnya faktor
pendukung ikut mendorong hal tesebut untuk semakin berkembang.
Bagaimana dengan dunia buku? Sebenarnya dunia buku indie sudah sangat
lama berkembang dan dipakai banyak orang. Hanya saja, di Indonesia hal
ini belum sepopular seperti film atau musik. Di banyak negara, praktik
self-publishing atau penerbitan buku secara indie berkembang cukup
pesat. Milis self-publishing semakin dipenuhi oleh anggota baru setiap
harinya. Makin banyak penulis baru muncul dan makin beragam pula
jenis buku yang meluncur ke pasar.
Di dalam negeri beberapa penulis menerbitkan bukunya secara mandiri.
Banyak alasan mengapa mereka memilih menjauh dari penerbit
konvensional dan memilih menerbitkan buku sendiri. Ada yang beralasan
bahwa penerbit konvensional cerewet dan mau menang sendiri dengan
menekan royalti penulis pemula hingga 10%. Ada juga penulis yang
memiliki keyakinan berbeda dengan penerbit. Penerbit tidak percaya
bahwa buku sang penulis marketable, sementara sang penulis sangat
yakin bukunya bakal best seller. Karena itu ada penulis yang bertekad
menerbitkan sendiri bukunya baik karena sudah tidak sepaham dengan
penerbit konvensional, atau ada pula yang mengambil tekad tersebut
karena memang mau demikian bukunya diterbitkan.
Pilihannya tergantung pada penulis.
Kucing Kehujanan
Cat In The Rain Ernest Hemingway
SEPASANG suamiistri Amerika singgah di hotel itu. Mereka tidak mengenal
orangorang yang lalulalang dan berpapasan sepanjang tangga yang
mereka lewati pulangpergi ke kamar mereka. Kamar mereka terletak
di lantai kedua menghadap laut. Juga menghadap ke taman rakyat dan
monumen perang. Ada pohon palm besarbesar dan pepohonan hijau
lainnya di taman rakyat itu. Dalam cuaca yang baik biasanya ada seorang
pelukis bersama papan lukisnya. Para pelukis menyukai pepohonan
palm itu dan warnawarna cerah dari hotelhotel yang menghadap ke
tamantaman dan laut.
Di depan monumen perang tampak iringiringan wisatawan Italia
membentuk barisan membujur untuk menyaksikan monumen itu.
Monumen yang tampak kemerahan dan berkilauan di bawah guyuran
hujan. Saat itu sedang hujan. Air hujan menetes dari pohonpohon palm
tadi. Air berkumpul membentuk genangan di jalan berkerikil. Ombak
bergulunggulung membuat garis panjang dan memecah di tepi pantai.
Beberapa sepeda motor keluar dari halaman monumen. Di seberang
halaman, pada pintu masuk sebuah kedai minum, berdiri seorang
pelayan memandang ke halaman yang kini kosong.
Si istri Amerika tadi berdiri di depan jendela memandang ke luar.
Di sebelah kanan luar jendela mereka ada seekor kucing yang sedang
meringkuk di bawah tetesan air yang jatuh dari sebuah meja hijau. Kucing
tadi berusaha menggulung tubuhnya rapatrapat agar tidak ketetesan air.
Aku akan turun ke bawah dan mengambil kucing itu, ujar si istri.
Biar aku yang melakukannya untukmu, kata suaminya dari tempat
tidur.
Tidak, biar aku saja yang mengambilnya. Kucing malang itu
berusaha mengeringkan tubuhnya di bawah sebuah meja.
Si suami meneruskan bacaannya sambil berbaring bertelekan di atas
dua buah bantal pada kaki ranjang.
Jangan berbasahbasah, ia memperingatkan.
Si istri turun ke bawah dan si pemilik hotel segera berdiri memberi
hormat kepadanya begitu wanita tadi melewati kantornya. Mejanya
terletak jauh di ujung kantor. Ia seorang lakilaki tua dan sangat tinggi.
Il piove, ujar si istri. Ia menyukai pemilik hotel itu.
Si, si, Signora, brutto tempo. Cuaca sangat buruk.
Ia berdiri di belakang mejanya yang jauh di ujung ruangan suram
itu. Si istri menyukai pria itu. Ia suka caranya dalam memberi perhatian
kepada para tamu. Ia suka pada penampilan dan sikapnya. Ia suka cara
pria tadi dalam melayaninya. Ia suka bagaimana pria itu menetapi
profesinya sebagai seorang pemilik hotel. Ia pun menyukai ketuaannya,
wajahnya yang keras, dan kedua belah tangannya yang besarbesar.
Dengan memendam perasaan suka kepada pria itu di dalam hatinya,
si istri membuka pintu dan menengok ke luar. Saat itu hujan semakin
deras. Seorang lakilaki yang memakai mantel karet tanpa lengan
menyeberang melewati halaman kosong tadi menuju ke kedai minum.
Kucing itu mestinya ada di sebelah kanan. Mungkin binatang tadi berjalan
di bawah atapatap. Ketika si istri masih termangu di pintu masuk sebuah
payung terbuka di belakangnya. Ternyata orang itu adalah pelayan wanita
yang mengurusi kamar mereka.
Anda jangan berbasahbasah, wanita itu tersenyum, berbicara dalam
bahasa Itali. Tentu pemilik hotel tadi yang menyuruhnya.
Bersama pelayan wanita yang memayunginya si istri berjalan
menyusuri jalan berkerikil sampai akhirnya ia berada di bawah jendela
kamar mereka. Meja itu terletak di sana, tercuci hijau cerah oleh air
hujan, tapi kucing tadi sudah lenyap. Tibatiba ia merasa kecewa. Si
pelayan wanita memandanginya.
Ha perduto qualque cosa, Signora?
Tadi ada seekor kucing, jawab si istri.
Seekor kucing?
Si, il gatto.
Seekor kucing? Pelayan wanita tadi tertawa. Seekor kucing di
bawah guyuran hujan?
Ya, jawabnya, di bawah meja itu. Lalu, Oh, aku sangat
menginginkannya. Aku ingin memiliki seekor kucing.
Ketika ia berbicara dalam bahasa Inggris wajah si pelayan menegang.
Mari, signora, katanya. Kita harus segera kembali ke dalam. Anda
akan basah nanti.
Mungkin juga, jawab wanita Amerika itu.
Mereka kembali melewati jalan berkerikil dan masuk melalui pintu.
Si pelayan berdiri di luar untuk menutup payung. Begitu si istri lewat di
depan kantor, pemilik hotel memberi hormat dari mejanya. Ada semacam
perasaan sangat kecil dalam diri wanita itu. Pria tadi membuatnya
menjadi sangat kecil dan pada saat yang sama juga membuatnya merasa
menjadi sangat penting. Untuk saat itu si istri merasakan bahwa
seolaholah dirinya menjadi begitu pentingnya. Ia menaiki tangga. Lalu
membuka pintu kamar. George masih asyik membaca di atas ranjang.
Apakah kau dapatkan kucing itu? tanyanya sambil meletakkan
buku.
Ia lenyap.
Kirakira tahu ke mana perginya? tanya si suami sambil memejamkan
mata.
Si istri duduk di atas ranjang.
Aku sangat menginginkannya, ujarnya. Aku tidak tahu mengapa
aku begitu menginginkannya. Aku ingin kucing malang itu. Sungguh
tidak enak menjadi seekor kucing yang malang dan kehujanan di luar
sana.
George meneruskan membaca.
Si istri beranjak dan duduk di muka cermin pada meja hias,
memandangi dirinya dengan sebuah cermin lain di tangannya. Ia
menelusuri raut wajahnya, dari satu bagian ke bagian lain. Kemudian ia
menelusuri kepala bagian belakang sampai ke lehernya.
Menurutmu bagaimana kalau rambutku dibiarkan panjang?
tanyanya sambil menelusuri raut wajahnya kembali.
George mendongak dan memandang kuduk istrinya dari belakang,
rambutnya terpotong pendek seperti lakilaki.
Aku suka seperti itu.
Aku sudah bosan begini, kata si istri. Aku bosan kelihatan seperti
lakilaki.
George menaikkan tubuhnya. Ia terus memandangi istrinya
semenjak wanita itu mulai berbicara tadi.
Kau cantik dan bertambah manis, pujinya. Si istri meletakkan
cermin kecil dari tangannya dan berjalan menuju jendela, memandang
ke luar. Hari mulai gelap.
Aku ingin rambutku tebal dan panjang agar bisa dikepang, katanya.
Aku ingin seekor kucing duduk dalam pangkuanku dan mengeong
waktu kubelai.
Yeah? komentar George dari ranjangnya.
Dan aku ingin makan di atas meja dengan piring perakku sendiri dan
ada lilinlilin. Kemudian aku ingin mengurai rambutku lalu menyisirnya
di muka cermin, dan aku ingin seekor kucing, dan aku ingin bajubaju
baru.
Ah, sudahlah. Ambillah bacaan, tukas George. Lalu ia meneruskan
membaca lagi.
Istrinya memandang ke luar lewat jendela. Semakin gelap sekarang
dan dari pohonpohon palm masih jatuh tetesantetesan air.
Baiklah, aku ingin seekor kucing, ujar istrinya, aku ingin seekor
kucing. Saat ini aku ingin seekor kucing. Seandainya aku tidak bisa
memiliki rambut yang panjang atau kesenangan lainnya, aku punya
seekor kucing.
George tak peduli. Ia membaca bukunya. Si istri memandang ke luar
lewat jendela di mana lampu telah menyala di halaman.
Seseorang mengetuk pintu.
Avanti, kata George. Ia mendongak.
Di pintu masuk berdiri seorang pelayan wanita. Ia membawa sebuah
boneka kucing dari kulit kurakura darat dan menyerahkannya ke depan.
Permisi, sapanya, pemilik hotel ini mengutus saya menyerahkan
boneka ini kepada Nyonya.[EH]
SUMBER: http://www.english.uiuc.edu/
Alih bahasa Syafruddin HASANI.
_______________________
IrwanBajang saat ini menjadi pemimpin redaksi di
@IndieBookCorner. Menulis novel, puisi dan cerpen, esai
juga catatan perjalanan. Terlibat di beberapa penulisan dan
riset sejarah serta antropologi. Sehari-hari ngeblog dan
bersenang-senang di blog pribadi www.irwanbajang.com.
Buku terbarunya #KepulanganKelima (2013). Tahun ini
akan menerbitkan 1 Novel dan 1 Kumcer.
epublika
sekretariat@republika.co.id
Kompas
opini@kompas.com, opini@kompas.
co.id
Koran Tempo
ktminggu@tempo.co.id
Jawa Pos
sastra@jawapos.co.id
Suara Merdeka
swarasastra@gmail.com
Suara Pembaruan
koransp@suarapembaruan.com
Suara Karya
amiherman@yahoo.com
Jurnal Nasional
tamba@jurnas.com
Jurnal Bogor
donyph@jurnas.com
Seputar Indonesia
donatus@seputar-indonesia.com
Pikiran Rakyat
khazanah@pikiran-rakyat.com
Kedaulatan Rakyat
redaksi@kr.co.id
Sinar Harapan
redaksi@sinarharapan.co.id
Tribun Jabar
cerpen@tribunjabar.co.id
The Jakarta Post (English)
editorial@thejakartapost.com
Surabaya Post
redaksi@surabayapost.info
Lampung Post
lampostminggu@yahoo.com
Bangka Pos
redaksi@bangkapos.co.id
Riau Pos
redaksi@riauposonline.com,
habeka33@yahoo.com
Sumut Pos
redaksi@hariansumutpos.com
Global Medan
tejapurnama@yahoo.com
Berita Pagi
huberitapagi@yahoo.com
Padang Ekspres
redaksi@padangekspres.co.id
Jurnal Cerpen
jurnalcerpen@yahoo.com
Majalah Horison
horisoncerpen@centrin.net.
id, horisonpuisi@centrin.net.id,
horisonesai@centrin.net.id dan
kakilangit@centrin.net.id (khusus
memuat karya-karya pelajar setingkat
SMA)
Majalah Sabili
elkasabili@yahoo.co.id
Majalah Ummi
kru_ummi@yahoo.com
Majalah Femina
kontak@femina-online.com,
kontak@femina.co.id
Majalah Story
story_magazine@yahoo.com
Tabloid Nova
nova@gramedia-majalah.com
Alamat Redaksi Koran dan Majalah:

You might also like