You are on page 1of 26

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................ i


DAFTAR GAMBAR............................................... ii

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SOP)
PEPAYA BOGOR................................................... I-1
I. Persiapan Lahan Dan Pengolahan Tanah......... I-1
II. Pemilihan Varietas (Ekonomis dan Produktif) II-1
III. Pemilihan Buah Untuk Benih.......................... III-1
IV. Penanaman....................................................... IV-1
V. Seleksi Pohon................................................... V-1
VI. Pemupukan Anorganik..................................... VI-1
VII. Pengguludan dan Penyiangan.......................... VII-1
VIII. Pengairan.......................................................... VIII-1
IX. Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu..... IX-1
X. Pembungkusan/Penyekatan Buah.................... X-1
XI. Pemanenan....................................................... XI-1
XII. Pengumpulan Buah Hasil Panen...................... XII-1
XIII. Pengkelasan Buah............................................ XIII-1
XIV. Pengemasan...................................................... XIV-1
XV. Penyimpanan.................................................... XV-1
XVI. TranSOPrtasi.................................................... XVI-1
i
DAFTAR GAMBAR


Gambar 1. Sketsa bentuk bedengan, lubang tanam
dan saluran air........................................
Gambar 2. Ukuran bedengan dan jarak tanam........
Gambar 3. Bagian buah yang dipilih untuk benih...
Gambar 4. J enis kelamin bunga pepaya:
A) hermaprodit/sempurna, B) betina,
dan C) jantan..........................................
Gambar 5. Penyakit Antraknose..............................
Gambar 6. Penyakit Mosaik Pepaya........................
Gambar 7. Daum dan buah yang terserang Hama
Tungau Merah........................................
Gambar 8. Pengemasan dan pengepakan................




ii
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PEPAYA BOGOR
Nomor
PB. I
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional

Persiapan Lahan Dan
Pengolahan Tanah

Halaman
1/4

Revisi
.......................

I. PERSIAPAN LAHAN DAN PENGOLAHAN
TANAH

A. Definisi :
Mempersiapkan lahan agar kondisinya sesuai untuk
pertumbuhan dan produksi optimal bagi tanaman
pepaya.

B. Tujuan :
Agar tersedia lahan untuk pertumbuhan dan
produksi optimal tanaman yang ideal sesuai dengan
persyaratan tumbuh tanaman pepaya.

C. Validasi :
a. Pengalaman petani Kecamatan Cibungbulang
b. Hasil penelitian Pusat Kajian Buah Tropika
(PKBT) Institut Pertanian Bogor

D. Alat dan Bahan :
a. Parang, b. Cangkul, c. Garu

E. Fungsi :
a. Parang digunakan untuk memotong dan
membersihkan semak, pohon kecil, cabang dan
ranting pohon besar yang diperkirakan dapat
menghalangi tanaman muda untuk mendapatkan
sinar matahari.
I - 1

b. Cangkul digunakan untuk mengolah tanah dan
membersihkan tanah dari rumput dan sisa-sisa
semak yang tertinggal, juga untuk mengolah
tanah.
c. Garu digunakan untuk membersihkan sisa-sisa
tanaman dari lahan yang telah diolah.

F. Prosedur Pelaksanaan :
a. Potong semak atau pohon kecil sampai pangkal
batang, sedangkan untuk cabang atau ranting
pohon yang sudah besar potong sampai pangkal
cabang atau ranting.
b. Cangkul tanah sedalam 20 40 cm untuk
memecah tanah menjadi agregat-agregat kecil
dan membalik tanah agar humus yang ada pada
lapisan bawah terangkat ke permukaan
sehingga tanah menjadi gembur dan subur.
c. Bentuk lahan menjadi bedengan-bedengan
dengan ukuran :
- Lebar bedengan 1, 0 1,5 m dengan jarak
antar bedengan 0,5 1 m.
- Panjang bedengan disesuaikan dengan
kondisi lahan.
- Tinggi bedengan antara 30 40 cm.
- Diantara dua bedengan dibuat parit yang
berfungsi sebagai saluran drainase sedalam
0,6-0,75 m dan lebar sama dengan jarak
antar bedengan.
Nomor
PB. I
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional

Persiapan Lahan Dan
Pengolahan Tanah

Halaman
2/4

Revisi
.......................
I - 2

d. Ditengah bedengan dibuat lubang tanam dengan
ukuran : Lebar 0,5 m, panjang 0,5 m dan
kedalaman 0,5 m. J arak antar lubang 2,5 m.
e. Letakkan tanah bagian atas di sisi kanan dan
tanah bagian bawah di sisi kiri. Harus diingat
ketika penanaman, timbunan tanah pada sisi kiri
digunakan untuk menimbun terlebih dahulu
diikuti dengan timbunan tanah pada sisi kanan.
f. Pupuk organik dicampur dengan tanah lapisan
atas, diberikan 2 minggu sebelum tanam,
dengan dosis sebanyak 15 - 25 ton/ha.
Pemberian pupuk organik selanjutnya dilakukan
setiap 6 bulan sekali.
g. Masukkan pupuk kandang kedalam lubang
sebanyak 10 15 kg/lubang sebagai pupuk
dasar.
h. Lubang tanam dibiarkan dan diangin-anginkan
selama 1 2 minggu.
i. Disamping itu lakukan pembuatan lubang
dipinggir areal kebun untuk membuang
potongan semak dengan ukuran p x l x t adalah
3 x 3 x 2 meter atau 3 x 2 x 2 meter.
j. Kumpulkan hasil potongan semak, cabang dan
ranting pada lubang yang telah digali, kemudian
dibakar agar hama dan penyakit yang ada dapat
dimusnahkan.

G. Sasaran :
Tersedianya lahan yang siap untuk ditanami
papaya.

Nomor
PB. I
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional

Persiapan Lahan Dan
Pengolahan Tanah
Halaman
3/4
Revisi

.......................
I - 3











Gambar 1. Sketsa bentuk bedengan, lubang tanam dan saluran air



















Nomor
PB. I
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional

Persiapan Lahan Dan
Pengolahan Tanah
Halaman
4/4
Revisi

.......................
I - 4
1,0 1,5 m
1,0 m
Panjang
bedengan
disesuaikan
dengan
kondisi
lahan
X
X
X
X
X
2,5
X
X
X
X
X
2,5
0,5
0,5
Gambar 2. Ukuran bedengan dan jarak tanam
1,0-1,5m
1,0m
0,2-0,3m
0,6-0,75m
1,0m
1,0-1,5m 1,0 - 1,5m
0,5m 0,5m
0,5m
Lubang tanam
Bedengan
Parit (saluran drainase )
Nomor
PB. II
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional

Pemilihan Varietas
(Ekonomis & Produktif)
Halaman
1/2
Revisi

.......................

II. PEMILIHAN VARIETAS (EKONOMIS DAN
PRODUKTIF).

A. Definisi :
Memilih varietas yang laku dipasarkan dan
menguntungkan untuk dibudidayakan.

B. Tujuan :
- Untuk mendapatkan varietas yang bila ditanam
buahnya dapat dipasarkan dengan harga yang
tinggi.
- Varietas yang memberikan produksi tinggi
dengan mutu yang prima.

C. Validasi
a. Pengalaman petani Kecamatan Cibungbulang.
b. Hasil penelitian Pusat Kajian Buah Tropika
(PKBT) Institut Pertanian Bogor.

D. Alat dan Bahan :
a. Data dan Informasi tentang varietas (jenis),
harga, jumlah dan waktu permintaan pasar.
b. Tanaman yang telah diketahui sifatnya seperti
genjah (banyak menghasilkan buah dalam
waktu yang relative singkat).

II - 1
Nomor
PB. II
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional

Pemilihan Varietas
(Ekonomis & Produktif)
Halaman
2/2
Revisi

.......................

E. Fungsi :

a. Untuk menganalisa kelayakan tingkat keun-
tungan usahatani dan prospek pemasaran.
b. Untuk dapat memproduksi buah pepaya secara
optimal dengan mutu yang tinggi.

F. Prosedur Pelaksanaan :
Pemilihan Varietas Unggul
a. Minta informasi ke Petugas Penyuluh Lapangan
(PPL) setempat.
b. Kunjungi Dinas Pertanian atau pasar terdekat,
catat mengenai harga, varietas, jumlah dan
waktu permintaan bagi kota-kota yang
permintaan buah pepayanya tinggi.
c. Hubungi bagian layanan informasi dari
Direktorat J enderal Bina Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen
Pertanian.
d. Hubungi Direktorat Perbenihan Hortikultura.

H. Sasaran :
Mendapatkan varietas yang mempunyai prospek
untuk dikembangkan


II - 2

III. PEMILIHAN BUAH UNTUK BENIH

A. Definisi :
Memilih buah yang dapat digunakan untuk benih.

B. Tujuan :
Mendapatkan benih yang unggul bermutu.

C. Validasi
a. Pengalaman petani Kecamatan Cibungbulang.
b. Hasil penelitian Pusat Kajian Buah Tropika
(PKBT) Institut Pertanian Bogor.

D. Alat dan Bahan :
a. Buah pepaya yang masak pohon dengan umur
tanaman yang telah mencukupi.
b. Pisau yang telah disterilkan (menggunakan
bayclin).
c. Wadah seperti baskom atau ember

E. Fungsi :
a. Buah pepaya sebagai sumber biji yang akan
digunakan sebagai benih pepaya.
b. Pisau untuk memotong buah pepaya.
c. Baskom atau ember digunakan sebagai alat
untuk menyeleksi biji pepaya yang baik dan tua
maksimal dengan yang jelek dan muda.
Nomor
PB. III
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional

Pemilihan Buah
Untuk Benih
Halaman
1/3
Revisi

.......................
III - 1

F. Prosedur Pelaksanaan :
a. Buah masak pohon bukan masak dikarbit.
b. Berasal dari tanaman yang sempurna
(hermaprodit), produktif dan bebas penyakit
dan serangan hama (OPT).
c. Bentuk buah normal, tidak cacat ataupun rusak.
d. Benih diambil dari 2/3 bagian buah sempurna
yang telah masak dan sehat (lihat gambar).
e. Benih direndam dalam air. Pilih benih yang
tenggelam lalu direndam 1 2 hari untuk
mempermudah pengelupasan kulit biji. Benih
direndam dalam larutan fungisida selama 10
menit kemudian benih dikering-anginkan
sampai kadar air benih 9-11 %.
f. Benih yang telah kering disimpan dalam botol
berwarna gelap dan diberi abu sebanyak 25%
dari volume benih.
g. Botol ditutup rapat dan disimpan ditempat
kering. Dengan cara ini, benih dapat
dipertahankan daya tumbuhnya.

G. Sasaran :
Buah yang baik sebagai sumber benih.




Nomor
PB. III
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional

Pemilihan Buah
Untuk Benih
Halaman
2/3
Revisi

.......................
III - 2


























Nomor
PB. III
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional

Pemilihan Buah
Untuk Benih
Halaman
3/3
Revisi

.......................
III - 3
Gambar 3. Bagian buah yang dipilih untuk benih
Nomor
PB. IV
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional


Penanaman
Halaman
1/2
Revisi

.......................

IV. PENANAMAN

A. Definisi :
Meletakkan benih dilahan yang telah dipersiapkan
sesuai dengan jarak tanam.

B. Tujuan :
Memberikan lingkungan tumbuh yang sesuai
dengan kondisi tanah yang baik bagi pertumbuhan
tanaman pepaya yang optimal.

C. Validasi :
a. Pengalaman petani Kecamatan Cibungbulang.
b. Hasil penelitian Pusat Kajian Buah Tropika
(PKBT) Institut Pertanian Bogor.

D. Alat dan Bahan :
a. Cangkul; b. Benih.

E. Fungsi :
a. Benih/bibit siap tanam sebagai bahan untuk
menghasilkan buah.
b. Cangkul digunakan membuka dan menutup
lubang tanam

IV - 1

F. Prosedur Pelaksanaan :
a. Sebelum dilakukan penanaman, lubang tanam
yang sudah ditutup/ditimbun) dilubangi kembali
dan tiap lubang tanam yang ditandai dengan ajir
ditanami dengan benih sejumlah 3 5 butir.
b. Benih ditanam sedalam 3 5 cm lalu ditutup
dengan tanah halus. Dianjurkan untuk
meletakkan mulsa diatasnya untuk
mempertahankan kelembaban.
c. Penyiraman dilakukan dengan perlahan.
Penyiraman selanjutnya dilakukan pada pagi
dan sore hari, terutama selama tidak turun
hujan.

G. Sasaran :
Melakukan penanaman sesuai prosedur.












Nomor
PB. IV
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional


Penanaman
Halaman
2/2
Revisi

.......................
IV - 2

V. SELEKSI POHON

A. Definisi :
Memilih pohon pepaya yang sesuai dengan yang
diinginkan (sehat, vigor kekar).

B. Tujuan :
- Memilih tanaman dengan pohon yang baik dan
produktivitas tinggi.
- Memilih pohon yang dapat tumbuh dengan
sehat, ukuran buah sesuai dengan target mutu.

C. Validasi :
a. Pengalaman petani Kecamatan Cibungbulang.
b. Hasil penelitian Pusat Kajian Buah Tropika
(PKBT) Institut Pertanian Bogor.

D. Alat dan Bahan :
Pohon berumur 1 1,5 bulan.

E. Fungsi :
Mendapatkan pohon hermaprodite (sempurna)
yang produktif dan memiliki nilai ekonomis tinggi.


Nomor
PB. V
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional


Seleksi Pohon
Halaman
1/3
Revisi

.......................
V - 1

F. Prosedur Pelaksanaan :
a. Penjarangan dilakukan setelah bibit berumur
15 hari setelah tanam dengan hati-hati agar
tidak merusak perakaran tanaman yang dipilih.
b. Pilih dari 5 pohon menjadi 3 pohon yang sehat
dan subur pertumbuhannya untuk diseleksi
selanjutnya sebagai tanaman hermaprodit yang
produktif.
c. Pilih pohon pepaya sempurna dengan ciri-ciri :
Bunga :
- Bunga pertama muncul pada saat tanaman
berumur sekitar 4 bulan, biasanya bunga
pertama tumbuh pada ketiak daun ke 22.
- J ika bunga pertama merupakan bunga
jantan ( ciri : bila ditekan dengan ibu jari
dari arah ujung kuncup hingga bunga
terbuka akan nampak benang sari),
menandakan pohon sempurna, lakukan
pemeliharaan.
- J ika bunga pertama yang muncul berbentuk
malai dan mempunyai tangkai yang panjang
dan bunga individu hanya mempunyai
benangsari menandakan tanaman jantan dan
tidak akan menghasilkan buah, sebaiknya
tanaman dibuang/dibongkar.
Daun :
- Bentuk daun lonjong tebal dan berwarna
hijau tua, kemungkinan besar pohon
tersebut memiliki bunga sempurna, lakukan
pemeliharaan.
Nomor
PB. V
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional


Seleksi Pohon
Halaman
2/3
Revisi

.......................
V - 2

- Bentuk daun bulat tipis dengan warna hijau
kekuningan, kemungkinan besar pohon
tersebut memiliki bunga betina sebaiknya
dibongkar.

G. Sasaran :
Mendapatkan pohon yang produktivitasnya tinggi.




















Nomor
PB. V
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional


Seleksi Pohon
Halaman
3/3
Revisi

.......................
V - 3
A
Gambar 4. Jenis kelamin bunga pepaya: A) hermaprodit/sempurna,
B) betina, dan C) jantan
B C

VI. PEMUPUKAN ANORGANIK

A. Definisi :
Memberikan pupuk anorganik untuk memenuhi
unsur hara bagi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman yang sehat.

B. Tujuan :
1. Memasok hara yang diperlukan tanaman untuk
mencapai produksi optimal.
2. Mempertahankan kesuburan tanah.

C. Validasi
a. Pengalaman petani Kecamatan Cibungbulang.
b. Hasil penelitian Pusat Kajian Buah Tropika
(PKBT) Institut Pertanian Bogor.

D. Alat dan Bahan :
a. Cangkul,
b. Pupuk anorganik (Urea, SP-36, KCl)

E. Fungsi :
a. Cangkul untuk mencampurkan pupuk dengan
tanah dan membuat lubang bagi penempatan
pupuk.
b. Pupuk anorganik untuk memenuhi kebutuhan
unsur hara untuk mendukung pertumbuhan dan
perkembangan tanaman.
Nomor
PB. VI
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional

Pemupukan
Anorganik
Halaman
1/2
Revisi

.......................
VI - 1

F. Prosedur Pelaksanaan :
a. Sebulan setelah tanam diberikan pupuk
anorganik yang terdiri dari :
- Urea : 20 g,
- SP-36 : 100 g,
- KCl : 150 g.
b. Kemudian setiap 3 bulan sekali tiap pohon
diberi pupuk Urea sebanyak 70 g, SP-36
sebanyak 200 g dan KCl sebanyak 50 g.
c. Cara pemberian pupuk dilakukan dengan
menaburkannya di sekeliling pohon, jarak
meletakkan pupuk dengan batang pohon
disesuaikan dengan besar kecilnya batang
tanaman dan lebar tajuk tanaman
d. Tutup dengan tanah atau
dibenamkan/dimasukkan ke dalam larikan
sedalam 10 15 cm di antara barisan.

G. Sasaran :
Kebutuhan unsur hara bagi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman terpenuhi.





Nomor
PB. VI
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional

Pemupukan
Anorganik
Halaman
2/2
Revisi

.......................
VI - 2
Nomor
PB. VII
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional

Pengguludan dan
Penyiangan
Halaman
1/2
Revisi

.......................

VII. PENGGULUDAN DAN PENYIANGAN

A. Definisi :
- Pengguludan merupakan usaha untuk menaikkan
tanah disekitar tanaman
- Penyiangan merupakan upaya dalam
membersihkan gulma disekitar batang.

B. Tujuan :
- Agar tanah di sekitar tanaman tetap gembur dan
bersih sehingga unsur hara mudah diserap.
- Mengurangi kompetisi unsur hara antara gulma
dengan tanaman pokok.

C. Validasi
a. Pengalaman petani Kecamatan Cibungbulang.
b. Hasil penelitian Pusat Kajian Buah Tropika
(PKBT) Institut Pertanian Bogor.

D. Alat dan Bahan :
a. Cangkul dan koret

E. Fungsi :
Cangkul dan koret digunakan untuk menaikkan dan
menggemburkan tanah sekaligus membersihkan
lingkungan disekitar tanaman.

VII - 1

F. Prosedur Pelaksanaan :
a. Saat penyiangan yang tepat adalah pada musim
penghujan karena saat itu banyak gulma
tumbuh.
b. Lakukan penyiangan dengan hati-hati terutama
disekitar tanaman agar tidak merusak akar
tanaman.
c. Buat piringan yang bersih seluas tajuk tanaman
disekitar batang tanaman.
d. Cangkul tanah disekitar batang tanaman, lalu
bentuk timbunan tanah disekitar batang
tanaman.

G. Sasaran :
Didapatkan lingkungan yang maksimal bagi
pertumbuhan tanaman.











Nomor
PB. VII
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional

Pengguludan dan
Penyiangan
Halaman
2/2
Revisi

.......................
VII - 2
Nomor
PB. VIII
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional


Pengairan
Halaman
1/2
Revisi

.......................

VIII. PENGAIRAN

A. Definisi :
Memberikan air secara optimal bagi pertumbuhan,
perkembangan dan produksi optimal.

B. Tujuan :
Untuk memenuhi kebutuhan air sepanjang masa
hidup tanaman.

C. Validasi :
a. Pengalaman petani Kecamatan Cibungbulang.
b. Hasil penelitian Pusat Kajian Buah Tropika
(PKBT) Institut Pertanian Bogor.

D. Alat dan Bahan :
Saluran drainase dan irigasi

E. Fungsi :
Saluran drainase / irigasi dibuat untuk mengatur
pemberian air pada lahan pertanaman.

F. Prosedur Pelaksanaan :
a. Pemberian dilakukan pada pagi dan sore hari
untuk mengurangi penguapan.
VIII - 1

b. Volume pemberian : antara 1 2 liter per hari
untuk benih/bibit baru tanam dan 10 20 liter
per hari untuk tanaman muda dewasa,
sedangkan untuk tanaman yang sedang berbuah
membutuhkan 20 30 liter per hari, kecuali hari
hujan.
c. Penyiraman dilakukan dengan membasahi
sekeliling tanaman hingga kondisi tanah tidak
terlalu becek dan tidak terlalu kering.

G. Sasaran :
Memenuhi kebutuhan air tanaman.















Nomor
PB. VIII
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional


Pengairan
Halaman
2/2
Revisi

.......................
VIII - 2
Nomor
PB. IX
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional

Pengendalian Hama
Dan Penyakit Terpadu
Halaman
1/12
Revisi

.......................

IX. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
TERPADU

A. Definisi :
Tindakan yang dilaksanakan untuk mencegah
kerugian pada budidaya tanaman yang diakibatkan
oleh OPT (hama, patogen, dan gulma) dengan cara
memadukan satu atau lebih teknik pengendalian
yang dikembangkan dalam satu kesatuan.

B. Tujuan :
- Mengendalikan OPT untuk menghindari
kerugian ekonomi berupa kehilangan hasil
(kuantitas) dan penurunan mutu (kualitas)
produk.
- Menjaga kesehatan manusia dan kelestarian
lingkungan hidup.

C. Validasi :
- Undang-undang (UU) Nomor 12 tahun 1992
tentang Sistem Budidaya Tanaman.
- Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 6 tahun 1995
tentang Perlindungan Tanaman.
- Keputusan Menteri Pertanian Nomor
887/Kpts/OP.210/9/97 tentang Pedoman
Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan.
IX - 1

- Buku Pedoman Penerapan Pengendalian Hama
Terpadu (J eruk, Mangga, dan Pepaya).

D. Alat dan Bahan :
a. Pestisida baik pestisida kimiawi (insektisida,
fungisida, herbisida), biopestisida, dan pestisida
nabati
b. Musuh alami : predator, parasitoid, patogen
(patogen serangga dan antagonis serta patogen
tumbuhan)
c. Air
d. Minyak tanah
e. Deterjen
f. Formalin 4 8%, alkohol 70%, kloroks 1%
(Bayclin), lysol, kalium permanganat 0.05%
g. Alat aplikator pestisida
h. Ember
i. Pengaduk
j. Takaran (skala cc, ml, dan liter)
k. Kuas
l. Pisau
m. Alat/sarana pelindung : sarung tangan, masker,
topi, sepatu boot, baju lengan panjang
Nomor
PB. IX
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional

Pengendalian Hama
Dan Penyakit Terpadu
Halaman
2/12
Revisi

.......................
IX - 2

E. Fungsi Bahan dan Alat :
a. Pestisida (pestisida kimiawi, biopestisida,
pestisida nabati) untuk mengendalikan OPT
(menurunkan populasi dan intensitas OPT).
b. Musuh alami untuk pengendalian cara biologi,
untuk menekan perkembangan OPT dan
menjaga keseimbangan ekosistem secara alami.
c. Air sebagai bahan pencampur pestisida dan
bahan pembersih;
d. Alat aplikator pestisida untuk mengaplikasikan
pestisida pada tanaman;
e. Ember untuk mencampur pestisida dan air;
f. Pengaduk untuk mengaduk pestisida dan air;
g. Takaran (gelas ukur) untuk menakar pestisida
dan air (skala cc/ml, dan liter);
h. Kuas untuk mengoleskan bahan pengendalian
(pestisida, kapur tohor, bubur kalifornia, bubur
bordo) pada bagian tanaman yang
terserang/terinfeksi;
i. Minyak tanah untuk membakar sisa-sisa/bagian
tanaman yang terserang OPT;
j. Deterjen untuk mencuci alat aplikator,
mengendalikan hama dan penyakit tertentu,
serta pencampur bahan pestisida nabati;



Nomor
PB. IX
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional

Pengendalian Hama
Dan Penyakit Terpadu
Halaman
3/12
Revisi

.......................
IX - 3
Nomor
PB. IX
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional

Pengendalian Hama
Dan Penyakit Terpadu
Halaman
4/12
Revisi

.......................

k. Alkohol 70%, formalin 4 8%, kloroks 1%
(Bayclin), lysol, kalium permanganat 0.05%
untuk mencucihamakan (desinfektan) alat-alat
pertanian (pisau, gunting pangkas, gergaji).
l. Pisau, gunting pangkas, gergaji untuk
memotong bagian tanaman yang terserang
OPT;
m. Alat pelindung untuk melindungi bagian tubuh
dari cemaran bahan kimiawi (pestisida).

F. Waktu ;
a. Pengendalian OPT dilaksanakan setiap waktu,
disesuaikan dengan fase/stadia tanaman
terutama pada stadia kritis.
b. Keputusan tindakan pengendalian dilakukan
berdasarkan pengamatan terutama apabila OPT
dipandang perlu untuk dikendalikan.

G. Prosedur Pelaksanaan :
a. Lakukan pengamatan OPT secara berkala
(seminggu sekali) terhadap OPT utama.
b. Kenali dan identifikasi gejala serangan, jenis
OPT, dan musuh alaminya. Untuk mengenali
hama atau penyebab penyakit (bila tersedia)
gunakan alat bantu berupa contoh hama atau
gejala (symptom) dari pada penyakit. Apabila
ragu konsultasi dengan petugas Pengamat
Hama dan Penyakit (PHP)/POPT/Laboratorium
IX - 4

Pengamatan Hama dan Penyakit/Balai
Perlindungan Tanaman Pangan dan
Hortikultura (BPTPH).
c. Perkirakan OPT yang perlu diwaspadai dan
dikendalikan.
d. Berikut ini adalah daftar OPT utama yang
terdapat pada setiap fase/stadia pertumbuhan
tanaman.

Penyakit

a. Penyakit Antraknose
Penyakit antraknose atau cacar buah
disebabkan oleh jamur Colletotrichum
gleoSOPriades.
Gejalanya : Pada buah muda berbentuk luka
kecil ditandai oleh adanya getah yang keluar
dan mengental. Pada buah menjelang masak
tampak berupa bulatan-bulatan kecil berwarna
gelap. Bila buah bertambah masak, bulatan-
bulatan tadi semakin membesar dan busuk
cekung kearah dalam buah.
Pengendalian yang dianjurkan adalah :
1. Sanitasi Kebun
2. Penggunaan fungisida berbahan aktif
manzeb seperti Daconil atau Dithane M 45
dengan dosis 0,2%.
Nomor
PB. IX
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional

Pengendalian Hama
Dan Penyakit Terpadu
Halaman
5/12
Revisi

.......................
IX - 5

3. Tidak menggunakan cabai sebagai
tanaman sela.














b. Phytophthora parasitiaca
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan yang
dapat menyerang batang, buah dan leher akar
tanaman pepaya. Batang yang terserang
menjadi seperti tersiram air panas.
Gejala tersebut menjalar ke seluruh batang
tanaman pepaya, pucuk tanaman menjadi
layu, daun-daun berguguran dan akibat lebih
lanjut pucuk tanaman mati dan akhirnya
tanaman tumbang (roboh). Buah pepaya yang
terserang penyakit ini menunjukan gejala
Nomor
PB. IX
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional

Pengendalian Hama
Dan Penyakit Terpadu
Halaman
6/12
Revisi

.......................
IX - 6
Gambar 5. Penyakit Antraknose pada buah

bintik-bintik berwarna putih, selanjutnya buah
menjadi kisut yang makin lama makin
mengeras, warna buah menjadi hitam dan
akhirnya gugur.
Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan
dengan cara penyemprotan fungisida Dithane
dengan dosis 0,2% serta perbaikan irigasi
bedengan

c. Erwinia papayae
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri dan
sampai saat ini belum dapat dikendalikan.
Gejala serangan Bacterium pepayae
menyebabkan daun pepaya menjadi terkulai
dan gugur, meskipun dibagian lain terdapat
daun-daun yang sehat. Selanjutnya pucuk
tanaman akan membusuk. Pembusukan
menjalar ke bawah sehingga seluruh tanaman
menjadi busuk.
Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan
cara membongkar tanaman yang sakit,
kemudian dibakar atau dikubur di dalam
tanah di lokasi yang jauh dari areal
penanaman pepaya serta dengan memperbaiki
saluran irigasi bedengan.

Nomor
PB. IX
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional

Pengendalian Hama
Dan Penyakit Terpadu
Halaman
7/12
Revisi

.......................
IX - 7

d. Mosaik Pepaya
Penyakit mosaik pepaya disebabkan oleh
virus mosaik pepaya atau pepaya mosaik
Virus (PMV). Penyakit ini tidak dapat
diberantas, ditularkan oleh sejenis kutu Myzuz
pesircae.
Gejala serangan penyakit ini menyebabkan
daun tanaman menjadi kasar dan sisi daun
bergaris-garis tidak teratur (mosaik). Lambat
laun pertumbuhan daun terhambat, ukuran
daun mengecil dan menumpuk dibagian atas.
Serangan yang cukup berat dapat
mengakibatkan daun gugur. Serangan pada
buah menyebabkan timbulnya lingkaran-
lingkaran berwarna hijau gelap.
Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan
dengan menggunakan bibit pepaya yang
bebas virus dan membongkar serta
memusnahkan tanaman yang terserang.



Nomor
PB. IX
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional

Pengendalian Hama
Dan Penyakit Terpadu
Halaman
8/12
Revisi

.......................
IX - 8











e. Penyakit Bercak Cincin / Pepaya RingSOPt
Virus (PRSV)
Pepaya ringSOPt virus (PRSV), merupakan
penyakit yang disebabkan oleh virus yang
ditularkan oleh sejenis kutu Myzuz pesircae.
Gejala serangan penyakit ini menyebabkan
daun muda, sisi bagian atas diantara tulang
daun mengerut dan berbintik-bintik, daun
disepanjang garis pinggir menggulung keatas
Nomor
PB. IX
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional

Pengendalian Hama
Dan Penyakit Terpadu
Halaman
9/12
Revisi

.......................
Gambar 6. Penyakit Mosaik pepaya
IX - 9
berwarna hijau terang. Secara visual bentuk
dan warna daun yang terserang nampak berbeda
dengan daun sehat. Serangan pada batang
biasanya 2/3 bagian batang atas timbul
bercak-bercak (diameter sekitar 1,6 mm) atau
garis hijau hitam mengkilat, pada serangan
hebat / akut bercak-bercak menyatu menjadi
garis besar yang lonjong. Pada buah yang
terserang tampak bercak-bercak berwarna
kuning (diameter 1,6 3 mm) atau berbentuk
cincin (diameter 3 18,8 mm) dengan warna
kuning.
Tanaman yang terserang produksinya
menurun drastis dengan buah yang rendah
kualitasnya (kurang menarik).
Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan
menggunakan bibit pepaya yang bebas virus
dan mengeradikasi tanaman sakit
(dicabut/bongkar lalu dibakar) pada gejala
awal serangan.





Nomor
PB. IX
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional

Pengendalian Hama
Dan Penyakit Terpadu
Halaman
10/12
Revisi

.......................
IX - 10

Hama

a. Hama Tungau Merah
Hama Tungau Merah (Tetranychus sp).
Gejalanya : Gejala awal adalah timbulnya
bintik-bintik putih pada daun. Pada serangan
berat seluruh daun terselaput bintik-bintik putih.
Pengendaliannya : dapat dilakukan dengan
menggunakan akarisida Decofol 0,2% untuk
telur dan nimfa serta akarisida Amitraz atau
Kinometional untuk tungau dewasa.













Nomor
PB. IX
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional

Pengendalian Hama
Dan Penyakit Terpadu
Halaman
11/12
Revisi

.......................
Gambar 7. Daum dan buah yang terserang Hama Tungau Merah
IX - 11

b. Kutu daun (Myzuz persicae)
Kutu daun (Myzuz persicae) merupakan jenis
kutu yang paling menonjol serangannya
diantara beberapa jenis kutu yang dapat
menyerang dan merusak tanaman pepaya. Kutu
ini hidup bersimbiosis dengan semut, melalui
hasil sekresinya. Hama kutu hidup di bawah
daun pepaya dan menyerang tanaman dengan
cara meghisap cairan sel tanaman, tertama sel
jaringan daun.
Gejalanya : Serangan kutu daun ditandai
dengan timbulnya bercak-bercak pada daun dan
daun menjadi keriput. Selain berperan sebagai
hama, kutu daun juga dapat berperan sebagai
perantara penyakit virus mozaik pepaya.
Pengendaliannya : Hama kutu daun dapat
dikendalikan dengan cara penyemprotan
insektisida Tamaron dengan dosis 0,1% - 0,2 %
atau Hostation 40 Ec dengan dosis 0,1 0,2 %
atau Orthane 75 SP dengan dosis 0,1%.

G. Sasaran :
Mendapatkan tanaman yang sehat dengan
produktivitas tinggi.

Nomor
PB. IX
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional

Pengendalian Hama
Dan Penyakit Terpadu
Halaman
12/12
Revisi
.......................
IX - 12

X. PENYEKATAN BUAH

A. Definisi :
Menyekat buah untuk mencegah kerusakan pada
kulit buah.

B. Tujuan :
- Mendapatkan buah yang baik dengan kulit buah
yang mulus.
- Menghindari kerusakan pada buah lain.

C. Validasi
a. Pengalaman petani Kecamatan Cibungbulang.
b. Hasil penelitian Pusat Kajian Buah Tropika
(PKBT) Institut Pertanian Bogor.

D. Alat dan Bahan :
a. Tangga;
b. Karton, kertas koran atau Steroform.

E. Fungsi :

a. Tangga digunakan untuk menjangkau buah
dipohon.
b. Karton, kertas koran atau steroform digunakan
untuk menyekat buah agar tidak terjadi
kerusakan pada kulit buah.
Nomor
PB. X
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional


Penyekatan Buah
Halaman
1/2
Revisi
.......................
X - 1

F. Prosedur Pelaksanaan :

a. Letakkan tangga pada tempat yang tepat agar
dapat menjangkau buah.
b. Pilih buah yang bentuknya bagus, kulitnya
mulus tidak ada bercak hitam karena terserang
hama.
c. Setelah itu lapisi buah dengan kertas koran atau
disekat dengan steroform sehingga dapat
menyekat antar buah.
d. Lakukan penyekatan dengan hati-hati agar tidak
menggugurkan buah lainnya atau merusak kulit
buah.

G. Sasaran :
Mendapatkan buah yang mulus dengan kulit yang
cerah.








Nomor
PB. X
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional


Penyekatan Buah
Halaman
2/2
Revisi

.......................
X - 2

XI. PEMANENAN

A. Definisi :
Memetik buah sesuai dengan kriteria masak
optimal.

B. Tujuan :
Mendapatkan buah yang telah memenuhi tingkat
kematangan optimal sesuai dengan kebutuhan

C. Validasi
a. Pengalaman petani Kecamatan Cibungbulang.
b. Hasil penelitian Pusat Kajian Buah Tropika
(PKBT) Institut Pertanian Bogor.

D. Alat dan Bahan :
a. Tangga; b. Pisau;

E. Fungsi :
a. Tangga digunakan untuk menjangkau buah
yang agak tinggi bila tidak dapat dijangkau
dengan tangan.
b. Pisau digunakan untuk memotong tangkai buah.

F. Prosedur Pelaksanaan :
a. Amati tingkat kematangan buah dengan
memperhatikan jumlah semburat merah
Nomor
PB. XI
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional


Pemanenen
Halaman
1/2
Revisi

.......................
XI - 1

b. Perkiraan umur buah dari saat bunga mekar 165
hari atau 5,5 bulan.
c. Penampakan warna kulit buah 25% semburat
merah. Untuk jarak angkut jauh buah dipetik
dengan warna hijau kekuningan.
d. Potong tangkai buah dengan pisau, hindari buah
luka atau bonyok, usahakan buah tersebut tidak
sampai jatuh.
e. Letakkan buah pada keranjang atau wadah yang
telah disiapkan.
f. Bila pohon mulai meninggi, pemetikan buah
dilakukan dengan bantuan tangga.

G. Sasaran :
Mendapatkan tingkat kematangan buah yang tepat.









Nomor
PB. XI
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional


Pemanenen
Halaman
2/2
Revisi

.......................
XI - 2

XII. PENGUMPULAN BUAH HASIL PANEN

A. Definisi :
Mengumpulkan buah sesuai dengan kriteria masak
optimal.

B. Tujuan :
Mengumpulkan buah yang telah dipetik pada satu
tempat / media pengumpulan

C. Validasi
Pengalaman petani di Kecamatan Cibungbulan.
Kab. Bogor.

D. Alat dan Bahan :
a. Keranjang;
b. Daun kering (serasah)/kertas koran;


E. Fungsi :
a. Keranjang digunakan untuk mengumpulkan dan
media angkut buah.
b. Daun kering atau kertas koran digunakan
sebagai bantalan untuk mencegah kulit buah
tergores atau memar.

Nomor
PB. XII
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional

Pengumpulan Buah
Hasil Panen
Halaman
1/2
Revisi

.......................
XII - 1

F. Prosedur Pelaksanaan :
a. Setiap buah yang telah dipanen dibungkus
dengan koran untuk mencegah gesekan atau
benturan antar buah yang dapat mengakibatkan
buah memar.
b. Lapisi dasar keranjang dengan daun kering atau
kertas koran sebagai bantalan.
c. Letakkan buah yang besar didasar keranjang
pada posisi berdiri dengan tangkai buah
menghadap kebawah. Isi rongga antar buah
dengan daun kering atau kertas koran.
d. Selanjutnya pada tiap lapisan buah dilapisi
bantalan yang sama.
e. Tinggi tumpukan buah hendaknya tidak terlalu
tinggi, 2 3 lapisan.
f. Angkat keranjang dengan hati-hati agar ketika
dibawa kepasar atau tempat penyortiran tidak
terjadi gesekan / guncangan.

G. Sasaran :
Mempertahankan mutu dan kualitas buah agar
dapat dipasarkan dengan harga tinggi.





Nomor
PB. XII
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional

Pengumpulan Buah
Hasil Panen
Halaman
2/2
Revisi

.......................
XII - 2
Nomor
PB. XIII
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional


Pengkelasan Buah
Halaman
1/2
Revisi

.......................

XIII. PENGKELASAN BUAH

A. Definisi :
Memilah buah berdasarkan kelas yang telah
ditentukan.

B. Tujuan :
Mendapatkan buah yang seragam sesuai dengan
kelas mutu buah yang diinginkan.

C. Validasi
a. Pengalaman petani Kecamatan Cibungbulang.
b. Hasil penelitian Pusat Kajian Buah Tropika
(PKBT) Institut Pertanian Bogor.

D. Alat dan Bahan :
a. Gambar atau poster indeks tingkat kematangan
pepaya.
b. Timbangan.

E. Fungsi :
a. Gambar / poster untuk memilah buah pepaya
sesuai dengan indeks tingkat kematangan yang
ditetapkan.
b. Timbangan sebagai alat untuk mengukur berat.

XIII - 1

F. Prosedur Pelaksanaan :
a. Memilih dan memisahkan antara buah pepaya
yang baik dan yang tidak baik, cacat, rusak atau
busuk.
b. Kemudian dilakukan pengkelasan/pengelompokan
buah pepaya yang telah disortasi menjadi
kelompok kelas sesuai ukuran, bentuk, tingkat
kemasakan buah, dan keseragaman warna.
c. Kelas A : bobot buah antara 2,5 3,0 kg.
Kelas B : bobot buah antara 1,8 2,49 kg.
Kelas C : bobot buah antara 1,5 1,79 kg.
Kelas D: bobot buah kurang dari 1,5 kg atau
lebih dari 3,0 kg.

G. Sasaran :
Buah terklasifikasi berdasarkan bobot.



Nomor
PB. XIII
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional


Pengkelasan Buah
Halaman
2/2
Revisi

.......................
XIII - 2
Nomor
PB. XIV
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional


Pengemasan
Halaman
1/2
Revisi

.......................

XIV. PENGEMASAN

A. Definisi :
Menempatkan buah pada kemasan yang telah
disediakan / sesuai.

B. Tujuan :
Untuk mempertahankan mutu buah pada saat
pengangkutan atau penyimpanan.

C. Validasi :
a. Warisno, Buku Budidaya Pepaya, Penerbit.
Kanisius, 2003.
b. Moehd. Baga Kalie. Bertanam Pepaya, Penebar
Swadaya, 2004.

D. Alat dan Bahan :
a. Kertas koran;
b. Kotak karton/Kardus bersekat;

E. Fungsi :
a. Kertas koran berguna untuk membungkus /
melindungi buah dari luka gores atau memar
b. Kotak karton/kardus berguna untuk
menempatkan buah yang telah dibungkus.

XIV - 1

F. Prosedur Pelaksanaan :
a. Gunakan alat kemas seperti kotak karton atau
kardus yang memiliki sekat-sekat.
b. Masukkan buah yang telah dibungkus yang
disesuaikan dengan ukuran / ruangan sekat pada
kertas karton.
c. Alat kemas harus mempunyai lubang / celah
untuk pertukaran udara.
d. Buah yang sudah dikemas ditempatkan
ditempat yang kering atau dengan suhu
penyimpanan yang dianjurkan.

G. Sasaran :
Mempertahankan penampakan buah agar kulit buah
tetap mulus dan cerah.












Nomor
PB. XIV
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional


Pengemasan
Halaman
2/2
Revisi

.......................
XIV - 2
Gambar 8. Pengemasan dan Pengepakan
Nomor
PB. XV
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional


Penyimpanan
Halaman
1/2
Revisi

.......................

XV. PENYIMPANAN

A. Definisi :
Meletakkan buah yang sudah dikemas pada tempat
penampungan yang ditentukan.

B. Tujuan :
Menjaga buah agar memiliki tingkat kesegaran
yang lebih lama.

C. Validasi :
a. Warisno, Buku Budidaya Pepaya, Penerbit.
Kanisius, 2003.
b. Moehd. Baga kalie. Bertanam Pepaya, Penebar
Swadaya, 2004.

D. Alat dan Bahan :
a. Ruang dengan pengaturan suhu atau sirkulasi
udara yang baik;

E. Fungsi :
a. Menempatkan buah sebelum diangkut ke
tempat pemasaran / penjualan.
b. Memudahkan buah untuk dipindahkan.



XV - 1

F. Prosedur Pelaksanaan :
a. Susun karton / kardus secara baik (tidak
tumpang tindih), bila menumpuk karton
usahakan agar tidak lebih dari 3 4 tumpukan.
b. Atur suhu ruangan agar tetap kering dengan
sirkulasi udara yang baik;
c. Ruang penyimpanan yang baik adalah ruangan
pada suhu 10C.

G. Sasaran :
Memperpanjang masa simpan buah dengan tetap
menjaga tingkat kesegaran.















Nomor
PB. XV
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional


Penyimpanan
Halaman
2/2
Revisi

.......................
XV - 2
Nomor
PB. XVI
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional


TranSOPrtasi
Halaman
1/2
Revisi

.......................

XVI. TRANSOPRTASI

A. Definisi :
Proses memindahkan buah pisang ke pasar..

B. Tujuan :
Untuk mengangkut buah ke tangan konsumen dari
tempat penyimpanan ke pasar dalam keadaan baik

C. Alat dan Bahan :
Alat tranSOPrtasi/gerobak pengangkutan

D. Fungsi :
Alat tranSOPrtasi/gerobak pengangkutan berfungsi
untuk mengangkut buah dari tempat penyimpanan
ke pasar.

E. Prosedur Pelaksanaan :
a. Angkut buah pepaya yang sudah dikemas ke
kendaraan atau gerobak pengangkutan.
b. Bila di dalam kotak karton / kardus dimuat
beberapa buah upayakan agar tinggi tumpukan
tidak menyebabkan buah yang didalam
karton/kardus tersebut rusak;
c. Upayakan agar goncangan yang terjadi tidak
terlalu keras.

XVI - 1

d. Susun kotak pepaya dalam kendaraan (hitung
berapa lapisan yang kuat) atau dengan
memperhatikan kekuatan kemasan.
e. Penyusunan kotak pepaya dalam kendaraan
sebaiknya memperhatikan adanya sirkulasi
udara.

G. Sasaran :
Buah lebih dekat ketempat yang membutuhkan.

Nomor
PB. XVI
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional


TranSOPrtasi
Halaman
2/2
Revisi

.......................
XVI - 2
KATA PENGANTAR

Mutu produk buah merupakan bagian integral dari
subsistem produksi buah-buahan yang tidak dapat
dipisahkan. Produk buah akan mempunyai daya saing
apabila dibarengi dengan adanya standar mutu dan jaminan
mutu terhadap konsumen. Dalam perdagangan dunia,
standar dan jaminan mutu buah merupakan persyaratan
pokok yang harus dipenuhi.
Buku Standar Prosedur Operasional (SOP) Pepaya
Kabupaten Bogor ini memuat keterangan alur proses
budidaya sampai penanganan pasca panen buah pepaya
segar yang disusun sebagai pedoman petani untuk
memproduksi pepaya bermutu tinggi. Buku SOP pepaya
ini juga dapat dijadikan pedoman bagi sentra produksi lain
untuk menyusun SOP pepaya sesuai dengan daerahnya
masing-masing.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada
Puslitbang Hortikultura, Pusat Kajian Buah Tropika
(PKBT), Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Prov. J awa Barat, Dinas Pertanian Bogor serta instansi lain
yang terkait yang telah berpartisipasi dalam penyusunan
buku ini.
Kami menyadari sepenuhnya buku ini jauh dari
sempurna maka kami mengharapkan masukan yang
mendukung perbaikan untuk buku ini di kemudian waktu.
Semoga buku ini bermanfaat.

J akarta, Desember 2004
Direktur Tanaman Buah



Prof.Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, MSc
i
TIM PENYUSUN DAN KONTRIBUTOR
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PEPAYA BOGOR


Tim Penyusun :
1. Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, M.Sc.
2. Dr. Ir. Sriyani, M.Si.
3. Dr. Herdrajat
4. Ir. Sri Kuntarsih, MM.
5. Haposan Simanjuntak, B.Sc.
6. Ir. Saptiati, MM.
7. Indra Husni, S.TP.
8. Apriyanti Roganda, SP.
9. Rafiq Sudiaz

Kontributor :
1. Ir. Daryanto, MM.
2. Ir. Suyamto, M.Sc.
3. Ir. Hidayat Admadibrata.
4. Drs. M. Djawal AS, MS
5. Ir. Agus Sutanto, M.Sc
6. Nana Sukmana
7. Kelompok Tani Pepaya di Kecamatan Cibatok.


DAFTAR PUSAKA


Badan Pusat Statistik. Data EkSOPr Impor. 1996 s/d
1999. Badan Pusat Satistik (BPS). J akarta.
Balai Penelitian Tanaman Buah. 2000. Pepaya Hibrida
Unggul. Sari Gading dan Sari Rona. Leaflet. Solok.
Ditjen. Bina Produksi Hortikultura. 2001. Informasi
Hortikultura dan Aneka Tanaman. J akarta.
Ditjen. Bina Produksi Hortikultura. 2003. Luas Panen,
Produktivitas dan Produksi Tanaman Sayuran,
Buah-buahan, dan Aneka Tanaman di Indonesia
Tahun 2003 (Angka Tetap). J akarta.
Moehd. Baga Kalie. 2002. Bertanam Pepaya (Edisi
Revisi). Penebar Swadaya. J akarta.
Pusat Informasi Pertanian Trubus. 2000. Kumpulan
Kliping : Mengenal J enis dan Budidaya Pepaya.
Trubus. J akarta.
Saiful Hosni dan Sudarmadi Purnomo. 2000. Benih Pepaya
Hibrida. Balai Penelitian Tanaman Buah. Solok.
Soemarsono. S.R., Dasi Dian W, Tri Sudaryono, Q.D.
Ernawanto. 1997. Rakitan Teknologi Budidaya
Pepaya. Makalah BPTP Karang Ploso. Malang.
Warisno. 2003. Budidaya Pepaya. Penerbit Kanisius.
J akarta.

You might also like