You are on page 1of 26

Nama : Aspita Riskiana, S.

Ked
Pembimbing : dr. Juminten S, Sp.OG(K)
Kepaniteraan Klinik Bagian/SMF Obstetri dan
Ginekologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Haluoleo
Kendari
2014
PEMERIKSAAN
KARDIOTOKOGRAFI
Pemantauan kesejahteraan janin merupakan
salah satu hal terpenting dalam pengawasan
janin, terutama pada saat persalinan.
Kardiotokografi memungkinkan dilakukannya
pengawasan janin saat kelahiran dengan cara
menganalisis denyut jantung janin dan kontraksi
miometrium secara kontinyu.
Tehnik kardiotokografi ini menggunakan
Doppler Ultrasound untuk merekam denyut
jantung janin dan kardiotokograf itu memberikan
respon terhadap gerakan dan aktifitas uterus.
PENDAHULUAN

Kardiotokografi
merupakan suatu
alat elektronik
yang merekam
denyut jantung
janin secara
kontinyu yang
diperoleh melalui
transduser
ultrasound melalui
perut ibu.

Kardiotokografi
juga biasa disebut
Electronic Fetal
Monitoring (EFM)
Pemeriksaan
umumnya dapat
dilakukan pada
usia kehamilan 7-9
bulan dan pada
saat persalinan.

Pemeriksaan CTG
diperoleh
informasi berupa
signal irama
denyut jantung
janin (DJJ),
gerakan janin dan
kontraksi rahim
3
.
DEFINISI
Nilai normal denyut jantung janin yaitu 120 -
160 dpm (beberapa penulis menganut nilai
normal denyut jantung janin antara 120-150
dpm)

External cardiotocography untuk memonitoring rata-rata denyut
jantung janin dan aktivitas dari otot uterin baik secara kontinyu
maupun secara intermitten yang dideteksi melalui dua transduser
yang diletakkan pada perut ibu (satu diletakkan diatas jantung
janin dan satunya lagi difundus).
Internal cardiotocography menggunakan transduser elektronik yang
berhubungan langsung dengan scalp fetus.
Monitoring secara internal ini lebih akurat dan memiliki transmisi denyut
jantung janin yang lebih konsisten dibandingkan dengan monitoring
eksternal karena beberapa faktor seperti pergerakan pada janin tidak
memberikan efek terhadap monitoring internal ini. Monitoring internal
mungkin digunakan ketika monitoring eksternal terhadap denyut jantung
janin tidak adekuat, atau membutuhkan pengawasan yang lebih lanjut

PEMERIKSAAN DENGAN
KARDIOTOKOGRAFI
Yang diperiksa dengan kardiotokografi
adalah :
a) Gerak nafas janin,gerak janin,tonus janin
b) Kelainan bentuk tubuh ,letak ,biometri
janin
c) Taksiran bb dan Umur kehamilan
d) Jumlah cairan amnion, Keadaan dan letak
Placenta
e) Pola denyut jantung janin & EKG
Hipertensi dalam kehamilan
Kehamilan post-term
Ketuban pecah prematur (KPP)
Gerakan janin berkurang
Kehamilan dengan anemia
Kehamilan ganda
Oligohidramnion/Polihidramnion
Riwayat obstetrik buruk
Kehamilan dengan penyakit ibu.
Diabetes melitus
Induksi atau akeselerasi persalinan
Perdarahan antepartum
Ibu perokok
Ibu berusia lanjut
IBU
Pertumbuhan janin terhambat (PJT)
Gerakan janin berkurang
Suspek lilitan tali pusat
Aritmia, bradikardi, atau takikardi
janin
Hidrops fetalis
Kelainan presentasi, termasuk
pasca versi luar.
Mekonium dalam cairan ketuban
Riwayat lahir mati
Kehamilan ganda.
JANIN
INDIKASI
KONTRAINDIKASI
Sampai saat ini belum ditemukan kontraindikasi
pemeriksaan CTG terhadap ibu maupun janin.
Pemeriksaan CTG dengan pembebanan (Contraction
stress test) tidak boleh dilakukan pada bekas operasi SC,
gemeli, ketuban pecah dini

SYARAT PEMERIKSAAN
KARDIOTOKOGRAFI

1. Usia kehamilan >28 minggu.
2. Ada persetujuan tindak medik dari pasien
(secara lisan).
3. Punktum maksimum denyut jantung janin
(DJJ) diketahui.
4. Prosedur pemasangan alat dan pengisian
data pada komputer (pada KTG
terkomputerisasi) sesuai buku petunjuk dari
pabrik
Kriteria Dawas / Radman harus dipenuhi, yaitu :

Harus ada episode variasi tinggi (high variation), minimal satu kali;
yang merupakan tanda normal . Nilai variasi tinggi ini harus di atas
satu persentil untuk usia gestasi yang bersangkutan.
Tidak boleh ada deselerasi > 20 detik (lost beats).
Frekuensi dasar denyut jantung janin (basal heart rate) normal
adalah 116-160 denyut per menit (dpm) selama rekaman 30
menit. Pada KTG yang konvensional dianut nilai 120-160 dpm.
Paling sedikit harus ada 1 kali gerak janin atau 3 gambaran
akselerasi DJJ.
Tidak boleh ada gambaran ritme sinusoidal pada rekaman DJJ. The
short term variation (STV) harus 3 dpm
Harus ada akselerasi, atau variabilitas pada episode tinggi harus >
10 persentil dan gerak janin > 20 kali.
Tidak boleh ada error atau deselerasi pada akhir rekaman KTG.

Bila kriteria ini sudah terpenuhi, maka pada layar monitor akan
tampak tulisan CRITERIA MET

1. Persetujuan tindak medik (Informed
Consent)
2. Kosongkan kandung kencing.
3. Periksa kesadaran dan tanda vital ibu.
4. Ibu tidur terlentang, bila ada tanda-
tanda insufisiensi utero-plasenter atau
gawat janin, ibu tidur miring ke kiri dan
diberi oksigen 4 liter / menit.
5. Lakukan pemeriksaan Leopold untuk
menentukan letak, presentasi dan
punktum maksimum DJJ. Bila inpartu,
lakukan periksa dalam.
6. Hitung DJJ selama satu menit penuh
7. Pasang transduser untuk tokometri di
daerah fundus uteri dan DJJ di daerah
punktum maksimum.


8. Hidupkan komputer dan Kardiotokograf.
9. Lama perekaman adalah 30 menit
10. Lakukan pencetakkan hasil rekaman KTG.
11. Lakukan dokumentasi data pada disket
komputer (data untuk rumah sakit).
12.Matikan komputer dan mesin
kardiotokograf. Bersihkan dan rapikan
kembali alat pada tempatnya.
13. Beri tahu pada pasien bahwa pemeriksaan
telah selesai.
14. Berikan hasil rekaman KTG kepada dokter
penanggung jawab atau paramedik
membantu membacakan hasil interpretasi
komputer secara lengkap kepada dokter.

Setelah perekaman data selama 10 menit, dan kemudian setiap dua
menit berikutnya, komputer akan melakukan analisa terhadap data
yang masuk, dan kemudian menampilkannya pada layar monitor.
Bila rekaman abnormal, akan tampak kalimat STOP, sebaliknya
bila normal akan tampak kalimat CONTINUE
Seteleh kriteria Dawes/Redman terpenuhi, komputer akan memberi
tanda berupa bunyi alarm sebanyak dua kali. Lama pemeriksaan
maksimal adalah 60 menit, umumnya 30 menit sudah memadai.
Pada kasus khusus dapat dilakukan perangsangan vibroakustik
sebelum rekaman KTG dimulai dan lama pemeriksaan cukup 10
20 menit
Adanya episode variasi tinggi menunjukkan janin dalam
keadaan normal dan merupakan petunjuk penting
Variasi tinggi terjadi pada saat janin dalam keadaan
aktif, sedangkan variasi rendah terjadi pada saat janin
tidur
Denyut jantung janin dalam pemeriksaan
kardiotokografi ada dua macam :

Denyut jantung janin basal basal fetal heart
rate), yakni frekuensi dasar (baseline rate) dan
variabilitas (variability), merupakan perubahan
denyut jantung janin saat uterus dalam keadaan
istirahat (relaksasi).
Perubahan periodik (reactivity),
merupakan perubahan denyut jantung
janin yang terjadi saat ada gerakan janin
atau kontraksi uterus
-Frekuensi denyut
jantung basal
adalah nilai rata-
rata dari seluruh
periode variasi
rendah DJJ.

-Dalam keadaan
normal frekuensi
dasar denyut
jantung janin
berkisar antara
120-160 dpm.
-Bila terjadi
peningkatan
frekuensi yang
berlangsung cepat
(<1-2 menit) disebut
suatu akselerasi
(acceleration).

-Peningkatan denyut
jantung janin pada
keadaan akselerasi
ini paling sedikit 15
dpm diatas
frekuensi dasar
dalam waktu 15
detik.
Bradikardi bila
frekuensi dasar
<120 dpm. Bila
terjadi frekuensi
yang
berlangsung
cepat (1-2 menit)
disebut
deselerasi
(deceleration)
Frekuensi Dasar Denyut
Jantung Janin (Baseline Rate)

Takikardi dapat terjadi
pada keadaan :
1. Hipoksia janin
(ringan/kronik)
2. Kehamilan preterm
(<30 minggu)
3. Infeksi ibu atau janin
4. Ibu febris atau gelisah
5. Ibu hipertiroid
6. Takiaritmia janin
7. Obat-obatan (missal :
atropine, betamimetik).

Bradikardi dapat terjadi
pada keadaan :
1. Hipoksia janin
(berat/akut)
2. Hipotermia janin
3. Bradiaritmia janin
4. Obat-obatan
(propanolol, obat
anesthesia local)
5. Janin dengan kelainan
jantung bawaan
Variabilitas denyut jantung janin adalah gambaran
osilasi yang tidak teratur, yang tampak pada rekaman
denyut jantung janin.
Variabilitas yang normal memberikan gambaran lebih
dari 5 beat dan jagged.
Jika variasi beat

tampak lebih sedikit sehingga
tampak lebih datar menjadi garis yang lurus. Hal ini
dapat terjadi sesudah pemberian anelgesia jenis
opioid dengan asidosis atau mungkin tercatat selama
fase fetus tertidur, selama 20-40 menit
Variabilitas Denyut Jantung
Janin (Variability)

Beberapa keadaan bukan hipoksia yang dapat
menyebabkan variabilitas DJJ berkurang :

Janin tidur (suatu keadaan fisiologis dimana aktivitas
otak berkurang)
Janin anensefalus (korteks serebri tidak terbentuk)
Janin preterm (sistem persarafan belum sempurna)
Obat (narkotik, diazepam, MgSO4, betametasone)
Blokade vagal
Defek jantung bawaan
Hasil rekaman kardiotokografi yang normal pada
umumnya memberikan gambaran sebagai
berikut :

Frekuensi dasar denyut jantung janin sekitar 120-160
dpm.
Variabilitas denyut jantung janin antara 6-25 dpm.
Terdapat akselerasi
Tidak terdapat deselerasi atau kalaupun ada hanya
suatu deselerasi dini
Pemeriksaan NST dilakukan untuk menilai gambaran
denyut jantung janin dalam hubungannya dengan
gerakan/aktivitas janin.
Pemeriksaan CST dimaksudkan untuk menilai
gambaran denyut janin dalam hubungannya dengan
kontraksi uterus. CST biasanya dilakukan untuk
memantau kesejahteraan janin saat proses persalinan
terjadi (inpartu).
Tehnik pemeriksaan NST :

1. Pasien berbaring dalam posisi semi-flower, atau sedikit miring
kekiri.
2. Sebelum pemeriksaan dimulai, ukur tanda vital . Kemudian
selama pemeriksaan dilakukan, tensi diukur setiap 10-15 menit
(dicatat pada kertas KTG)
3. Aktivitas gerakan janin diperhatikan dengan cara :
o Menanyakan kepada pasien
o Melakukan palpasi abdomen
o Melihat gerakan tajam pada rekaman kardiotokogram
(kertas KTG)
4. Bila dalam beberapa menit pemeriksaan tidak terdapat gerakan
janin, dilakukan perangsangan janin,
5. Perhatikan frekuensi dasar DJJ (normal antara 120-160 dpm).
Perhatikan apakah terjadi akselerasi DJJ (sedikitnya 15 dpm)
6. Perhatikan variabilitas DJJ (normal antara 5-25 dpm)
7. Lama pemeriksaan sedikitnya 20 menit
Interpretasi NST
Reaktif
Non reaktif
Meragukan
Hasil pemeriksaaan NST disebut abnormal (baik reaktif
maupun nonreaktif) apabila ditemukan :
- Bradikardi
- Deselerasi 40 dpm atau lebih dibawah frekuensi dasar
(baseline), atau denyut jantung janin mencapai 90 dpm,
yang lamanya 60 detik atau lebih.
Tehnik Pemeriksaan CST
1. Pasien dalam posisi miring semi-Flower, atau sedikit miring ke kiri.
2. Sebelum pemeriksaan dimulai, lakukan pemeriksaan TTV. Kemudian
selama pemeriksaan dilakukan, tensi diukur setiap 10-15 menit (dicatat
pada kertas KTG).
3. Perhatikan timbulnya kontraksi uterus, yang dapat dilihat pada kertas
KTG. Kontraksi uterus dianggap adekuat bila terjadi 3 kali dalam 10
menit.
4. Bila tidak terjadi kontraksi uterus setelah beberapa menit pemeriksaan,
dilakukan stimulasi, Stimulasi dilakukan sampai timbul kontraksi yang
adekuat. Apabila selama stimulasi terjadi deselerasi lambat meskipun
kontraksi belum adekuat, maka pemeriksaan harus segera dihentikan dan
hasilnya dinyatakan positif.
5. Pengamatan dilakukan terhadap frekuensi dasar DJJ, variabilitas dan
pasien diawasi terus menerus sampai kontraksi menghilang
INTERPRETASI
NEGATIF
POSITIF
MENCURIGAKAN
TIDAK MEMUASKAN
HIPERSTIMULASI
Hasil CST yang negatif menggambarkan
keadaan janin yang masih baik sampai 1 (satu)
minggu kemudian (spesifitas 99%), sedangkan
hasil CST yang positif biasanya disertai
outcome perinatal yang tidak baik dengan nilai
prediksi positif 50%

KONTRAINDIKASI CST
Absolut
Adanya risiko
ruptura uteri,
misalnya pada bekas
seksio sesarea atau
miomektomi.
Perdarahan
anterpartum.
Tali pusat
terkemuka.

Relatif
Ketuban pecah
prematur.
Kehamilan kurang
bulan.
Kehamilan ganda.
Inkompetensia
serviks.
Disproporsi sefalo-
pelvik.
TERIMA KASIH

You might also like