You are on page 1of 12

1

STUDI ALTERNATIF JALUR EVAKUASI BENCANA BANJIR DENGAN


MENGGUNAKAN TEKNOLOGI SIG DI KABUPATEN SITUBONDO
Oleh :
Hanif Santoso * dan Dr. Ir. Muhammaad Taufik*
* Program Studi Teknik Geomatika ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111
Email : hanif.santoso@gmail.com
Abstrak
Kabupaten Situbondo termasuk daerah potensi bencana banjir yang menyebabkan kerugian
jiwa dan materi dalam jumlah besar. Luapan air bah di sepanjang DAS Sampean telah
melululantahkan penduduk Situbondo selama beberapa kali. Upaya untuk mencegah korban
bencana banjir adalah dengan menyediakan sistem peringatan dini bencana banjir di daerah yang
berpotensi banjir, serta penyediaan peta resiko dan rute evakuasi.
Integrasi data SPOT 5 dan Peta RBI yang menghasilkan informasi penutupan lahan,
jaringan jalan, dan jaringan sungai yang diurunkan dengan menggunakan model banjir, dapat
digunakan untuk menghasilkan peta resiko banjir. Selanjutnya dengan aplikasi SIG yaitu,
mengoverlay data tersebut dengan data infrastruktur dan jalan, dapat dibuat rute evakuasi
alternatif untuk pengamanan masyarakat apabila terjadi bencana banjir.
Tugas akhir ini menyajikan hasil dari implementasi metode tersebut untuk daerah Situbondo
yang merupakan area dengan permukiman cukup padat di pinggir pantai dan berpotensi banjir
walaupun kecil. Peta rute evakuasi yang dihasilkan adalah peta rute alternatif dimana diperlukan
masukan dari masyarakat dan pihak terkait lainnya untuk dapat diimplementasikan secara
langsung oleh masyarakat.
Kata kunci: Bencana banjir, SIG, dan rute evakuasi.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Selama ini Indonesia dikenal sebagai
salah satu negara rawan bencana. Berbagai
bencana melanda sejumlah daerah secara terus
menerus. Baik yang disebabkan oleh faktor
alam (gempa bumi, tsunami, banjir, letusan
gunung api, tanah longsor, angin ribut),
maupun oleh faktor non alam seperti berbagai
kecelakaan akibat kegagalan teknologi dan
ulah manusia. Akibatnya tak sedikit
penderitaan bagi masyarakat, baik berupa
korban jiwa manusia, kerugian harta benda,
maupun kerusakan lingkungan serta
musnahnya hasil-hasil pembangunan yang
telah dicapai.
Berdasarkan beberapa fakta dan data
yang ada, Kabupaten Situbondo termasuk
daerah potensi bencana banjir yang
menyebabkan kerugian jiwa dan materi dalam
jumlah besar. Luapan air bah di sepanjang
DAS Sampean telah melululantahkan
penduduk Situbondo selama beberapa kali.
Untuk pemulihan kondisi di sejumlah
kecamatan yang terjadi pada banjir terakhir (8-
9 Februari 2008), diperkirakan menghabiskan
dana lebih dari 350 miliar rupiah
(www.indonesia.go.id). Kerugian ini belum
termasuk kerugian yang diderita oleh
masyarakat secara langsung. Hal ini tentunya
akan sangat mempengaruhi percepatan
program pembangunan daerah serta
menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat.
Menanggapi hal tersebut, bidang
Geomatika khususnya teknologi Sistem
Informasi Geografi (SIG) memberikan
kontribusi strategis untuk menyajikan
informasi fundamental dalam kajian resiko
bencana. Salah satu kontribusi itu adalah
dengan dibuatnya peta jalur evakuasi bencana
banjir di Kabupaten Situbondo.
Aplikasi tersebut dengan memanfaatkan
sejumlah data spasial seperti Citra SPOT, Peta
RBI, dan data DEM, berikut dengan berbagai
analisa dan pengolahan dasar SIG. Pada
akhirnya produk tersebut juga dapat
dimanfaatkan sebagai proses pencegahan
bencana ataupun pengurangan dampak bahaya
dalam rangka meminimalkan jatuhnya korban
jiwa, kerugian harta benda, dan rusaknya
lingkungan.
Perumusan Masalah
2
Perumusan masalah yang dimunculkan
dalam penelitian ini adalah bagaimana
pengolahan data spasial Citra SPOT, Peta RBI,
data DEM dan Peta Tataguna Lahan menjadi
suatu SIG untuk mendapatkan informasi jalur
evakuasi tercepat menuju zona aman.
Batasan Masalah
Batasan masalah dari penulisan tugas
akhir ini adalah:
1. Wilayah studi adalah daerah sepanjang
jalur DAS Sampean, Kabupaten
Situbondo.
2. Peta yang digunakan adalah peta Rupa
Bumi Indonesia (RBI) tahun 1999
dengan skala 1 : 25.000 terbitan
BAKOSURTANAL (Badan
Koordinasi Survey dan Pemetaan
Nasional).
3. Citra yang digunakan adalah citra
satelit SPOT tahun 2008.
4. Data DEM diperoleh dari peta RBI
tahun 1999.
5. Hasil penelitian adalah sistem
informasi jalur evakuasi bencana
banjir.
Tujuan Tugas Akhir
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam
tugas akhir ini untuk membuat sistem
informasi jalur evakuasi bencana banjir,
sehingga dapat diperoleh informasi jalur
evakuasi yang tercepat menuju daerah aman.
Manfaat Tugas Akhir
Manfaat yang ingin diperoleh dari
penelitian ini adalah kemudahan penduduk di
sekitar DAS Sampean untuk mencapai jalur
tercepat menuju zona aman sebagai upaya
antisipasi maupun meminimalisir korban saat
terjadi bencana banjir.
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian Tugas Akhir ini
mengambil daerah studi di DAS Sampean,
Kabupaten Situbondo. Secara geografis daerah
studi terletak pada 7 35 - 7 44 LS dan 113
30 114 42 BT.
Gambar 1 Lokasi Penelitian
Data dan Peralatan
Data
Pada penelitian ini, data yang digunakan
adalah:
1. Citra satelit SPOT Kabupaten
Situbondo tahun 2008. Diperoleh dari
Program Studi Teknik Geomatika ITS
Surabaya.
2. Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI)
Kabupaten Situbondo tahun 1999
skala 1 : 25.000. Untuk koreksi
geometrik dengan GCP. Diperoleh
dari Badan Koordinasi Survei dan
Pemetaan Nasional (Bakosurtanal).
3. Data DEM daerah sekitar DAS
Sampean. Didapatkan dari digitasi
peta RBI terbitan Bakosurtanal.
Peralatan
Peralatan yang digunakan pada
penelitian ini adalah :
1. Personal Computer (PC) Pentium IV,
memori 1 Gb, Hard Disk 240 Gb.
2. Printer Epson C90.
3. Kamera SLR digital Canon EOS Kiss
N.
4. Scanner.
5. GPS Handheld Garmin eTrex Legend.
6. Sistem Operasi Windows XP.
7. Autodesk Land Desktop 2004 untuk
melakukan digitasi on screen.
8. ER Mapper 7.1 untuk melakukan
proses pengolahan citra SPOT hingga
terkoreksi secara geometrik.
9. ArcGIS 9.2 untuk melakukan proses
analisa sistem informasi geografi.
10. Corel DRAW Graphics Suite 12 untuk
melakukan proses finishing tampilan
peta.
3
11. Microsoft Word 2007 untuk penulisan
laporan.
Tahapan Penelitian
Tahapan yang akan dilaksanakan dalam
kegiatan penelitian ini adalah seperti pada
diagram alir berikut :
Gambar 2 Diagram Alir Kegiatan
Penelitian
Penjelasan diagram alir di atas adalah
sebagai berikut :
1. Identifikasi Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini adalah
bagaimana proses pembuatan SIG jalur
evakuasi bencana banjir di Kabupaten
Situbondo sebagai upaya antisipasi
dan/atau meminimalisir terjadinya korban
berikutnya. Pengamatan ini dilakukan
menggunakan citra SPOT 2008, setelah
terjadinya bencana banjir terakhir pada
Februari 2008.
2. Tahap Persiapan
Pada tahap ini, kegiatan-kegiatan yang
dilakukan adalah :
Studi Literatur
Studi literatur mencakup pemecahan
masalah dalam melakukan pengolahan
data dan analisa hingga didapat hasil
akhir. Diantarnya meliputi, studi
literatur pengolahan citra dengan ER
Mapper 7.1, studi literatur pembuatan
DEM dari data kontur, penggunaan
aplikasi 3D analyst pada software
ArcGis 9.2, dan studi literatur faktor
penyebab terjadinya banjir.
Pengumpulan Data
Tahap ini merupakan pengumpulan
data baik data dasar maupun terkait
alat dan bahan yang dibutuhkan.
Pengumpulan data berupa peta Rupa
Bumi Indonesia (RBI) skala 1 : 25.000
tahun 1999 terbitan
BAKOSURTANAL, Citra SPOT
2008, data DEM wilayah DAS
Sampean, data debit air, curah hujan,
dan UU No. 26 tahun 2007 tentang
Penataan Ruang.
3. Tahap Pengolahan data
Pengolahan data meliputi digitasi peta RBI
Kabupaten Situbondo tahun 1999
menggunakan software Autodesk Land
Desktop 2004, pengolahan citra SPOT
daerah Situbondo tahun 2008 dengan
menggunakan software ER Mapper 7.1,
pembuatan DEM menggunakan aplikasi
3D analyst pada software ArcGIS 9.2,
pembuatan peta genangan air/histori banjir
dengan menggunakan software ArcGIS
9.2, pembuatan jalur evakuasi dengan
menggunakan software ArcGIS 9.2.
4. Tahap Analisa
Untuk memperoleh jalur evakuasi bencana
banjir dibutuhkan beberapa analisa SIG
dari dari berbagai data yang telah diolah.
Diantara terdapat analisa overlay peta
tutupan lahan, peta jaringan jalan, data
ketinggian (DEM), dan daerah genangan.
Selain juga dilakukan analisa 3D dan
analisa network untuk mendapatkan jalur
terpendek menuju tempat evakuasi.
5. Penyusunan Laporan
Penyusunan laporan dilakukan pada saat
penelitian telah selesai. Tahapan ini
merupakan bentuk pelaporan terhadap
penelitian yang akan dilakukan yang
dilaporkan secara jelas dan detail pada
setiap tahapan proses diatas. Hal ini
bertujuan sebagai bentuk
pertanggungjawaban dari skripsi yang
telah dilaksanakan.
Diagram Pengolahan Data
Adapun untuk diagram alir tahapan
pengolahan data adalah sebagai berikut :
Identifikasi Masalah
Studi Literatur
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Analisa
Penyusunan Laporan
4
Gambar 3 Diagram Alir Pengolahan Citra
Berikut ini adalah penjelasan diagram alir
tahap pengolahan data:
1. Pengumpulan Data
a. Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) skala
1 : 25.000 Tahun 1999 yang diterbitkan
BAKOSURTANAL.
b. Citra SPOT tahun 2008.
c. Data DEM (dari digitasi peta RBI).
2. Pra Pengolahan Data
a. Digitasi Peta
Digitasi Peta RBI Bakosurtanal skala 1
: 25.000 tahun 1999 menggunakan alat
scanner. Proses ini dilakukan untuk
mendapatkan peta digital yang
digunakan sebagai acuan untuk koreksi
geometrik pada citra satelit.
b. Cropping Citra
Cropping citra dilakukan untuk
membatasi daerah penelitian dan
memperkecil memori penyimpanan
sehingga mempercepat proses
pengolahan.
c. Koreksi Citra
Dalam pengolahan citra yang pertama
dilakukan adalah koreksi geometrik
bertujuan untuk mereduksi kesalahan
geometrik sehingga dihasilkan citra
terkoreksi geometrik. Citra SPOT
dasarnya telah terkoreksi secara
geometrik tanpa GCP (Ground Control
Point), sehingga masih harus dikoreksi
ulang dengan menggunakan GCP.
Koreksi geometrik yang bersifat
random diselesaikan dengan analisa
titik kontrol tanah (ground control
point) melalui fungsi transformasi yang
menghubungkan antara sistem
koordinat tanah dan citra. Setelah itu
dilakukan perhitungan RMS (Road
Mean Square), nilai RMS harus kurang
atau sama dengan satu (RMS 1).
Pada proses pengolahan citra satelit
seluruhnya dilakukan dengan
menggunakan program ER Mapper 7.1.
3. Pengolahan Data
a. Digitasi on Screen
Setelah citra SPOT terkoreksi secara
geometrik dilakukan klasifikasi visual
dengan metode digitasi on screen
terhadap kenampakan objek-objek
yang ada pada citra. Proses ini untuk
mendapatkan data turunan yang
dibutuhkan dalam tahap analisa.
Diantaranya, peta penutup/pengguna
lahan, peta administrasi, peta jaringan
jalan, dan peta jaringan sungai. Dalam
pekerjaan ini menggunakan program
Autodesk Land Desktop 2004.
b. Pembuatan Peta Histori
Banjir/Genangan Banjir
Sebelum melakukan pekerjaan ini,
terlebih dahulu memasukkan semua
data yang diperlukan, baik spasial
maupun nonspasial ke dalam sebuah
struktur data SIG pada program
ArcGIS. Berikut dengan
mentransformasi data spasial ke dalam
format .dxf agar dapat dilakukan proses
editing pada ArcGIS. Sedangkan data
nonspasial menjadi bentuk data atribut
sebagai pelengkap informasi.
Setelah itu melalui proses overlay
terhadap data turunan yang telah
dihasilkan (peta penutup/pengguna
Tahap Persiapan
Tahap Pra Pengolahan
Data
Tahap Pengolahan
Hasil
Tahap Analisa
5
lahan, peta administrasi, peta jaringan
jalan, dan peta jaringan sungai) melalui
citra satelit dengan data hydrology
flow. Hal ini untuk menghasilkan peta
histori banjir berdasarkan berbagai
parameter yang ditentukan.
c. Uji Kesesuaian Lapangan (Ground
Truth)
Pada akhir proses pengolahan data
perlu adanya proses verikasi data
spasial digital dengan keadaan di
lapangan agar terjamin kesesuaiannya.
Tahap ini dilakukan dengan
menggunakan GPS handheld pada
beberapa titik yang ditentukan.
4. Tahap Analisa
a. Penentuan Tempat Evakuasi yang
Sesuai Kriteria.
Tempat evakuasi yang dipilih
merupakan titik dengan elevasi tertentu
dengan vegetasi banyak, wilayah
tersebut memenuhi standar untuk
pengungsian/evakuasi dan tidak banyak
terdapat pemukiman. Dalam pekerjaan
ini dilakukan proses analisa SIG
seperti, overlay, buffer, dan network
analyst.
b. Pembuatan Jalur Evakuasi Banjir
Melakukan proses manipulasi data
spasial (data DEM, penggunaan lahan,
jalan, batas administrasi) dengan
berbagai analisa geospasial. Sehingga
akan menjadi dasar untuk dilakukan
analisa pembuatan rute evakuasi
bencana banjir. Pada tahap ini terdapat
beberapa tahapan pekerjaan untuk
menghasilkan SIG jalur evakuasi
bencana banjir. Pertama, analisa untuk
menentukan tempat evakuasi yang
sesuai kriteria di tiap kecamatan.
Kedua, analisa untuk membuat rute
evakuasi menuju tempat-tempat yang
telah ditentukan berdasarkan jaringan
jalan, nilai ketinggian, jumlah
penduduk, jarak serta tata guna lahan.
Faktor-faktor pertimbangan pemilihan
jalur evakuasi banjir adalah sebagai
berikut.
a. Titik rawan yang dipilih merupakan
titik terdekat dengan sungai dengan
elevasi tertentu dan meliputi
wilayah vegetasi hampir tidak ada
dan wilayah pemukiman sangat
padat.
b. Jalur yang dipilih merupakan jalan
nasional, jalan propinsi dan jalan
by pass sehingga akan
memudahkan proses evakuasi.
c. Jalur evakuasi dirancang menjauhi
garis pantai dan menjauhi aliran
sungai.
d. Jalur evakuasi diusahakan tidak
melintangi sungai atau jembatan.
e. Supaya tidak terjadi penumpukan
mass, dibuat jalur evakuasi paralel.
f. Untuk daerah berpenduduk padat,
dirancang jalur evakuasi berupa
sistem blok, dimana peregrakan
massa setiap blok tidak tercampur
dengan blok lainnya untuk
menghindari kemacetan.
5. Hasil
Pada akhirnya dapat menghasilkan
suatu SIG jalur evakuasi bencana banjir
yang memiliki tampilan menarik dan
informatif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengolahan Citra Satelit
Mozaiking
Sebelum melakukan koreksi geometrik
terlebih dahulu dilakukan proses mozaiking,
baik pada peta RBI sebagai acuan koreksi
geometrik maupun pada citra SPOT 5. Hal ini
dikarenakan luasan daerah studi yang
membutuhkan dua scene citra SPOT 5.
Proses mozaiking kedua peta RBI ini
dilakukan dengan program Autocad Land
Desktop 2004. Untuk mendapatkan koordinat
digital yang sesuai dengan peta RBI maka
dilakukan proses rubber sheet pada program
yang Autocad Land Desktop 2004 juga.
Sedangkan proses mozaiking citra SPOT 5
dilakukan menggunakan program ER Mapper
7.0. Sehingga dihasilkan gambar seperti di
bawah ini.
Strength of Figure (SOF)
Desain jaring titik kontrol atau dikenal
dengan Strength of Figure (SoF) tersebut
dihitung untuk mengetahui kekuatan jaring.
Adapun perhitungan SoF dari citra SPOT 5
adalah:
Jumlah Titik : 20 titik
Jumlah Baseline : 42 baseline
6
N ukuran = Baseline x 3
= 42 x 3 = 126
N Parameter = Titik x 3
= 20 x 3 = 60
U = N ukuran N Parameter
= 126 60 = 66
Besar SoF = trace {( [A] x [A]
T
)
-1
}
U
= 0, 00018
Dari hasil perhitungan SoF didapat besar
nilai SoF yaitu 0, 00018. Nilai SoF tersebut
memenuhi batas toleransi yang disyaratkan
untuk koreksi geometrik yaitu 1.
Koreksi Geometrik
Koreksi geometrik ini menggunakan peta
RBI tahun 1999 dengan skala 1 : 25.000
sebagai acuan. Sistem transformasi yang
digunakan adalah Universal Transverse
Mercator 49-S (UTM 49-S). Sedangkan
Datum yang digunakan yaitu WGS 84.
Dari proses ini, dapat diketahui besarnya
pergeseran titik-titik. Tabel 4.1 tentang Daftar
Koordinat GCP pada Citra SPOT 5 tahun
2008.
Tabel 1 Daftar Koordinat GCP pada Citra
SPOT 5
Klasifikasi citra
Pada area streaping proses klasifikasi
mengacu pada citra SPOT 5 dengan resolusi
20 meter. Klasifikasi pada hasil overlay citra
SPOT 5 dengan peta RBI tahun 1999
menggunakan klasifikasi visual. Peta tutupan
lahan diklasifikasi menjadi 6 kelas yaitu:
a. Sawah
Semua aktivitas pertanian lahan basah
yang dicirikan oleh pola pematang.
Sawah merupakan area yang ditanami
jenis tumbuhan padi. Sawah memiliki
dua jenis sawah tadah hujan dan sawah
irigasi. Selain itu juga semua jenis
pertanian lahan kering yang berselang-
seling dengan semak, belukar dan
hutan bekas tebangan.
b. Lahan Terbuka
Seluruh kenampakan lahan terbuka
tanpa vegetasi (singkapan batuan
puncak gunung, puncak bersalju,
kawah vulkan, gosong pasir, pasir
pantai, endapan sungai), dan lahan
terbuka bekas kebakaran.
c. Tegalan
Tegalan merupakan vegetasi yang
berupa tanaman liar yang tidak
dipotensialkan oleh masyarakat.
d. Tambak
Aktivitas perikanan darat (ikan/udang)
atau penggaraman yang tampak dengan
pola pematang (biasanya) di sekitar
pantai.
e. Permukiman
Pemukiman merupakan area yang
berupa bangunan yang diperuntukkan
sebagai perumahan, fasilitas umum,
perkantoran, dan industri.
f. Bukit
Suatu kenampakan wilayah bentang
alam yang memiliki permukaan tanah
yang lebih tinggi dari permukaan tanah
di sekelilingnya namun dengan
ketinggian relatif rendah dibandingkan
dengan gunung.
Tabel 2 Jenis dan Luas Area Tutupan
Lahan
No. Jenis Tutupan Lahan Area (Ha) Area (%)
1. Sawah 1217.74 37.43
2. Lahan Terbuka 74.67 2.30
3. Tegalan 628.66 19.32
4. Tambak 392.25 12.05
5. Permukiman 492.12 15.12
6. Bukit 448.01 13.77
Total 3253.45 100
GCP
Koordinat Citra Koordinat UTM RMS
X Y X Y
1. 2343.70 2119.48 825525.28E 9143648.62N 0.71
2. 1964.02 1851.30 829580.94E 9144322.55N 0.47
3. 2269.34 1775.85 827341.28E 9144516.16N 0.73
4. 1713.49 1254.96 828952.77E 9145824.34N 0.63
5. 2315.87 1425.66 826454.56E 9145395.85N 0.72
6. 1916.62 785.76 827457.48E 9147011.57N 0.84
7. 2823.35 1358.50 821718.13E 9145567.84N 0.39
8. 2403.66 850.19 820670.01E 9146847.16N 0.69
9. 2118.55 1028.39 829960.99E 9146400.17N 0.66
10. 2772.92 1761.89 821595.32E 9144553.13N 0.67
11. 2249.64 1339.77 825024.46E 9147878.76N 0.75
12. 2895.90 1697.52 826625.02E 9146963.80N 0.61
13. 2119.27 1963.04 824668.05E 9146329.69N 0.99
14. 2821.72 2269.23 826415.56E 9145547.54N 0.93
15. 1589.22 1442.27 823365.45E 9147645.37N 0.69
16. 2258.82 2563.98 824991.74E 9144831.10N 0.66
17. 1613.81 2053.95 823398.50E 9146126.82N 0.97
18. 2902.09 1097.32 826669.25E 9148456.14N 0.29
19. 2288.58 884.37 825141.75E 9149008.46N 0.26
20. 1794.98 1129.07 823891.09E 9148417.84N 0.97
7
Groundtruth
Proses ini di lakukan untuk mengetahui
kebenaran objek yang telah diklasifikasi pada
citra. Titik-titik sampel yang akan diuji
kesesuaian lapangan harus mewakili seluruh
kelas yang telah diklasifikasikan. Groundtruth
dilakukan dengan menggunakan GPS
Handheld.
Uji Ketelitian
Pada cek lapangan kali ini, diambil
sejumlah titik sampel sebanyak 36 titik untuk
semua kelas yang terklasifikasi. Dari
pengambilan titik tersebut didapatkan data
sejumlah titik yang tidak sesuai dalam
pengklasifikasian. Sehingga dari data yang
diperoleh, dapat dirumuskan menjadi:
JSL (Jumlah Sampel Lapangan) = 36 titik
JKI (Jumlah Kebenaran Interpretasi) =
36-5 titik = 31 titik
Maka:
KI= JKI x 100%
JSL
KI= 31 x 100%
36
KI= 86,11%
Sehingga dengan nilai 86,11 %, maka
menurut (Anderson dalam Febrianto 2006)
klasifikasi dianggap benar karena memiliki
nilai di atas 80%. Berikut ini klasifikasi
tutupan lahan daerah Situbondo.
Gambar 4 Klasifikasi Tutupan Lahan Daerah
Situbondo
Pembuatan DEM
Pembuatan DEM ini merupakan hasil
penurunan dari data kontur yang didapat
dengan memasukkan sejumlah titik tinggi
yang tersebar di daerah studi. Sejumlah titik
tinggi tersebut diperoleh dari peta Rupa Bumi
Indonesia (RBI) skala 1 : 25.000. Kontur
dibuat dengan menghubungkan titik-titik
dengan ketinggian yang sama. Berdasarkan
peta RBI skala 1 : 25.000, maka didapatkan
kontur yang memiliki interval 10 meter. Hasil
konturnya seperti pada gambar 5.
Gambar 5 Kontur Daerah Situbondo
Analisa Pemodelan Banjir Kab. Situbondo
Analisa yang dilakukan adalah dengan
menentukan zona genangan akibat banjir.
Parameter yang diperhatikan adalah nilai
elevasi, kerapatan vegetasi, serta kondisi
kepadatan bangunan, dan data histori banjir
(bersumber dari Bappeda dan penduduk
setempat). Dalam hal ini data histori banjir
yang dimaksud adalah sungai yang biasa
dialiri air saat volume air berada di ambang
batas, yaitu Sungai Sampean dan Sungai
Pagedungan. Selain itu data histori banjir
menjelaskan jarak limpasan banjir, yaitu
berjarak 750 meter tegak lurus dari sungai.
Dalam menentukan pembagian zona
dibedakan berdasarkan kedua sungai yang
mengalirkan air bah. Proses ini menggunakan
analisa spasial berupa overlay dan buffer pada
program ArcMap. Adapun pembagian zona
yang pertama adalah zona yang meliputi
daerah sepanjang Sungai Sampean:
a. Zona 1 (bahaya tingkat 1)
Zona ini merupakan zona paling rawan
bahaya banjir (tingkat 1). Karena zona
ini berbatasan langsung dengan kedua
sungai yang mengalirkan air bah.
Adapun parameter yang digunakan
(sesuai dengan kondisi lapangan)
adalah nilai elevasi 3-106 m, vegetasi
hampir tidak ada, berjarak 0-750 meter
tegak lurus dari sungai, serta bangunan
sangat padat. Zona 1 ini meliputi
wilayah berikut, Desa Kotakan, Desa
Ardirejo, Desa Sumberkolak, Pareyaan,
Capore, Plaosan, Krajan, Karangasem,
Locancang, Desa Wringin Anom,
Paowan, Nangkaan, Sabrang,
Kesambian, dan Karangsari.
b. Zona 2 (bahaya tingkat 2)
8
Zona ini merupakan zona rawan
bahaya banjir (tingkat 2). Parameter
yang digunakan (sesuai dengan kondisi
di lapangan) adalah nilai elevasi 5-125
m, vegetasi sedang, berjarak 750-1500
meter tegak lurus dari sungai serta
bangunan tidak terlalu padat. Wilayah
yang termasuk dalam zona 2 ini adalah
Sliwungkrajan, Mimbaan Tengah,
Mimbaan Barat, sebagian Kelurahan
Dawuhan, Randu, Sebagian
Locancang, Sebagian Desa Paowan,
Desa Kilensari, sebagian Desa Wringin
Anom, Tanahanyar, Kotabedah Barat,
dan Tegalsari.
c. Zona 3 (bahaya tingkat 3)
Zona ini merupakan zona rawan
bahaya Tsunami (tingkat 3). Parameter
yang digunakan (sesuai dengan kondisi
lapangan) adalah nilai elevasi 8-128 m,
vegetasi sangat banyak, berjarak 1500-
2250 meter tegak lurus dari sungai, dan
bangunan jarang. Zona 3 ini meliputi
wilayah berikut, Somangkan, sebagian
Desa Kilensari, Tokengan Barat,
Kotabedah, Kotabedah Timur, Patokan
Utara, Karang Kenek, Langai, Paowan
Indah, Ardiwilis.
Pembagian zona berikutnya adalah zona
yang meliputi daerah sepanjang Sungai
Pagedungan, antara lain:
a. Zona 1 (bahaya tingkat 1)
Zona ini merupakan zona paling rawan
bahaya banjir (tingkat 1). Karena zona
ini berbatasan langsung dengan kedua
sungai yang mengalirkan air bah.
Adapun parameter yang digunakan
(sesuai dengan kondisi lapangan)
adalah nilai elevasi 3-106 m, vegetasi
hampir tidak ada, berjarak 0-750 meter
tegak lurus dari sungai, serta bangunan
sangat padat. Zona 1 ini meliputi
wilayah berikut, Desa Kendit,
Kelompangan, Selatansungai,
Tamansari, Pesisirklatan, Somangkan,
sebagian Desa Kilensari.
b. Zona 2 (bahaya tingkat 2)
Zona ini merupakan zona rawan
bahaya banjir (tingkat 2). Parameter
yang digunakan (sesuai dengan kondisi
di lapangan) adalah nilai elevasi 5-125
m, vegetasi sedang, berjarak 750-1500
meter tegak lurus dari sungai serta
bangunan tidak terlalu padat. Wilayah
yang termasuk dalam zona 2 ini adalah
Pesisirkapong, Semekan Utara,
Semekan Selatan, Karangpolo, Taman,
sebagian Desa Kilensari.
c. Zona 3 (bahaya tingkat 3)
Zona ini merupakan zona rawan
bahaya Tsunami (tingkat 3). Parameter
yang digunakan (sesuai dengan kondisi
lapangan) adalah nilai elevasi 8-128 m,
vegetasi sangat banyak, berjarak 1500-
2250 meter tegak lurus dari sungai, dan
bangunan jarang. Zona 3 ini meliputi
wilayah berikut, Gundil, Secangan,
Desa Tambakukir, Karanganyar,
Blangguan, sebagian Desa Paowan.
Gambar 6 Morfologi Daerah Penelitian
Penentuan Tempat Evakuasi Banjir
Penentuan tempat evakuasi banjir ini
dibedakan menurut kecamatan. Sedikitnya
terdapat empat kecamatan yang terkena
limpasan air bah yaitu, Kecamatan Panarukan,
Kecamatan Situbondo, Kecamatan Kendit, dan
Kecamatan Panji. Hal ini dikarenakan agar
informasi mengenai tempat dan jalur evakuasi
dapat dilihat secara jelas dan informatif.
Pemilihan titik evakuasi ini berdasarkan
beberapa pertimbangan, diantaranya:
a. Titik evakuasi minimal berada di zona
2 yaitu, berjarak 750-1500 meter
tegak lurus dari sungai.
b. Titik evakuasi yang dipilih merupakan
lahan terbuka seperti lapangan,
tegalan, dan area persawahan kering.
c. Titik evakuasi bukan berada di daerah
permukiman padat.
9
d. Penempatan titik evakuasi disesuaikan
dengan sebaran area permukiman.
Berikut hasil dari pemetaan tempat
evakuasi banjir di beberapa kecamatan.
a. Kecamatan Panarukan
Titik evakuasi yang bisa dituju akibat
banjir adalah tanah lahan terbuka di
perumahan Panorama Indah (Desa
Sumber Kolak), lahan terbuka di
Paowanindah (Desa Paowan), area
tegalan di Kotabedah Timur (Desa
Peleyan), dan lahan terbuka Kotabedah
(Desa Peleyan).
b. Kecamatan Situbondo
Titik evakuasi yang bisa dituju akibat
banjir antara lain, komplek SMAN 2
Situbondo, stadion Abdurrachman
Saleh, dan lahan terbuka di Olen
Tengah (Desa Olean), lahan terbuka di
Kotakancangkring (Desa kotakan) dan
tegalan di Kotakan Tengah (Desa
Kotakan).
c. Kecamatan Kendit
Titik evakuasi yang bisa dituju akibat
banjir antara lain, lahan terbuka di
Kelompangan (Desa Kendit), lahan
terbuka di Semekan Selatan (Desa
Kendit), dan tegalan di Gundil (Desa
Klatakan).
d. Kecamatan Panji
Titik evakuasi yang bisa dituju akibat
banjir antara lain, tegalan di Mimbaan
Tengah (Kelurahan Mimbaan) dan
tegalan di Mimbaan Timur (Kelurahan
Mimbaan).
Pembuatan Jalur Evakuasi Banjir Kabupaten
Situbondo
Untuk melakukan proses ini diperlukan
informasi pemodelan banjir, sejumlah tempat
evakuasi, data jaringan jalan, dan informasi
penggunaan lahan. Sebelum dilakukan proses
pembuatan jalur evakuasi banjir, terlebih
dahulu dilakukan converting data .shp jaringan
jalan ke dalam bentuk network dataset dengan
program ArcCatalog. Kemudian overlay
keempat data tersebut dengan kombinasi
proses network analyst pada program ArcGIS
9.2 akhirnya dapat dihasilkan rute evakuasi
banjir.
Dalam proses pembuatannya terdapat
beberapa faktor pertimbangan pemilihan jalur
evakuasi. Faktor-faktor pertimbangan itu
antara lain:
a. Jalur evakuasi dirancang menjauhi
garis pantai dan menjauhi aliran
sungai.
b. Jalur evakuasi diusahakan tidak
melintangi sungai atau jembatan.
c. Untuk daerah permukiman padat
dirancang jalur evakuasi berupa
sistem blok. Dengan begitu
pergerakan massa setiap blok tidak
tercampur dengan blok lainnya untuk
menghindari kemacetan.
d. Jalur yang dipilih merupakan jenis
jalan nasional, jalan propinsi, dan
jalan kabupaten. Hal ini untuk
memudahkan proses evakuasi.
Jalur evakuasi ini dibuat di tiap
kecamatan sepanjang jalur sungai (Kecamatan
Panarukan, Kecamatan Situbondo, Kecamatan
Kendit, dan Kecamatan Panji). Berikut jalur
evakuasi yang sudah mempertimbangkan
faktor-faktor di atas:
a. Kecamatan Panarukan
Pareyaan Langai perumahan
Panorama Indah.
Sumberkolak Langai
perumahan Panorama Indah.
Bukkolan Nangkaan Locancang
Ardiwilis Paowanindah.
Baratkebon Wringin Timur
Kotabedah Timur.
Pesisir Selatan Bligeran
Kotabedah.
b. Kecamatan Situbondo
Dambantongan Plaosan
Patokan Stadion Abdurrachman
Saleh.
Plaosan Mulyautama Stadion
Abdurrachman Saleh.
Karangasem Mulyautama
Stadion Abdurrachman Saleh.
Kampungbaru Palraman
Dawuhan SMAN 2 Situbondo.
Mimbaan utara Dawuhan
Talkandang Timur Olehan
Tengah.
Kotakan Selatan
Kotakancangkring.
Kotakan Kotakan Tengah.
Kotakan Utara Kotakan Tengah.
10
c. Kecamatan Kendit
Karanganyar Kendit
Kelompangan.
Krajan Kendit Kelompangan.
Krajan Utara Krajan Barat
Semekan Selatan.
Pesisir Klatakan Pesisir Kapong
Gundil.
d. Kecamatan Panji
Capore Mimbaan Tengah.
Kampungbaru Mimbaan Tengah.
Mimbaan Barat Mimbaan Timur.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Identifikasi penutup lahan untuk
menentukan jaringan jalan dan
informasi lainnya yang diperoleh dari
citra SPOT 5 dapat diintegrasikan
dengan data histori banjir, sehingga
dihasilkan informasi hazard. Serta
dapat digunakan dalam pembuatan peta
jalur evakuasi banjir.
2. Titik rawan yang dipilih merupakan
titik yang terdekat dekat Sungai
Sampean dan Sungai Pagedungan
yaitu, titik yang berjarak 0-750 meter
tegak lurus dari kedua sungai tersebut.
Kebanyakan titik rawan berada di
Kecamatan Panarukan dan Kecamatan
Situbondo.
3. Terdapat 14 titik evakuasi yang
tersebar di empat kecamatan sepanjang
sungai yang mengalirkan air bah
(Sungai Sampean dan Sungai
Pagedungan). Sejumlah titik tersebut
antara lain, perumahan Panorama
Indah (Desa Sumberkolak), lahan
terbuka di Paowanindah (Desa
Paowan), area tegalan di Kotabedah
Timur (Desa Peleyan), lahan terbuka
Kotabedah (Desa Peleyan), komplek
SMAN 2 Situbondo, stadion
Abdurrachman Saleh, lahan terbuka di
Olen Tengah (Desa Olean), lahan
terbuka di Kelompangan (Desa
Kendit), lahan terbuka di Semekan
Selatan (Desa Kendit), tegalan di
Gundil (Desa Klatakan), lahan terbuka
di Kotakancangkring (Desa kotakan),
tegalan di Kotakan Tengah (Desa
Kotakan), tegalan di Mimbaan Tengah
(Kelurahan Mimbaan) dan tegalan di
Mimbaan Timur (Kelurahan
Mimbaan).
4. Sebagian besar titik evakuasi berupa
area persawahaan dan tegalan. Hal ini
dikarenakan memang sebagian besar
tutupan lahan di Kabupaten Situbondo
didominasi oleh persawahaan.
5. Jalur evakuasi yang dapat ditempuh
menuju tempat titik evakuasi sebanyak
20 jalur yang juga tersebar di empat
kecamatan. Jalur-jalur tersebut adalah
Pareyaan Langai perumahan
Panorama Indah, Sumberkolak
Langai perumahan Panorama Indah,
Bukkolan Nangkaan Locancang
Ardiwilis Paowanindah, Baratkebon
Wringin Timur Kotabedah Timur,
Pesisir Selatan Bligeran Kotabedah,
Dambantongan Plaosan Patokan
Stadion Abdurrachman Saleh, Plaosan
Mulyautama Stadion
Abdurrachman Saleh, Karangasem
Mulyautama Stadion Abdurrachman
Saleh, Kampungbaru Palraman
Dawuhan SMAN 2 Situbondo,
Mimbaan utara Dawuhan
Talkandang Timur Olehan Tengah,
Karanganyar Kendit Kelompangan,
Krajan Kendit Kelompangan,
Krajan Selatan Krajan Barat
Semekan Selatan, Pesisir Klatakan
Pesisir Kapong Gundil, Kotakan
Selatan Kotakancangkring, Kotakan
Kotakan Tengah, Kotakan Utara
Kotakan Tengah, Capore Mimbaan
Tengah, Kampungbaru Mimbaan
Tengah, dan Mimbaan Barat
Mimbaan Timur.
Saran
a. Untuk mendapatkan permodelan banjir
yang lebih akurat sebaiknya
menggunakan data elevasi yang
bersumber dari SRTM (Shuttle Radar
Topographic Mission).
b. Dalam setiap jalur evakuasi diberikan
rambu-rambu evakuasi untuk menuju
tempat aman serta diadakan sosialisasi
secara menyeluruh.
c. Pemerintah melalui instansi terkait
memberlakukan sistem peringatan dini
terhadap bencana banjir. Agar proses
11
evakuasi menuju titik aman dapat
berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Hasanuddin. 2005. Peran Bidang
Geodesi Dalam Mitigasi Bencana
Alam. Bandung: ITB.
GIS Consortium Aceh Nias. 2007. Modul
Pelatihan Arc GIS Tingkat Dasar.
Aceh Nias: GIS Consortium Aceh
Nias.
Lillesand, T.M., dan Kiefer, R.W. 1994.
Remote Sensing and Image
Interpretation. New York: John
Wiley&Son, Inc,.
Sadisun, Imam. 2007. Peta Rawan Benacana.
Bandung: ITB.
Slamet, dan Susanto. 2007. Peta Rute
Evakuasi Bencana Tsunami Makasar
Sulawesi Selatan Menggunakan Data
Satelit Inderaja. Jakarta: LAPAN.
Tatik, dan Arifin. 2008. Analisis Meluasnya
Banjir Bandang Melalui Perubahan
Penutup Lahan di DAS Sampeyan
Jawa Timur. Jakarta: LAPAN.
Prahasta, Eddy. 2001. Konsep-Konsep Dasar
Sistem Informasi Geografis. Bandung :
Informatika.
Purbowaseso, B. 1995. Penginderaan Jauh
Terapan. Jakarta: UI-Press.
Purwadhi, S.H. 2001. Interpretasi Citra
Digital. Jakarta: Grasindo.
____________. 2007. Arahan Kebijakan
Mitigasi Bencana Perkotaan di
Indonesia. Jakarta: Bakornas PBP
Wawan, dan Atriyon. 2008. Analisa
Pemodelan Tsunami dengan
Pembuatan Peta Kerawanan dan Jalur
Evakuasi dari Turunan SRTM90 (Studi
Kasus: Kota Padang. Jakarta: LAPAN.
http://www.skma.org-quickbird Dikunjungi
pada Tanggal 25 Maret 2009, Jam 13.00
WIB
http://www.pu.go.id Dikunjungi pada Tanggal
25 Maret 2009, Jam 13.10 WIB
http://www.indonesia.go.id Dikunjungi pada
Tanggal 26 Maret 2009, Jam 10.00 WIB
12

You might also like