You are on page 1of 31

Kesalahan dan Pertanggungjawaban

Pidana


KULIAH 6
Pengantar
Kesalahan merupakan unsur yg melekat pada
pelaku tindak pidana
4 pengertian kesalahan
Bentuk-bentuk kesalahan
Asas penting dalam pertanggung jawaban
pidana
Pengertian Kesalahan
Ada 4 pengertian kesalahan (Utrecht):
1. Kesalahan sebagai unsur delik; dalam arti
kumpulan (nama generik) yang mencakup
dolus dan culpa
2. Kesalahan dalam arti pertanggungjawaban
pidana: ketercelaan (verwijtbaarheid)
seseorang atas perbuatan melawan hukum
yang telah dilakukannya
3. Kesalahan dalam arti bentuk khusus, yang
hanya berupa culpa
4. Kesalahan yang digunakan dalam rumusan
delik untuk menetapkan bahwa pidana dapat
diancamkan pada pelaku yang bersalah
karena telah melakukan tindakan tertentu;
mis. Barang siapa dengan sengaja
menghilangkan nyawa orang lain dipidana
karena bersalah melakukan pembunuhan
Kesalahan sebagai Unsur Delik
Dolus
Culpa
Dolus/ opzet/ sengaja
Apakah sengaja itu ?
Sengaja = willen (menghendaki) en
weten (mengetahui) (MvT- 1886)

Teori2 sengaja :
(a) teori kehendak (wils theorie)
opzet ada apabila perbuatan & akibat suatu delik
dikehendaki si pelaku
(b) teori bayangan (voorstellings-theorie)
opzet ada apabila si pelaku pada waktu mulai melakukan
perbuatan, ada bayangan yg terang bahwa akibat yg
bersangkutan akan tercapai, maka dari itu ia menyesuaikan
perbuatannya dengan akibat itu

Dolus/ opzet/ sengaja
istilah2 dalam rumusan tindak pidana
Dengan sengaja : Ps 338 KUHP
Mengetahui bahwa : Ps 220 KUHP
tahu tentang : Ps 164 KUHP
dengan maksud : Ps 362, 378, 263 KUHP
niat : Ps 53 KUHP
dengan rencana lebih dahulu : Ps 340, 355 KUHP
- dengan rencana : (a) saat pemikiran dg tenang ;
(b) berpikir dg tenang; ( c ) direnungkan lebih
dahulu.
- ada tenggang waktu antara timbulnya niat
dengan pelaksanaan delik

Bentuk-Bentuk Dolus
1. Dolus sebagai maksud /tujuan (als oogmerk)
2. Dolus dengan kesadaran/keinsyafan kepastian
(noodzakelijkheidsbewustzijn)
3. Dolus dengan kesadaran/keinsyafan kemungkinan
(opzet met waarschijnlijkheids bewustzijn/ awareness
of probability)
4. Dolus eventualis (kesengajaan bersyarat; opzet met
mogelijkheidsbewustzijn/voorwaardelijk
opzet/awareness of possibility)
Kesengajaan bersyarat: dengan mengetahui dan
menghendaki menerima risiko yang besar


Ada sarjana yang membedakan bentuk-bentuk
dolus menjadi 3 macam,yaitu: sebagai maksud,
berkeinsyafan kepastian dan berkeinsyafan
kemungkinan (misalnya PAF Lamintang, Tresna,
Moeljatno)
Mereka menyamakan dolus eventualis dengan
kesengajaan dengan keinsyafan kemungkinan
Dolus eventualis merupakan perkembangan dalam
hukum pidana, khususnya dalam hal bentuk-bentuk
kesengajaan dan HR Belanda baru menerima
kesengajaan bentuk ini setelah PD II
lanjutan ..
Bentuk-bentuk kesengajaan
Sengaja sebagai maksud/ tujuan :
- apabila pembuat menghendaki perbuatan dan/akibat perbuatannya;
- tidak dilakukan perbuatan itu jika pembuat tahu akibat perbuatannya tidak
terjadi
Sengaja sebagai keinsyafan kepastian :
- pembuat yakin bahwa akibat yg dimaksudkannya tidak akan tercapai tanpa
terjadinya akibat yg tidak dimaksud
Sengaja sebagai keinsyafan kemungkinan:
- pembuat sadar bahwa mungkin akibat yg tidak dikehendaki akan terjadi
untuk mencapai akibat yg dimaksudnya
- Kesengajaan berkeinsyafan kepastian dan kemungkinan tidak dapat berdiri
sendiri. Selalu bersifat accesoir terhadap kesengajaan sebagai maksud
Dolus eventualis
Pelaku dengan kehendak dan kesadaran
menerima kemungkinan munculnya akibat
yang buruk.
Di Jerman disebut billigend in Kauf nehmen:
menerima penuh risiko terwujudnya sesuatu
kemungkinan
Contoh: metro mini maut di Jakarta Utara,
naik kuda di jalan ramai di kota London,
memainkan pistol meletus DOOR! dan
mengenai org
Arti dan diantara unsur dengan sengaja & unsur melawan
hukum
Van Hamel, simons, pompe : perbedaan itu
mempunyai arti. Mis. Ps 406 KUHP : dengan
sengaja dan melawan hukum ; Ps 333 KUHP :
dengan sengaja melawan hukum

Vos, zevenbergen, langemeijer :
tiadanya kata dan tidak berarti apa2,
semuanya mesti dibaca dengan sengaja dan
melawan hukum

Remelink, van Bemmelen :
kata penghubung dan tidak mempunyai arti,
jadi istilah dengan sengaja meliputi pula
melawan hukum.
Culpa
Istilah2
- culpa - schuld - nalatigheid - sembrono
- teledor
istilah 2 yg digunakan dalam rumusan :
- kelalaian
- kealpaan
- kesalahan
- seharusnya diketahuinya
- sepatutnya diketahuinya

Pengertian, Jenis, Syarat
KUHP : tidak ada definisi ttg culpa
MvT : kealpaan di satu pihak berlawanan benar2 dg kesengajaan dan di
pihak lain dengan hal yg kebetulan
Pada culpa, unsur menghendaki selalu tidak ada; sedangkan unsur
mengetahui sering tidak ada
Macam2 Culpa :
(a) culpa levis ; culpa lata
(b) culpa yg disadari (bewuste) : culpa yg tidak disadari (on bewuste)
Syarat adanya kealpaan :
(a) Hazewinkel-Suringa : 1) kekurangan menduga-duga; 2) kekurangan
berhati-hati
(b) van Hamel : 1) tidak menduga-duga sebagaimana diharuskan hukum; 2)
tidak berhati-hati sebagaimana diharuskan hukum
( c) Simons : pada umumnya kealpaan mempunyai 2 unsur : 1) tidak berhati-
hati; 2) dapat diduganya akibat.

Culpa
Untuk menentukan ada atau tidaknya culpa pada
seseorang, maka harus digunakan tolok ukur yang
normal (upaya dan kehati-hatian dari orang yang sama
kemampuan dan kecerdasannya dengan pelaku).
Apabila pada situasi dan kondisi yang sama dengan
pelaku, orang yang sama kemampuan dan
kecerdasannya dengan pelaku pada umumnya tidak
melakukan perbuatan seperti yang dilakukan oleh
pelaku; berarti pelaku culpa telah melakukan culpa lata
(Kelalaian yang besar/berat)
Culpa

Culpa Levis (Kelalaian yang kecil/ringan)--- apabila tolok
ukurnya adalah upaya dan kehati-hatian yang luar biasa
Culpa yang disadari (bewuste culpa) : Apabila pelaku sudah
membayangkan kemungkinan timbulnya suatu akibat yang
dilarang, dan karena itu ia juga sudah berupaya agar tidak
timbul akibat tsb. (dia tidak menghendaki akibat), namun
akibat tetap terjadi
Culpa yang tidak disadari (onbewuste culpa): Pelaku sama
sekali tidak pernah membayangkan kemungkinan timbulnya
akibat yang dilarang; tetapi ternyata terjadi akibat
Yang dapat dipidana adalah Culpa Lata, baik yang disadari
maupun tidak disadari


Asas penting dalam masalah
pertanggungjawaban
Geen straf zonder schuld
Tiada Pidana tanpa kesalahan :
meskipun seseorang telah melakukan
perbuatan yang melawan hukum; namun
tanpa adanya kesalahan maka dia tidak
dapat dipidana
Dapat dipersalahkan sehingga dapat
dipertanggungjawabkan
3 syarat yang harus dipenuhi:
Kemampuan bertanggungjawab
Ada hubungan psikis antara pelaku dan
perbuatannya , dalam bentuk dolus atau
culpa
Tidak ada dasar penghapus kesalahan
Kemampuan Bertanggungjawab
(toerekeningsvatbaarheid)
Dengan menggunakan penafsiran a-contrario dari MVT
tentang tidak mampu bertanggungjawab; maka mampu
bertanggungjawab artinya:
- pelaku melakukan perbuatannya dengan bebas; tanpa
paksaan
- pelaku menginsyafi bahwa perbuatannya melawan hukum
dan ia mengerti akibat perbuatannya
Dalam praktik, setiap pelaku dianggap mampu
bertanggungjawab ; kecuali dapat dibuktikan bahwa pelaku
sakit jiwa atau tidak sempurna pertumbuhan akalnya atau
cacat dlm pertumbuhan jiwanya.

Ajaran KAUSALITAS
Utrecht hal. 381
Von Buri - Jerman
(Teori Equivalensi Teori Conditio Sine Quanon)
Semua syarat yang turut serta menyebabkan
suatu akibat dan yang tidak dapat dihilangkan
dari rangkaian faktor-faktor ybs, harus dianggap
causa dari akibat, dan diberi nilai sama
(Equivalen)
Van Hamel juga menganut teori yg mirip.

Ajaran Conditio Sine Qua Non
Semua faktor yaitu semua syarat, yang turut
serta menyebabkan suatu akibat dan yang
tidak dapat dihilangkan dari rangkaian faktor-
faktor ybs. Harus dianggap causa (sebab)
akibat itu.
Semua syarat nilainya sama (ekuivalensi)
Ada beberapa sebab
Syarat = sebab
Pembatasan Ajaran Von Buri
Pembatasan ajaran Von Buri oleh Van Hamel
[dibatasi dg ajaran kesalahan (dolus/culpa)] -
hal 384 Utrecht I.
Pengkesampingan semua sebab yang terletak
di luar dolus atau culpa; dalam banyak
kejahatan dolus atau culpa merupakan unsur-
unsur perumusan delik.

Pembatasan Teori Von Buri




Teori Restriksi
(Pembatasan)
Teori-Teori yg
Mengindividualisasi:
Bickmeyer, GE Mulder,
tmsk teroi-teori relevansi

Teori-Teori yg
Menyamaratakan
(Generalisasi):
Von Bar, Von Kries, Rumelin

Teori Restriksi
(Pembatasan)
1. Teori-teori yang mengindividualisasi:
Dari rangkaian faktor-faktor yang oleh Von Buri
diterima sebagai suatu causa, diambil satu, dan
faktor yang diambil itu dianggap menjadi kausa
(sebab) yang paling berpengaruh atas terjadinya
akibat ybs (sebab terjadinya delik)
2. Teori-teori yang menyamaratakan:
Dari rangkaian faktor-faktor yang ada oleh Von Buri
diterima sebagai kausa, diambil satu, dan faktor yang
diambil itu menurut pengalaman boleh dianggap
umumnya menjadi kausa (pengalaman orang pada
umumnya)

Teori-teori Individualisasi/
Causa Proxima
Birkmeyer :
Teori ini berpangkal dari teori Conditio Sine Qua Non
. Di dalam rangkaian syarat-syarat yang tidak dapat
dihilangkan untuk timbulnya akibat, lalu dicari syarat
manakah yang dalam keadaan tertentu itu, yang
paling banyak membantu untuk terjadinya akibat.
G.E Mulder :
Sebab adalah syarat yang paling dekat dan tidak
dapat dilepaskan dari akibat.

Teori-teori yang mengindividualisasi

Birkmeyer,
Dari rangkaian faktor-faktor yang oleh
Von Buri diterima sebagai suatu kausa,
diambil satu, dan faktor yang diambil itu
dianggap menjadi kausa yaitu faktor
yang paling berpengaruh atas terjadinya
akibat ys (terjadinya delik)
Teori-teori menggeneralisasi
Von Bar : teori ini tidak menyoal tindakan
mana atau kejadian mana yang in concreto
(pada kenyataannya) memberikan pengaruh
(fisik/psikis) paling menentukan. Yang
dipersoalkan adalah apakah satu syarat yang
secara umum dapat dipandang mengakibatkan
terjadinya peristiwa seperti yang bersangkutan
mungkin ditemukan dalam rangkaian
kausalitas yang ada
Teori-teori menggeneralisasi
Von Kries (Teori Adequat Subjectif) : Sebab adalah keseluruhan faktor
positif & negatif yang tidak dapat dikesampingkan tanpa sekaligus
meniadakan akibat. Namun pembatasan demi kepentingan penetapan
pertanggungjawaban pidana tidak dicari dalam nilai kualitatif/kuantitatif atau
berat/ringannya faktor dalam situasi konkret, tetapi dinilai dari makna semua
itu secara umum, kemungkinan dari faktor-faktor tersebut untuk
memunculkan akibat tertentu. Sebab = syarat-syarat yang dalam situasi dan
kondisi tertentu memiliki kecenderungan untuk memunculkan akibat
tertentu, biasanya memunculkan akibat itu, atau secara objectif
memperbesar kemungkinan munculnya akibat tersebut.
Apakah suatu tindakan memiliki kecenderungan memunculkan akibat
tertentu hanya dapat diselesaikan apabila kita memiliki 2 bentuk
pengetahuan :
(a) hukum umum probabilitas dalam peristiwa yg terjadi / pengetahuan
Nomologis yg memadai
(b) situasi faktual yg melingkupi peristiwa yg terjadi/ pengetahuan Ontologis/
pemahaman fakta (empirik)

Teori-teori menggeneralisasi
Rumelin (Teori Adequat Objectif) :
Faktor yang ditinjau dari sudut objektif , harus (perlu) ada
untuk terjadinya akibat. Ihwal probabilitas tidak berdasarkan
pada apa yang diketahui atau mungkin diketahui pada waktu
melakukan tindakannya, melainkan pada fakta yang objektif
pada waktu itu ada, entah diketahuinya atau tidak jadi pada
apa yang kemudian terbukti merupakan situasi dan kondisi
yang melingkupi peristiwa tersebut.
Simons :
Sebab adalah tiap-tiap kelakuan yang menurut garis-garis
umum pengalaman manusia dapat menimbulkan akibat
Pompe :
Sebab adalah hal yang mengandung kekuatan untuk dapat
menimbulkan akibat

Teori-teori yang menyamaratakan
(Generalisasi)
Faktor yang menurut pengalaman manusia dapat
menimbulkan akibat.
Von Kries - Adequate Theory
Subjective Pragnose(sesuai, seimbang):
Hanya ada satu perbuatan yang dapat menimbulkan
akibat perbuatan itu, sebelumnya telah dapat
diketahui oleh yang melakukan perbuatan tsb, dapat
diterima sebagai suatu kausa;
Rumelin Objective Pragnose:
Dalam rangkaian faktor-faktor yang dapat
dihubungkan dengan terjadinya delik, hanya 1 yg
menjadi kausa, yaitu faktor yang berdasarkan sudut
obyektif harus (perlu) ada utk terjadinya delik tsb.
Apakah pembuat harus tahu/tidak akan hal tsb ?
Bukan syarat yg harus dipenuhi.
Teori Relevansi
Van Hamel:
teori von Buri dibatasi dg ajaran kesalahan (dolus/culpa)
Pengkesampingan semua sebab yang terletak di luar dolus atau
culpa; dalam banyak kejahatan dolus atau culpa merupakan
unsur-unsur perumusan delik.
Jika hal itu bukan merupakan unsur delik, maka solusinya harus
dicari dengan bantuan alasan atau dasar-dasar yang
meniadakan pidana.
Langemeijer
Teori ini ingin menerapkan ajaran von Buri dengan memilih satu
atau lebih sebab dari sekian yang mungkin ada, yang dipilih
sebab-sebab yang relevan saja , yakni yang kiranya dimaksudkan
sebagai sebab oleh pembuat undang-undang.

You might also like