You are on page 1of 5

Rehabilitasi

Kebanyakan sprain (keseleo) atau strain (regangan) pada cidera toraks akan sembuh secara
spontan dengan istirahat dan modalitas fisik yang digunakan di rumah, seperti es, kantong pemanas,
dan pijatan. Mekanik tubuh dan pelatihan postural merupakan aspek penting dari program rehabilitasi
untuk sprain atau strain toraks. Fokus pada mengkoreksi postur saat bekerja dan ketika mengendarai
kendaraan secara spesifik penting. Di dalam mobil, pasien dapat menggunakan lumbal roll untuk
menaikkan ketepatan postur; di dalam pekerjaan, pasien disarankan untuk duduk tegak lurus terhadap
computer dan dapat dicocokkan dengan menggunakan kursi yang nyaman. Tempat pekerjaan lain
dimodifikasi termasuk untuk tempat istirahat lengan (data arms) untuk menyanggga lengan dan
penggunaan lubang suara telepon atau headset untuk mencegah regangan pada leher dan toraks atas.
Untuk pasien dengan fleksi abnormal dan postur yang bungkuk, dapat dibuat modifikasi pada
rumah tangga yang dapat membantu mendorong ekstensi dan kemudian mengurangi rasa sakit. Hal ini
termasuk bantal dan lumbar rolls pada kursi dan penggantian kelenturan kasur dengan seprai yang
kokoh. Juga, penggunaan piring kertas dan peralatan masak ringan dan pengambilan benda pada tempat
pada area di atas kepala yang mudah dicapai dapat membantu jika pasien merasa nyeri saat
mengangkat dan menggapai benda-benda.
Jika nyeri berlangsung lebih dari beberapa minggu, terapi fisik dapat diindikasikan. pada
umumnya, terapi fisik akan menerapkan gerakan yang memusatkan, mengurangi, atau mengurangi
gejala-gejala pada pasien saat mengecilkan gerakan peripheralize atau meningkatkan gejala-gejala
pasien. Pada kebanyakan kasus, pendekatan aktif yang mendorong peregangan, pemendekan, dan
latihan lebih disukai daripada yang pasif. Untuk mengkoreksi postur duduk, pasien disarankan untuk
meneruskan penggunaan lumbar roll untuk duduk. Untuk menkoreksi postur tegak, pasien diasarankan
untuk menunjukkan bagaimana untuk mengambil gerakan dasar dari lordosis lumbar dan untuk
memindahkan bagian bawah tulang belakang mundur sementara pada saat yang sama bergerak tulang
belakang bagian atas ke depan, menaikkan dada dan retraksi kepala dan leher. Untuk mengkoreksi
postur berbaring (lying posture), pasien harus menggunakan kasur yang kokoh seperti yang dijelaskan
sebelumnya. Pada kasus pasien yang merasakan nyeri yang lebih pada tulang belakang bagian toraks
ketika berbaring di tempat tidur, saran ini sering menyebabkan gejala memburuk daripada teresolusi.
Pada pasien ini, saran seharusnya diberikan untuk menggunakan kelenturan kasur dengan bebas dengan
meletakkan bantal di bawah masing-masing ujung kasur sehingga akan melengkung ke bawah (konkaf).
Pada cara ini, kifosis toraks tidak dipaksa untuk bergerak luas pada posisi berbaring, dan penghilangan
tekanan ini dapat meningkatkan kenyamanan tidur saat malam hari.
Namun, tujuan jangka panjang masih mencakup perbaikan dalam perpanjangan range of motion
(ROM).
Pada orang dengan osteoporosis, penelitian memperlihatkan latihan ekstensi yang dilakukan
secara reguler secara signifikan menurunkan jumlah fraktur kompresi pada kelompok yang berlatih
dengan cara ini. Pada latihan ini, pasien di instruksikan untuk berbaring dengan bantal di bawah
abdomen dan tangan tergenggam di belakang punggung. Pasien diinstruksikan untuk mengangkat
kepala, bahu, dan kedua kaki secara bersamaan setinggi mungkin, posisi ini dilakukan beberapa detik,
dan kemudian pasien relaksasi. Hal ini dilakukan berulang kali sebanyak mungkin yang dapat dilakukan
dan pasien diinstruksikan untuk latihan sesuai cara ini setiap istirahat dalam kehidupan mereka.
Modalitas pasif seperti ultrasound, stimulasi elektrik, dan pijatan dengan lampu untuk mengontrol nyeri,
harus digunakan dengan hemat. Modalitas yang terdiri dari panas dalam dan dingin dapat membantu
meningkatkan range of motion (ROM) dan menurunkan nyeri namun harus digunakan dengan tidak
berlebihan.
Setelah program terapi fisik formal selesai, latihan di rumah atau gym sangat dibutuhkan dan
harus ditentukan dan dilakukan sendiri oleh seluruh pasien untuk mempertahankan keuntungan selama
terapi fisik. Latihan di rumah bertujuan untuk meningkatkan fleksibilitas tulang belakang bagian toraks
dan dapat terdiri dari ekstensi saat berbaring, berdiri, dan duduk yang dilakukan enam sampai delapan
kali sepanjang hari. Selain itu, bergantian mengangkat lengan dan kaki dan ekstensi tubuh secara aktif
pada posisi tengkurapn seharusnya dilakukan. Akhirnya, regangan secara reguler untuk meningkatkan
ekstensi dan rotasi dengan pemicu penunjuk dapat menurunkan tekanan otot dan berefek pada otot.
Penopang toraks yang didesain untuk meningkatkan ekstensi ROM dapat digunakan. Penopang (wedge)
adalah suatu potongan keras dari cetakan plastic atau karet dengan potongan topangan yang
mengakomodasi tulang belakang. Pasien yang berbaring dengan penopang diantara ujung bahu. Pasien
diinstruksikan untuk melengkung diantara itu. Secara alternative, dua bola tenis dapat diikat bersama
untuk efek yang sama. Latihan ini dapat dilakukan sebelum regangan reguler untuk meningkatkan
excursion. Terapi pijat reguler dapat mempertahankan fleksibilitas dan mencegah pengencangan dari
latihan reguler yang lebih banyak.
Pada saat di gym, gerakan isotonic progresif seperti mengayuh, lat pull down, dan pull up dan
program kekuatan memukul seharusnya ditekankan. instruksi pada posisi dan teknik yang tepat
seharusnya dilakukan untuk mencegah cidera lebih lanjut. Penggunaan physioball di rumah atau di
gym dapat memfasilitasi ekstensi tubuh sebaik meregangkan dan memperkuat abdomen untuk
menaikkan kondisi secara keseluruhan dari inti dan dinding otot toraks. Hal ini dapat dilakukan pada
konjungsi dengan menggunakan Thera-Bands dengan resistensi progresif untuk memfasilitasi
peregangan lengan dan bahu dengan memperkuat bahu, lengan, dan inti otot secara ringan. Akhirnya,
program kolam dapat dianjurkan. Gaya berenang seperti gaya bebas, gaya punggung, dan gaya kupu-
kupu dapat menekan ekstensi dan dapat sangat berguna untuk mencegah koreksi fleksi yang bias. Pada
gaya bebas, pasien diinstruksikan untuk bernafas pada kedua sisi untuk mencegah ketegangan unilateral
di leher dan tulang belakang bagian toraks atas.
Pengobatan manual yang terdiri dari manipulasi osteopatik, kiropatik, dan mobilisasi terapi fisik
dapat juga digunakan untuk nyeri toraks akut dan subakut. Secara spesifik, teknik yang mengaktifkan
gerakan restriktif seperti ekstensi dan rotasi, dapat dilakukan. Hal ini termasuk energy dan kecepatan
otot yang tinggi, teknik amplitude rendah yang mengikutsertakan penghalang atau restriksi untuk
memperluas penghalang fisiologik pasien. Mereka dapat digunakan pada level mikrosegmental dari
tulang belakang atau pada makrolevel dari dinding toraks, bahu, dan ekstremitas atas. Teknik ini dapat
secara cepat menurunkan restriksi gerakan untuk meningkatkan jarak secara keseluruhan dengan
perbaikan dan penjajaran postur tetap sesudahnya. Hal ini dapat menurunkan spasme otot,
meningkatkan ROM, dan mengurangi nyeri. Kombinasi dengan terapi fisik aktif dan program latihan,
keuntungan kecil pengobatan manual dapat mendukung postur yang baik dan kondisi secara
keseluruhan.
Prosedur
Injeksi trigger point dapat menurunkan nyeri fokal yang disebabkan oleh serabut otot yang
tegang, dengan memperbolehkan pasien untuk latihan untuk memperbaiki ROM, untuk mengkoreksi
ketidakseimbangan postur dan untuk meningkatkan kekuatan dan kesimbangan segmen yang
disfungsional. Akupuntur dapat digunakan secara local sebaik terapi sistemik. Pada akhirnya, botulinum
toxin A (Botox) dapat digunakan untuk otot spesifik, termasuk rhomboid, trapesiuz, levator scapulae,
dan serratus, yang sering berkontribusi pada sprain dan strain toraks.
Secara umum dapat diterima penggunaan toksin botulinum A dapat mengurangi nyeri pada
pasien dengan spasme otot yang sangat nyeri atau dystonia cervical dengan cara mengurangi tonus
otot. Toksin botulinum A merupakan neurotoksin yang poten yang memblok pelepasan asetilkolin pada
taut neuromuscular dan hal ini akan mencegah kontraksi otot. Toksin botulinum A juga dapat berefek
analgesic, namun mekanismenya belum jelas. Toksin botulinum A yang menginduksi analgesia dapat
terjadi dari reduksi spasme otot dengan kemodenervasi kolinergik pada motor end plates yang
menghambat gamma motor ending pada spindle otot. Kemudian, faktanya Injeksi toksin botulinum
secara subkutan dapat menyebabkan antinosisepsi dengan penghambatan pada pelepasan
neurotransmitter local dari neuron sensori primer pada area injeksi. Walaupun belum ada studi yang
memperlihatkan secara spesifik penggunaan toksin botulinum A untuk terapi regangan toraks, yang ada
studi yang memperlihatkan tatalaksana kelainan nyeri miofasial regional. Sebuah studi memperlihatkan
pengurangan nyeri sindrom nyeri miofasial secara efektif. Pada studi lain, tidak ada data statistic yang
signifikan naik pada nyeri pada injeksi trigger point pasien dengan sindrom nyeri miofasial
cervicothoracic.
Umumnya, dosis Botox tidak boleh lebih dari 400 total unit, dengan 25 sampai 50 unit untuk
otot-otot kecil dan 100 unit untuk otot-otot besar. Secara khas, efektifitas paralisis otot dati toksin
botulinum yaitu dalam 3-4 bulan. Pasien harus diperingatkan terhadap kemungkinan terjadinya
kelemahan yang berlebihan, infeksi, dan perkembangan antibody.
Operasi
Operasi tidak selalu dindikasikan untuk herniasi diskus fokal yang mempunyai
ketidakseimbangan segmen spinal yang berasal dari fraktur atau dislokasi.
KOMPLIKASI PENYAKIT YANG MUNGKIN
Sprain dan strain pada toraks dapat berkembang menjadi sondroma nyeri miofasial.
KOMPLIKASI TATALAKSANA YANG MUNGKIN
Komplikasi yang mungkin terjadi yaitu efek samping pada gastrointestinal karena obat-obatan
anti inflamasi non steroid (OAINS). Komplikasi lain yang mungkin terjadi yaitu somnolen atau
kebingungan karena pelemas otot; adiksi dari narkotik; perdarahan, infeksi, serak setelah injeksi;
pneumotoraks karena injeksi trigger point; kelemahan yang berlebihan, dan perkembangan antibody
toksin botulinum, dan eksaserbasi nyeri sesaat setelah terapu pada pengobatan manual

You might also like