You are on page 1of 7

Junardi dan Sri Murwani, Keanekaragaman dan Pola Penyebaran

2004 FMIPA Universitas Lampung 58


Keanekaragaman dan Pola Penyebaran Genus Cacing Laut
Polychaeta di Pantai Timur, Lampung Selatan

Junardi
1
dan Sri Murwani
2

1
Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak,
2
Jurusan Biologi FMIPA UNILA, Fax. (0721) 704625

Abstract

The coastal use causes the change of water quality. As a result it affects the change of
its biological composition, such as sea worm from the genus of Polychaete. Sea worm
is very sensitive against the change of water quality and its substrates, so that its
diversity indices and radiation patterns can be used as an indicator of environmental
quality. The research done in year 2000 was conducted in four coastal village situated
in eastern coastal of South Lampung in which three sampling stations chosen based on
the GPS Garmin II+. The results show that in all stations the diversity indices (of
Shannon-Wiener) of the sea worm are quite high (H > 2.5) and most of the radiation
patterns are clustered (Id > 1).

Keywords: Polychaete, diversity indices, radiation patterns

Pendahuluan

Pantai timur Lampung Selatan merupakan
kawasan yang berpotensi sebagai tempat
budidaya tambak dan perikanan tangkap
karena pantainya landai
1
. Selain itu
wilayah tersebut juga dimanfaatkan untuk
tempat wisata pantai, industri, sawah,
pelabuhan, dan pemukiman penduduk,
sehingga menyebabkan pantai mengalami
abrasi dan sedimentasi. Keadaan ini me-
nyebabkan perubahan terhadap kualitas
air secara fisik maupun kimia, yang
selanjutnya akan mempengaruhi peru-
bahan komposisi biotanya.

Salah satu biota yang akan mengalami
perubahan komposisi akibat tekanan ling-
kungan pantai adalah cacing laut dari
Polychaeta
2
.

Cacing ini mempunyai ba-
nyak manfaat, diantaranya sebagai bahan
makanan dan fungsi ekologi laut, namun
ada juga yang merugikan karena menjadi
parasit pada usus ikan yaitu genus
Polydora
3
. Di Maluku cacing ini dikenal
cacing laor (Eunicidae) yang oleh
penduduk sekitar pantai dimanfaatkan
untuk bahan makanan
2
.

Selain itu cacing ini juga dikenal sebagai
cacing darah (blood worm) untuk pakan
udang windu, dan cacing kipas (Sabel-
lidae) yang sering dijadikan penghias
akuarium laut karena warnanya. Pene-
litian tentang cacing laut dari Polychaeta
telah dilakukan oleh Yusron dan Widian-
wari tahun 1990 di perairan Maluku, Al
Hakim tahun 1994 di Teluk Jakarta dan di
Teluk Cilegon
2
.

Namun untuk perairan
Pantai Timur Lampung Selatan, informasi
tentang cacing laut ini masih sangat ter-
batas. Oleh sebab itu kajian ekologi (kea-
nekaragaman dan pola penyebaran)
Polychaeta yang ada pada daerah pantai
tersebut dilakukan dengan harapan men-
jadi salah satu pedoman penilaian dam-
pak berbagai aktivitas pemanfaatan lahan
pantai.
Metode Penelitian

Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu pengambilan sampel dilakukan
pada bulan Mei dan Juni 2000 dengan
lokasi :
J. Sains Tek., April 2004, Vol. 10, No. 1

2004 FMIPA Universitas Lampung 59
1. Bandar Agung, dekat muara sungai dan
merupakan hutan mangrove (tanpa
aktifitas pemanfaatan lahan pantai)
2. Pematangpasir, dengan lahan pantai
yang dimanfaatkan untuk tambak-
tambak rakyat
3. Sumbernadi, perkebunan kelapa rak-
yat
4. Ketapang, merupakan pelabuhan per-
ikanan dan pemukiman penduduk.

Masing-masing lokasi ditetapkan 3 sta-
siun pengamatan. Posisi stasiun ditetap-
kan berdasarkan GPS (Global Positioning
System) Garmin II
+
. Analisis kualitas air
dan substrat dilakukan di Laboratorium
Kimia FMIPA dan laboratorium tanah
F.Pertanian Universitas Lampung.

Bahan dan Alat

Bahan yang dipergunakan berupa air
suling, formalin 4%, alcohol 70%, sampel
air laut, pewarna rose Bengal dan sampel
substrat untuk analisis kualitas fisik dan
kimia. Adapun alat yang digunakan
antara lain kantung penampungan, pinset
halus, cawan Petri, pipet tetes, spektro-
fotometer, mikroskop stereo, meteran,
Eikman grab, DO- meter, pH-meter,
hand-refraktometer, thermometer Hg,
saringan bertingkat, dan turbidimeter.

Identifikasi Polychaeta

Identifikasi Polychaeta dilakukan di
Laboratorium Biologi Laut P3O LIPI
Jakarta, Laboratorium Ilmu Hewan PAU
Ilmu Hayat IPB Bogor, dan Laboratorium
Zoologi, FMIPA UNILA. Identifikasi
cacing laut dari Polychaeta ini ditekankan
pada bagian kepala dan ekor, karena
merupakan salah satu pembeda antar
famili dan genus
4
.

Analisis Data

Keanekaragaman Polychaeta

Data keanekaragaman genus cacing laut
Polychaeta dianalisis dengan
menggunakan Indeks keragaman (H)
Shannon Wienner
5
.
s
H = - pi log
2
pi
i=1
Ket.: H = Indeks keragaman Shannon
s = jumlah genus
pi = ni/N
ni = Jumlah individu genus ke-i
N = Jumlah total individu

Pola Sebaran Polychaeta

Untuk mengetahui pola sebaran genus
Polychaeta pada stasiun-stasiun
pengamatan menggunakan pola sebaran
Morisita
6
, dengan rumus


n
X2 N

i=1

Id = n ---------------
N (N - 1)

Ket.: Id = Indeks sebaran Morisita
n = jumlah stasiun pengamatan
x = Jumlah individu pada
sampel ke-i
N = Jumlah total individu

Hasil Indeks Morisita yang diperoleh
dikategorikan sebagai berikut: d < 1 pola
serbaran individu genus bersifat seragam,
bila Id = 1 pola sebarannya bersifat acak,
dan Id > 1 pola sebaran individu genus
bersifat mengelompok. Analisis kualitas
air dan substrat dilakukan sebagai data
untuk menunjang penelitian ini.
Hasil dan Pembahasan

Nilai Indeks Keaneragaman genus
Polychaeta

Untuk mengetahui indeks keane-
karagaman genus Polychaeta terlebih
dahulu diketahui banyaknya genus pada
masing-masing stasiun pengamatan.
Junardi dan Sri Murwani, Keanekaragaman dan Pola Penyebaran
2004 FMIPA Universitas Lampung 60
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
jumlah genus cacing laut Polychaeta pada
keempat stasiun pengamatan bervariasi.
Genus yang ditemukan di Bandaragung
berjumlah 27 genus, Pematangpasir 30,
Sumbernadi dan Ketapang masing-
masing 37. Secara umum komposisi
genus yang ditemukan pada keempat
stasiun pengamatan antara lain Paranois,
Prionospio, Lumbrinereis, Ancistrosyllis,
Nereis, Phyllochaetopterus, Pulliella,
Nephtys. Walaupun komposisi genus
Polychaeta pada keempat stasiun
pengamatan relatif sama, tetapi pada tiga
lokasi (Bandaragung, Sumbernadi, dan
Ketapang), masing-masing ditemukan
genus yang hanya terdapat dalam satu
lokasi. Pada genus Scoloplella hanya
ditemukan di Bandaragung, Aonides
ditemukan di Sumbernadi, Capitella dan
Platynereis hanya ditemukan di
Ketapang. Nilai indeks keanekaragaman
menggambarkan kondisi yang berkaitan
dengan fungsi masing-masing species
atau genus terhadap kelestarian dan daya
dukung ekosistem. Tingginya nilai
indeks keanekaragaman disebabkan
hampir meratanya jumlah individu dalam
suatu lokasi. Sebaliknya, kehadiran
genus yang dominan akan menyebabkan
rendahnya nilai indeks keanekaragaman.
Keanekaragaman antar stasiun
pengamatan umumnya tinggi (H>2,5),
kecuali Bandaragung. (H<2,5), karena
ada dominansi salah satu genus pada
stasiun tersebut yaitu Paranois. Nilai
Indeks keanekaragaman bulan Mei 2000
H >2 - 3, sedangkan bulan Juni 2000 H
> 2,5 3,5 (Gambar 1).

0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
1 2 3 4
Stasiun ke
I
n
d
e
k
s

k
e
r
a
g
a
m
a
n
Mei
Juni

Gambar 1. Diagram Nilai Indeks Keanekaragaman Polychaeta bulan Mei dan
Juni 2000
Keterangan: 1. Bandaragung 2. Pematangpasir
3. Sumbernadi 4. Ketapang

Selanjutnya untuk mengetahui kondisi
lingkungan berdasarkan nilai indeks
keanekaragam menurut kriteria Wilhem
7
,
nilai indeks keanekaragaman yang
didapat dalam penelitian ini, baik antar
lokasi maupun waktu pengambilan
sampel masih dalam kriteria perairan
tercemar ringan karena H >2,5 , kecuali
pada lokasi Bandaragung pada
pengamatan bulan Mei 2000 tergolong
dalam kriteria perairan tercemar sedang
dengan nilai H < 2,5.

Pola Sebaran Genus Cacing Laut
Polychaeta

Analisis pola sebaran genus cacing laut
Polychaeta menggunakan Indeks
Morisita. Secara keseluruhan pola
sebaran genus cacing laut ini di pantai
timur Lampung Selatan terdapat pada
Tabel 1.

Pola sebaran cacing laut di beberapa
stasiun pengamatan pada umumnya
bersifat seragam atau mengelompok .
Hal ini mungkin disebabkan oleh
J. Sains Tek., April 2004, Vol. 10, No. 1

2004 FMIPA Universitas Lampung 61
kemampuan larva yang berbeda-beda
dalam memilih daerah untuk menetap.
larva akan cenderung menyukai tempat
menetap, bila pada tempat tersebut
terdapat individu yang sudah dewasa
8
.


Tabel 1. Pola sebaran genus Polichaeta diperairan Pantai Timur, Lampung
Selatan, pada bulan Mei dan Juni 2000

Lokasi Pola Sebaran Genus cacing laut Polychaeta

Bandaragung
Seragam
(Id < 1)
Axiotella, Euclymene, Heteromastus, Boccardia, Epi-Diopatra,
Dorvillea, Tharyx, Ophelia
Mengelompok
(Id > 1)
Notomastus, Pulliella, Paraprionospria, Polydora
Prionospio, Sternaspis, Glycera, Lumbrinereis, Onuphis,
Eunice, Paraonis, Ancistrosyllis, Nereis, Nephtys,
Cirratulus, Phyllochaetopterus, Ctenodrillus, Scoloplella

Pematangpasir
Seragam
(Id < 1)
Nicomache, Arenicola, Boccardia, Paraprio-nospria,
Goniada, Onuphis, Ancistrosyllis, Samythella, Nereis,
Cossura, Ophelia
Mengelompok
(Id > 1)
Clymenura, Euclymene, Notomastus, Pulliella, Polydora,
Prionospio,Glysera, Lumbrinereis, Eunice, Dorvillea,
Paraonis, Isolda, Nephtys, Cirra, Tullus, Tharyx,
Phyllochaetopterus, Syllis, Eteon

Sumbernadi
Seragam
(Id < 1)
Paraprionospio, Syllis,Goniada, Eunice, Terrebe-
lides,Doevillea, Samythella, Nereis, Cossura,
Sphaerosyllis, Eteone
Mengelompok
(Id > 1)
Notomastus, Axiotella, Climenura, Euclymene
Macroclymene, Maldane, Rhodine, Arenicola, Pullilela,
Aonides,Boccardia, Polydora
Prionospio, Scolelepsis Sternapsis, Glycera, Lumbrinereis,
Epidiopatra, Onuphis, Paraonis, Ancistrosyllis, Isolda,
Nephtys, Cirratulus,Ophelia, Phyllochaetopterus


Ketapang
Seragam
(Id < 1)
Oxiotella, Capitella, Arenicola,Scolelepsis, Sternapsis,
Glycera, Lumbrinereis, Goniada, Eunice,
Samythella,Cossura, Syllis
Acak (Id = 1) Polydora
Mengelompok
(Id > 1)
Clymenura, Euclymene, Notomastus,
Pulliella,Macroclymene,Rhodine,Heteromastus,Prionospio
Onuphys, Terebellides, Ancistrosyllis,
Nephtys,Paraprionospio,Dorvillea,Maldane,Nichomache,
Plathynereis, Paraonis,Isolda,Nereis, Cirratullus, Tharyx,
Phyllochaetopterus, Scoloptell.,
Sumber: Data Primer, 2000

Genus-genus yang mempunyai sebaran
mengelompok (Id > 1) pada semua lokasi
pengamatan adalah Notomastus, Pulliella,
Glysera, Paraonis, Nephtys, Cirratulus,
Prionospio, dan Phyllochaetopterus.
Sedangkan genus-genus yang memiliki
sebaran seragam umumnya bervariasi
pada setiap lokasi (Tabel 1). Banyaknya
genus yang mengelompok diduga
berkaitan dengan pola hidup cacing laut
ini di alam yang cenderung membentuk
kelompok dan koloni, misalnya
Prionospio
9
.

Pengelompokan tersebut
diduga berkaitan dengan musim kawin
Junardi dan Sri Murwani, Keanekaragaman dan Pola Penyebaran
2004 FMIPA Universitas Lampung 62
(breeding season) Polychaeta, misalnya
terjadi pada Syllis dan Eunica.
Selanjutnya ada dugaan bahwa
pengelompokkan genus juga berkaitan
dengan faktor lingkungan, seperti kualitas
air dan substrat sebagai tempat hidupnya.
Kualitas Air dan Substrat

Hasil analisis kualitas air di empat stasiun
pengamatan menunjukkan bahwa
kisarannya tidak jauh berbeda satu sama
lain (Tabel 2).

Tabel 2. Kisaran nilai hasil pengukuran kualitas air bulan pada Mei dan Juni
2000

Parameter
(Satuan)
Lokasi Penelitian
Bandaragung Pematangpasir Sumbernadi Ketapang
COD (ppm) 50,80 106,05 40,40 92,50 40,48 92,28 64,37 91,23
DO (ppm) 4,60 6,80 5,00 6,90 5,50 8,90 5,20 6,90
Kekeruhan
(NTU)
31,87 39,37 31,57 41,25 31,05 41,73 31,05 38,10
Salinitas (ppt) 30,00 32,00 30,50 33,00 30,00 32,00 30,00 32,00
Suhu (
o
C) 28,0 30,0 28,0 31,0 28,0 30,0 28,0 31,0
Sumber: Analisis dari Laboratorium Kimia FMIPA UNILA, 2000

Kisaran Oksigen kimiawi (COD) di
empat stasiun pengamatan antara 40,40
106,05 ppm, merupakan kisaran yang
tidak terlalu tinggi. Penelitian yang
dilakukan sebelumnya menemukan
kelimpahan Polychaeta rendah yaitu 115
ind./m2 dengan COD antara 103,2
324,3 ppm. Nilai tertinggi COD terdapat
di Banjaragung, namun H> 2, berarti
kisaran COD tersebut masih cukup baik
bagi kehidupan cacing laut Polychaeta.
Kemudian Oksigen terlarut (DO) di
empat stasiun memiliki kisaran antara
4,60-6,90 ppm. Kisaran DO yang cukup
untuk menunjang kehidupan cacing laut,
seperti pada percobaan di laboratorium,
bahwa cacing laut jenis Capitella dapat
hidup pada kondisi DO = 0 ppm
3
.

Nilai kekeruhan berkisar antara 31,05-
41,73 NTU. Nilai kekeruhan yang rendah
terdapat disemua stasiun dekat pantai,
kecuali Sumbernadi. Hal ini diduga
penyebab kekeruhan akibat aktivitas dari
darat yang masuk melalui muara sungai
kecil di sekitar lokasi. Pada lokasi ini juga
ditemukan Clymenura dan Maldane yang
melimpah, diduga komponen kekeruhan
berupa bahan organik yang menjadi
sumber makanan kedua genus tersebut
2
.

Salinitas yang terukur berkisar antara 30-
33 ppt. salinitas, dan kisaran salinitas ini
hampir sama dengan nilai hasil pengu-
kuran salinitas bulanan Perairan Pantai
Timur Lampung
1
.

Nilai salinitas yang
didapatkan dari pengukuran ini belum
menjadi faktor pembatas penyebaran poli-
chaeta. Demikian pula dengan kisaran
suhu di lokasi penelitian antara 28-31
o
C,
merupakan kisaran suhu yang masih
cukup baik bagi kehidupan polychaeta.
Peneliti lain menemukan kelimpahan ca-
cing laut jenis Capitella sebesar 905
ind./m
2
pada suhu 34
o
C.
10
)

Hasil pengukuran kualitas kimia substrat
dari keempat lokasi dapat dilihat pada
Table 3. Kisaran Amonia (NH
3
) terdapat
antara 0,04 1,06 ppm dengan
konsentrasi Nitrat (N0
3
) antara 3,15
9,99 ppm, Nitrit 0,10 0,65 ppm
terdapat di stasiun Ketapang. Tingginya
konsentrasi NH
3
dan NO
3
ini mungkin
berasal dari buangan limbah domestik
dan aktifitas pelabuhan, namun
konsentrasi Nitritnya terendah (Tabel 3)
J. Sains Tek., April 2004, Vol. 10, No. 1

2004 FMIPA Universitas Lampung 63
Tabel 3. Kisaran nilai hasil pengukuran kualitas kimia substrat Mei dan Juni
2000

Parameter
(Satuan)
Lokasi Penelitian
Bandaragung Pematangpasir Sumbernadi Ketapang
Amonia
(ppm)
0,25 0,66 0,13 -0,65 0,13 0,77 0,04 1,06
C-organik (%) 0,36 1,43 0,95 -1,54 0,90 1,52 0,23 1,43
Eh (mV) - 90 - 50 - 10 - 110 - 25 - 35 - 40 85
H
2
S (ppm) 0,003 0,093 0,025 0,068 0,004 0,058 0,029 0,105
Nitrat (ppm) 5,75 9,52 4,29 6,30 6,30 9,23 3,15 9,99
Nitrit (ppm) 0,63 0,92 0,33 0,96 0,31 0,93 0,10 0,65
pH 7,80 8,70 7,80 8,20 8,05 8,21 8,00 8,44
Orthofosfat
(ppm)
2,44 5,21 6,34 10,26 2,01 5,55 4,04 8,73
Sumber: Analisis dari Laboratorium Tanah F. Pertanian UNILA, 2000.

Genus cacing laut pada daerah Ketapang
dan Sumbernadi yang mempunyai Indeks
keragaman yang cukup tinggi (H > 3).
Stasiun lainnya yang mempunyai NH
3,

NO
3
, dan NO
2
yang tinggi, Indeks
keanekaragaman juga cukup tinggi (H
>2,5).

Konsentrasi Orthofosfat (PO
4
) pada
semua stasiun pengamatan berada pada
kisaran antara 2,01 10,26 ppm. Kisaran
tersebut tidak terlalu tinggi, karena hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa Poly-
chaeta dapat hidup pada konsentrasi PO
4
49,64 ppm
3
. Keadaan serupa juga terjadi
dengan konsentrasi karbon organic (C
organic), dengan kisaran 0,23 1,54 %
Indeks keanekaragaman cacing laut
masih cukup tinggi , karena telah dite-
mukan pula Polychaeta yang melimpah
pada konsentrasi C-organik > 2,8 %.

Kisaran konsentrasi H
2
S, pH, dan Redox
potensial (Eh) masih dalam batas normal,
artinya Polychaeta mampu mentolelirnya.
Menurut Okoshi
3
,

cacing laut jenis
Capitella mampu bertahan hidup pada
konsentrasi H
2
S 0,27 ppm. Selanjutnya
Eh substrat pada semua stasiun peng-
amatan berkisar antara -90 110 mV,
masih dalam batas normal karena hasil
penelitian dari Arvanitidis, menunjukkan
bahwa cacing laut di perairan Yunani
masih mampu hidup pada Eh substrat
288n mV
11
.


Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa
1. Ditemukan genus Polychaeta dari 4
stasiun yaitu Bandaragung 27 genus,
Pematangpasir 30 genus, Sumbernadi,
dan Ketapang masing-masing 37
genus.

2. Indeks Keanekaragaman genus
Polychaeta di semua stasiun
pengamatan (H > 2,5), kecuali
Bandaragung H < 2,5

3. Pola sebaran cacing laut Polychaeta
sebagian besar mengelompok (Id >1)

4. Kualitas air dan substrat di pantai
timur, Lampung Selatan, masih
termasuk cukup baik untuk kehidupan
cacing laut

Daftar Pustaka

1. Wiryawan, B. 1999. Atlas sumberdaya
wilayah pessisir Lampung. Bandar
Junardi dan Sri Murwani, Keanekaragaman dan Pola Penyebaran
2004 FMIPA Universitas Lampung 64
Lampung. Pemda Tk. I Lampung-
CRMP Lampung.

2. Caroko,E. E. 1997. Pola sebaran
cacing laut dari Polychaeta akibat
masukkan limbah air panas di Teluk
Cilegon. Skripsi Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan IPB, Bogor (tidak
dipublikasikan).

3. Okoshi, W.S. 1999. Polydorid spe-
cies (Polychaeta: Spionidae) in Japan,
with discription of morphology, eco-
logy and burrow structure: Boring
species. J.Mar. Biol. Ass. UK. 79:
831 848.

4. Rouse, G.W., K. Fauchald. 1997.
Cladistic and Polychaetes. Zool. Scrip
26: 139 204.

5. Krebs, C.J. 1989. Ecological Metho-
dology. New York: Harper Collins
Publ.

6. Brower, J.E., Zar, J.H., Ende, C.N.
1990. Field and Laboratory Methods
for General Ecology. Dubuque.
WCB. Publisher.




















7. Suradi. 1993. Makrozoobentos seba-
gai indicator kualitas perairan sungai.
Thesis Pasca Sarjana Institute
Pertanian Bogor.

8. Nybakken, J.W. 1988. Biologi laut:
suatu pendekatan ekologis.
Terjemahan M.Eidman et al. PT
Gramedia, Pustaka Utama. Jakarta.

9. Shull, D.H. 1997. Mechanisms of
infaunal Polychaete dispersal and
colonization in an intertidal sandflat.
J. Mar. Res 55: 153 153 179.

10. Alcantra, P.H.& Weiz, V.S.1991.
Ecological aspects of the Polychaete
population Associated with red
Mangrove Rhizophora mangle at
Laguna de Terminos, Southerm Part
of the Gulf of Mexico. Ophelia 5
(Suppl.): 451 462

11. Arvanitidis, C., Koutsaubas, D. &
Eleftheriou, A. 1999. Annelid fauna
of Mediterranean Lagoon (Gialova,
South-West Greece): Community
structure in a severely fluctuating
environment. J.Mar. Biol. Ass. UK.
79: 849 856.

You might also like