DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 1
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 2 A. Latar Belakang ................................................................................................................ 2 B. Tujuan ............................................................................................................................. 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 6 A. Evaluasi Paska Huni (EPH) ............................................................................................ 6 1. Definisi ........................................................................................................................ 6 2. Kegunaan EPH ............................................................................................................ 6 3. Aspek Evaluasi Paska Huni (EPH) ............................................................................. 8 4. Tahapan Evaluasi Paska Huni (EPH) .......................................................................... 8 B. Rumah Sakit Tipe C ...................................................................................................... 10 C. Area Fasilitas Penunjang dan Administrasi .................................................................. 12 D. Komponen Sarana dan Prasarana Fasilitas dan Penunjang RS Tipe C ......................... 12 1. Keselamatan .............................................................................................................. 12 2. Kesehatan .................................................................................................................. 14 3. Kenyamanan .............................................................................................................. 15 4. Kemudahan................................................................................................................ 16 BAB III HASIL PENGAMATAN DAN ANALISIS .............................................................. 17 A. Hasil Pengamatan.......................................................................................................... 17 1. Pelayanan penunjang klinik ...................................................................................... 17 2. Pelayanan penunjang non klinik ............................................................................... 18 B. Analisis ......................................................................................................................... 20 1. Keselamatan .............................................................................................................. 20 2. Kesehatan .................................................................................................................. 21 3. Kenyamanan .............................................................................................................. 21 4. Kemudahan................................................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 23
2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Rumah Sakit Kelas C merupakan sarana pelayanan kesehatan umum tingkat kabupaten/ kota yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis 4 (empat) spesialistik dasar dan 4 (empat) spesialistik penunjang. Dalam rangka mencapai kualitas dan kemampuan pelayanan medis pada Rumah Sakit Kelas C ini, maka harus didukung dengan sarana dan prasarana rumah sakit yang terencana, baik dan benar. Rumah sakit harus memenuhi, persyaratan teknis sarana dan prasarana rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan secara paripurna. Keseluruhan persyaratan tersebut harus direncanakan sesuai dengan standard dan kaidah-kaidah yang berlaku. Adapun secara umum yang dimaksud dengan sarana adalah segala sesuatu hal yang menyangkut fisik gedung/ bangunan serta ruangan. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang membuat sarana tersebut dapat berfungsi seperti pengadaan air bersih, listrik, instalasi air limbah dan lain-lain. Kebanyakan Fasilitas kesehatan sekarang berada dalam tahap penghunian dan pemanfaatan. Dan karenanya, sesungguhnya sangat diperlukan evaluasi terhadap fasilitas yang ada sekarang, yang lazim disebut dengan evaluasi pasca huni atau EPH (Post Occupancy Evaluation, POE). Tahap evaluasi pasca huni adalah tahap yang sangat perlu untuk melihat kesesuaian antara apa yang ada sekarang dengan pola-pola pemanfaatan oleh manusia dan perilakunya. Evaluasi pasca huni adalah suatu proses evaluasi fasilitas dengan
cara yang sistematik setelah fasilitas tersebut dibangun dan dihuni dalam suatu kurun waktu tertentu. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta awalnya didirikan berupa klinik dan poliklinik pada tanggal 15 Februari 1923 dengan lokasi pertama di kampung Jagang Notoprajan No.72 Yogyakarta. Awalnya bernama PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoem) dengan maksud menyediakan pelayanan kesehatan bagi kaum dhuafa. Pendirian pertama atas inisiatif H.M. Sudjak yang didukung sepenuhnya oleh K.H. Ahmad Dahlan. Seiring dengan waktu, nama PKO berubah menjadi PKU (Pembina Kesejahteraan Umat). Pada tahun 1928 klinik dan poliklinik PKO Muhammadiyah pindah lokasi ke Jalan Ngabean No.12 B Yogyakarta (sekarang Jalan K.H. Ahmad Dahlan). Pada tahun 1936 klinik dan poliklinik PKO Muhammadiyah pindah lokasi lagi ke Jalan K.H. Dahlan No. 20 Yogyakarta hingga saat ini. Pada tahun 1970-an status klinik dan poliklinik berubah menjadi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Dalam rangka memperluas cakupan pelayanan yang pada saat itu tidak mampu lagi di-cover oleh RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang berlokasi di Jalan Ahmad Dahlan, maka dikembangkan unit pelayanan baru RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta unit II di Gamping Jalan Wates. RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II yang merupakan pengembangan dari RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta unit I dibuka pada tanggal 15 Februari 2009. Pada tanggal 16 Juni 2010 Rumah Sakit mendapatkan ijin operasional sementara. Pada bulan Juni tahun 2012, RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta unit II berhasil lulus akreditasi 5 Bidang Pelayanan yang dikukuhkan dengan sertifikat akreditasi dari KARS dengan Surat Keputusan No KARS-SERT/600/VI/2012. Tahap ini memuluskan jalan untuk mengurus ijin tetap sebagai Rumah Sakit Tipe C. Pada akhirnya RS PKU Muhammadiyah
4
mendapatkan ijin operasional sebagai RS Tipe C pada tanggal 18 November 2013 melalui SK Menteri Kesehatan No : HK.02.03/I/1976/2013. RS PKU Muhammadiyah memiliki visi mnjadi rumah sakit islam yang berdasar pada Al Quran dan Sunnah Rasullah SAW, dan sebagai rujukan terpercaya di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah dengan kualitas pelayanan kesehatan yang Islami, profesional, cepat, nyaman dan bermutu, setara dengan kualitas pelayanan rumah sakit rumah sakit terkemuka di Indonesia dan Asia. Misi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta adalah mewujudkan derajad kesehatan yang optimal bagi semua lapisan masyarakat melalui pendekatan pemeliharaan, pencegahan, pengobatan, pemulihan kesehatan secara menyeluruh sesuai dengan peraturan / ketentuan perundang undangan, mewujudkan peningkatan mutu bagi tenaga kesehatan melalui sarana pelatihan dan pendidikan yang diselenggarakan secara profesional dan sesuai tuntunan ajaran Islam, mewujudkan dakwah islam, amal maruf nahi munkar dibidang kesehatan degan senantiasa menjaga tali silahturahmi, sebagai bagian dari dawah muhammadiyah. RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta unit II memiliki area penunjang medis antara lain instalasi radiologi dan instalasi laboratorium, kemudian bagian administrasi adalah rekam medis. Usia kedua area tersebut sejak berdirinya atau beroperasinya yaitu tahun 2009 hingga saat ini berarti telah berusia 5 tahun, dan usia minimal dapat dilakukan EPH adalah 3 tahun sejak beroperasinya bangunan fisik rumah sakit. EPH disini melihat kategori keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan.
B. Tujuan Pada kegiatan FST di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta unit II memiliki beberapa tujuan, antara lain : 1. Menganalisis EPH di instalasi penunjang klinik dan non klinik berdasarkan kategori keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan berdasarkan standar normatif 2. Menganalisis EPH di area administrasi yaitu rekam medis berdasarkan kategori keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan berdasarkan standar normatif
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Evaluasi Paska Huni (EPH) 1. Definisi Evaluasi pasca huni adalah suatu proses evaluasi fasilitas dengan cara yang sistematik setelah fasilitas tersebut dibangun dan dihuni dalam suatu kurun waktu tertentu. 2. Kegunaan EPH Kegunaan evaluasi pasca huni terbagi dalam 3 jangka waktu: a. Kegunaan jangka pendek. Meliputi peningkatan dalam hal-hal berikut : identifikasi masalah dan solusi dalam manajemen fasilitas, manajemen fasilitas yang proaktif terhadap aspirasi pengguna, peningkatan pemanfaatan ruang dan umpanbalik terhadap kinerja bangunan, peningkatan sikap pengguna melalui keterlibatan dalam proses evaluasi, pemahaman implikasi kinerja dalam kaitannya dengan ketersediaan anggaran, serta proses pengambilan keputusan yang lebih rasional dan objektif
b. Kegunaan jangka menengah. Meliputi peningkatan dalam hal-hal berikut : kemampuan pengembangan fasilitas sesuai dengan pertumbuhan organisasi, penghematan biaya dalam proses
pemanfaatan dan pemeliharaan bangunan serta peningkatan usia bangunan, akuntabilitas kinerja bangunan oleh semua pengguna.
c. Kegunaan jangka panjang. Meliputi peningkatan dalam hal-hal berikut: kinerja fasilitas dalam jangka panjang, perbaikan basis data, standar, dan kriteria untuk perancangan fasilitas, serta perbaikan sistem penilaian fasilitas melalui kuantifikasi Jenis kegiatan dalam evaluasi pasca huni akan tergantung pada interaksi antar komponen dalam proses evalusi pasca huni : a. Kriteria kinerja 1) Teknikal 2) Fungsional 3) Behavioral b. Pengguna 1) Individu 2) Kelompok 3) Organisasi c. Setting 1) Ruang 2) Bangunan 3) Fasilitas Selain itu, evaluasi pasca huni juga memiliki tingkatan kecermatan sesuai kebutuhan penggunanya, yang meliputi : a. Evaluasi Pasca Huni Indikatif
8
b. Evaluasi Pasca Huni Investigatif c. Evaluasi Pasca Huni Diagnostik 3. Aspek Evaluasi Paska Huni (EPH) Bagi fasilitas Fasilitas kesehatan, evaluasi pasca huni perlu dikaitkan dengan state of the art fasilitas Fasilitas kesehatan, yang meliputi beberapa aspek : a. Dalam kriteria kinerja terdapat beberapa kriteria yang perlu diikuti, antara lain Standar Fasilitas kesehatan, Standar Arsitektural untuk Fasilitas Kesehatan, khususnya Fasilitas kesehatan, maupun hasil-hasil penelitian mengenai fasilitas kesehatan komunitas seperti Fasilitas kesehatan b. Dalam komponen pengguna meliputi penyedia jasa dalam Fasilitas kesehatan (pengelola, dokter, paramedis, dan manajemen) maupun pengguna jasa Fasilitas kesehatan (individu maupun kelompok masyarakat). c. Dalam komponen setting perlu ditinjau komponen-komponen setting Fasilitas kesehatan yang terdiri atas berbagai unit, bagian, ataupun kelompok fasilitas tertentu. 4. Tahapan Evaluasi Paska Huni (EPH) Evaluasi pasca huni memiliki beberapa tahapan sebagaimana berikut : a. Perencanaan Evaluasi Pasca Huni : 1) Pengenalan Masalah dan Kelayakan : Memahami besaran dan kondisi signifikan aset eksisting. Memilih tingkatan usaha yang sesuai. Memilih biaya evaluasi yang sesuai. 2) Perencanaan Sumberdaya Perencanaan SDM
Perencanaan waktu Perencanaan metoda dan alat 3) Perencanaan Riset Menentukan aspek kritis yang perlu diteliti Memilih indikator yang dapat merepresentasikan aspek Mengembangkan ukuran bagi tiap indikator Menyusun kriteria untuk evaluasi ukuran Antisipasi hasil dan kesimpulan
b. Pelaksanaan Evaluasi Pasca Huni 1) Awal Proses Pengumpulan Data Lapangan Mobilisasi data, alat, dan SDM. Antisipasi reaksi Penguasaan Lapangan dan Pelaksanaan Survey 2) Pemantauan dan Manajemen Prosedur Pengumpulan Data Pemahaman terhadap karakter aktivitas. Penalaan antar pengamat. Uji awal instrumen pengumpulan data. 3) Analisis Data Tujuan analisis data: pemerian, interpretasi, dan penjelasan Macam-macam analisis: berhasil/gagal, peringkat, rerata, persentase, variabilitas, bandingan 2 kelompok, analisis sederhana, chi-square, analisis korelasi
10
Tahapan analisis: menyusun data mentah, memasukkan dan transfer data, memproses data, mengemas dan komunikasi temuan, interpretasi serta melengkapi analisis data.
c. Penerapan Evaluasi Pasca Huni 1) Pelaporan temuan Pendahuluan, Metodologi, Analisis data, Temuan, Kesimpulan, Apendiks, Pustaka 2) Rekomendasi tindakan Tindakan terkait kebijakan Tindakan terkait prosedur Tindakan terkait teknik 3) Review Hasil dan Kesimpulan Rencana jangka pendek Rencana jangka menengah Rencana jangka panjang
B. Rumah Sakit Tipe C 1. Definisi Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarka pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat (PerMenKes, 2010). Rumah sakit umum adalah Rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan, dan rumah sakit tipe c adalah Rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medis 4 (empat) spesialistik dasar dan 4 (empat) spesialistik penunjang (DepKes, 2007).
2. Klasifikasi Rumah Sakit Tipe C Klasifikasi ruah sakit adalah pengelompokan kelas rumah sakit berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan (PerMenKes, 2010). Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan, rumah sakit umum dibedakan menjadi rumah sakit umum kelas A, B, C dan D. Klasifikasi rumah sakit umum ditetapkan berdasarkan beberapa syarat antara lain : a. Pelayanan b. Sumber daya manusia c. Peralatan d. Sarana dan prasarana e. Administrasi dan keuangan. Rumah sakit umum kelas C harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) pelayanan medik spesialis dasar dan 4 ( empat) spesiais penunjang medik. Kriteria fasilitas yang dimaksud adalah meliputi pelayanan medik umum, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik spesialis dasar, pelayanan spesialis penunjang medik, pelayanan medik spesialis gigi mulut, pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik dan pelayanan penunjang non klinik.
12
C. Area Fasilitas Penunjang dan Administrasi Area fasilitas penunjang di rumah sakit umum tipe c dibedakan menjadi dua menurut fungsinya (PerMenKes, 2010), antara lain : 1. Pelayanan penunjang klinik Terdiri dari perawatan intensif, pelayanan darah, gizi, farmasi, sterilisasi instrumen dan rekam medik. 2. Pelayanan penunjang non klinik Terdiri dari pelayanan laundry/linen, jasa boga / dapur, teknik dan pemeliharaan fasilitas, pengelolaan limbah, gudang, ambulance, komunikasi, kamar jenasah, pemadam kebakaran, pengelolaan gas medik dan penampungan air bersih.
D. Komponen Sarana dan Prasarana Fasilitas dan Penunjang RS Tipe C Komponen penilaian evaluasi pada sarana dan prasarana di rumah sakit berdasarkan 4 kategori (DepKes, 2007), antara lain : 1. Keselamatan 2. Kesehatan 3. Kenyamanan 4. Kemudahan
1. Keselamatan Berdasarkan pedomana sarana dan prasarana rumah sakit kelas C dari Departemen Kesehatan Tahun 2007 menyebutkan bahwa bangunan rumah sakit harus dibangun dengan struktur dan rangkaian yang dapat menjamin keselamatan penggunanya, masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Pada semua area penunjang dan
administrasi juga harus dilengkapi dengan prasarana keselamatan (DepKes, 2007), antara lain : a. Sistem proteksi kebakaran
1) Sistem proteksi pasif Penerapan sistem proteksi pasif didasarkan pada fungsi / klasifikasi resiko kebakaran, geometri ruang, bahan bangunan terpasanag dan / atau jumlah dan kondisi penghuni dalam rumah sakit. Dinding rumah sakit harus dapat menahan api / Tingkat Ketahanan Api (TKA) minimal 2 jam dan memiliki fire stop dan tersedia kompartemensasi bangunan untuk menghentikan penjalaran api. 2) Sistem proteksi aktif Merupakan peralatan deteksi dna pemadam yang dipasang tetap atau tidak tetap, berbasis air, bahan kimia atau gas, yang digunakan untuk mendeteksi dan memadaman kebakaran pada bangunan rumah sakit. Peralatan proteksi kebakaran aktif antara lain (DepKes, 2007) Pipa tegak dan selang kebakaran, hidran halaman, sistem sprinkler otomatis, alat pemadam api ringan (APAR), sistem deteksi asap atau alarm kebakaran. b. Jalur evakuasi Di setiap area di rumah sakit harus dilengkapi dengan jalur atau penunjuk arah untuk evakuasi yang jelas dan mudah untuk memastikan pengguna dapat keluar dari bangunan dengan cepat. Kemudian terdapat tangga darurat yang khusus, jika memungkinkan terdapat di luar bangunan rumah sakit.
14
2. Kesehatan Menurut Departmen Kesehatan Tahun 2007 menyebutkan bahwa kategori kesehatan di area penunjang dan administrasi antara lain, sistem ventilasi, sistem pengkondisian ruangan, instalasi air bersih dan kotor, dan sistem instalasi gas medik. Pada sistem ventilasi dapat menggunakan ventilasi alami dan buatan untuk memastikan pasokan oksigen dan udara di dalam ruangan dapat terpenuhi dan menjaga kesehatan dari penggunanya. Pada pengkondisian udara di area penunjang disesuaikan dengan area ruangan. Tabel 1. Standar suhu, kelembaban dan tekanan udara menurut fungsi ruangan dan unit (DepKes, 2007)
Untuk instalasi air bersih, rumah sakit umum diwajibkan untuk menggunakan sumber air dalam yaitu kedalaman lebih dari 50 meter sehingga tidak mengganggu persediaan air warga atau lingkungan sekitar (PerMenKes, 2004). Air dalam membutuhkan pengolahan kembali untuk dapat digunakan sebagai air minum atau air untuk kegiatan rumah sakit, sehingga sistem pengolahan air yang baik sangat diperlukan. Pada pembuangan limbah cair atau air kotoryang berasal dari fasilitas penunjang yangtidak berbahaya dapat langsung dibuang ke dalam penampungan limbah cair sebelum dilepas ke perairan terbuka atau sanitasi lingkungan sekitar rumah sakit, namun limbah cair yang bersifat produk hasil medis atau hasil dari laundry / linen, harus melalui tahap tertentu terlebih dahulu, sehingga tidak mencemari lingkungan. 3. Kenyamanan Kenyamanan bagi pengguna sangat diperhatikan, menurut Departemen Kesehatan RI Tahun 2007, kategori kenyamanan terdiri dari kenyamanan akan sirkulasi udara atau pengkondisian udara, kemudian tata ruang yang baik sehingga pengguna nyaman bekerja di dalamnya. Kemudian pencahayaan yang baik, dimana pada area fasilitas penunjang dan administrasi dibutuhkan cahaya dari cahaya sinar matahari langsung dan sinar buatan atau dari lampu, dan lampu yang disarankan dapat bersifat terang cukup untuk menerangkan dalam proses kegiatan pelayanan, minimal cahaya yang dibutuhkan 200 Lux. Kenyamanan di fasilitas penunjang dan administrasi yang diperlukan adalah pengaturan mengenai tingkat kebisingan dan nyaman terhadap getaran yang dimana dapat mempengaruhi tingkat kenyamanan dan kesehatan pendengaran pekerja selama bekerja.
16
4. Kemudahan Kemudahan di area fasilitas penunjang dan administrasi adalah kemudahan dalam alur lalu lintas dalam kegiatan, sehingga susunan tata ruang di rumah sakit harus memperhatikan kesesuaian dengan alur kegiatan yang akan dilakukan di unit tersebut (DepKes, 2007). Kemudian dalam berkomunikasi, dimana di setiap unit di rumah sakit harus disediakan alat komunikasi, baik interkom maupun line telpon dan komputer beserta sistem ilmu teknologi yang teritegrasi dengan sistem rumah sakit. Pada saat ini rumah sakit banyak menggunakan fasilitas pengiriman berkas dengan menggunakan pneumatic tube yang merupakan sistem integrasi pengangkut barang atau bahan berkas keperluan di rumah sakit.
BAB III HASIL PENGAMATAN DAN ANALISIS
Dari hasil kunjungan di area fasilitas penunjang dan administrasi di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta unit II, kami melakukan observasi langsung di berbagai ruangan tersebut, kemudian setelah melakukan observasi dilakukan pembandingan dengan pedoman dari Departemen Kesehatan RI Tetang Pedoman Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C Tahun 2007 yang sudah dikelompokkan kedalam 4 kategori, yaitu keselamtan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan. A. Hasil Pengamatan Pada pengamata di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta unit II, sebagai rumah sakit dengan status saat ini kelas C, telah memiliki fasilitas penunjang klinik dan non klinik. 1. Pelayanan penunjang klinik No Kriteria Ketersedian Keterangan 1. Perawatan intensif + Terdapat ICU 2. Pelayanan darah + Masih tergabung dengan laboratorium 3. Gizi - Masih menggunakan jasa RS PKU Jogja unit I sebagai instalasi gizi. 4. Farmasi + Farmasi rawat jalan, farmasi khusus rawat inap belum
18
tersedia. 5. Sterilisasi instrumen + Terdapat gabung di dalam instalasi bedah sentral (seharusnya memiliki ruangan tersendiri) 6. Rekam medik + Terdapat dibagian depan, tepat disamping instalasi rawat jalan.
2. Pelayanan penunjang non klinik No Kriteria Ketersediaan Keterangan 1. Laundry / linen + Terdapat di lantai dasar bagian belakang dari rumah sakit. Namun proses penjemuran masih dilakukan di area terbuka yang resiko penyebaran infeksi. 2. Jasa boga /Dapur + Sudah memiliki dapur,namun beum difungsikan untuk memasak, dan pasokan makanan berasal dari RS PKU Jogja unit I. 3. Fasilitas pemeliharaan + Terdapat dibagian belakang rumah sakit, berdekatan dengan instalasi pengolahan air bersih dan generator. 4. Pengolahan limbah + Pengolahan limbah cair terletak dibagian depan rumah sakit, air menggunakan treatmen standar kemudian dialirkan ke sanitasi lingkungan sekitar rumah sakit. Limbah padat dikirim ke PT. AVAS untuk dilakukan penghancuran, rumah sakit
memiliki incerator, namun ijin penggunaannya belum selesai hingga saat ini. 5. Gudang + Rumah sakit memiliki gudang barang kotor yang terletak dibagian belakang barat, kemudian gudang untuk stok perlatan dan perlegkapan kesehatan digabung menjadi satu di bagian timur belakang rumah sakit. 6. Ambulance + Rumah sakit memiliki 2 unit mobil ambulance yang terparkir di garasi sebelah barat rumah sakit, namun tidak beredekatan dengan IGD. 7. Komunikasi + Alat komunikasi menggunakan interkom, lin telephone, dan pneumatic tube. 8. Kamar jenazah + Rumah sakit memiliki ruang perawatan jenasah yag terletak bersebelahan dengan mashola yang terletak dibagian belakang sebelah utara. 9. Pemadam kebakaran + Rumah sakit dilengkapi dengan hidran tiap lantai, APAR dan deteksi asap di setiap unit. Namun bangunan rumah sakit tahap satu yang sedang beroprasi belum menggunakan pringkler otomatis. 10. Pengelolaan gas medik + Pengelolaan gas medik menggunakan sistem
20
sentralisasi, gas medik terdiri dari atas oksigen, NO2, suction dan pompa (kepentingan ventilator). Gas medik sentral terletak di sebelah belakang rumah sakit, bagian utara. Dan di tiap lantai terdapat indikator penunjuk gas medik untuk dapat dimatikan sewaktu waktu jika terjadi kebakaran agar tidak memperparah kebakaran. 11. Penampungan air bersih + Penampungan air bersih diletakkan di dua area, yaitu di penampungan utama yang terletak di bawah (ground) dibagian timur rumah sakit, dan terdapat di atap rumah sakit. Rumah sakit menggunakan sistem gravitasi sebagai cara pendistribusian air ke semua unit dan ruang di rumah sakit.
B. Analisis Setelah dilakukan pengamatan langsung pada area fasilitas penunjang dan administrasi, kemudian dilakukan analisis dengan deskripsi berdasarkan 4 kategori, yaitu keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan. 1. Keselamatan Di semua area penunjang dan administrasi dilengkapi dengan APAR (alat pemadam api ringan), kemudian terdapat hidran di setiap lantai yang menurut
keterangan pengelola selalu terjaga tekanan air di dalamnya. Terpasang deteksi asap di setiap unit dan ruang, namun pada bangunan rumah sakit tahap 1 tidak terdapat instalasi springkler otomatis. Dari peralatan proteksi aktif tersebut cukup baik, namun jika disesuaikan dengan pedoman saran dan prasaran rumah sakit kelas C, bahwa springkler otomatis wajib tersedia di setiap unit dan ruang (kecuali kamar perasi dan rekam medik) untuk menahan api selama 30 menit. Untuk proteksi pasif,sudah tertera penunjuk arah evakuasi jika terjadi kejadian gawat seperti kebakaran untuk memastikan pengguna dapat selamat keluar dari dalam bangunan rumah sakit, namun untuk tangga darurat, rumah sakit belum memiliki sehingga masih tergabung dengan tangga umum yang digunakan untuk kegiatan harian pengguna internal dan eksternal rumah sakit. 2. Kesehatan Penyediaan air bersih berasal dari air sumur, air sudah ditreatmen sesuai dengan standar dan ditampung di penampungan yang terletak dibawah dan di atap rumah sakit, namun air sumur bor masih berkedalaman 25 meter di dua titik, dimana masih menggunakan air permukaan yang akan dapat mengganggu pasokan air masyarakat sekitar. Penggunaan rumah sakit per hari adalah 500 L/tempat tidur. Pengolahan limbah cair dan padat sudah sesuai dengan standar, kemudian instalasi gas medik menggunakan sistem sentralisasi yang terletak dibagian belakang rumah sakit dan terjaga keamanannya dari kebocoran, namun gas medik seperti O2 disediakan di beberapa unit. 3. Kenyamanan Di area fasilitas penunjang dan administrasi menggunakan sistem ventilasi alami dan buatan, untuk ruangan seperti fasilitas pemeliharaan, ruang jenasah,
22
gudang, parkir ambulance, dan laundry / linen menggunakan ventilasi alami tanpa dilengkapi ventilasi buatan / Air Conditioner. Untuk area unit fasilitas penunjang dan administrasi yang terletak di dalam bangunan rumah sakit lainnya menggunakan ventilasi buatan dan minim ventilasi alami. Namun untuk pengkondisian udara temperatur sudah disesuaikan dengan standar, namun tidak dapat mengetahui dari kelembaban dikarenakan tidak tersedianya alat pengukur kelembaban ruangan di unit unit penunjang kecuali ICU. 4. Kemudahan Tata ruang disusun baik untuk kemudahan dalam lalu lintas pengguna atau distribusi peralatan dan perlengkapan rumah sakit. Namun peletakan garasi ambulance yang jauh dari IGD dapat menghambat pelayanan IGD yang maksimal jika sewaktu waktu kendaraan ambulance dibutuhkan segera, dikarenakan supir membutuhkan waktu untuk berjalan kaki menuju garasi yang letaknya sekitar 200 meter dari IGD. Di setiap unit penunjang dan administrasi sudah dilengkapi dengan alat telekomunikasi interkom atau line telephone yang penggunaan ya masih menggunakan operator manual jika ingin berhubungan dengan luar rumah sakit, kemudian komputer dengan sistem informasi rumah sakit (SIRS), kemudian untuk transportasi berkas atau sampel pasien sudah menggunakan pneumatic tube yang tersedia di setiap lantai dan unit, kecuali unit yang berada diluar seperti ruang pemeliharaan dan ambulance, kemudian ruang jenasah, linen tidak tersedia pneumatic tube.
DAFTAR PUSTAKA
Menteri Kesehatan RI. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340/MenKes/Per/III/2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit. Indonesia. Menteri Kesehatan RI. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MenKes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Indonesia. DepKes RI. 2007. Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C. Pusat Sarana, Prasarana, dan Peralatan Kesehatan. Jakarta.