You are on page 1of 21

BAB I

KASUS

Nama Penderita : Sinta Oktarini
Umur : 6 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Dokter Muda Pembina : Kyagus Fajar Wali Andree, S.Ked

Anamnesis
(Alloanamnesis dengan ibu pasien pada Tanggal 14 Januari 2013 pukul
10.00 WIB)

Keluhan Utama
Bintil-bintil berisi cairan jernih yang tersebar ke seluruh tubuh.

Keluhan Tambahan
Gatal pada bintil-bintil

Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien datang dengan keluhan timbul bintil-bintil berisi air sejak dua
hari. Awalnya, ibu pasien melihat anaknya menggaruk-garuk daerah
punggung. Kemudian ibu pasien melihat daerah punggung anaknya dan
menemukan bintil-bintil berisi air pada punggung pasien. Pada keesokan
harinya,ibu pasien mengatakan bintil-bintil berisi air menyebar ke bagian
dada, lengan, kaki dan telinga anaknya. Ibu pasien mengatakan keluhan
tersebut juga disertai demam. Ibu pasien mengatakan hal ini baru dialami
pertama kali oleh anaknya, ibu pasien sudah memandikan pasien dengan
larutan PK. Menurut ibu pasien, teman sepermainan pasien mengalami
keluhan yang sama dengan pasien kurang lebih seminggu yang lalu. Ibu
pasien mengatakan belum pernah imunisasi cacar untuk anaknya tersebut.


Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluarga pasien menderita penyakit dengan keluhan yang sama
tidak ada.

Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat pernah menderita penyakit kulit yang sama disangkal.

Riwayat Sosial Ekonomi
- Penderita adalah seorang anak yang tinggal bersama kedua orang tuanya.
- Anak pertama dari 2 bersaudara
- Pendidikan terakhir
Ayah : SMP (tamat)
Ibu : SMP (tamat)
- Pekerjaan
Ayah : buruh
Ibu : ibu rumah tangga
Penghasilan : + Rp 1.000.000,00
Kesan sosial ekonomi : menengah ke bawah

Pemeriksaan Fisik (tanggal 14 Januari 2013, pukul 10.00 WIB)
Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Pernapasan : 22 x/menit
Suhu : 36,7
0
C
Berat badan : 22 kg
Tinggi Badan : 112 cm
Status Gizi : Status gizi cukup



Keadaan spesifik
Mata : konjungtiva palpebra pucat (-), sklera ikterik (-)
Telinga : kanan: liang telinga lapang, sekret (-), membran timpani
intak refleks cahaya (+), nyeri belakang telinga (-); kiri:
liang telinga lapang, sekret (-), membran timpani intak,
refleks cahaya (+), nyeri belakang telinga (-).
Tenggorok : arcus faring tenang, tonsil T1-T1
Hidung : kavum nasi lapang, KI tidak hiperemis, sekret (-).
Leher : pembesaran KGB (-), tekanan vena jugularis (5-2)
cmH
2
O
Thoraks : Bentuk thoraks normal simetris kanan dan kiri, sela iga
tidak melebar, retraksi dinding thoraks tidak ada.
Cor : HR: 84
x
/
m
, BJ I-II normal, murmur (-) ,gallop (-)
Pulmo : vesikuler (+) normal, wheezing (-), ronki (-).
Abdomen : datar, lemas, hepar dan lien tidak membesar, bising usus
(+) normal, lihat status dermatologikus
Ekstremitas : tidak ada kelainan
KGB : Tidak ada pembesaran pada KGB regio coli, aksila dan
inguinal.

Status Dermatologikus:
Regio fasialis dextra, regio trunkus posterior et anterior, regio brachialis
dextra et sinistra, regio femoralis dextra et sinistra :
Efloresensi : Tampak vesikel eritem, multipel, milier sampai lentikuler,
diskret sebagian konfluen.
Regio antebrachialis dextra et sinistra dan regio cruris dextra et sinistra :
Efloresensi : Tampak vesikel eritem, multipel, milier sampai lentikuler,
diskret sebagian konfluen sebagian terdapat erosi yang
ditutupi krusta warna putih dan kuning.



Diagnosis Banding
- Varicella
- Herpes Zoster

Diagnosis Kerja
Varicella


Terapi
Nonmedikamentosa
Menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa penyakit yang dialami
oleh pasien disebabkan oleh infeksi virus.
Menjelaskan mengenai pengobatan yang akan dilakukan pada pasien
yakni dengan memberi antiviral.
Menyarankan kepada pasien untuk mengunakan obat secara teratur dan
tidak menghentikan pengobatan tanpa seizin dokter.
Menyarankan kepada pasien untuk lebih memelihara/menjaga
kebersihan serta tetap mandi agar terhindar dari infeksi sekunder.
Menyarankan kepada pasien untuk tidak menggaruk bintil bila gatal
Menyarankan pasien untuk makan makanan yang bergizi

Medikamentosa
Sistemik:
Antipiretik: Paracetamol tab 500 mg 3 x tablet/hari/oral
Anti histamin: CTM 4 mg 3 x tablet/ hari/oral
Anti viral: Asiklovir 400 mg 4 x 1 tablet/hari/oral
Topikal:
Salicyl Talk





Komplikasi
Komplikasi yang serius umumnya jarang terjadi.

Prognosis
Quo ad Vitam : Bonam
Quo ad Functionam : Bonam
Quo ad Sanationam : Bonam























BAB II


TINJAUAN PUSTAKA


A. PENDAHULUAN
Penyakit cacar air (varicela) mungkin sudah tidak asing lagi dan
merupakan penyakit yang mendunia. Varicela merupakan penyakit menular yang
dapat menyerang siapa saja. Varicella Zoster Virus adalah virus DNA yang
termasuk dalam famili virus herpes. Seperti virus herpes lainnya, VZV memiliki
kapasitas untuk bertahan dalam tubuh setelah infeksi (pertama) primer sebagai
infeksi laten. VZV tetap dalam ganglia saraf sensorik. Infeksi
primer menyebabkan terjadinya varicella (cacar air), sementara herpes zoster
(shingles) adalahakibat dari infeksi berulang. Virus ini diyakini memiliki waktu
kelangsungan hidup singkat di lingkungan.
1

B. DEFINISI
Varicella (Cacar Air) adalah penyakit infeksi yang umum yang biasanya
terjadi pada anak-anak dan merupakan akibat dari infeksi primer Virus Varicella
Zoster. Varicella pada anak, mempunyai tanda yang khas berupa masa prodromal
yang pendek bahkan tidak ada dan dengan adanya bercak gatal disertai dengan
papul, vesikel, pustula, dan pada akhirnya, crusta, walaupun banyak juga lesi kult
yang tidak berkembang sampai vesikel.
1

Penyakit ini sangat menular dengan karakteristik lesi-lesi vesikel
kemerahan. Reaktivasi laten dari virus varicella-zoster umumnya terjadi pada
dekade ke enam dengan munculnya shingles yang berkarakteristik sebagai lesi
vesikular terbatas pada dermatom tertentu dan disertai rasa sakit yang hebat.
3


III. EPIDEMIOLOGI
Varicella terdapat di seluruh dunia, dan tidak ada perbedaan ras maupun
jenis kelamin. Penyakit ini masih banyak terdapat di Indonesia dan masih
merupakan salah satu penyakit rakyat.


Varicella terutama mengenai anak-anak yang berusia dibawah 20 tahun
terutama usia 3-6 tahun dan hanya sekitar 2% terjadi pada orang dewasa. Di
Amerika, varicella sering terjadi pada anak-anak dibawah usia 10 tahun dan 5%
kasus terjadi pada usia lebih dari 15 tahun dan di Jepang, umumnya terjadi pada
anak-anak dibawah usia 6 tahun sebanyak 81,4%.
4


IV. ETIOLOGI
Varicella disebabkan oleh varicella-zoster virus (VZV) dari keluarga herpes
virus. Virus terdiri atas DNA double-stranded tertutup inti yang mengandung
protein dan dibungkus oleh gliko protein. Virus ini dapat menyebabkan dua jenis
penyakit yaitu varicella dan herpes zoster.

V. PATOGENESIS
Varicella disebabkan oleh VZV yang termasuk dalam famili virus herpes.
Virus masuk ke dalam tubuh manusia melalui mukosa saluran napas dan
orofaring. Multiplikasi virus di tempat tersebut diikuti oleh penyebaran virus
dalam jumlah sedikit melalui darah dan limfe ( viremia primer ). Virus VZV
dimusnahkan oleh sel sistem retikuloendotelial, yang merupakan tempat utama
replikasi virus selama masa inkubasi. Selama masa inkubasi infeksi virus
dihambat sebagian oleh mekanisme pertahanan tubuh dan respon yang timbul.
5,6

Pada sebagian besar individu replikasi virus dapat mengatasi pertahanan
tubuh yang belum berkembang sehingga dua minggu setelah infeksi terjadi
viremia sekunder dalam jumlah yang lebih banyak. Lesi kulit muncul berturut-
berturut, yang menunjukkan telah memasuki siklus viremia, yang pada penderita
yang normal dihentikan setelah sekitar 3 hari oleh imunitas humoral dan imunitas
seluler VZV. Virus beredar di leukosit mononuklear, terutama pada limfosit.
Bahkan pada varicella yang tidak disertai komplikasi, hasil viremia sekunder
menunjukkan adanya subklinis infeksi pada banyak organ selain kulit.
6

Respon imun penderita menghentikan viremia dan menghambat
berlanjutnya lesi pada kulit dan organ lain. Imunitas humoral terhadap VZV
berfungsi protektif terhadap varicella. Pada orang yang terdeteksi memiliki


antibodi serum biasanya tidak selalu menjadi sakit setelah terkena paparan
eksogen. Sel mediasi imunitas untuk VZV juga berkembang selama varicella,
berlangsung selama bertahun-tahun, dan melindungi terhadap terjadinya resiko
infeksi yang berat.
6


VI. GEJALA KLINIS
Masa inkubasi antara 14 sampai 16 hari setelah paparan, dengan kisaran
10 sampai 21 hari. Masa inkubasi dapat lebih lama pada pasien dengan defisiensi
imun dan pada pasien yang telah menerima pengobatan pasca paparan dengan
produk yang mengandung antibodi terhadap varicella.
4

Gejala prodromal
Pada anak kecil jarang terdapat gejala prodromal. Sementara pada anak
yang lebih besar dan dewasa, ruam yang seringkali didahului oleh demam selama
2-3 hari, kedinginan, malaise, anoreksia, nyeri punggung, dan pada beberapa
pasien dapat disertai nyeri tenggorokan dan batuk kering.
5,6

Ruam pada varicella
Beberapa hari kemudian timbullah kemerahan pada kulit yang berukuran
kecil yang pertama kali ditemukan di sekitar dada dan perut atau punggung lalu
diikuti timbul di anggota gerak dan wajah.
1
Kemerahan pada kulit ini lalu berubah
menjadi lenting berisi cairan dengan dinding tipis. Ruam kulit ini mungkin terasa
agak nyeri atau gatal sehingga dapat tergaruk tak sengaja. Jika lenting ini
dibiarkan maka akan segera mengering membentuk keropeng (krusta) yang
nantinya akan terlepas dan meninggalkan bercak di kulit yang lebih gelap
(hiperpigmentasi). Bercak ini lama-kelamaan akan pudar sehingga beberapa
waktu kemudian tidak akan meninggalkan bekas lagi.
3

Vesikel juga terdapat di mukosa mulut, hidung, faring, laring, trakea,
saluran cerna, kandung kemih, dan vagina. Vesikel di mukosa ini cepat pecah
sehingga seringkali terlihat sebagai ulkus dangkal berdiameter 2-3 mm.
6


Gambaran khas dari varicella adalah adanya lesi yang muncul secara
simultan ( terus-menerus ), di setiap area kulit, dimana lesi tersebut terus
berkembang. Suatu prospective study menunjukkan rata-rata jumlah lesi pada
anak yang sehat berkisar antara 250-500. Pada kasus sekunder karena paparan di
rumah gejala klinisnya lebih berat daripada kasus primer karena paparan di
sekolah, hal ini mungkin disebabkan karena paparan di rumah lebih intens dan
lebih lama sehingga inokulasi virus lebih banyak.
6

Demam biasanya berlangsung selama lesi baru masih timbul, dan
tingginya demam sesuai dengan beratnya erupsi kulit. Jarang di atas 39
o
C, tetapi
pada keadaan yang berat dengan jumlah lesi banyak dapat mencapai 40,5
o
C.
Demam yang berkepanjangan atau yang kambuh kembali dapat disebabkan oleh
infeksi sekunder bakterial atau komplikasi lainnya. Gejala yang paling
mengganggu adalah gatal yang biasanya timbul selama stadium vesikuler.
6


VII. DIAGNOSIS
Varicella biasanya mudah didiagnosa berdasarkan penampilan dan
perubahan pada karakteristik dari ruam yang timbul, terutama apabila ada riwayat
terpapar varicella 2-3 minggu sebelumnya.
8
Lesi pada varicella dan herpes zoster tidak dapat dibedakan secara
histopatologi. Pada pemeriksaan menunjukkan sel raksasa berinti banyak dan sel
epitel yang mengandung badan inklusi intranuklear yang asidofilik. Pemeriksaan
dapat dilakukan dengan pewarnaan Tzanck, dimana bahan pemeriksaan dikerok
dari dasar vesikel yang muncul lebih awal, kemudian diletakkan di atas object
glass, dan difiksasi dengan ethanol atau methanol, dan diwarnai dengan
pewarnaan hematoxylin-eosin, Giemsa, Papanicolaou, atau pewarnaan Paragon.
4
Di samping itu Varicella zoster virus (VZV) polymerase chain reaction
(PCR) adalah metode pilihan untuk diagnosis varicella. VZV juga dapat diisolasi
dari kultur jaringan, meskipun kurang sensitif dan membutuhkan beberapa hari
untuk mendapatkan hasilnya. Bahan yang paling sering digunakan adalah isolasi


dari cairan vesikuler. VZV PCR adalah metode pilihan untuk diagnosis klinis
yang cepat. Real-time PCR metode tersedia secara luas dan merupakan metode
yang paling sensitif dan spesifik dari tes yang tersedia. Hasil tersedia dalam
beberapa jam. Jika real-time PCR tidak tersedia, antibodi langsung metode (DFA)
neon dapat digunakan, meskipun kurang sensitif dibanding PCR dan
membutuhkan pengambilan spesimen yang lebih teliti.
7

Berbagai tes serologi untuk antibodi terhadap varicella tersedia secara
komersial termasuk uji aglutinasi lateks (LA) dan sejumlah enzyme-linked
immunosorbent tes (ELISA). Saat ini tersedia metode ELISA, dan ternyata tidak
cukup sensitif untuk mampu mendeteksi serokonversi terhadap vaksin, tetapi
cukup kuat untuk mendeteksi orang yang memiliki kerentanan terhadap VZV.
ELISA sensitif dan spesifik, sederhana untuk melakukan, dan banyak tersedia
secara komersial. Di samping itu LA juga tersedia secara sensitif, sederhana, dan
cepat untuk dilakukan. LA agak lebih sensitif dibandingkan ELISA komersial,
meskipun dapat menghasilkan hasil yang positif palsu, dan dapat menyebabkan
kegagalan untuk mengidentifikasi orang-orang yang tidak terbukti memiliki
imunitas terhadap varicella. Dimana salah satu dari tes ini akan berguna untuk
skrining kekebalan terhadap varicella.
7

VIII. TERAPI
Antivirus
Beberapa analog nukleosida seperti acyclovir, famciclovir, valacyclovir,
dan brivudin, dan analog pyrophosphate foskarnet terbukti efektif untuk
mengobati infeksi VZV. Acyclovir adalah suatu analog guanosin yang secara
selektif difosforilasi oleh timidin kinase VZV sehingga terkonsentrasi pada sel
yang terinfeksi. Enzim-enzim selular kemudian mengubah acyclovir monofosfat
menjadi trifosfat yang mengganggu sintesis DNA virus dengan menghambat
DNA polimerase virus. VZV kira-kira sepuluh kali lipat kurang sensitif terhadap
acyclovir dibandingkan HSV.
6



Valacyclovir dan famcyclovir, merupakan prodrug dari acyclovir yang
mempunyai bioavaibilitas oral lebih baik daripada acyclovir sehingga kadar dalam
darah lebih tinggi dan frekuensi pemberian obat berkurang.
6

Topikal
Pada anak normal varicella biasanya ringan dan dapat sembuh sendiri.
Untuk mengatasi gatal dapat diberikan kompres dingin, atau lotion kalamin,
antihistamin oral. Cream dan lotion yang mengandung kortikosteroid dan salep
yang bersifat oklusif sebaiknya tidak digunakan. Kadang diperlukan antipiretik,
tetapi pemberian olongan salisilat sebaiknya dihindari karena sering dihubungkan
dengan terjadinya sindroma Reye. Mandi rendam dengan air hangat dapat
mencegah infeksi sekunder bakterial.
4

Anti virus pada anak
Pengobatan dini varicella dengan pemberian acyclovir ( dalam 24 jam
setelah timbul ruam ) pada anak imunokompeten berusia 2-12 tahun dengan dosis
4x20 mg/kgBB/hari selama 5 hari menurunkan jumlah lesi, penghentian
terbentuknya lesi yang baru, dan menurunkan timbulnya ruam, demam, dan gejala
konstitusi bila dibandingkan dengan placebo. Tetapi apabila pengobatan dimulai
lebih dari 24 jam setelah timbulnya ruam cenderung tidak efektif lagi. Hal ini
disebabkan karena varicella merupakan infeksi yang relatif ringan pada anak-anak
dan manfaat klinis dari terapi tidak terlalu bagus, sehingga tidak memerlukan
pengobatan acyclovir secara rutin. Namun pada keadaan dimana harga obat tidak
menjadi masalah, dan kalau pengobatan bisa dimulai pada waktu yang
menguntungkan menguntungkan pasien ( dalam 24 jam setelah timbul ruam ), dan
ada kebutuhan untuk mempercepat penyembuhan sehingga orang tua pasien dapat
kembali bekerja, maka obat antivirus dapat diberikan.
6

Pada remaja dan dewasa
Pengobatan dini varicella dengan pemberian acyclovir dengan dosis 5x800
mg selama 5 hari menurunkan jumlah lesi, penghentian terbentuknya lesi yang


baru, dan menurunkan timbulnya ruam, demam, dan gejala konstitusi bila
dibandingkan dengan placebo.
6

Secara acak, pemberian placebo dan acyclovir oral yang terkontrol pada
orang dewasa muda yang sehat dengan varicella menunjukkan bahwa pengobatan
dini (dalam waktu 24 jam setelah timbulnya ruam) dengan acyclovir oral ( 5x800
mg selama 7 hari ) secara signifikan mengurangi terbentuknya lesi yang baru,
mengurangi luasnya lesi yang terbentuk, dan menurunkan gejala dan demam.
Dengan demikian, pengobatan rutin dari varicella pada orang dewasa tampaknya
masuk akal. Meskipun tidak diuji, ada kemungkinan bahwa famciclovir, yang
diberikan dengan dosis 500 mg per oral setiap 8 jam, atau valacyclovir dengan
dosis 1000 mg per oral setiap 8 jam mudah dan tepat sebagai pengganti acyclovir
pada remaja normal dan dewasa, Banyak dokter tidak meresepkan acyclovir untuk
varicella selama kehamilan karena risiko bagi janin yang dalam pengobatan belum
diketahui. Sementara dokter lain merekomendasikan pemberian acyclovir secara
oral untuk infeksi pada tri semester ketiga ketika organogenesis telah sempurna,
ketika mungkin ada peningkatan terjadinya resiko pneumonia varicella, dan ketika
infeksi dapat menyebar ke bayi yang baru lahir. Pemberian acyclovir intravena
sering dipertimbangkan untuk wanita hamil dengan varicella yang disertai dengan
penyakit sistemik.
6

Komplikasi varicella pada orang normal
Percobaan terkontrol yang dilakukan pada orang dewasa imunokompeten
dengan pneumonia varicella menunjukkan bahwa pengobatan dini (dalam waktu
36 jam dari rumah sakit) dengan acyclovir intravena (10mg/kgBB setiap 8 jam)
dapat mengurangi demam dan takipnea dan meningkatkan oksigenasi. Komplikasi
serius lainnya dari varicella di orang dengant imunokompeten, seperti ensefalitis,
meningoencephalitis, myelitis, dan komplikasi okular, sebaiknya diobati dengan
acyclovir intravena.
6

Pasien dengan defisiensi imun


Percobaan terkontrol pada pasien immunocompromised dengan varicela
menunjukkan bahwa pengobatan dengan asiklovir intravena menurunkan insiden
komplikasi yang mengancam kehidupan visceral ketika pengobatan dimulai dalam
waktu 72 jam dari mulai timbulnya ruam. Acyclovir intravena menjadi standar
perawatan untuk varicella pada pasien yang disertai dengan imunodefisiensi
substansial. Meskipun pemberian terapi oral dengan famciclovir atau valacyclovir
mungkin cukup untuk pasien dengan derajat ringan gangguan kekebalan tubuh,
tetapi tidak ada uji klinis terkontrol yang menunjukkan secara pasti.
6

















BAB III
PENCEGAHAN/PEMBINAAN



A.A. Genogram Keluarga

Tn. Hidayat / 29 tahun Ny. Yulianti / 27 tahun








Sinta Oktarini Resti Anggraini
6 tahun 3 tahun

A.B. Home Visite (9 Fungsi Keluarga)
1. Fungsi Holistik
Fungsi ini merupakan fungsi keluarga yang meliputi fungsi biologis, fungsi
psikologis, dan fungsi sosial ekonomi.
Fungsi biologis : Di dalam keluarga ini tidak terdapat penyakit yang
menurun (herediter), seperti thalasemia, hemophilia, dan sebagainya. Selain
itu, di dalam keluarga ini, juga tidak terdapat penyakit kronis.
Fungsi psikologis : Keluarga ini memiliki fungsi psikologis yang baik.
Keluarga ini memiliki hubungan antara anggota keluarga yang harmonis
dan tidak terdapat kesulitan dalam memecahkan setiap masalah yang ada
pada keluarga.
Fungsi sosial ekonomi; Kondisi ekonomi keluarga ini tergolong menengah
kebawah, ayah pasien bekerja sebagai buruh harian lepas dan ibu pasien
merupakan seorang ibu rumah tangga. Keluarga ini juga berusaha agar
dapat berperan aktif dalam setiap kegiatan dan kehidupan sosial di
masyarakat.



2. Fungsi Fisiologis
Fungsi fisiologis keluarga diukur dengan APGAR score. APGAR score
adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari
sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan
anggota keluarga yang lain. APGAR score meliputi:
Adaptation : keluarga ini sudah mampu beradaptasi antar sesama anggota
keluarga, saling mendukung, saling menerima dan memberikan saran satu
dengan yang lainnya.
Partnership : Komunikasi dalam keluarga ini sudah baik, mereka saling
membagi, saling mengisi antar anggota keluarga dalam setiap masalah yang
dialami oleh keluarga tersebut.
Growth : Keluarga ini juga saling memberikan dukungan antar anggota
keluarga akan hal-hal yang baru yang dilakukan anggota keluarga tersebut.
Affection : Interaksi dan hubungan kasih sayang antar anggota keluarga ini
sudah terjalin dengan cukup baik.
Resolve: Keluarga ini memiliki rasa kebersamaan yang cukup dan kadang-
kadang menghabiskan waktu bersama dengan anggota keluarga lainnya.
Adapun skor APGAR keluarga ini adalah 7, dengan interpretasi cukup.
(data terlampir)

3. Fungsi Patologis dinilai dengan SCREEM score.
Social, interaksi keluarga ini dengan tetangga sekitar sudah cukup baik.
Culture, keluarga ini kurang memberikan apresiasi dan kepuasan yang
cukup terhadap budaya, tata karma, dan perhatian terhadap sopan santun.
Religious, keluarga ini kurang taat menjalankan ibadah sesuai dengan
ajaran agama yang dianutnya.
Economic, status ekonomi keluarga ini tergolong menengah ke bawah.
Educational, tingkat pendidikan keluarga ini kurang, dimana ayah dan ibu
pasien hanya tamatan SMP, sedangkan anaknya mengenyam pendidikan
dibangku sekolah sesuai umurnya.


Medical, keluarga ini kurang mendapat pelayanan kesehatan yang
memadai, misalnya akses ke Puskesmas cukup jauh meskipun terdapat
praktek dokter umum dan bidan swasta disekitar lingkungan rumah pasien.

4. Fungsi Hubungan Antar Manusia
Hubungan interaksi antar anggota keluarga sudah terjalin dengan cukup
baik.

5. Fungsi Keturunan (genogram)
Fungsi genogram dalam keadaaan baik (sudah dijelaskan diatas).

6. Fungsi Perilaku (Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan)
Pengetahuan tentang kesehatan keluarga ini masih kurang, sikap sadar akan
kesehatan dan beberapa tindakan yang mencerminan pola hidup sehat
belum dilakukan dengan baik, misalnya mencuci tangan terlebih dahulu
dengan sabun. Mengganti pakaian bila basah karena keringat.

7. Fungsi Non Perilaku (Lingkungan, Pelayanan Kesehatan, Keturunan)
Lingkungan cukup sehat dan para tetangga juga menjalin kerjasama
dengan baik, keluarga ini kurang aktif memeriksakan diri ke tempat
pelayanan kesehatan, jarak rumah dengan puskesmas/rumah sakit tidak
terlalu jauh.

8. Fungsi I ndoor
Gambaran lingkungan dalam rumah belum memenuhi syarat-syarat
kesehatan sepenuhnya. Lantai dan dinding dalam memang dalam keadaan
relatif bersih dan jamban ada di dalam rumah, tetapi pengelolaan sampah
dan limbah kurang baik. Ventilasi, sirkulasi udara dan pencahayaan masih
kurang. Sumber air bersih terjamin.

9. Fungsi Outdoor


Gambaran lingkungan luar rumah sudah cukup baik, jarak rumah dengan
jalan raya cukup jauh, tidak ada kebisingan disekitar rumah, dan tempat
pembuangan umum jauh dari lokasi rumah.





















DAFTAR PUSTAKA


1. Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak
Infeksi dan Penyakit Tropis. Edisi ke-1. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2002.
h.152-159.


2. Kliegman RM, Marcdante KJ, Jenson HB, Behrman RE. Nelson Essentials of
Pediatrics. Edisi ke-5. Philadelphia: Elseviers Saunders; 2006. h.470-472.
3. Myers MG, Stanberry LR, Seward JF. Varicella-Zoster Virus. Dalam: Behrman
RE, Kliegman RM, Jenson HB. Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi ke-17.
Philadelphia: Elseviers Saunders; 2004. h.1057-1062.
4. Harper J. Varicella (chicken pox). In : Textbook of Pediatric Dermatology,
volume 1, Blackwell Science, 2000 : 336 39
5. Wolff, Klaus. Johnson, Richard Allen. Fitzpatricks Color Atlas and Sypnosis of
Clinical Dermatology sixth edition, 2009, page 831-835
6. Straus, Stephen E. Oxman, Michael N. Schmader, Kenneth E. Fitzpatricks
Dermatology in general medicine seventh edition, vol 1 and 2, 2008, page 1885-
1895
7. www.cdc.gov/vaccines/pubs/pinkbook/downloads/varicella.pdf
8. Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Keempat. Bab Varisela.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : 2007
9. Pendit, Brahm, U., (2001). Dermatologi Praktis. Jakarta: Penerbit Hipokrates.
Hal: 102-6.








Lampiran 1
Kondisi Rumah

kamar
WC







Peta



Lampiran 2
APGAR Score
0 : jarang/tidak sama sekali
1 : kadang-kadang
2: sering/selalu
Ruang
Tamu

Kamar utama



























Dapur



























Dapu

























Puskesmas
Sukarami
Puskesmas
kenten
Rumah
Pasien





Inter
preta
si :
5 :
kura
ng,
6-7
(cuk
up),
dan
8-10
(baik
).
Rata-rata APGAR score : 7,67 (cukup baik)











Lampiran 3
SCREEM score
Variabel Penilaian Penilaian
Social Interaksi keluarga ini dengan tetangga sekitar sudah
cukup baik.
Culture Keluarga ini kurang memberikan apresiasi dan
kepuasan yang cukup terhadap budaya, tata karma,
Variabe Penilaian APGAR Ayah APGAR Ibu APGAR Anak
Adaptation 2 2 2
Partnership 2 2 1
Growth 1 1 1
Affection 2 2 2
Resolve 1 1 1
Total 8 8 7


dan perhatian terhadap sopan santun.
Religious Keluarga ini kurang taat menjalankan ibadah sesuai
dengan ajaran agama yang dianutnya.
Economic Status ekonomi keluarga ini tergolong menengah ke
bawah.
Educational Tingkat pendidikan keluarga ini kurang, dimana ayah
dan ibu pasien hanya tamatan SMP, sedangkan
anaknya mengenyam pendidikan dibangku sekolah
sesuai umurnya.
Medical Keluarga ini belum mendapat pelayanan kesehatan
yang memadai, misalnya akses ke Puskesmas cukup
jauh meskipun terdapat praktek dokter umum dan
bidan swasta disekitar lingkungan rumah pasien.











Lampiran 4
Bagan Struktur Organisasi Puskesmas Sukarami



KEPALA PUSKESMAS
Drg. Purnamawati
SUBBAG. Tata Usaha
Mahdaniar, SKM

Koordinator Pel. Kesehatan
Masyarakat
Dr. Hendri Hastuti
Koordinator Pel. Kesehatan
Perorangan
Dr.Magdalia nova

You might also like