You are on page 1of 11

Health Education

EKLAMPSIA


Oleh:
Bernie
Debora V.V. Mandagi
Wayan Erawan

Pembimbing:
dr. Flora





BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2014

LEMBAR PENGESAHAN



Telah dibacakan Health Education dengan judul
Eklampsia
Di RS Robert Wolter Monginsidi
Pada tanggal 30 Januari 2014




Pembimbing,



dr. Flora













BAB I
PENDAHULUAN

Hipertensi dalam kehamilan sering ditemukan dan merupakan penyulit kehamilan dengan
angka kematian maternal dan perinatal yang cukup tinggi. Di Indonesia eklampsia merupakan
salah satu dari 3 penyebab utama kematian maternal yang lainnya yaitu perdarahan dan
infeksi. Oleh sebab itu diagnosis dini dan penatalaksanaan yang cepat dan tepat merupakan
kunci utama upaya menurunkan angka kematian ibu dan anak
1
.
Preeklampsia adalah keadaan dimana hipertensi disertai dengan proteinuria, edema atau
keduanya, yang terjadi akibat kehamilan setelah minggu ke-20 atau segera setelah
persalinan
1,2
. Eklampsia ialah timbul kejang tonik klonik pada penderita preeklampsia,
disusuli dengan koma. Kejang ini bukan akibat kelainan neurologik
3
.
Insiden hipertensi dalam kehamilan dilaporkan 7-12%, frekuensi preeklampsia 3-10%,
frekuensi eklampsia 0,3-0,7%. Di RSUP Manado periode 1999 2000 insiden preeklampsia
berat sekitar 1,4% dan insiden eklampsia sekitar 0,5%
1
.
Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan menurut the National High Blood Pressure Education
Program Working Group on High Blood Pressure in Pregnancy (AJOG Vol 183 : S1, July
2000) : Gestational Hypertension, Preeklampsia, Eklampsia, Superimposed preeklampsia dan
Hipertensi kronis
3
.
Etiologi hipertensi dalam kehamilan sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak
teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya, oleh karena itu
disebut the disease of theory
4
.
Hipertensi yang ditimbulkan atau diperberat oleh kehamilan lebih mungkin terjadi pada
wanita yang (1) terpapar vili korialis untuk pertama kalinya, (2) terpapar vili korialis yang
terdapat dengan jumlah yang sangat berlimpah, seperti pada kehamilan kembar atau pada
mola hidatidosa, (3) mempunyai riwayat penyakit vaskuler atau (4) mempunyai
kecenderungan genetik untuk menderita hipertensi dalam kehamilan
5
.
Tergantung apakah gejala kejang pertama kali timbul sebelum persalinan, selama
persalinan, ataukah pada masa nifas, eklampsia bisa digolongkan menjadi antepartum,
intrapartum atau postpartum
5,6
. Bentuk serangan kejang pada eklampsia adalah kejang grand
mal
5
. Setelah kejang, koma biasanya menyusul.
5

Penanganan dasar untuk eklampsia meliputi (1) pengendalian kejang, (2) koreksi
hipoksia dan asidosis, (3) penurunan tekanan darah bila meningkat nyata, (4) langkah-
langkah menuju persalinan bayi segera setelah ibu bebas kejang dan sadar kembali
5
.
































BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
6


Istilah eklampsia berasal dari bahasa Yunani yang berarti halilintar, karena seolah-olah
gejala timbul secara tiba-tiba tanpa didahului oleh tanda-tanda lain. Eklampsia biasanya
timbul pada wanita hamil atau dalam masa nifas dengan tanda-tanda preeklampsia.

B. Frekuensi
6


Frekuensinya bervariasi antara satu negara dengan negara yang lain. Frekuensi rendah
umumnya merupakan petunjuk tentang adanya pengawasan antenatal yang baik, penyediaan
tempat tidur antenatal yang cukup dan penanganan preeklampsia yang sempurna. Di negara-
negara berkembang frekuensi dilaporkan berkisar 0,3 0,7 %, sedangkan di negara-negara
maju berkisar 0,05 0,1 %.

C. Patofisiologi
7


Dasar patofisiologi untuk preeklampsia dan eklampsia adalah vasospasme. Penyempitan
vaskuler menyebabkan hambatan aliran darah dan menerangkan proses terjadinya hipertensi
arterial. Kemungkinan vasospasme juga membahayakan pembuluh darah sendiri karena
peredaran darah dalam vasa vasorum terganggu sehingga terjadi kerusakan vaskuler.
Pelebaran segmental yang biasanya disertai penyempitan arteriol segmental mungkin
mendorong lebih jauh timbulnya kerusakan vaskuler mengingat keutuhan endotel dapat
terganggu oleh segmen penbuluh darah yang melebar dan teregang. Lebih lanjut, angiotensin
II tampaknya mempengaruhi langsung sel endotel dengan membuatnya berkontraksi. Semua
faktor ini dapat menimbulkan kebocoran sel antar endotel sehingga melalui kebocoran
tersebut, unsur-unsur pembentuk darah seperti trombosit dan fibrinogen tertimbun pada
lapisan subendotel.
Pada keadaan normal, wanita hamil memiliki resistensi terhadap efek pressor dari pemberian
angiotensin II. Sedangkan pada wanita yang menderita preeklampsia, kepekaan pembuluh
darah yang meningkat terhadap hormon pressor ini dan hormon lainnya meningkat. Hal inilah
yang mendahului awal terjadinya hipertensi karena kehamilan.

D. Gejala dan Tanda

Umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya preeklampsia dan terjadinya gejala-
gejala nyeri kepala di daerah frontal, gangguan penglihatan, mual keras, nyeri di epigastrium
atau nyeri abdomen kuadran kanan atas dan hiperefleksia.
6

Konvulsi pada eklampsia dibagi dalam 4 tingkat, yaitu :
1. Tingkat awal atau aura yang berlangsung 30 detik.
Biasanya berawal di sekitar bibir dalam bentuk kedutan pada otot-otot muka.
6
Mata
penderita terbuka tanpa melihat, kelopak mata dan tangan bergetar dan kepala diputar ke
kanan atau ke kiri.
7

2. Tingkat kejangan tonik yang berlangsung 30 detik.
Seluruh otot menjadi kaku, wajah kelihatan kaku, tangan menggenggam dan kaki
membengkok ke dalam. Pernapasan berhenti, muka mulai menjadi sianotik, lidah dapat
tergigit.
3. Tingkat kejangan klonik yang berlangsung 1 2 menit.
Spasme tonik menghilang. Semua otot berkontraksi dan berulang-ulang dalam tempo
yang cepat. Mulut membuka dan menutup dan lidah dapat tegigit lagi. Bola mata menonjol.
Dari mulut ke luar ludah yang berbus, muka menunjukkan kongesti dan sianosis. Penderita
menjadi tidak sadar. Kejangan klonik ini dapat demikian hebatnya sehingga penderita dapat
terjatuh dari tempat tidurnya. Akhirnya, kejangan terhenti dan penderita menarik napas secara
mendengkur.
4. Tingkat koma.
Lama kesadaran tidak selalu sama. Secara perlahan-lahan penderita menjadi sadar lagi, akan
tetapi dapat terjadi pula bahwa sebelum itu timbul serangan baru dan yang berulang sehingga
ia tetap dalam keadaan koma.
Selama serangan tekanan darah meninggi, nadi cepat dan suhu meningkat sampai 40
0
C.
Sepanjang serangan kejang, diafragma tidak bergerak dan pernapasan terhenti. Selama
beberapa detik tampak seolah-olah akan meninggal karena penghentian napas, tetapi pada
saat keadaan yang membawa kematian ini terlihat tidak akan terhindarkan, pasien ini mulai
menghirup napas panjang dan dalam serta berbunyi mengorok lalu pernapasan pulih kembali.
Koma kemudian menyusul. Koma setelah kejang menunjukkan lama yang bervariasi. Jika
kejang tidak sering, pasien akan terlihat sedikit sadar di antara saat-saat kejang. Pada kasus
yang berat, koma akan terus menetap dan kematian dapat terjadi sebelum pasien sadar.

E. Diagnosis
6


Diagnosis eklampsia umumnya tidak sukar. Dengan adanya tanda dan gejala preeklampsia
yaitu 2 dari trias tanda utama (hipertensi, edema, proteinuria) yang disusul oleh serangan
kejang seperti yang telah diuraikan, maka diagnosis eklampsia sudah tidak diragukan.
F. Diagnosa Banding
1. Epilepsi
Dari anamnesis diketahui adanya serangan sebelum hamil atau pada hamil muda dan tekanan
darahnya normal serta tidak adanya tanda preeklampsia.
(6,9)

2. Kejang karena obat anestesi
Apabila obat anestesi local tersuntikkan ke dalam vena bisa menimbulkan kejang.
7

3. Koma karena sebab lain seperti diabetes, perdarahan otak, meningitis, ensefalitis, dll.
7


G. Penanganan

Tujuan utama pengobatan eklampsia adalah menghentikan berulangnya serangan kejang dan
mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara yang aman setelah keadaan ibu mengizinkan.
6

Penanganan dasar untuk eklampsia adalah :
7

1. Pengendalian kejang
2. Koreksi hipoksia dan asidosis
3. Penurunan tekanan darah bila meningkat nyata
4. Langkah-langkah menuju persalinan bayi

segera setelah ibu bebas kejang dan sadar
kembali
Segera setelah persalinan diselesaikan, perubahan patologis pada eklampsia akan membaik
dan akhirnya pulih sempurna. Perawatan dan pengobatan intensif diteruskan untuk 48 jam.
Bila tekanan darah turun maka pemberian obat penenang bisa dikurangi setelah 24 jam
postpartum untuk kemudian lambat laun dihentikan. Biasanya diuresis bertambah 24 48
jam setelah kelahiran dan edema serta proteinuria berkurang.
6


H. Komplikasi
6,8


Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin. Usaha utama adalah melahirkan
bayi hidup dari ibu yang menderita preeklampsia dan eklampsia.
Komplikasi yang biasanya terjadi pada preeklampsia berat dan eklampsia antara lain :
1. Solusio plasenta
Biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih
sering terjadi pada preeklampsia.
2. Hipofibrinogenemia
3. Hemolisis
Pasien dengan preeklampsia berat kadang-kadang menunjukkan
gejala klinik hemolisis, yaitu ikterus. Belum diketahui dengan pasti
apakah ini merupakan kerusakan sel-sel hati atau destruksi eritrosit.
4. Perdarahan otak
Merupakan penyebab utama kematian maternal pasien eklampsia.
5. Kelainan mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai seminggu. Perdarahan
kadang-kadang terjadi pada retina, hal ini merupakan tanda gawat akan terjadinya apopleksia
serebri.
6. Edema paru
Merupakan tanda prognosis buruk. Penyebabnya yaitu :
a. Pneumonitis aspirasi setelah terisapnya isi lambung bila kejang disertai muntah.
b. Gagal jantung akibat kombinasi antara hipertensi berat dan pemberian cairan IV yang
terlalu banyak.
7. Nekrosis hati
Nekrosis periportal hati pada preeklampsia dan eklampsia yang merupakan
akibat vasospasme arteriol umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklampsia, tapi ternyata
juga ditemukan pada penyakit lain. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan
pemeriksaan faal hati, terutama penentuan enzim-enzimnya.
8. Sindroma HELLP (Haemolysis,Elevated liver enzymes,Low platelet)
6,9

9. Kelainan ginjal
Kelainan berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan sitoplasma sel endothelial
tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul adalah anuria
sampai gagal ginjal.
10. Komplikasi lain
Lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat kejang-kejang pneumonia aspirasi
dan DIC.
11. Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra-uterin.
H. Prognosis
Eklampsia di Indonesia masih merupakan penyakit kehamilan yang meminta korban besar
dari ibu dan janinnya. Tingginya kematian ibu dan anak di negara-negara kurang maju
disebabkan oleh kurang sempurnanya pengawasan antenatal dan natal, penderita sering
terlambat mendapatkan pengobatan yang tepat. Kematian ibu biasanya disebabkan oleh
perdarahan otak, dekompensasio kordis dengan edema paru-paru, payah ginjal dan masuknya
isi lambung ke dalam jalan pernapasan saat kejang. Sedangkan sebab kematian bayi terutama
karena hipoksia intrauterine dan prematuritas.
6

I. Pencegahan
6

Pada umumnya timbulnya eklampsia dapat dicegah atau frekuensinya dapat dikurangi.
Usaha-usaha untuk menurunkan frekuensi terdiri atas :
1. Meningkatkan jumlah balai pemeriksaan antenatal dan mengusahakan agar semua
wanita hamil memeriksakan diri sejak hamil muda
2. Mencari pada tiap pemeriksaan tanda-tanda preeklampsia dan mengobatinya segera
apabila ditemukan
3. Mengakhiri kehamilan sedapat-dapatnya pada kehamilan 37 minggu ke atas apabila
setelah dirawat tanda-tanda preeklampsia tidak juga dapat dihilangkan.










DAFTAR PUSTAKA

1. Warouw NN. Hipertensi Dalam Kehamilan. Manado: Bagian Obstetri Ginekologi FK
Unsrat; 2001.
2. FG. Cunningham, MD et. All. Penerjemah : Suyono J, dkk. Gangguan Hipertensi
Dalam Kehamilan. Dalam : Obstetri Williams. Ed 21. Jakarta; EGC;2005: 624-84.
3. Angsar D. Hypertesion in Pregnancy. Proposal for Clinical Practice Guide-Line in
Indonesia. Maternal-Fetal Study Group. Indonesian Society of Obstetric and
Gynecology 1
st
ed. English Version. 2005.
4. Mochtar R. Toksemia Gravidarum. Dalam : Sinopsis Obstetri Jilid 1. Jakarta; EGC;
1998: 198-207.
5. Sarwono PH. Editor Saifudin AB dkk. Ilmu Kebidanan.Edisi IV Jakarta:YBP-SP;2008.
hal.530-61
6. Klapholz,Henry.Hipertensi yang Diinduksi Kehamilan dalam: Friedman, Emanuel A.,
Acker,David B., Sachs,Benjamin P. Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan Obstet
ric,Edisi II.Jakarta:Binarupa Aksara;1998.hal.272-273
7. Saifudin,Abdul Bari,Buku Panduan Praktis Pelayanan Maternal dan Neonatal.Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono;2002.hal.33-42.
8. Smith dkk, An Integrative review of the side effect related to the use of magnesium sulf
ate for pre-eclampsia and eclampsia management;BMC pregnancy and childbirth 2013
9. Sibai MB, Diagnosis, prevention, and management of eclampsia; the american college o
f obstetricans and gynecologist vol 105 no 2. Februari 2005.hal402-410











DAFTAR HADIR PESERTA KEGIATAN HEALTH EDUCATION
KEPANITERAAN KLINIK MADYA OBSTETRI GINEKOLOGI
UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Hari / Tanggal : Kamis, 30 Januari 2014
Jenis Kegiatan : Health Education
Tempat : RS Robert Wolter Monginsidi
Oleh : Bernie, Debora V.V. Mandagi, Wayan Erawan
Pembimbing : dr. Flora

No Nama Tanda tangan Keterangan
1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15


Pembimbing


dr.Flora

You might also like