You are on page 1of 24

Umar bin Khattab bin Nafiel bin Abdul Uzza atau lebih dikenal dengan Umar bin Khattab

(581 -
November 644) (bahasa Arab: ) adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad
S.A.W. yang juga adalah khalifah kedua Islam (634-644). Umar juga merupakan satu di antara empat
orang Khalifah yang digolongkan sebagai Khalifah yang diberi petunjuk (Khulafaur Rasyidin)
Genealogi
Umar dilahirkan di kota Mekkah dari suku Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy, suku terbesar di
kota Mekkah saat itu. Nasabnya adalah Umar bin Khattab bin Nufail bin Abdul
Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qarth bin Razah bin 'Adiy bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib. Ayahnya
bernama Khattab bin Nufail Al Shimh Al Quraisyi dan ibunya Hantamah binti Hasyim, dari marga Bani
Makhzum. Umar memiliki julukan yang diberikan oleh Nabi Muhammad S.A.W. yaitu Al-Faruk yang
berarti orang yang bisa memisahkan antara kebenaran dan kebatilan.
Keluarga Umar tergolong dalam keluarga kelas menengah, ia bisa membaca dan menulis, yang pada
masa itu merupakan sesuatu yang langka. Umar juga dikenal karena fisiknya yang kuat dimana ia
menjadi juara gulat di Mekkah.
Biografi
Sebelum memeluk Islam, Umar adalah orang yang sangat disegani dan dihormati oleh penduduk
Mekkah, sebagaimana tradisi yang dijalankan oleh kaum jahiliyah Mekkah saat itu, Umar juga mengubur
putrinya hidup-hidup sebagai bagian dari pelaksanaan adat Mekkah yang masih barbar. Setelah
memeluk Islam di bawah Nabi Muhammad S.A.W., Umar dikabarkan menyesali perbuatannya dan
menyadari kebodohannya saat itu.
Umar juga dikenal sebagai seorang peminum berat, beberapa catatan mengatakan bahwa pada masa
pra-Islam (Jahiliyyah), Umar suka meminum anggur. Setelah menjadi seorang Muslim, ia tidak
menyentuh alkohol sama sekali, meskipun belum diturunkan larangan meminum khamar (yang
memabukkan) secara tegas.
Memeluk Islam
Ketika Nabi Muhammad S.A.W. menyebarkan Islam secara terbuka di Mekkah, Umar bereaksi sangat
antipati terhadapnya, beberapa catatan mengatakan bahwa kaum Muslim saat itu mengakui bahwa
Umar adalah lawan yang paling mereka perhitungkan, hal ini dikarenakan Umar yang memang sudah
mempunyai reputasi yang sangat baik sebagai ahli strategi perang dan seorang prajurit yang sangat
tangguh pada setiap peperangan yang ia lalui. Umar juga dicatat sebagai orang yang paling banyak dan
paling sering menggunakan kekuatannya untuk menyiksa pengikut Nabi Muhammad S.A.W.
Pada puncak kebenciannya terhadap ajaran Nabi Muhammad S.A.W., Umar memutuskan untuk
mencoba membunuh Nabi Muhammad S.A.W., namun saat dalam perjalanannya ia bertemu dengan
salah seorang pengikut Nabi Muhammad S.A.W. bernama Nu'aim bin Abdullah yang kemudian
memberinya kabar bahwa saudara perempuan Umar telah memeluk Islam, ajaran yang dibawa oleh
Nabi Muhammad S.A.W. yang ingin dibunuhnya saat itu. Karena berita itu, Umar terkejut dan pulang ke
rumahnya dengan dengan maksud untuk menghukum adiknya, diriwayatkan bahwa Umar menjumpai
saudarinya itu sedang membaca Al Qur'an surat Thoha ayat 1-8, ia semakin marah akan hal tersebut dan
memukul saudarinya. Ketika melihat saudarinya berdarah oleh pukulannya ia menjadi iba, dan
kemudian meminta agar bacaan tersebut dapat ia lihat, diriwayatkan Umar menjadi terguncang oleh
apa yang ia baca tersebut, beberapa waktu setelah kejadian itu Umar menyatakan memeluk Islam, tentu
saja hal yang selama ini selalu membelanyani membuat hampir seisi Mekkah terkejut karena seseorang
yang terkenal paling keras menentang dan paling kejam dalam menyiksa para pengikut Nabi
Muhammad S.A.W. kemudian memeluk ajaran yang sangat dibencinya tersebut, akibatnya Umar
dikucilkan dari pergaulan Mekkah dan ia menjadi kurang atau tidak dihormati lagi oleh para petinggi
Quraisy yang selama ini diketahui selalu membelanya.
Kehidupan di Madinah
Pada tahun 622 M, Umar ikut bersama Nabi Muhammad S.A.W. dan pemeluk Islam
lain berhijrah (migrasi) ke Yatsrib (sekarang Madinah) . Ia juga terlibat pada perang Badar, Uhud,
Khaybar serta penyerangan ke Syria. Pada tahun 625, putrinya (Hafsah) menikah dengan Nabi Nabi
Muhammad S.A.W. Ia dianggap sebagai seorang yang paling disegani oleh kaum Muslim pada masa itu
karena selain reputasinya yang memang terkenal sejak masa pra-Islam, juga karena ia dikenal sebagai
orang terdepan yang selalu membela Nabi Muhammad S.A.W. dan ajaran Islam pada setiap kesempatan
yang ada bahkan ia tanpa ragu menentang kawan-kawan lamanya yang dulu bersama mereka ia ikut
menyiksa para pengikutnya Nabi Muhammad S.A.W.
Wafatnya Nabi Muhammad
Pada saat kabar wafatnya Nabi Muhammad S.A.W. pada 8 Juni 632 M (12 Rabiul Awal, 10 Hijriah) di
Madinah sampai kepada umat Muslim secara keseluruhan, Umar dikabarkan sebagai salah seorang yang
paling terguncang atas peristiwa itu, ia menghambat siapapun memandikan atau menyiapkan jasadnya
untuk pemakaman. Akibat syok yang ia terima, Umar berkeras bahwa Nabi Muhammad S.A.W. tidaklah
wafat melainkan hanya sedang tidak sadarkan diri, dan akan kembali sewaktu-waktu.
Abu Bakar yang mendengar kabar bergegas kembali dari Madinah, ia menjumpai Umar sedang menahan
Muslim yang lain dan lantas mengatakan "Saudara-saudara! Barangsiapa mau menyembah Nabi
Muhammad S.A.W., Nabi Muhammad S.A.W. sudah meninggal dunia. Tetapi barangsiapa mau
menyembah Allah, Allah hidup selalu tak pernah mati."
Abu Bakar mengingatkan kepada para pemeluk Islam yang sedang terguncang, termasuk Umar saat itu,
bahwa Nabi Muhammad S.A.W., seperti halnya mereka, adalah seorang manusia biasa, Abu Bakar
kemudian membacakan ayat dari Al Qur'an

dan mencoba untuk mengingatkan mereka kembali kepada
ajaran yang diajarkan Nabi Muhammad S.A.W. yaitu kefanaan makhluk yang diciptakan. Setelah
peristiwa itu Umar menyerah dan membiarkan persiapan penguburan dilaksanakan.
Masa kekhalifahan Abu Bakar
Pada masa Abu Bakar menjabat sebagai khalifah, Umar merupakan salah satu penasehat kepalanya.
Setelah meninggalnya Abu Bakar pada tahun 634, Umar ditunjuk untuk menggantikan Abu Bakar sebagai
khalifah kedua dalam sejarah Islam.
Menjadi khalifah
Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat. Islam mengambil alih
Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa
kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari
kekaisaran Romawi (Byzantium). Saat itu ada dua negara adi daya yaitu Persia dan Romawi. Namun
keduanya telah ditaklukkan oleh kekhalifahan Islam dibawah pimpinan Umar.
Sejarah mencatat banyak pertempuran besar yang menjadi awal penaklukan ini. Pada pertempuran
Yarmuk, yang terjadi di dekat Damaskus pada tahun 636, 20 ribu pasukan Islam mengalahkan
pasukan Romawi yang mencapai 70 ribu dan mengakhiri kekuasaan Romawi di Asia Kecil bagian selatan.
Pasukan Islam lainnya dalam jumlah kecil mendapatkan kemenangan atas pasukanPersia dalam jumlah
yang lebih besar pada pertempuran Qadisiyyah (th 636), di dekat sungai Eufrat. Pada pertempuran itu,
jenderal pasukan Islam yakni Sa`ad bin Abi Waqqas mengalahkan pasukan Sassanid dan berhasil
membunuh jenderal Persia yang terkenal, Rustam Farrukhzad.
Pada tahun 637, setelah pengepungan yang lama terhadap Yerusalem, pasukan Islam akhirnya
mengambil alih kota tersebut. Umar diberikan kunci untuk memasuki kota oleh pendeta Sophronius dan
diundang untuk salat di dalam gereja (Church of the Holy Sepulchre). Umar memilih untuk salat
ditempat lain agar tidak membahayakan gereja tersebut. 55 tahun kemudian, Masjid Umar didirikan
ditempat ia salat.
Umar melakukan banyak reformasi secara administratif dan mengontrol dari dekat kebijakan publik,
termasuk membangun sistem administrasi untuk daerah yang baru ditaklukkan. Ia juga memerintahkan
diselenggarakannya sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638, ia memerintahkan untuk
memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawidi Medinah. Ia juga memulai
proses kodifikasi hukum Islam.
Umar dikenal dari gaya hidupnya yang sederhana, alih-alih mengadopsi gaya hidup dan penampilan para
penguasa di zaman itu, ia tetap hidup sangat sederhana.
Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun ke-empat kekhalifahannya, Umar mengeluarkan keputusan
bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung saat peristiwa hijrah.
Kepemimpinan Umar bin Khattab

Keislaman beliau telah memberikan andil besar bagi perkembangan dan kejayaan Islam. Beliau adalah
pemimpin yang adil, bijaksana, tegas, disegani, dan selalu memperhatikan urusan kaum muslimin.
Pemimpin yang menegakkan ketauhidan dan keimanan, merobohkan kesyirikan dan kekufuran,
menghidupkan sunnah dan mematikan bid'ah. Beliau adalah orang yang paling baik dan paling berilmu
tentang al-Kitab dan as-Sunnah setelah Abu Bakar As Siddiq.

Kepemimpinan Umar bin Khattab tak seorangpun yang dapat meragukannya. Seorang tokoh besar
setelah Rasulullah SAW dan Abu Bakar As Siddiq. Pada masa kepemimpinannya kekuasaan islam
bertambah luas. Beliau berhasil menaklukkan Persia, Mesir, Syam, Irak, Burqah, Tripoli bagian barat,
Azerbaijan, Jurjan, Basrah, Kufah dan Kairo.

Dalam masa kepemimpinan sepuluh tahun Umar bin Khattab itulah, penaklukan-penaklukan penting
dilakukan Islam. Tak lama sesudah Umar bin Khattab memegang tampuk kekuasaan sebagai khalifah,
pasukan Islam menduduki Suriah dan Palestina, yang kala itu menjadi bagian Kekaisaran Byzantium.
Dalam pertempuran Yarmuk (636), pasukan Islam berhasil memukul habis kekuatan Byzantium.
Damaskus jatuh pada tahun itu juga, dan Darussalam menyerah dua tahun kemudian. Menjelang tahun
641, pasukan Islam telah menguasai seluruh Palestina dan Suriah, dan terus menerjang maju ke daerah
yang kini bernama Turki. Tahun 639, pasukan Islam menyerbu Mesir yang juga saat itu di bawah
kekuasaan Byzantium. Dalam tempo tiga tahun, penaklukan Mesir diselesaikan dengan sempurna.

Penyerangan Islam terhadap Irak yang saat itu berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Persia telah mulai
bahkan sebelum Umar bin Khattab naik jadi khalifah. Kunci kemenangan Islam terletak pada
pertempuran Qadisiya tahun 637, terjadi di masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Menjelang tahun 641,
seseluruh Irak sudah berada di bawah pengawasan Islam. Dan bukan hanya itu, pasukan Islam bahkan
menyerbu langsung Persia dan dalam pertempuran Nehavend (642), mereka secara menentukan
mengalahkan sisa terakhir kekuatan Persia. Menjelang wafatnya Umar bin Khattab di tahun 644,
sebagian besar daerah barat Iran sudah terkuasai sepenuhnya. Gerakan ini tidak berhenti tatkala Umar
bin Khattab wafat. Di bagian timur mereka dengan cepat menaklukkan Persia dan bagian barat mereka
mendesak terus dengan pasukan menyeberang Afrika Utara.

Selain pemberani, Umar bin Khattab juga seorang yang cerdas. Dengan kecerdasannya beliau
menelurkan konsep-konsep baru, seperti menghimpun Al Quran dalam bentuk mushaf, menetapkan
tahun hijriyah sebagai kalender umat Islam, membentuk kas negara (Baitul Maal), menyatukan orang-
orang yang melakukan sholat sunah tarawih dengan satu imam, menciptakan lembaga peradilan,
membentuk lembaga perkantoran, membangun balai pengobatan, membangun tempat penginapan,
memanfaatkan kapal laut untuk perdagangan, menetapkan hukuman cambuk bagi peminum "khamr"
(minuman keras) sebanyak 80 kali cambuk, mencetak mata uang dirham, audit bagi para pejabat serta
pegawai dan juga konsep yang lainnya.

Namun dengan begitu beliau tidaklah menjadi congkak dan tinggi hati. Justru beliau seorang pemimpin
yang zuhud lagi wara. Beliau berusaha untuk mengetahui dan memenuhi kebutuhan rakyatnya.
Beliaulah yang lebih dahulu lapar dan yang paling terakhir kenyang, Beliau berjanji tidak akan makan
minyak samin dan daging hingga seluruh kaum muslimin kenyang memakannya.

Tidak diragukan lagi, khalifah Umar bin Khattab adalah seorang pemimpin yang arif, bijaksana dan adil
dalam mengendalikan roda pemerintahan. Bahkan ia rela keluarganya hidup dalam serba kekurangan
demi menjaga kepercayaan masyarakat kepadanya tentang pengelolaan kekayaan negara. Bahkan Umar
bin Khattab sering terlambat salat Jum'at hanya menunggu bajunya kering, karena dia hanya
mempunyai dua baju.

Kebijaksanaan dan keadilan Umar bin Khattab ini dilandasi oleh kekuatirannya terhadap rasa tanggung
jawabnya kepada Allah SWT. Sehingga jauh-jauh hari Umar bin Khattab sudah mempersiapkan
penggantinya jika kelak dia wafat. Sebelum wafat, Umar berwasiat agar urusan khilafah dan pimpinan
pemerintahan, dimusyawarahkan oleh enam orang yang telah mendapat ridha Nabi SAW. Mereka
adalah Utsman bin Affan, Ali bin Abu Thalib, Thalhah bin Ubaidilah, Zubair binl Awwam, Sa'ad bin Abi
Waqqash, dan Abdurrahman bin Auf. Umar menolak menetapkan salah seorang dari mereka, dengan
berkata, aku tidak mau bertanggung jawab selagi hidup sesudah mati. Kalau AIlah menghendaki
kebaikan bagi kalian, maka Allah akan melahirkannya atas kebaikan mereka (keenam orang itu)
sebagaimana telah ditimbulkan kebaikan bagi kamu oleh Nabimu.

Kekhalifahan Umar bin Khattab

Abu Bakar minta Usman bin Affan untuk menuliskan wasiat bahwa penggantinya kelak adalah Umar.
Tampaknya Abu Bakar khawatir jika umat Islam akan berselisih pendapat bila ia tak menuliskan wasiat
itu. Pada tahun 13 Hijriah atau 634 Masehi, Abu Bakar wafat dan Umar menjadi khalifah.
Selama di Madinah, Umarlah bersama Hamzah-yang paling ditakuti orang-orang Quraisy.Keduanya
selalu siap berkelahi jika Rasul dihina. Saat hijrah, ia juga satu-satunya sahabat Rasul yang pergi secara
terang-terangan.

Kini ia harus tampil menjadi pemimpin semua. Saat itu, pasukan Islam tengah bertempur sengit di
Yarmuk -wilayah perbatasan dengan Syria. Umar tidak memberitakan kepada pasukannya bahwa Abu
Bakar telah wafat dan ia yang sekarang menjadi khalifah. Ia tidak ingin mengganggu konsentrasi pasukan
yang tengah melawan kerajaan Romawi itu.

Di Yarmuk, keputusan Abu Bakar untuk mengambil markas di tempat itu dan kecerdikan serta
keberanian Khalid bin Walid membawa hasil. Muslim bermarkas di bukit-bukit yang menjadi benteng
alam, sedangkan Romawi terpaksa menempati lembah di hadapannya. Puluhan ribu pasukanRomawi -
baik yang pasukan Arab Syria maupun yang didatangkan dari Yunani-tewas. Lalu terjadilah pertistiwa
mengesankan itu.

Panglima Romawi, Gregorius Theodore -orang-orang Arab menyebutnya "Jirri Tudur" ingin
menghindari jatuhnya banyak korban. Ia menantang Khalid untuk berduel. Dalam pertempuran dua
orang itu, tombak Gregorius patah terkena sabetan pedang Khalid. Ia ganti mengambil pedang besar.
Ketika berancang-ancang perang lagi, Gregorius bertanya pada Khalid tentang motivasinya berperang
serta tentang Islam.

Mendengar jawaban Khalid, di hadapan ratusan ribu pasukan Romawi dan Muslim, Gregorius
menyatakan diri masuk Islam. Ia lalu belajar Islam sekilas, sempat menunaikan salat dua rakaat, lalu
bertempur di samping Khalid. Gregorius syahid di tangan bekas pasukannya sendiri. Namun pasukan
Islam mencatat kemenangan besar di Yarmuk, meskipun sejumlah sahabat meninggal di sana. Di
antaranya adalah Juwariah, putri Abu Sofyan.


Umar kemudian memecat Khalid, dan mengangkat Abu Ubaidah sebagai Panglima Besar pengganti.
Umar khawatir, umat Islam akan sangat mendewakan Khalid. Hal demikian bertentangan prinsip Islam.
Khalid ikhlas menerima keputusan itu. "saya berjihad bukan karena Umar," katanya. Ia terus membantu
Abu Ubaidah di medan tempur. Kota Damaskus berhasil dikuasai. Dengan menggunakan "tangga
manusia", pasukan Khalid berhasil menembus benteng Aleppo. Kaisar Heraklius dengan sedih terpaksa
mundur ke Konstantinopel, meninggalkan seluruh wilayah Syria yang telah lima abad dikuasai Romawi.

Penguasa Yerusalem juga menyerah. Namun mereka hanya akan menyerahkan kota itu pada pemimpin
tertinggi Islam. Maka Umar pun berangkat ke Yerusalem. Ia menolak dikawal pasukan. Jadilah
pemandangan ganjil itu. Pemuka Yerusalem menyambut dengan upacara kebesaran. Pasukan Islam juga
tampil mentereng. Setelah menaklukkan Syria, mereka kini hidup makmur.Lalu Umar dengan bajunya
yang sangat sederhana datang menunggang unta merah. Ia hanya disertai seorang pembantu. Mereka
membawa sendiri kantung makanan serta air.

Kesederhanaan Umar itu mengundang simpati orang-orang non Muslim. Apalagi kaum GerejaSyria dan
Gereja Kopti-Mesir memang mengharap kedatangan Islam. Semasa kekuasaan Romawi mereka
tertindas, karena yang diakui kerajaan hanya Gereja Yunani. Maka, Islam segera menyebar dengan cepat
ke arah Memphis (Kairo), Iskandaria hingga Tripoli, di bawah komandoAmr bin Ash dan Zubair, menantu
Abu Bakar.

Ke wilayah Timur, pasukan Saad bin Abu Waqas juga merebut Ctesiphon pusat kerajaan Persia,pada
637 Masehi. Tiga putri raja dibawa ke Madinah, dan dinikahkan dengan Muhammad anak Abu Bakar,
Abdullah anak Umar, serta Hussein anak Ali. Hussein dan istrinya itu melahirkan Zainal Ali Abidin -Imam
besar Syiah.

Dengan demikian, Zainal mewarisi darah Nabi Muhammad, Ismail dan Ibrahim dari ayah, serta darah
raja-raja Persia dari ibu. Itu yang menjelaskan mengapa warga Iran menganut aliran Syiah. Dari Persia,
Islam kemudian menyebar ke wilayah Asia Tengah, mulai Turkmenistan.

Umar bukan saja seorang yang sederhana, tapi juga seorang yang berani berijtihad. Yakni melakukan
hal-hal yang tak dilakukan Rasul. Untuk pemerintah, ia membentuk departemen-departemen.Ia tidak
lagi membagikan harta pampasan perang buat pasukannya, melainkan menetapkan gaji buat mereka.
Umar memulai penanggalan Hijriah, dan melanjutkan pengumpulan catatan ayat Quran yang dirintis
Abu Bakar. Ia juga memerintahkan salat tarawih berjamaah.

Wafatnya
Umar bin Khattab dibunuh oleh Abu Lukluk (Fairuz), seorang budak yang fanatik pada saat ia akan
memimpin salat Subuh. Fairuz adalah orang Persia yang masuk Islam setelah Persia ditaklukkan Umar.
Pembunuhan ini konon dilatarbelakangi dendam pribadi Abu Lukluk (Fairuz) terhadap Umar. Fairuz
merasa sakit hati atas kekalahan Persia, yang saat itu merupakan negara adidaya, oleh Umar. Peristiwa
ini terjadi pada hari Rabu, 25 Dzulhijjah 23 H/644 M. Setelah wafat, jabatan khalifah dipegang
oleh Usman bin Affan. Beliau wafat pada umur 63 tahun.
Semasa Umar masih hidup Umar meninggalkan wasiat yaitu

:
1. Bila engkau menemukan cela pada seseorang dan engkau hendak mencacinya, maka cacilah
dirimu. Karena celamu lebih banyak darinya.
2. Bila engkau hendak memusuhi seseorang, maka musuhilah perutmu dahulu. Karena tidak ada
musuh yang lebih berbahaya terhadapmu selain perut.
3. Bila engkau hendak memuji seseorang, pujilah Allah. Karena tiada seorang manusia pun lebih
banyak dalam memberi kepadamu dan lebih santun lembut kepadamu selain Allah.
4. Jika engkau ingin meninggalkan sesuatu, maka tinggalkanlah kesenangan dunia. Sebab apabila
engkau meninggalkannya, berarti engkau terpuji.
5. Bila engkau bersiap-siap untuk sesuatu, maka bersiaplah untuk mati. Karena jika engkau tidak
bersiap untuk mati, engkau akan menderita, rugi ,dan penuh penyesalan.
6. Bila engkau ingin menuntut sesuatu, maka tuntutlah akhirat. Karena engkau tidak akan
memperolehnya kecuali dengan mencarinya.

2. Proses terpilihnya Umar bin Khattab menjadi Khalifah.
Pada saat sakit, Abu Bakr sadar bahwa potensi hidupnya tidak lama lagi, dab dia harus segera memilih
pemimpin penggantinya, karena dia tidak ingin peristiwa Tsaqifah Banu Saidah terjadi lagi.
Kemudian Abu Bakr yang sudah mengantongi calonnya yakni Umar bin Khattab, mengajak diskusi
beberapa sahabat penting saat itu.
Abdurrahman ibn Awf : Dialah yang mempunyai pandangan terbaik, tetapi dia terlalu keras.
Utsman ibn Affan : Isi hatinya lebih baik daripada lahirnya. Tak ada orang yang seperti dia di
kalangan kita..
Thalhah ibn Ubaidillah : Sudah Anda lihat bagaimana ia menghadapi orang padahal Anda ada
di sampingnya. Bagaimana pula kalau sudah Anda tinggalkan?

Juga dengan Said ibn Zaid ibn Amr, Usaid ibn Hudzair, dan beberapa pemuka Muhajirun dan Anshar.
Keluhan Abu Bakar: Saya menyerahkan persoalan ini kepada orang yang terbaik dalam hatiku.
Tetapi, kalian merasa kesal, karenanya menginginkan yang lain Ya Allah, yang kuinginkan untuk mereka
hanyalah yang terbaik untuk mereka. Aku khawatir mereka dilanda kekacauan.
Sejumlah orang mendukung pilihannya.
Tampaknya, para Sahabat pun belum dapat sama sekali menanggalkan persepsi mereka masing-masing
terhadap Umar bin Khattab, yang pada intinya mereka agak keberatan dengan sikap umar yang terlalu
keras.
Akhir cerita: Abu Bakar berwasiat agar Umar bin Khattab menjadi penggantinya.
Reaksi muncul, tetapi agaknya Anshar ada di belakang Umar, Quraisy lain mungkin tak berani
mengajukan klaim-klaim hak mereka.

3. Pidato politik Umar bin Khattab dan pembaiatan umat islam kepadanya.
Umar menangkap adanya keberatan dari sahabat Nabi terhadap sikapnya yang keras, oleh karena itu,
dalam pidato politiknya Umar berusaha meyakinkan kepada umat islam akan kepemimpinannya, dan
ternyata dengan komunikasi yang baik, Umar berhasil meyakinkan umat islam saat itu yang kemudian
mendukungnya.


4. Gambaran umum ekspansi islam di era Umar bin Khattab:
634 M:
Kekuatan Bizantium dikalahkan di Syiria Selatan.
635 M:
Damaskus direbut, dan disusul oleh beberapa kota Syiria yang lainnya.
636 M:
Perang Yarmuk, dekat sungai Yordan, menghancurkan sebuah pasukan militer Bizantium yang kuat
yang dipimpin oleh saudara Kaisar, yang terbunuh; setelah itu Syiria terbuka; Damaskus direbut kembali.
637 M:
Perang Qdisiyyah, dekat Hirah, menghancurkan tentara Ssni yang kuat yang dikomando oleh
jenderal utama Rustam yang terbunuh; Irak sebelah barat Tigris terbuka; ibukota Ssni, Ctesiphon
(Madain), Yerusalem direbut; Bashrah dan Kufah didirikan sebagai kota-kota garnisun.
640 M:
Caesarea (pelabuhan dekat Palestina) akhirnya direbut, tidak ada kekuatan Bizantium apapun yang
tersisa di Syria, Mesir diserbu (berakhir tahun 639) Khzistn direbut.
641 M:
Mosul direbut; tidak ada kekuasaan Ssni apapun yang tersisa di sebelah barat pegunungan Zagrosi;
perang Nihavand di Zagros membuka (menaklukkan) daerah tersebut dengan menghancurkan tentara
Ssni yang tersisa; Babilon di Mesir (Fusthth/Kairo lama) direbut.
642 M:
Iskandariah direbut; Barqah (Tripolitania) disergap (642-643); penyergapan-penyergapan ke arah
pantai Makran, Iran tenggara.

5. Kebijakan-kebijakan politik dan pengaturan pemerintahan Umar bin Khattab.
Mengatur seluruh strategi perluasan islam bahkan pada beberapa hal sampai dengan strategi teknis.
Menegakkan keadilan tanpa pandang bulu, menindak orang-orang yang dholim dengann tegas
(dicopot jabatannya, dll).
Membentuk Hakim (Qadhi) di kota besar (Madinah, Syam, Mesir, dan Persia).
Membentuk lembaga keuangan dan melakukan sensus penduduk.
Mengendalikan seluruh sistem pemerintahan dengan ketat (supervise/ pengendalian ketat).
Menekankan keimanan, tanggung jawab sosial diatas pribadi hidup sederhana, keteladanan kepada
seluruh wakil-wakilnya didaerah.
Umar melarang memberi zakat pada muallaf.
Dimulai penanggalan Hijriyah berdasarkan Hijrahnya Umat Islam, sebagai upaya penguatan identitas
muslim.
Talak tiga sekali ucapan
Pembagian harta ghonimah yang tersentral & membentuk departemen keuangan.
Melakukan sensus penduduk.
Penghapusan nikah mutah
Melarang mengumpulkan hadits, kemudian membiarkannya.

6. Selain kebijakan-kebijakan yang progressif, umar juga mengendalikan islam saat itu dengan pola
kepemimpinan sosial yang baik, yakni:
Pola hidup Umar yang sederhana, dan sangat mengutamakan kesejahteraan umatnya khususnya orang
fakir miskin daripada keluarganya sendiri.
Kasus saudara Umar yang minta bagian maal lebih banyak, yang ditolak, karena lebih mendahulukan
muslim yang mempunyai jasa terhada islam terlebih dahulu, berdasarkan masuknya, dan kualitas
jasanya.
Kasus anaknya Amr bin Ash yang menganiaya orang miskin yang kemudian dihukum dengan keras.
Kasus seorang Yahudi yang mengadu ke Umar karena rumahnya digusur oleh Amr di Mesir, yang
kemudian Amr diperingatkan oleh Umar dengan tulang yang digaris dengan pedangnya.
Kasus pembantu yang mencuri malah dibela, malah juragannya yang dihukum sebab tidak
melaksanakan haknya.
Kasus anaknya Umar bin Khattab yang minum Khamr kemudia dihukum 2 kali lipat oleh umar langsung
kemudian sakit & meninggal.
Saat perjalanan menuju ke Palestina gantian dengan pembantunya serta sikap Umar melihat sambutan
mewahnya Muawiyah
Kasus saat paceklik Umar hidup prihatin sama seperti rakyatnya, dan senantiasa mengontrol keadaan
umatnya, bahkan pada suatu malam ada seorang ibu yang memasak batu untuk menenangkan anaknya
karena tidak punya makanan, ketika Umar tahu hal itu, maka dia langsung turun tangan
menyelesaikannya saat itu juga. Karena takut akan pertanggung jawaban nantinya diakherat.
Sangat takut akan pertanggung jawaban sebagai pemimpin di akherat, sehingga dia benar-benar
totalitas untuk membantu umatnya.

1. KEBIJAKAN MONETER UMAR BIN KHATTAB
Sebenarnya upaya kearah yang modern telah dimulai oleh Umar, malah cikal bakalnya sudah terlihat
sejak zaman Rasulullah. Untuk operasi pasar, Umar telah melaksanakan sendiri tatkala memerintahkan
pegawai Baitul Mall untukzakat, jizya, Kharaj, usyur dan lain-lain. Konsekwensinya pemerintah akan
menyerp dinar dan dirham ke dalam kas Negara (devisa) dan dapat digunakan untuk pembiayaan fiscal.
Kebijakan moneter Umar diantaranya seperti gagasan spektakulernya tentang pembuatan uang dari
kulit unta agar lebih efisien
4
. Stabilitas nilai tukar emas dan perak terhadap mata uang dianar dan
dirham. Penetapan nilai dirham, Instrument noneter, control harga barang dipasar dan lain sebagainya.
Mengenai pencetakan uang dalam islam terjadi perbedaan pendapat. Namun riwayat yang tebanyak
dan masyhur menjelaskan bahwa Malik bin Marwan-lah yang pertama mencetak dirham dan dinar
dalam Islam.
Sedangkan dalam riwayat lain menyebutkan Umar yang pertam kali mencetak diraham pada
masanya. Tentang hal ini Al-maqrizi mengatakan, ketika Umar bin Khattab menjabat sebagai khalifah dia
menetapkan uang dalam kondisinya semula dan tidak terjadi perubahan satupun pada masanya hingga
tahun18 H. Dalam tahun ke-6 kekhalifahannya ia mencetak dirham ala ukiran Kisra dan dengan bentuk
yang serupa. Hanya saja ia menambahkan kata alhamdulillah dan dalam bagian yang lain dengan
kata rasulullah dan pada bagian yang lain lagi dengan kata lailahillallah, sedangkan gambarnya adalah
gambar Kisra bukan gambarnya Umar
5
.
Namun dalam riwayat Al-Baihaqi diriwayatkan, ketika Umar melihat perbedaan antara
dirham bighali dengan nilai delapan daniq, dan ada dirham thabary senilai empat daniq,
diraham yamani dengan nilai satu daniq. Ketika ia melihat kerancuan itu, kemudian ia menggabungkan
dirham islam yang nilainya enam dhraiq. Dan masih banyak riwayat yang lain menerangkan bahwa Umar
telah mencetak mata uang islam
6
. Hal ini juga dapat dianalogikan bahwa Umar telah mencetak mata
uang islam ketika ia melontarkan berkeinginan untuk mencetak uang dari kulit unta agar lebih efisien,
karena khawatir unta akan habis dikuliti maka niat itu diurungkan. Ide ini juga menjadi dasar-dasar
menegement moneter.
Umar juga mengambil tanah-tanah yang tidak digarap untuk dibagikan kepada yang lain untuk
digarap agar tanah itu membawa hasil.
Selain Baitul Mall Umar juga menggunakan Hisbah sebagai pengontrol pasar. Umar sendir sangat
sering turun ke pasar untuk mengecek harga-harga barang agar tidak ada kecurangan. Suatu ketika
Umar pernah memarahi Habib bin Baltaah yang menjual kismis terlalu murah, maka Umar
memerintahkan untuk menaikkan harga agar orang lain pun dapat melakukan jual beli
7
. Umar tidak
pernah menahan kekayaan Negara, semuanya didistribusikan kepada rakyat sehingga peredaran uang
terjadi dalam masyarakat. Umar mengawasi harga barang di pasar sehingga tidak terjadi monopoli,
oligapoli dan sebagainya. Kebijakan ini merupakan upaya pelepasan uang kedalam masyarakat untuk
ketersediaan modal kerja.
Semangat pengotrolan cadangan dalam kas Baitul Mall suadh mulai dieperhatikan pada masa ini.
Baitul Mall mungkin lebih cocok disebut Bank Sentral atau Bank BI dalam kontek Indonesia. Baitul Mall
bertugas untuk mengumpulkan, menyimpan dan menyalurkan devisa Negara. Kekeyaan itu berasal dari
berbagai sumber diantaranya zakat, jizyah, kharaj, usyur, khumus, fai, rikaz, pinjaman dan sebagainya.
Himbauan sebagai salah satu instrument moneter. Instrument ini lazim digunakan Umar dalam
mengatrol kesetabilan ekonomi Negara. Umar mengawasi segala bentuk pembayaran keluar-masuk kas
Negara. Umar sering menegur para gubernur agar kutipan kharaj, jizyah, usyur dilakukan dengan benar.
Umar tidak membenarkan penyiksaan atau penjara kepada orang yang memang benar tidak sanggup
membayar jizyah. Hukuman boleh dilaksanakan apabila terjadi pengingkaran atau sengaja
memperrlambat pembayaran. Terhadap ini Umar sangat keras.
Stiap pendapatan berupa ganimah, rikaz, fai, usyur sebagian dikirim ke pusat (Madinah).
Pengawasan moneter ala Umar ini sangat ketet sehingga tidak ada penimbunan uang dan barang. Selain
itu Valuta asing dari Persia (dirham) dan Romawi (dinar) dikenal oleh seluruh lapisan masyarakat Arab
telah menjadi alat pembayaran resmi. Sistem devisa bebas diterapkan tidak ada halangan sedikitpun
mengimpor dinar atau dirham.
Lebih jauh Umar juga sudah mulai memperkenalkan transaksi tidak tunai dengan
mengguanakan cek danpromissory notes. Umar juga menggunakan instrument ini untuk mempercepat
distribusi barang-barang yang baru diimpor dari mesir dan madinah
8
.
1. KEBIJAKAN DAN INSTRUMEN FISKAL
Kekuatan fiscal suatu Negara tergantung pada kekuatan devisa yang dihasilkan. Fiskal akan
berhubungan dengan kebijakan Pendapatan, Belanja, Utang dan Investasi Negara. Kekuatan sebuah
Negara dapat diamati dari struktur APBN. Dalam Islam struktur arus keluar-masuk devisa sudah dikenal
sejak zaman Rasulullah dan tetap dipertahankan oleh Umar dengan penyempurnaan-penyempurnaan.
Penyempurnaan tidak lain terjadi karena perkembangan masyarakat islam yang luar biasa. Struktur
pembiayaan fiscal dan penerimaannya pada saat itu mencakup
9
:
Penerimaan Pengeluaran
Zakat (Harta)
Kharaj (Pajak Tanah)
Jizyah (Pajak Jiwa)
Khumus (1/5 Ghanimah)
Usyur (Bea Cukai)
Fai (Penguasaan tanpa perlawanan)
Ghanimah / Anfal (Rampasan)
Pinjaman Sememntara (Utang)
Penyebaran Islam
Pendidikan dan kebudayaan
Pengembangan ilmu Pengetahuan
Pengembangan infrastruktur
Pembangunan Armada perang dan
keamanan
Biaya Moneter (Cetak Uang)
Gaji pejabat dan Pegawai
Pengembangan ke-Qadhi-an (Kehakiman)
Pembangunan Administrasi negara
Layanan Sosial, Hadiah dan Bonus
1. Kebijakan Fiskal
Baitul Mall adalah lembaga pengelolaan keuangan Negara sehingga kebijakan fiscal dengan jelas
dapat kita pahami. Kebijakan fiscal Baitul Mall telah memberikan dampak positif terhadap tinkat
investasi, penawaran agregat dan sekaligus berpengaruh kepada tingkat inflasi dan pertumbuhan
ekonomi.
Seiring dengan perluasan islam sampai ke Iraq dan Mesir maka pemasukan ghanimah, fai dan lain-
lain semakin meningkat. Umar kemudian menetapkan pos-pos pemasukan seperti kharaj dari Iraq. Hal
ini terjadi pada masa Umar. Umar juga yang pertma kali mentransfer pemasukan zakat dari daerah
kepusat seperti yang terjadi pada Muaz bin Jabal mengirimkan zakat dari Yaman ke Madinah dan Umar
menolaknya. Walaupun pada akhirnya Umar menerimanya karena di Yaman tidak ada lagi mustahiq
zakat.
Beberapa laporan tentang keberhasilan kebijakan fiscal Umar dapat kita ketahui dalam sejarah
10
:
o Saat itu jarang terjadi Angaran devisit. Kecuali hanya sekali pada tahun Ramadah kira-
kira tahun ke-18 H. Saat itu terjadi terjadi kekeringan di sebagian Negara islam akan
tetapi dapat diatasi dengan bantuan makanan dari wilayah lain. Lama masa
ramadah ada yan meriwayatkan 9 bulan, 1 tahun dan ada yang mengatakan sampai 2
tahun.
o Sistem pajak proposional (prorposional tex). Umar bin Khattab memungut pajak (Jizyah)
dari penduduk Syam dan Mesir yang kaya sebesar 4 dinar dan bagi mereka yang
penghidupannya menengah diambil 2 dinar sementara bagi mereka yang miskin tetapi
berpenghasilan dikutip 1 dinar. Jadi pajak tidak ditentukan pun dapat memenuhi
kehidupannya. Terhadap penduduk Iraq diwajibkan membayar jizyah sebesar 48 dirham
bagi yang kaya, 24 dirham bagi kalangan menengah dan 12 dirham bagi kalangan miskin
berpenghasilan. Lebih jelasnya dapat diperhatikan table berikut:
Klsifikasi wajib pajak Dinar (4,25 g) Emas (gram)
Golongan kaya 4 17,00
Golongan menengah 2 8,50
Golongan miskin berpengasilan 1 4,25

Rotasi perhitungan jizyah dalam satu tahun dimulai pada awal bulan Muharram dan ditutup ahkhir
bulan Dzulhijjah, hingga selesai penarikan sebelum datangnya bulan Muharram berikutnya. Tiga bulan
terakhir adalah untuk ancang dan penyempurnaan perhitungan sehingga genap satu tahun.
o Besarnya Kharaj (pajak tanah) ditentukan berdasarkan produktifitas lahan, bukan
berdasarkan zona. Produktifitas lahan diukur dari tingkat kesuburan lahandan irigasi.
Jadi sangat memungkinkan dalam satu wilayah atau areal yang berdekatan akan
berbeda jumlah kharaj yang akan dikeluarkan. Kebijakan ini menyebabkan pengusaha
kecil yang kurang produktif masih dapat melanjutkan usahanya. Kharaj ada dua macam,
yaitu Kharaj Unwah (pajak paksa) kharaj ini berasal dari lahan orang kafir yang dikuasai
oleh kaum muslim secara paksa (peperangan) seperti tanah di Iraq, Syam, Mesir. Umar
tidak membatalkan kharaj tanah itu meskipun pemiliknya sudah masuk Islam. Kedua,
Kharaj Sulhu (pajak damai) kharaj ini diambil dari tanah dimana pemiliknya telah
menyerahkan diri kepada kaum muslimin (berdasarkan perjanjian) damai. Umar telah
mengutus Utsman bin Hanif dan Huzaifah bin Nukman untuk melakukan pengukuran
tanah-tanah gembur (hitam) dan menetapkan besar kharaj. Setelah menetapkan kriteria
tanah yang wajib pajak berdasarkan jenis tanah, jenis tnanaman, proses pengelolaan
dan juga hasil akhir, kemudian Umar menetapkan kharaj setiap satu jarib
11
gandum
basah 2 diham, setiap satu jarib kurma yang baru matang 4 dirham, 4 dirham dari satu
jarib jagung basah dan 8 dirham untuk setiap satu jarib kurma kering, 6 dirham untuk
setiap satu jarib tebu, anggur 10 dirham, zaitun 12 dirham.
o Progresseve rate adalah penurunan jumlah pajak bertambahnya jumlah ternak. Hal ini
akan mendorong orang untuk memperbanyak ternaknya dengan biaya yang lebih
rendah.
o Perhiungan zakat perdagangan berdasarkan besarnya keuntungan bukan atas harga jual.
o Porsi besar untuk pembangunan infrastruktur. Umar bin Khattab mendirikan kota
dagana yang besar yaitu Basrah (gerbang untuk perdagangan dengan Romawi) dan
Kufah (sebgai pintu masuk perdagangan dengan Persia). Khalifah Umar juga
membangun kanal dari Fustat ke Laut Merah sehingga orang yang membawa gandum ke
Mesir tidak perlu lagi memakai unta karena sekarang mereka bias langsung
menyeberang sungai Sinai ke Laut Merah.
o Managamen yang baik. Penerimaan Baitul Mall pada masa Umar bin Khattab pernah
mencapai 180 juta dirham. Umar juga membuat jaringan yang baik dengan Baitul Mall
yang ada didaerah.

1. Instrumen Fiskal
o Peningkatan pendapatan dan partisifasi kerja. Umar selalu memantau pendapatan dan
hak-hak pada Baitul Mall. Ia juga memantau tanah-tanah garapan agar tidak ada yang
terbengkalai. Pendistribusian harta dengan cara ini akan meningkatkan pendapatan
masyarakat dan pada akhirnya akan meningkatkan permintaan agregatif.
o Pemungutan pajak. Kebijakan ini berhasil menciptakan stabilitas harga dan mengurang
inflasi. Pada saat stagnasi, menurunnya permintaan dan penawaran agregat,
pemerintah dapat mendorongnya dengan pajak Khumus. Dengan kebijakan ini harga
tetap stabil dan produksi tetap berjalan.
o Pengaturan anggaran. Pengaturan anggaran yang cermat dan proporsional menjaga
keseimbangan tidak akanterjadi budget deficit malah surplus.

1. Anggaran Pendapatan Negara
Sumber-sumber pendapatan saat itu tidak terbatas hanya pada zakat saja akan tetapi masih banyak
pendapatan lain yang dapat mengisi pundi-pundi Baitul Mall. Sisi permintaan Negara saat itu adalah:
o kharaj (pajak tanah) seperti yang telah diuraikan di atas. Yang menentukan jumlah
besaran pajak adalah: karkteristik tanah (tingkat kesuburan), jenis tanaman dan irigasi
o Zakat terkumpul dalam beberapa bentuk, ada yang berupa uang; dinar dan dirham, biji-
bijian, ternak, perak dan emas. Zakat yang dibayarkan sangat berfariasi karena
sumbernya berbeda-beda. Biji-bijian dari petani, ternak dari peternak dan uang, emas
dari zakat perdagangan.
o Khumus (20% atau 1/5) dari harta rampasan perang (ghanimah).
o Jizyah adalah pajak jiwa bagi orang yang non muslim (ahluzzimmah) sebagai pengganti
zakat fitrah. Besaran kewajiban diklasifikasikan menurut kualitas dan kapasitas
seseorang. Semua ini ditentukan dengan baik dan benar.
o Usyur (bea cukai) 1/10 atas barang dagangan pedagang yang melewati wilayah muslim
dan saja dari 1/10 atas orang muslim
12
.
o Rikaz juga dikenakan 10%. Rikaz ini kadang-kadang dikelompokkan kedalam Usyur,
adalah barang tambang atau apa saja yang ditemukan dalam perut bumi seperti harta
karun.

1. Belanja Pemerintah
Efisiensi dan efektifitas merupakan landasan pokok dalam kebijakan pengeluaran pemerintah.
Dalam Islam hal itu dipandu olehkaidah-kaidah syariah yaitu kemaslahatan dan penentuan skala
prioritar
13
. Berikut acuannya dapat kita perhatikan:
o Pengeluaran demi pemenuhan kebutuhan hajat masyarakat banyak.
o Pengeluaran sebagai alat retribusi kekayaan.
o Pengeluaran yang mengarah kepada bertambahnya permintaan-permintaan efektif.
o Pengeluaran yang berkaitan dengan investasi dan produksi.
o Pengeluaran yang bertujuan menekan tingkat inflasi dengan kebijakan inetrvensi pasar.

Dengan demikian pada Baitul Mal sebenarnya juga dapat kita perhatikan kebijakan dalam
pengalokasian belanja pada masa Umar. Pos pengeluarannya diarahkan kepada empat belas bagian:
o Belanja kebutuhan operasional pemerintah (dar al-khalifah)
14
termasuk upacara
kemerdekaan.
o Belanja Penunjang Wilayah (masalih ad-daulah) termasuk kebutuhan administrasi surat-
menyurat.
o Biaya pembangunan kota Basrah dan Kufah.
o Pergantian mata uang (biaya moneter).
o Belanja pegawai Negara.
o Biaya utang tanggungan Negara.
o Belanja umum yang berkaitan dengan infrastruktur (penggalian teluk)
o Biaya fasilitas kehakiman.
o Biaya santunan kepada kerabat rasul dan lain-lain.
o Belanja jihad (militer, persenjataan dan lain-lain).
o Biaya perluasan Masjid Haram dan kelambu Kiswah oleh Umar, lampu penerangan
masjid.
o Biaya penyimpanan harta zakat.
o Biaya penjagaan dan penyimpanan harta umum.
o Biaya pengurus urusan darurat (At-Tawary).

Urutan pembiayaan jika dilihat dari skala prioritas, pembiayaan yang berhubungan dengan
kemasyarakatan dapat kita deskripsikan sebagai berikut
15
:
Primer Skunder
Biaya Pertahanan
Penyaluran Usyur kepada mustahiq
Membayar gaji pegawai, guru, imam,
qadhi, muadzin, dan pejabat Negara
Infrastruktur (gali teluk)
Biaya fasilitas kehakiman
Biaya pencetakan dirham baru (biaya
moneter)
Lampu penerang Masjid
Membayar upah sukarelawan
Membayar utang Negara
Bantuan Imergensi dan musafir
Beasiswa yang belajar ke Madinah
Hiburan untuk delegasi asing, biaya
perjalanan
Hadiah untuk pemerintah Negara lain
(Masa rasul)
Membayar denda atas mereka yang mati
terbunuh secara tidak sengaja oleh
pasukan Islam
Pembayaran utang orang Islam yang
meninggal dalam keadaan miskin
Pembayaran tunjangan untuk orang miskin
Tunjangan untuk sanak saudara Rasulullah
Persediaan darurat

Umar juga memberikan upah pegawai yang diambl dari kas Negara (Baitul Mall). Untuk gubernur
Basrah dan para stafnya perhari diberikan dua ekor kambing yang disembelih satu pada pagi hari dan
satu lagi pada sore hari. Mereka memakan dagingnya dan meminum kuahnya. Itulah gaji mereka.
Meskipun penulis tidak mendapatkan penjelasan tentang tunjangan tamabahan kepada Abu musa selain
2 ekor kambing setiap hari. Penulis yakin ada tunjangan lain seperti hadiah. Sebab gubernur-gubernur
yang lain seperti Ustman bin Hanif mendapatkan 5 dirham setiap hari dan hadiah-hadiah. Untuk petugas
pajak ditanah Iraq adalah kambing dan 5 dirham setiap hari dan hadiah-hadiah lainnya. Abdullah bin
Masud 100 dirham perbulan dan kambing setiap hari.
Ada dua kebijakan yang selalu dilakukan Rasul, Khulafaurrasyidin termasuk Umar bi Khattab dalam
mengelola belanja pemerintah yaitu pertama, mendorong masyarakat untuk beraktifitas ekonomi baik
secara sendiri-sendiri atau kelompok tanpa bantuan Baitul Mall. Kedua, tindakan atau kebijakan untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat dengan bantuan dana Baitul Mall.
Inilah garis-garis besar pengeluaran pemerintah umar yang berdasarkan pada kemaslahatan umum
dan skala prioritas. Semua pengeluaran yang diambil dari Baitul Mall atas perintah dan sepengetahuan
Umar. Begitulah detil dan ketatnya penjagaan Umar terhadap harta kaum muslimin sehingga tidak ada
hak-hak mereka yang tertunda apalagi tidak kebagian. Harta itu bagiku seperti anak yatim kata Umar
bin Khattab dalam pidatonya saat pengangkatannya sebagai khalifah.

2. Membangun Lembaga Baitul Ml
Al-Mawardi menyebutkan bahwa baitul ml adalah semacam pos yang dikhususkan untuk semua
pemasukan dan pengeluaran harta yang menjadi hak kaum muslimin. Tiap hak yang wajib dikeluarkan
untuk kepentingan kaum muslimin maka hak tersebut berlaku untuk baitul ml, maka harta tersebut
telah menjadi bagian dari pengeluaran baitul ml, baik dikeluarkan dari kasnya maupun tidak.[9]
Adapun kewajiban baitul ml adalah untuk mengamankan harta benda yang tersimpan di kas,
dan untuk mengurus penerimaan kekayaan perbendaharaan yang meliputi:[10]
1. Mengurus nilai yang diterima, umpamanya dengan cara kompensasi untuk membayar para
serdadu atau harga senjata dan kuda.
2. Mengurus kepentingan umum.
Sebenarnya gagasan sistem baitul ml (puclic treasury) ini sudah ada dan dikenal di zaman
Rasulullah saw dan khalifah yang pertama, Abu Bakar ash-Shiddiq ra, namun tidak secara kelembagaan.
Di zaman pemerintahan Umar bin Khattab, fungsibaitul ml lebih dikembangkan dan diefektifkan lagi,
dengan mendirikan lembaga khusus untuk pengurusan dan pengelolaannya.
Dalam catatan sejarah, pembangunan institusi baitul mldilatarbelakangi oleh kedatangan Abu
Hurairah yang ketika itu menjabat sebagai gubernur Bahrain dengan membawa harta hasil
pengumpulan pajak al-kharj sebesar 500.000 dirham. Hal ini terjadi pada tahun 16 H. Oleh karena
itulah, Umar mengambil inisiatif memanggil dan mengajak bermusyawarah para sahabat terkemuka
tentang penggunaan harta hasil pengumpulan pajak tersebut. Maka seluruh anggota kabinet (syr)
bersidang dan diminta pendapat mereka tentang penggunaan uang tersebut. Sahabat Ali lebih
cenderung membagikannya kepada umat, tapi khalifah Umar menolak. Pada saat-saat yang menentukan
itu, Walid bin Hisyam menyatakan bahwa dia pernah melihat raja Syria menyimpan harta benda secara
terpisah dari badan eksekutif. Umar menyetujui pendapat ini dan lembaga perbendaraan umat Islam
pun mulai terbentuk nyata. Harta benda tersebut pertama kali disimpan di ibukota Madinah. Dan untuk
menangani lembaga tersebut, Umar menunjuk Abdullah bin Arqam sebagai bendahara negara dengan
Abdurrahman bin Ubaid al-Qari dan Muayqab sebagai wakilnya.[11]
Riwayat pendirian baitul ml secara institusional di atas mengisyaratkan bahwa ide pendirian
tersebut tidak orisinil dari Islam, akan tetapi berasal dari pengaruh pemerintahan-pemerintahan yang
ada di masa itu, seperti pemerintahan kerajaan Romawi dan Persia. Adopsi sistem keuangan tersebut
tidak lantas menyebabkan Umar akan mengaplikasikannya sama seratus persen dengan sistem
pemerintahan kerajaan yang lain. Akan tetapi sistem dari non-Islam itu tetap dipilah dan dipilih sehingga
tidak menyalahi aturan ketentuan syariat Islam.
Kebijakan yang diterapkan oleh Umar dalam lembagabaitul ml di antaranya adalah dengan
mengklasifikasikan sumber pendapatan negara menjadi empat, yaitu:
1. Pendapatan zakat dan `ushr. Pendapatan ini didistribusikan di tingkat lokal dan jika terdapat
surplus, sisa pendapatan tersebut disimpan di baitul ml pusat dan dibagikan kepada
delapan ashnf, seperti yang telah ditentukan dalam al-Qur`an.
2. Pendapatan khums dan sedekah. Pendapatan ini didistribusikan kepada fakir miskin atau
untuk membiayai kesejahteraan mereka tanpa membedakan apakah ia seorang muslim atau
bukan.
3. Pendapatan kharj, fai, jizyah, `ushr, dan sewa tanah. Pendapatan ini digunakan untuk
membayar dana pensiun dan dana bantuan serta untuk menutupi biaya operasional
administrasi, kebutuhan militer, dan sebagainya.
4. Pendapatan lain-lain. Pendapatan ini digunakan untuk membayar para pekerja,
pemeliharaan anak-anak terlantar, dan dana sosial lainnya.[12]
Klasifikasi sumber pendapatan negara di atas sangat penting untuk diterapkan dalam
pemerintahan Islam. Salah satu tujuannya adalah agar suatu sumber pendapatan tidak tercampur
dengan sumber pendapatan yang lain. Seperti zakat dan pajak. Redistribusi pendapatan hasil zakat,
sudah ditentukan oleh Allah dan Rasul-Nya, yaitu kepada 8 golongan (ashnf) yang berhak menerima
zakat. Dan jika terdapat sisa dari hasil pengumpulan zakat, maka khalifah dapat mengambil kebijakan
untuk disesuaikan dengan kebutuhan social. Sedangkan redistribusi pajak dapat ditentukan oleh
khalifah. Dan umumnya hasil pemungutan pajak ditujukan untuk pembangunan negara. Karena itulah,
para pejabat baitul ml tidak mempunyai wewenang dalam membuat suatu keputusan terhadap
harta baitul ml yang berupazakat.
Selanjutanya dalam mendistribusikan harta baitul ml, Umar mendirikan beberapa departemen
yang dianggap perlu, seperti:[13]
1. Departemen pelayanan militer. Departemen ini berfungsi untuk mendistribusikan dana
bantuan kepada orang-orang yang terlibat dalam peperangan. Besarnya jumlah dana
bantuan ditentukan oleh jumlah tanggungan keluarga setiap penerima dana.
2. Departemen kehakiman dan ekskutif. Departemen ini bertanggung jawab terhadap
pembayaran gaji para hakim dan pejabat ekskutif. Besarnya gaji ini ditentukan oleh dua hal,
yaitu jumlah gaji yang diterima harus mencukupi kebutuhan keluarganya agar terhindar dari
praktik suap dan jumlah gaji yang diberikan harus sama dan kalaupun terjadi perbedaan, hal
itu tetap dalam batas-batas kewajaran.
3. Departemen pendidikan dan pengembangan Islam. Departemen ini mendistribusikan
bantuan dana bagi penyebar dan pengembang ajaran Islam beserta keluarganya, seperti
guru dan juru dakwah.
4. Departemen jaminan sosial. Departemen ini berfungsi untuk mendistribusikan dana bantuan
kepada seluruh fakir miskin dan orang-orang yang menderita.
Di samping mendirikan beberapa departemen dalam pendistribusian harta baitul ml, Umar juga
menerapkan prinsip keutamaan dalam mendistribusikannya. Ia tidak senang memberikan bagian yang
sama kepada orang-orang yang pernah berjuang menentang Rasulullah saw dengan orang-orang yang
telah berjuang membela beliau. Menurut pendapatnya bahwa kesulitan yang dihadapi umat Islam harus
diperhitungkan jika menetapkan bagian seseorang dari kelebihan harta bangsa itu. Prinsip keadilan
menghendaki bahwa usaha seseorang serta tenaga yang telah dicurahkan dalam memperjuangkan Islam
harus dipertahankan dan dibalas dengan sebaik-baiknya.[14]
Karena hal itu, Umar membentuk sistem dwn, yang menurut pendapat terkuat mulai
dipraktekkan untuk pertama kalinya pada tahun 20 H. Dalam rangka ini, ia menunjuk sebuah
komite nassb ternama yang terdiri dari Aqil bin Abu Thalib, Mahzamah bin Naufal, dan Jabir bin Mut`im
untuk membuat laporan sensus penduduk.
Setelah semua penduduk terdata, Umar mengklasifikasikan beberapa golongan yang berbeda-
beda dalam pendistibusian harta baitul ml sebagai berikut:
No. Penerima Jumlah
1. Aisyah dan Abbas bin Abdul Muthallib @ 12.000 dirham
2. Para istri Nabi selain Aisyah @ 10.000 dirham
3. Ali, Hasan, Husain, dan para pejuang Badr @ 5.000 dirham
4. Para pejuang Uhud dan migran ke Abysinia @ 4.000 dirham
5. Kaum muhajirin sebelum peristiwa Fathu Mekah @ 3.000 dirham
6. Putra-putra para pejuang Badr, orang-orang yang
memeluk Islam ketika terjadi peristiwa Fathu Mekah,
anak-anak kaum muhajirin dan anshar, para pejuang
perang Qadisiyyah, Uballa, dan orang-orang yang
menghadiri perjanjian Hudaibiyyah.
@ 2.000 dirham
Orang-orang Mekah yang bukan termasuk kaum muhajirin mendapat tunjangan 800 dirham,
warga Madinah 25 dinar, kaum muslimin yang tinggal di Yaman, Syria dan Irak memperoleh tunjangan
sebesar 200 hingga 300 dirham, serta anak-anak yang baru lahir dan yang tidak diakui masing-masing
memperoleh 100 dirham.[15] Di samping itu, kaum muslimin memperoleh tunjangan pensiun berupa
gandum, minyak, madu, dan cuka dalam jumlah yang tetap. Kualitas dan jenis barang berbeda-beda di
setiap wilayah. Peran negara yang turut bertanggung jawab terhadap pemenuhan kebutuhan makanan
dan pakaian bagi setiap warga negaranya ini merupakan hal yang pertama kali terjadi dalam sejarah
dunia.[16]
Sebagaimana yang diketahui tentang sosok Umar yang tegas dan bertanggungjawab, maka Umar
melarang pihak ekskutif turut campur dalam mengelola harta baitul ml.[17] Kebijakan Umar ini
bertujuan agar tidak terjadi penyalahgunaan wewenang dalam tugas, atau penyalahgunaan
pendistribusian pendapatan negara untuk kepentingan pribadi.
3. Membangun lembaga Hisbah.
Hisbah adalah kantor atau lembaga yang berfungsi untuk mengontrol pasar dan moral (adab)
secara umum.[18] Dalam implementasinya, lembaga al-hisbah memiliki empat rukun, yaitu:
1. Muhtasib (Pengelola al-hisbah).
Muhtasib adalah orang yang menjalankan tugas-tugas al-hisbah. Pengelola ini harus memenuhi
persyaratan seperti: muslim, mukallaf, merdeka, mendapat rekomendasi dari pemerintah setempat,
mampu, dan berilmu.
2. Muhtasab `alaih, yaitu orang atau pihak yang melakukan perbuatan-perbuatan atau
meninggalkan jenis-jenis perbuatan tertentu yang wajib atau boleh dikenakan tindakan al-
hisbah. Dalam melaksanakan tugasnya, seorang muhtasib tidak boleh pilih kasih dalam
menindak dan mengenakan al-hisbah atas mereka.
3. Mushatab fh, yaitu obyek al-hisbah yang meliputi berbagai macam perbuatan, baik yang
bersifat positif maupun negatif. Pelanggaran yang dilakukan olehmuhtasab fh ini harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Kemungkaran tersebut harus nyata, lahir dan diketahui.
2. Kemungkaran tersebut sedang berlaku.
3. Kemungkaran tersebut disepakati oleh konsensus ulama fiqih.
4. Nafs al-ihtisb, yaitu cara atau tindakan al-hisbah.
Tujuan dari tindakan al-hisbah adalah penghapusan segala tindakan kemungkaran sekaligus
menggantinya dengan kebajikan dan kemaslahatan sehingga tercipta rasa aman dan tentram serta
keadilan dalam komunitas masyarakat.[19]
Adapun segmen kegiatan al-hisbah terhadap kontrol ekonomi itu di antaranya adalah:
1. Membuat ketentuan hukum yang jelas agar tidak terjadi penyelewengan dalam
pemanfaatan sumber daya yang dimiliki.
2. Mengontrol kesempurnaan alat takaran dan timbangan para penjual.
3. Pedagang tidak dibenarkan untuk menyembunyikan kerusakan atau cacat yang ada pada
barang perniagaannya dan dilarang bersumpah palsu dalam transaksi jual beli.
4. Mengawasi jalur perdagangan tetap terbuka. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah
terjadinya penyimpangan-penyimpangan atau penimbunan barang dari segelincir orang yang
berakibat pada kelangkaan beberapa jenis barang, yang pada gilirannya berimplikasi pada
terjadinya inflasi.
5. Pedagang dilarang mengadakan monopoli terhadap suatu produk pasar tertentu.
6. Menentukan harga standar bagi produk-produk yang akan dipasarkan.
7. Dalam urusan kredit, seorang muhtasib hendaklah memastikan segala urusan perniagaan
terbebas dari unsur riba.
8. Seorang muhtasib memiliki wewenang untuk memaksa peminjam agar membayar
pinjamannya jika dianggap mampu, sebaliknya ia juga berkuasa untuk menangguhkan
hutang sampai orang yang berhutang dianggap mampu membayar hutangnya.
9. Pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk menyediakan kemudahan pada rakyatnya
seperti makanan, pekerjaan, perumahan, dan lain sebagainya. Selain itu, orang-orang miskin
dan tidak mampu, diberi modal usaha yang dananya diperoleh dari dana infaq dan sedekah
sehingga kemiskinan dapat teratasi.[20]
Menilik sejarah, tanggung jawab al-hisbah mulanya dipikul oleh Rasulullah saw sehubungan
dengan adanya perintah Allah kepada Nabi saw sebagai rasul untuk selanjutnya disampaikan kepada
umatnya agar senantiasa mengajak kepada kebaikan dan menghindari kemungkaran. Kemudian beliau
mengangkat beberapa orang sahabat yang diberi tugas untuk mengawasi jalannya suatu transaksi bisnis.
Di kota Madinah itulah, beliau mengangkat Said bin Ash dan seorang wanita yang bernama Samra binti
Nuhak sebagai pengawas pasar.
Lembaga al-hisbah ini dihidupkan kembali oleh Umar dengan mengangkat seorang sahabat
wanita yang bernama asy-Syifa binti Abdullah, yang bertugas sebagai pengawas pasar di kota Madinah.
Di samping itu, Umar juga mengangkat Abdullah bin Utbah sebagai inspektur pasar sekaligus bertindak
sebagai hakim (qdhi).[21] Perbedaannya, di masa Rasulullah, al-hisbah masih belum berbentuk
lembaga. Sedangkan di masa Khalifah Umar, al-hisbah ini sudah menjadi lembaga khusus dalam
mengawasi hal-hal yang terjadi dalam pasar.

4. Reformasi atas hak tanah.
Problem hak kepemilikan tanah memang merupakan masalah yang rumit untuk dipecahkan dari
zaman ke zaman. Tidak jarang terjadi persengketaan, bahkan pertumpahan darah, akibat dari persoalan
hak kepemilikan tanah ini. Seiring dengan pertambahan penduduk, tanahpun menjadi semakin langka
atau sempit, dan harganya juga kian meningkat. Alasan utama meningkatnya harga tanah memang
pertambahan penduduk. Karena secara alamiah, semakin banyak penduduk di suatu daerah, lahan
untuk tempat dan garapan tempat tinggal akan kian dibutuhkan.
Ada tiga sifat tanah yang harus diingat, dan ini tidak dipunyai oleh unit-unti produktif lainnya: (i)
tanah dapat memenuhi kebutuhan pokok dan permanen bagi manusia, (ii) tanah kuantitasnya terbatas,
(iii) tanah bersifat tetap, (iv) tanah bukan produk tenaga kerja. Jadi segala sesuatu yang selain tanah
adalah produk tenaga kerja. Tetapi bumi pun akan memberikan hasil baik jika digarap dengan
baik.[22] Sifat-sifat tanah ini harus diketahui terlebih dahulu sebelum mengambil kebijakan dalam
persoalan hak kepemilikan tanah.
Sepanjang pemerintahan Umar, banyak daerah yang ditaklukkan melalui perjanjian damai.
Penaklukkan ini memunculkan banyak masalah baru. Di antaranya mengenai hak kepemilikan tanah
yang sudah ditaklukkan. Islam memandang tanah dan semua yang terkandung di dalamnya harus
digunakan untuk kepentingan umum dan rakyat, dan setiap orang berhak mendapatkan makanan dari
pengelolaan tanah.
Dari sudut Islam, tanah sesungguhnya milik Allah, dalam pengertian milik setiap kelompok
masyarakat (komunitas). Dan tak seorang pun boleh mendapatkan hak istimewa atasnya, oleh karena
itu siapa yang mengerjakan tanah yang terlantar, maka dialah pemiliknya. Ini sesuai dengan sebuah
hadits Rasulullah dari penuturan Aisyah: Pengolahan tanah terbengkalai yang bukan milik siapapun,
maka dialah yang memilikinya (HR. Bukhari).[23]
Umar menafsirkan hadits tersebut bahwa Rasulullah menginginkan agar tanah-tanah luas yang
telah dikuasai kaum muslimin haruslah dipikirkan pemanfaatannya di masa depan. Maka ketika para
pejuang mendesak dengan sangat agar tanah taklukan dibagi-bagikan kepada mereka, bersama
beberapa rampasan perang lainnya, Umar menolak dengan tegas. Ia tidak mau menyerahkan tanah
perkebunan dari tanah taklukan lainnya kepada para prajurit.
Dari sini ia sampai kepada kesimpulan akan perlunya pengawasan yang ketat dalam
pendistribusian tanah untuk mencegah terjadinya pembagian yang tidak adil. Hak kepemilikan tanah
dicabut dari pemilik aslinya, dan kemudian si pemilik asli beralih menjadi petani biasa atau hamba atau
budak pengelola tanah. Selanjutnya hak kepemillikan diberikan menurut ketentuan-ketentuan baru. Jika
salah seorang pemilik baru menjual tanahnya, pengelolaannya itu dialihkan kepada pembeli berikut
tanahnya.[24]
Umar menetapkan beberapa ketentuan, di antaranya jika suatu saat komunitas muslim semakin
bertambah banyak, maka negara berhak untuk mengambil kembali tanah tersebut sebagai
perbendaharaan guna memenuhi kebutuhan negara. Jadi jelas meskipun berwenang mengambil alih hak
kepemilikan, negara juga harus dan berhak mengatur jangka waktu pemilikan tanah. Bisa saja tanah
dijadikan milik pribadi dengan mengenakan pajak tanah atasnya, tapi negara juga bisa menguasai tanah
yang luas dengan memberi ganti rugi dan kemudian menjadikannya milik umum.
Umar menyadari pentingnya sektor pertanian untuk memajukan ekonomi negeri. Karena itu
beliau mengambil langkah-langkah pengembangan dan mengembalikan kondisi orang-orang yang
bekerja di bidang itu. Dia menghadiahkan kepada orang yang sejak awalnya mengolahnya. Tapi siapa
saja yang selama tiga tahun gagal mengolahnya, maka yang bersangkutan akan kehilangan hak
kepemilikannya atas tanah tersebut.[25]
Semasa Umar, tanah yang dinyatakan sebagai milik negara berjumlah sekitar 4.000.000 hektar.
Pendapatan dari tanah ini mencapai 7.000.000 dinar setiap tahun, yang semata-mata digunakan untuik
kesejajahteraan umat. Jumlah kharj dari Iraq berkisar 86.000.000 dirham setiap tahun. Dengan
penerapan sistem ini, tanah-tanah yang sebelumnya tidak terurus, kemudian terolah baik, sehingga
pada tahun kedua terjadi lonjakan pendapatan yang tinggi sekali, dari 86.000.000 menjadi 100.020.000
dirham.[26]
5. Keutamaan dan Kelemahan Kebijakan Ekonomi Umar bin Khattab
Abu Ubaid pernah menuturkan sebuah riwayat tentang kesuksesan Umar dalam kitabnya al-
Amwl sebagai berikut:[27]Pada masa Umar, Muadz bin Jabal pernah mengirimkan hasil zakat yang
dipungutnya di Yaman kepada Umar di Madinah,[28]karena Muadz tidak menjumpai orang yang berhak
menerima zakat di Yaman. Namun Umar mengembalikannya. Ketika Muadz mengirimkan kembali
sepertiga hasil zakat tersebut, Umar juga kembali menolaknya dan berkata: Aku tidak mengutusmu
sebagai kolektor upeti, tetapi aku mengutusmu untuk memungut zakat dari orang-orang kaya di sana
dan membagikannya kepada kaum miskin dari kalangan mereka juga. Muadz menjawab: Seandainya
aku menjumpai orang miskin di sana, tentu aku tidak akan mengirimkan apa pun kepadamu.
Pada tahun kedua setelah itu, Muadz mengirimkan separuh hasil zakat yang dipunugutnya di
Yaman kepada Umar, tetapi Umar mengembalikannya. Dan pada tahun ketiga, Muadz berkata: Aku
tidak menjumpai seorang pun yang berhak menerima bagian zakat yang aku pungut.
Riwayat di atas menunjukkan kesuksesan Umar dalam memerintah, khususnya dalam bidang
ekonomi. Namun bukan berarti semua kebijakan yang ia ambil itu sempurna. Salah satunya adalah
prinsip keutamaan yang ia terapkan dalam mendistribusikan uang negara kepada rakyatnya. Prinsip ini
menyebabkan ketimpangan di bidang ekonomi dan sosial. Dan sikapnya ini mengundang reaksi dari
salah seorang sahabat yang bernama Hakim bin Hizam. Menurutnya, tindakan Umar ini akan memicu
lahirnya sifat malas di kalangan para pedagang yang berakibat fatal bagi kelangsungan hidup mereka
sendiri, jika suatu saat pemerintah menghentikan kebijakan tersebut.[29]
Umar menyadari kekeliruannya ini dan mengubah pendapatnya serta bersumpah jika ia masih
hidup di tahun yang akan datang, ia akan menyamakan semua bantuan dan pembagian kepada seluruh
rakyatnya. Dalam pernyataannya yang populer berbunyi: Aku bersumpah demi Allah yang tidak ada
Tuhan selain Dia. Sesungguhnya tidak ada seorangpun yang tidak mempunyai hak atas kekayaan (harta)
ini (yang diterima dari orang banyak) meskipun dalam prakteknya ia mungkin memperoleh atau memiliki
hak melebihi dari yang lainnya selain seorang budak. Kedudukanku dalam hal ini sama dengan kalian
dan derajat kita akan ditentukan berdasarkan Kitab Allah dan Rasulullah saw. Demi Allah! Sesungguhnya
jika aku masih hidup, maka pengembala di bukit sanapun akan memperoleh bagian dari harta ini di
tempatnya sendiri.[30] Namun sayangnya, Umar wafat sebelum harapannya tersebut belum dapat ia
realisasikan dalam kepemimpinannya. Meskipun demikian, Umar tetap merupakan salah satu pemimpin
yang disegani oleh rakyatnya, baik muslim maupun non-muslim, bahkan ia adalah salah satu sosok
pemimpin yang banyak dikagumi sampai saat ini.

You might also like