You are on page 1of 42

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan potensi sumber
daya manusia melalui kegiatan pengajaran. Agar sesuai dengan fungsi dan
sifatnya, idealnya pendidikan tidak dilaksanakan secara sembarang, melainkan
harus dilaksanakan secara bijaksana. Pendidikan meliputi kegiatan yang dilakukan
mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan, sampai evaluasi dan program
tindak lanjut. Pendidikan harus dilaksanankan secara sadar, sehingga jelas
landasannya, jelas tujuannya, efektif cara-cara pelaksanaannya. Implikasinya,
dalam pendididikan harus terdapat momen studi pendidikan, saat berpikir atau
saat mempelajari pendidikan, dan momen praktek pendidikan, saat
dilaksanakannya berbagai tindakan pendidikan atas dasar hasil studi pendidikan.
Dalam pelaksanaan proses pendidikan akan terjadi interaksi antara peserta
didik dan pendidik. Peserta didik adalah orang yang mencari dan menerima
pelajaran yang dibutuhkannya, sedangkan pendidik adalah orang yang mengolah
kegiatan belajar mengajar dan seperangkat peranan lainnya yang memungkinkan
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif. Sebelum melaksanakan
pendidikan, pendidik perlu terlebih dahulu mempelajari dan mempertimbangkan
beberapa hal yang terlibat dan berhubungan dengan pendidikan. Pendidikan
melibatkan beberapa komponen, yaitu peserta didik, pendidik, tujuan
pembelajaran, isi pelajaran, metode mengajar, media, dan evaluasi.
Metode mengajar perlu dimiliki oleh pendidik karena keberhasilan proses
belajar mengajar bergantung pada cara mengajar pendidik. Metode mengajar
banyak ragamnya, namun pendidik tentu harus menguasai seluruh metode tersebut
dan disesuaikan penerapannya dengan kemampuan dirinya maupun peserta didik
serta tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Adapun yang dibahas dalam
laporan ini adalah mengenai praktik penerapan metode mengajar pada beberapa
mata pelajaran di SD N Sari Mulya V Cikampek.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
timbul masalah-masalah yang dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa arti dari pendidikan?
2. Bagaimanakah Undang-Undang mengatur pendidikan?
3. Apa saja jenis aliran atau mazhab pendidikan?
4. Apakah perbedaan dari mendidik, mengajar, dan melatih?
5. Apa yang dimaksud dengan metode mengajar dan apa saja jenis dari metode
mengajar?
6. Bagaimanakah penerapan metode mengajar di SD N Sari Mulya V
Cikampek?

C. Prosedur Pemecahan Masalah


Untuk menjawab rumusan masalah di atas, kami melakukan kajian pustaka
dari berbagai sumber. Selain itu, kami juga melakukan observasi di SD N Sari
Mulya V Cikampek.

D. Sistematika
Makalah ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu pendahuluan, teoritis, dan
penutup. Pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, prosedur
pemecahan masalah, dan sistematika. Teoritis berisi pengertian pendidikan,
undang-undang pendidikan, mazhab-mazhab pendidikan, mendidik, mengajar,
dan melatih, metode-metode mengajar, serta kajian observasi. Sedangkan penutup
dari makalah ini berupa kesimpulan.
BAB II
TEORITIS

A. Pengertian Pendidikan
Apabila kita mengkaji berbagai literatur pendidikan akan ditemukan
sejumlah pengertian pendidikan. Ada yang mengartikan pendidikan hanya
berdasarkan satu sudut pandang ilmu tertentu monodisipliner, ada pula yang
mengartikannya berdasarkan sudut pandang sistem multidisipliner. Selain itu
dalam konteks pendidikan nasional, pendidikan mempunyai pengertian tertentu
pula. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam Undang-Undang R.I. No. 20
Tahun 2003 tentang “Sistem Pendidikan Nasional”.
1. Pendidikan dalam arti luas
Pendidikan adalah hidup, dan hidup adalah pendidikan. Dengan kata lain
pendidikan adalah segala pengalaman hidup dalam berbagai lingkungan yang
berpengaruh positif bagi perkembangan individu, yang berlangsung sepanjang
hayat. Pendidikan berlangsung bagi siapa pun, kapan pun dan dimana pun.
Pendidikan tidak terbatas pada penyekolahan saja, bahkan pendidikan berlangsung
sejak lahir hingga meninggal dunia. Pendidikan berlangsung dalam keluarga,
sekolah, maupun di masyarakat. Mortimer J. Adler menyatakan bahwa :
”education is lifelong process of which schooling is only a small but necessary
part”. Tujuan pendidikan adalah pertumbuhan, jumlah tujuan pendidikan tidak
terbatas.
2. Pendidikan dalam arti sempit
Pendidikan hanya berlangsung bagi mereka yang menjadi siswa atau
mahasiswa dari suatu sekolah atau lembaga pendidikan formal, diciptakan secara
sengaja untuk pendidikan dalam konteks program pendidikan sekolah. Dalam hal
ini tujuan pendidikan pada umumnya mencakup empat hal, yaitu:
a) Berkenaan dengan pengembangan pribadi, baik jasmani, mental, moral dan
keagamaan
b) Berkenaan dengan tuntutan sosial
c) Berkenaan dengan kebutuhan untuk mendapatkan keterampilan atau keahlian
sehingga mampu mendapatkan nafkah dari pekerjaan
d) Berkenaan dengan kemampuan belajar sehingga dapat belajar terus-menerus
sepanjang hayat
3. Pendidikan berdasarkan pendekatan monodisipliner
Pendekatan sosiologi, pendidikan didefinisikan sebagai sosialisasi yaitu
proses membantu generasi muda agar mampu menjadi anggota masyarakay yang
diharapkan. Pendekatan antropologi, pendidikan dipandang sebagai enkulturasi,
yaitu proses dimana seseorang menyesuaikan diri kepada suatu kultur masyarakat
dan mengasimilasikan nilai-nilainya. Enkulturasi mencakup proses pemerolehan
keterampilan bertingkah laku, standar-standar budaya, dan kode-kode
perlambangan seperti, bahasa dan seni,kebiasaan-kebiasaan menanggapi, ideologi
dan sikap-sikap. Pendekatan ekonomi, pendidikan dipandang sebagai human
investment atau usaha penanaman modal pada diri manusia untuk mempertinggi
mutu kerja sehingga mempertinggi produksi. Pendekatan politik, pendidikan
adalah suatu upaya menyiapkan warga negara yang sesuai dengan aspirasi bangsa
dan negaranya. Tinjauan biologi, pendididikan berarti proses penyesuaian diri
yang terbaik dari seseorang manusia yangsadar terhadap lingkungannya.
Pendekatan psikologi, pendidikan berarti upaya membantu perubahan tingkah
laku individu untuk mencapai perkembangan optimal menjadi diri sendiri.
4. Pendidikan berdasarkan pendekatan multidisipliner
Berdasarkan pendekatan sistem, pendidikan dapat didefinisikan sebagai
suatu keseluruhan yang terdiri atas sejumlah komponen yang saling berhubungan
secara fungsional dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Sistem pendidikan
merupakan salah satu sistem dari sejumlah sistem yang berada di dalam supra
sistemnya, adapun supra sistem dimana sistem pendidikan berada adalah
masyarakat. Supra sistem bagi sistem pendidkan nasional suatu negara adalah
masyarakat nasionalnya itu sendiri yang tidak lepas dan konteks masyarakat
internasionalnya. Sistem pendidikan juga merupakan sistem buatan manusia yang
bersifat terbuka, artinya sistem yang sengaja diciptakan manusia dengan
mengambil input dari masyarakat dan memberikan outputnya kepada masyarakat.
Sebagaimana dikemukakan P.H. Coombs ada tiga jenis sumber input dari
masyarakat bagi sistem pendidikan, yaitu:
a) Ilmu pengetahuan, nilai-nilai dan tujuan yang berlaku di dalam masyarakat
b) Penduduk serta tenaga kerja yang berkualitas
c) Ekonomi atau penghasilan masyarakat
Menurut Rakhmat W., komponen siswa tergolong raw input (masukan
mentah), sedangkan komponen lainnya seperti guru, kurikulum, dsb. tergolong
instrumental input. Input lain yang turut mempengaruhi sistem pendidikan adalah
inveromental input. Di dalam sistem pendididikan berlangsung suatu proses
pendidikan. Pada dasarnya merupakan interaksi fungsional antar berbagai
komponen pendidikan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan atau
mentransformasi raw input menjadi out put pendidikan, adapun out put
pendidikan adalah manusia terdidik.
5. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Yang dimaksud pembelajaran dalam
definisi pendidikan di atas adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat pasal ( 4 UU RI
No. 20 Tahun 2003). Adapun jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal,
pendidikan nonformal dan informal yang dapat saling melengkapi dan
memperkaya.
 Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang
yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan
tinggi.
 Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang
dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
 Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.
Asumsi-asumsi yang menjadi titik tolak dalam rangka praktek pendidikan
di sekolah dasar berasal dari berbagai sumber, dapat bersumber agama, filsafat,
ilmu, dan hukum atau yuridis. Jenis landasan pendidikan sekolah dasar dapat
diidentifikasi menjadi sebagai berikut:
a) Landasan religius pendidikan sekolah dasar, yaitu berbagai asumsi yang
bersumber dari ajaran agama yang menjadi titik tolak praktek pendidikan di
sekolah dasar sebagai salah satu bentuk satuan pendidikan dasar yang
menyelenggarakan program pendidikan enam tahun.
b) Landasan filosofis pendidikan sekolah dasar, yaitu berbagai asumsi yang
bersumber dari filsafat yang menjadi titik tolak praktek pendidikan di sekolah
dasar sebagai salah satu sunber bentuk satuan pendidikan dasar yang
menyelenggarakan program pendidikan enam tahun. Landasan ini merupakan
suatu sistem asumsi pendidikan yang dideduksi dari asumsi-asumsi filsafat
umum yang bersifat preskriptif dari suatu aliran filsafat.
c) Landasan ilmiah pendidikan SD, yaitu berbagai asumsi yang bersumber dari
ilmu yang menjadi titik tolak praktek pendidikan dai SD sebagai salah satu
bentuk satuan pendidikan dasar yang menyelenggarakan program pendidikan
enam tahun. Salah satunya adalah landasan psikologis pendidikan sekolah
dasar. Dalam landasan psikologis keberhasilan pendidik dalam melaksanakan
peranannya, antara lain dipengaruhi oleh pemahamannya tentang
perkembangan anak didik serta kemampuan mengaplikasikannya dalam
praktek pendidikan, ini mengacu pada asumsi:
 Peranan pendidik adalah membantu anak didik untuk dapat menyelesaikan
tugas-tugas perkembangan sesuai dengan tahapannya
 Tahap perkembangan anak didik mengimplikasikan kemampuan dan kesiapan
belajarnya
 Keberhasilan anak didik menyelesaikan tugas perkembangannya pada
tahapannya akan mempengaruhi keberhasilan penyelesaian tugas-tugas
perkembangan
 Pendidikan yang dilaksanakan menyimpang dari tahapan dan tugas-tugas
perkembangan anak didik memungkinkan akibat negatif bagi perkembangan
selanjutnya.
d) Landasan yuridis atau hukum pendidikan sekolah dasar, yaitu berbagai
asumsi yang bersunber dari perundang-undangan, peraturan pemerintah serta
berbagai ketetapan atau ketentuan lainnya yang berlaku, yang dijadikan titik
tolak praktek pendidikan di sekolah dasar sebagai salah satu bentuk satuan
pendidikan dasar yang menyelenggarakan program pendidikan enam tahun.

B. Undang-Undang Pendidikan

Pendidik dalam hal ini guru, sebagai orang yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pendidikan, perlu memahami landasan hukum
penyelenggaraan pendidikan. Dengan memahami landasan hukum tersebut, ia
lebih siap menerima penyesuian-penyesuian yang perlu dilakukan dan
kemungkinan dapat diadakan inovasi dalam bidang pendidikan. Pancasila seperti
yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 merupakan kepribadian, tujuan, dan
pandangan hidup bangsa Indonesia. Oleh karena itu, acuan yang harus menjadi
dasar landasan hukum sistem pendidikan nasional adalah Pancasila. Adapun
ketentuan-ketentuan hukum yang bersifat yuridis formal tentang sistem
pendidikan nasional yang berkenaan dengan dasar dan tujuan pendidikan adalah:
1. Undang-Undang Dasar 1945 Bab XII tentang Pendidikan
Pasal 31:

1) Tiap warga Negara berhak mendapat pengajaran


2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pengajaran
nasional, yang diatur dengan undang-undang.
Pasal 32:

Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia.


2. Undang-Undang tentang Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah Nomor 12
tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1950 tentang Dasar-Dasar
dan Tujuan Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah
i. Tujuan pendidikan dan pengajaran adalah berlandasan Pancasila
ii. Pemberian perlindungan hak asasi manusia dinyatakan secara eksplisit
yang meliputi wajib belajar bagi anak yang berusia 8 tahun, kesempatan
mendirikan dan menyelenggarakan sekolah swasta dan penyelenggaraan
sekolah campuran bagi murid laki-laki dan perempuan
iii. Pembentukan kepribadian sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan
kebebasan dalam memeluk agama dinyatakan secara konkret seperti
diwajibkan kepada sekolah negeri untuk memberikan pelajaran agama
sesuai dengan agama yang dianut oleh orang tuanya, mendirikan sekolah
partikulir sesuai dengan agama tertentu, dan guru-guru harus menghormati
tiap-tiap aliran agama atau keyakinan hidup
iv. Menciptakan keselarasan antara pertumbuhan jasmani dan pertumbuhan
rohani dalam pembentukan pribadi melalui sekolah
3. TAP MPRS Nomor XXVII/MPRS/1966 Bab II Pasal 3
tentang Dasar Pendidikan:
Dasar pendidikan falsafah negara Pancasila

tentang Tujuan Pendidikan:

Membentuk manusia Pancasila sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan seperti


yang dikehendaki oleh Pembukaan dan Isi Undang-Undang Dasar 1945.

4. TAP MPRS Nomor IV/MPR/1978


Pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan betujuan meningkatkan
ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan,
mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat
kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat
menbangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas
pembangunan bangsa.
5. TAP MPRS Nomor II/MPR/1988
Pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia
Indonesia yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, berbudipekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh,
bertanggung jawab, mandiri, cerdas, terambil dan serta sehat jasmani dan rohani.

6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem


Pendidikan Nasional
“Mencerdaskan pendidikan bangsa dan mengembangkan manusia
seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa serta berbudi luhur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki
keterampilan, pengetahuan, kesehatan, dan memenuhi rasa tanggung jawab ke
masyarakat dankebangsaan serta membentuk manusia yang pancasilais utuh
(paripurna).

Undang-undang yang khusus mengatur pendidikan dan pengajaran serta


integral adalah Undang-undang Nomor 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan
nasional. Dalam UUSPN secara menyeluruh mengungkapkan satu sistem yang :

a. Berakar pada kebudayaan nasional, berdasarkan pancasila dan UUD1945


serta melanjutkan dan meningkatkan pendidikan pedoman penghayatan
dan pengamatan pancasila
b. Merupakan satu keseluruhan dan dikembangkan untuk ikut berusaha
mencapai tujuan nasional
c. Mencakup pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah, serta
mengatur pendidikan sekolah yang terdiri atas tiga jenjang utama, yang
masing- masing terbagi pula dalam jenjang atau tingkatan
d. Mengatur komponen proses belajar mengajar yang saling berkaitan yakni
murid/peserta didik, guru/tenaga pendidikan, dan kurikulum
e. Mengatur pendidikan secara terpusat atau secara menyeluruh, tapi dalam
penyelenggaraan satuan dan pendidikan dilaksanakan secara tidak terpusat
(desentralisasi)
f. Menegaskan bahwa keluarga, masyarakat, dan pemerintah bertanggung
jawab bersama dan menyelenggarakan satuan dan kegiatan pendidikan
serta mengatur bahwa sauna pendidikan yang diselenggarakan oleh
pemerintah dan masyarakat mendapat perlakuan yang sama
Selanjutnya UUSPN tahun 1989 Bab V pasal 13 menyatakan bahwa
“Pendidikan dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan
serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk
hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan peserta didik ke sekolah
menengah”. Dalam penyelenggaraan pendidikan dasar ini adanya wajib belajar
bagi anak usia 7-12 tahun yang juga pernah dicanangkan oleh presiden pada
tanggal 2 Mei 1984.

C. Mazhab-Mazhab Pendidikan
1. Filsafat Pendidikan Idealisme
Idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi,
bukan fisik. Idealisme tidak menolak eksistensi dunia fisik di sekeliling kita
melainkan memandangnya sebagai manifestasi dari realitas yang hanya memenuhi
kebutuhan fisik. Tentang teori pengetahuan, idealisme berpandangan bahwa
pengetahuan yang diperoleh melalui indera tidak pasti dan tidak lengkap karena
dunia hanyalah tiruan belaka, sifatnya maya yang menyimpang dari kenyataan
sebenarnya. Pengetahuan tidak ditemukan dari pengalaman tetapi dari konsepsi
dalam prinsip-prinsip sebagai hasil aktivitas jiwa.
Dalam pendidikan, idealisme memberikan pengaruh bagi pendidik untuk
membimbing anak didiknya dengan menekankan kemampuan intelek atau
akalnya. Mereka juga diajarkan nilai-nilai yang tetap dan abadi. Menurut Kant,
guru harus memandang anak sebagai tujuan, bukan sebagai alat. Idealisme
memiliki tujuan pendidikan yang pasti dan abadi yang berada di luar kehidupan
manusia itu sendiri, yaitu manusia yang mampu mencapai dunia cita, mampu
menikmati kehidupan abadi yang berasal dari Tuhan. Siswa diberikan kebebasan
untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan dasarnya.
2. Filsafat Pendidikan Realisme
Pada dasarnya realisme merupakan filsafat yang memandang realitas
secara dualitis. Realisme berpendapat bahwa hakikat realitas ialah terdiri atas
dunia fisik dan dunia rohani. Kneller membagi realisme menjadi dua bentuk, yaitu
relisme rasional dan realisme naturalis. Realisme rasional dapat didefinisikan pada
aliran realisme klasik dan religius yang sama-sama menyetujui bahwa dunia
materi adalah nyata dan berada di luar pikiran yang mengamatinya. Realisme
natural mengatakan bahwa dunia yang kita amati bukan hasil kreasi akal atau jiwa
melainkan dunia apa adanya.
Realisme rasional dan natural menanamkan pendidikan yang terpusat pada
guru, bukan siswa. Guru harus bisa memilih bahan pelajaran yang benar
sedangkan memberi kepuasan terhadap minat dan kebutuhan siswa hanyalah
merupakan alat mencapai tujuan pendidikan. Belajar pun tergantung pada
pengalaman, baik langsung maupun tidak langsung.
3. Filsafat Pendidikan Materialisme
Materealisme berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi, bukan
rohani, bukan spiritual, atau supernatural. Materialisme tidak menyusun konsep
pendidikan secara ekspisit tetapi lebih cenderung menganalisis hubungan faktor-
faktor yang mempengaruhi upaya dan hasil pendidikan secara faktual. Untuk
pendidikan, materialisme memandang bahwa proses belajar merupakan proses
kondisionisasi lingkungan serta menekankan pentingnya keterampilan dan
pengetahuan akademis empiris sebagai hasil kajian sains, sedangkan perilaku
sosial sebagai hasil belajar. Dalam proses belajar, materialisme tidak berorientasi
pada apa yang terdapat dalam diri siswa tetapi ditentukan oleh lingkungan. Siswa
tidak memiliki kebebasan. Karena itu, guru memiliki kekuasaan untuk merancang
dan mengendalikan proses pendidikan, serta kualitas dan karakter hasil belajar
siswa.
4. Filsafat Pendidikan Pragmatisme
Istilah pragmatisme berasal dari “pragma” artinya praktik atau aku
berbuat. Maksudnya bahwa makna segala sesuatu tergantung dari hubungannya
dengan apa yang dapat dilakukan. Menurut teori-teori psikologis itu merupakan
pandangan-pandangan dunia yang komprehensif yang berfungsi sebagai basis
bagi guru dalam pendekatan praktek pengajaran.

Dari konsep pola dasar pengajaran yang dilakukan guru dalam


penyampaian proses belajar mengajar, merupakan suatu pola mengajar formal
yang sesuai dengan teori psikologi belajar yang dijadikan panutannya. Pola ini
dikembangkan oleh J. Herbart yang dilandasi oleh teori belajar asosiasi. Pola
mengajar ini terdiri atas lima langkah sebagai berikut :

a) Persiapan ( preparation )
Guru berusaha mengungkapkan kembali bahan apersepsi (materi pelajaran
yang tersimpan di dalam ingatan siswa)

b) Penyajian ( presentation )
Guru menyampaikan bahan baru kepada kelas berupa bahan pokok,
dilengkapi dengan contoh dan ilustrasi

c) Asosiasi dan perbandingan ( association and comparation )


Guru menghubungkan bahan yang terkait, baik dengan materi pelajaran
lainnya maupun dengan hal hal praktis di masyarakat

d) Kesimpulan ( generalization )
Guru bersama para siswa mengambil kesimpulan berdasarkan bahan
pelajaran yang baru disajikan

e) Penerapan ( application )
Guru memberikan tugas pada siswa atau sejumlah pertanyaan ulangan

Tema pokok filsafat pragmatisme adalah :


a) Esensi realitas adalah perubahan
b) Hakikat social dan bilogis manusia yang esensial
c) Relativitas nilai
d) Penggunaan intelegensi secara kritis
Menurut John Dewey, pengalaman merupakan suatu interaksi antara
lingkungan dengan organisme biologis. Selanjutnya John Dewey mengemukakan
perlunya atau pentingnya pendidikan, karena berdasarkan atas tiga pokok
pemikiran, yaitu :
a) Pendidikan merupakan kebutuhan untuk hidup
b) Pendidikan sebagai pertumbuhan, dan
c) Pendidikan sebagai fungsi sosial
Pragmatisme menyakini bahwa pikiran anak itu aktif dan kreatif., tidak
secara pasif begitu saja menerima apa yang diberikan gurunya. Pengetahuan
dihasilkan dengan transaksi antara manusia dengan lingkungannya, dan kebenaran
adalah termasuk pengetahuan. Dalam situasi belajar, guru seyogyanya menyusun
situasi-situasi belajar sekitar masalah utama yang dihadapi masyarakat, yang
pemecahannya diserahkan pada siswa-siswa untuk sampai kepada pengertian
lebih baik tentang lingkungan sosial maupun lingkungan fisik.

Pragmatisme merupakan kreasi filsafat dari Amerika, dipengaruhi oleh


empirisme, utilitarianisme, dan positivisme. Esensi ajarannya, hidup bukan untuk
mencari kebenaran melainkan untuk menemukan arti atau kegunaan. Tujuan
pendidikannya menggunakan pengalaman sebagai alat untuk menyelesaikan hal-
hal baru dalam kehidupan pribadi dan masyarakat.

Dalam menentukan kurikulum, setiap pelajaran tidak boleh terpisah, harus


merupakan suatu kesatuan. Caranya adalah dengan mengambil suatu masalah
menjadi pusat segala kegiatan. Metode yang sebaiknya digunakan dalam
pendidikan adalah metode disiplin, bukan dengan kekuasaan. Kekuasaan tidak
dapat dijadikan metode pendidikan karena merupakan suatu kekutan yang datang
dari luar, dan didasari oleh suatu asumsi bahwa ada tujuan yang baik dan benar
secara objektif, dan si anak dipaksa untuk mencapai tujuan tersebut.

5. Filsafat Pendidikan Eksistensialisme


Eksistensialisme memfokuskan pada pengalaman-pengalaman individu.
Yang ditekankan eksistensialisme adalah pilihan kreatif, subjektivitas pengalaman
manusia, dan tindakan konkret dari keberadaan manusia atas setiap skema rasional
untuk hakekat manusia. Pengetahuan manusia tergantung pada pemahamannya
tentang realitas. Pengetahuan yang diberikan di sekolah bukan sebagai alat untuk
memperoleh pekerjaan melainkan untuk dijadikan alat perkembangan dan
pemenuhan diri.
Tujuan pendidikan eksistensialisme adalah mendorong setiap individu agar
mampu mengembangkan semua potensinya. Kurikulum ideal adalah kurikulum
yang memberikan siswa kebebasan individual dan mensyaratkan mereka untuk
mengajukan pertanyaan, melaksanakan pencarian, dan menarik kesimpulan
sendiri. Eksistensialisme menolak apa yang disebut penonton teori pengetahuan.
Karena itu, sekolah harus mencoba membawa siswa ke dalam hidup yang
sebenarnya. Guru harus memberikan kebebasan kepada siswa memilih dan
memberi mereka pengalaman-pengalaman yang akan membantu menemukan
makna dari kehidupan.
6. Filsafat Pendidikan Progresivisme
Progresivisme berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini
mungkin tidak benar di masa mendatang. Karenanya, untuk mempersiapkan siswa
menghadapi masa depan yang tidak diketahui adalah membekali mereka dengan
strategi-strategi pemecahan masalah. Jadi, pendidikan progresivisme didasarkan
atau terpusat pada anak. Guru berfungsi sebagai pembimbing dan memiliki
tanggung jawab untuk memfasilitasi pembelajaran siswa.Guru berusaha untuk
memberi siswa pengalaman-pengalaman yang meniru kehidupan keseharian
sebanyak mungkin dan siswa diberi kesempatan untuk bekerja secara kooperatif.
Progresivisme didasarkan pada asumsi:
a) Muatan kurikulum diperoleh dari minat-minat siswa
b) Pengajaran dikatakan efektif jika mempertimbangkan anak secara
menyeluruh
c) Pembelajaran pokoknya aktif
d) Tujuan pendidikan adalah mengajar siswa berpikir rasional
e) Siswa mempelajari nilai personal dan sosial
f) Manusia ada dalam keadaan yang berubah secara konstan, dan pendidikan
memungkinkan masa depan yang lebih baik
Terdapat beberapa prinsip pendidikan progresivisme, yaitu:
a) Pendidikan adalah hidup itu sendiri, bukan persiapan untuk hidup
b) Pendidikan harus berhubungan secara langsung dengan minat anak yang
dijadikan dasar motivasi belajar
c) Belajar melalui pemecahan masalah akan menjadi presenden terhadap
pemberian materi pelajaran
d) Peranan guru memberi petunjuk kepada siswa
e) Sekolah harus memberi semangat bekerja sama
f) Kehidupan yang demokratis diperlukan bagi pertumbuhan
7. Filsafat Pendidikan Perenialisme
Perenialisme menentang pandangan progresivisme yang menekankan
perubahan dan sesuatu yang baru. Perenialisme memandang bahwa pendidikan
harus lebih banyak mengarahkan pusat perhatiannya pada kebudayaan ideal yang
telah teruji dan tangguh. Perenialisme berpendapat mengenai kebenaran sebagai
hal yang konstan. Siswa diberikan pengetahuan tentang prinsip atau gagasan besar
yang tidak berubah. Kurikulum harus menekankan pertumbuhan intelektual siswa
pada seni dan sains yang merupakan karya terbaik dan paling signifikan dari
manusia. Prinsip pendidikan perenialisme adalah:
a) Walaupun lingkungan berbeda, namun pada hakikatnya manusia adalah sama
b) Rasio merupakan atribut manusia yang paling tinggi
c) Tugas pendidikan adalah memberikan pengetahuan tentang kebenaran yang
pasti dan abadi
d) Pendidikan bukan peniruan dari hidup melainkan persiapan untuk hidup
e) Siswa seharusnya mempelajari karya besar dalam literatur yang menyangkut
sejarah, filsafat, seni, dan kehidupan sosial
8. Filsafat Pendidikan Esensialisme
Esensialisme menekankan pada apa yang mendukung pengetahuan dan
keterampilan yang diyakini penting yang harus diketahui oleh para anggota
masyarakat yang produktif. Menurut esensialisme pendidikan sekolah bersifat
praktis dan memberi anak pengajaran logis yang mempersiapkan mereka untuk
hidup. Tujuan pendidikan adalah untuk meneruskan warisan budaya dan sejarah
melalui pengetahuan inti yang terakumulasi dan telah bertahan dalam kurun waktu
yang lama serta merupakan suatu kehidupan yang telah teruji oleh waktu dan
dikenal semua orang. Selain itu, pendidikan bertujuan mempersiapkan manusia
untuk hidup. Kurikulumnya menekankan pengajaran fakta-fakta. Peranan sekolah
adalah memelihara dan menyampaikan warisan budaya dan sejarah melalui
hikmat dan pengalaman yang terakumulasi dari disiplin tradisional. Guru
dianggap sebagai seseorang yang menguasai lapangan subjek khusus dan
merupakan model contoh yang sangat baik untuk ditiru. Kelas pun berada di
bawah pengaruh serta pengawasan guru.
9. Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme.
Rekonstruksionisme melekatkan kepentingan pokoknya pada pengalaman yang
dimiliki siswa. Aliran ini berpendapat bahwa sekolah harus mendominasi/
mengarahkan perubahan atau rekonstruksi tatanan sosial saat ini. Teori pendidikan
rekonstruksionisme yang dikemukakan Brameld, yaitu:
a) Pendidikan harus dilaksanakan di sini dan sekarang dalam rangka
menciptakan tata sosial baru
b) Masyarakat baru harus berada dalam kehidupan demokrasi sejati
c) Anak, sekolah, dan pendidikan dikondisikan oleh kekuatan budaya dan sosial
d) Guru harus meyakini validitas dan urgensi dirinya secara bijaksana
e) Cara dan tujuan pendidikan harus diubah kembali untuk menemukan
kebutuhan yang berkaitan dengan krisis budaya dan menyesuaikan kebutuhan
dengan sains sosial
f) Penyusunan kurikulum, isi pelajaran, metode yang dipakai, struktur
administrasi, dan pelatihan guru harus ditinjau kembali

D. Mendidik, Mengajar, dan Melatih


Pendidikan pada hakikatnya mengandung tiga unsur yaitu mendidik,
mengajar, dan melatih. Ketiga istilah tersebut memiliki pengertian yang berbeda-
beda secara sepintas bagi orang yang awam mungkin akan dianggap sama artinya.
Dalam praktik sehari-hari dilapangan kita sering mendengar kata-kata seperti
penididikan olahraga, pengajaran olahraga, latihan olahraga dan sebagainya.
Mendidik menurut Darji Damodiharjo menunjukkan usaha yang lebih
ditujukan kepada pengembangan budi pekerti, hati nurani, semangat, kecintaan,
dan lainnya. Mengajar berarti memberi pelajaran tentang berbagai ilmu yang
bermanfaat bagi perkembangan kemampuan berpikir. Sedangkan melatih ialah
usaha memperoleh keterampilan dengan melatihkan sesuatu secara berulang.
Tujuan dari tiga jenis kegiatan itu juga berbeda, tujuan mendidik ingin
mencapai kepribadian yang terpadu yang terintegrasi yang sering dirumuskan
untuk mencapai kepribadian yang dewasa. Para ahli ilmu mendidik telah
bersepakat bahwa tujuan mendidik ialah untuk mencapai kedewasaan. Tetapi
mengenai arti kedewasaan itu memerlukan pembahasan yang khusus karena
masalahnya tak semudah yang kita pikir.
Tujuan pengajaran yang menggarap kehidupan intelek anak ialah supaya
anak kelak memiliki kemampuan berpikir seperti yang diharapkan dari orang
dewasa secara ideal yaitu diantaranya mampu berpikir abstrak, logis, obyektif,
kritis, sistematis analitis, sintesis, integratif, dan inovatif.
Tujuan latihan ialah untuk memperoleh keterampilan tentang sesuatu
keterampilan adalah sesuatu perbuatan yang berlangsung secara mekanis yang
mempermudah kehidupan sehari-hari dan dapat pula membantu proses belajar
seperti kemampuan berhitung, membaca, menulis, mempergunakan bahasa, dan
sebagainya. Baik keterampilan maupun kemampuan berpikir akan membantu
proses pendidikan yang menyangkut pembangunan kepribadian seseorang.

E. Metode-Metode Mengajar

1. Metode Ceramah
Metode Ceramah atau kuliah mimbar adalah suatu bentuk pengajaran
dimana dosen mengalihkan informasi kepada sekelompok besar mahasiswa
dengan cara yang terutama bersifat verbal (lisan). Sedangkan Gilstrap & Martin
mendefinisikan metode ceramah sebagai metode mengajar dimana guru memberi
penyajuan fakta-fakta dan prinsip-prinsip secara lisan.
Keunggulan metode ceramah:
 Murah
Keunggulan ini dimiliki oleh metode ceramah karena metode ceramah
memungkinkan :
- Efesien dalam pemanfaatan waktu, sebab dapat menyajikan ide-ide guru
dengan cara-cara yang lebih jelas
- Seorang guru menguasai sejumlah siswa dan memudahkan penyajian
sejumlah isi pelajaran
 Mudah disesuaikan
Hal ini dimiliki karena metode ceramah memungkinkan :
- Disesuaikan dengan para siswa tertentu, pokok permasalahan, keterbatasan
waktu, keterbatasan peralatan
- Dapat disesuaikan dengan jadwal guru terhadap ketidaktersediaan bahan-
bahan tertulis maupun bahan pembelajaran berprogram
 Mengembangkan kemampuan mendengar pada diri siswa
Keunggulan ini dapat dimiliki metode ceramah karena dapat membantu para
siswa mengembangkan kemampuan mendengar secara tepat, kritis, dan penuh
penghayatan.
 Penguatan bagi guru dan siswa
Penguatan (reinforcement) pada guru akan diberikan oleh para siswa dalam
wujud perhatian mereka terhadap ceramah guru. Para siswa yang mengikuti
ceramah akan mendapatkan penguatan melalui kehangatan, humor, ilustrasi,
penghayatan, kelogisan, semangat dan perhatian yang dimiliki oleh guru.
 Pengaitan isi pelajaran dan kehidupan
Memungkinkan guru untuk mengkaitkan secara langsung dengan pengalaman
siswa maupun guru dalam kehidupan sehari-hari.
Kekurangan metode ceramah:
 Cenderung terjadi proses satu arah
Kecenderungan terjadinya proses satu arah pada metode ceramah
menyebabkan siswa berperan pasif selama penerapannya.
 Cenderung ke arah pembelajaran berdasarkan guru.
Kecenderungan ke arah terjadinya pembelajaran berdasarkan guru ditandai
adanya hal-hal berikut :
- Kemajuan belajar dengan metode ceramah tergantung kepada kecepatan
penyajian isi pelajaran oleh guru
- Menempatkan guru sebagai pihak primer dalam proses belajar mengajar
sedang siswa sebagai pihak sekunder
- Isi ceramah cenderung diwarnai minat dan perhatian guru
 Menurunnya perhatian siswa
Terjadi sebagai akibat kejenuhan dari siswa akibat panjangnya ceramah. Bila
ceramah diterapkan lebih dari 20 menit, maka perhatian akan cenderung
menurun.
 Ingatan jangka pendek
Metode ceramah hanya mampu menghasilkan ingatan dalam diri siswa dalam
jangka waktu yang pendek.
 Tidak efektif untuk mengajarkan keterampilan psikomotorik dan
menanamkan sikap.
Prosedur pemakaian metode ceramah:
 Tahap persiapan ceramah
Mempersiapkan ceramah dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan berikut :
- mengorganisasikan isi pelajaran yang akan diceramahkan
- mempersiapkan penguasaan isi pelajaran yang akan diceramahkan
- memilih dan menyediakan media instruksional dan/atau alat bantu
instruksional yang akan digunakan dalam ceramah
 Tahap awal ceramah
Tahap awal ceramah ini bisa digunakan untuk meningkatkan hubungan guru-
siswa, meningkatkan perhatian siswa, dan mengemukakan pokok-pokok isi
ceramah.
 Tahap pengembangan ceramah
Penceramah atau guru menyajikan isi pelajaran yang telah diorganisasikan
sebelumnya. Faktor-faktor yang hendaknya menjadi perhatian guru pada
tahap pengembangan ceramah ialah :
- keterangan secara singkat dan jelas
- pergunakan papan tulis
- carilah balikan (feedback) sebanyak-banyaknya selama berceramah
- mengatur alokasi waktu ceramah
 Tahap akhir ceramah
Kegiatan yang dilaksanakan oleh guru pada tahapan ini diantaranya :
- pembuatan rangkuman daru garis-garis besar isi pelajaran yang
diceramahkan
- Penjelasan hubungan isi pelajaran yang diceramahkan dengan isi pelajaran
yang berikutnya
- Penjelasan tentang kegiatan pada pertemuan yang berikutnya
2. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab dapat diartikan sebagai format interaksi antara guru-
siswa melalui kegiatan bertanya yang dilakukan oleh guru untuk mendapatkan
respons lisan dari siswa, sehingga dapat menumbuhkan pengetahuan baru pada
diri siswa.
Keunggulan metode tanya jawab:
 Mendapat sambutan yang lebih aktif
 Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan mengemukakan
pendapatnya
 Guru dapat mengetahui perbedaan pendapat antara para siswa, perbedaan
pendapat antara guru dan para siswa.
Kelemahan metode tanya jawab:
Dapat menimbulkan penyimpangan dari pokok masalah yang hendak
dicapai dan mungkin akan mungkin timbul masalah baru
Prosedur pemakaian metode tanya jawab:
Terdapat empat tahap dalam prosedur pemakaian metode tanya jawab,
yaitu:
 Tahap persiapan tanya jawab
Dimaksudakan agar guru selalu membuat daftar pertanyaan yang akan
diajukan kepada siswa. Pertanyaan hendaknya dirumuskan berdasarkan
tujuan yang ingin dicapai dan karakteristik siswa
 Tahap awal tanya jawab
 Tahap pengembangan tanya jawab
Guru dapat mulai mengembangkan proses tanya jawabnya. Untuk dapat
mengembangkan tanya jawab dapat menempuh berbagai variasi dalam
mengajukan pertanyaan.
 Tahap akhir tanya jawab
Guru bersama siswa membuat ringkasan isi pelajaran yang telah disajikan
selama tanya jawab.
3. Metode Diskusi
Girstrap & Martin (1975:15) mengutarakan bahwa metode diskusi
merupakan suatu kegiatan dimana sejumlah orang membicarakan secara bersama-
sama melalui tukar pendapat tentang suatu topik atau masalah, atau untuk mencari
jawaban dari suatu masalah berdasarkan semua fakta yang memungkinkan untuk
itu. Metode diskusi juga dapat diartikan sebagai suatu cara penguasaan isi
pelajaran melalui wahana tukar pendapat berdasarkan pengetahuan dan
pengalaman yang diperoleh guna memecahkan suatu masalah.
Keunggulan metode diskusi:
 Metode ini memberikan kesempatan kepada para siswa secara langsung, baik
partisipan, ketua kelompok, atau penyusun diskusi.
 Metode ini dapat dipergunakan secara mudah sebelum, selama ataupun
sesudah metode-metode yang lain.
 Metode ini mampu meningkatikan kemungkinan berfikir kritis, partisipasi
demokratis, mengembangkan sikap, motivasi, dan kemampuan berbicara
yang dilakukan tanpa persiapan.
 Metode ini memberikan kesempatan kepada para siswa untuk memahami
kebutuhan memberi dan menerima (take and give), sehingga siswa dapat
mengerti dan mempersiapkan dirinya sebagai warga negara yang demokratis.
Kekurangan metode diskusi:
 Metode diskusi sulit diramalkan hasilnya, walaupun telah diatur secara hati-
hati.
 Metode ini kurang efisien dalam penggunaan waktu dan membutuhkan
perangkat meja dan kursi yang mudah diatur.
 Metode ini menjamin penyelesaian, sekalipun kelompok setuju atau membuat
kesepakatan pada akhir pertemuan, sebab keputusan yang dicapai belum tentu
dilaksanakan.
 Metode ini sering kali didominasi oleh seorang atau beberapa orang anggota
diskusi, dan menyebabkan orang yang tidak berminat hanya sebagai
penonton.
 Metode ini membutuhkan kemampuan berdiskusi dari para peserta, agar
dapat berpartisipasi secara aktif dalam diskusi. Kemampuan berdiskusi ini
hanya akan dimiliki oleh seseorang bila dipelajari dan dilatih.
Prosedur pemakaian metode diskusi secara umum terbagi menjadi tiga tahapan,
yaitu :
 Tahapan sebelum pertemuan
- Pemilihan topik diskusi
- Membuat rancangan garis besar duskusi yang akan dilaksanakan
- Menentukan jenis diskusi yang akan dilaksanakan
- Mengorganisasikan para siswa dan formasi kelas sesuai dengan jenis
diskusinya
 Tahapan selama pertemuan
- Guru memberikan penjelasan tentang tujuan diskusi, topik diskusi, dan
kegiatan diskusi yang akan dilakukan
- Para siswa atau para siswa dan guru melaksanakan kegiatan diskusi
- Pelaporan dan penyimpulan hasil diskusi oleh siswa bersama guru
- Pencatatan hasil diskusi oleh siswa
 Tahapan setelah pertemuan
- Membuat catatan tentang gagasan –gagasan yang belum ditanggapi oleh
kesulitan yang timbul selama diskusi
- Mengevaluasi diskusi dari berbagai dimensi dan mengumpulkan evaluasi
dari para siswa serta lembaran komentar
4. Metode Demonstrasi
Cardille & Winarno mengemukakan metode demonstrasi merupakan
format interaksi belajar mengajar yang sengaja mempertunjukan tindakan, proses,
atau prosedur yang dilakukan oleh guru atau orang lain kepada seluruh siswa atau
sebagian siswa.
Keunggulan metode demonstrasi:
 Memperkecil kemungkinan salah bila dibandingkan kalau siswa hanya
membaca atau mendengar penjelasan saja.
 Memungkinkan para siswa terlibat secara langsung dalam kegiatan
demonstrasi.
 Memudahkan pemusatan perhatian siswa kepada hal-hal yang dianggap
penting.
Kekurangan metode demonstrasi:
 Metode demontrasi memerlukan persiapan yang teliti dan penerapannya
memerlukan waktu yang lama.
 Demonstrasi menuntut peralatan yang ukurannya memungkinkan pengamatan
secara tepat oleh siswa pada saat digunakan.
 Mempersyaratkan adanya kegiatan lanjutan berupa peniruan oleh para siswa
terhadap hal-hal yang didemonstrasikan.
 Persiapan yang kurang teliti akan menyebabkan siswa melihat suatu tindakan,
proses atau prosedur yang didemonstrasikan tidak sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya.
Prosedur pemakaian metode demonstrasi:
- Suatu penjelasan (Explanation)
- Jalinan pertanyaan-pertanyaan
- Lembar-lembar instruksi
- Alat bantu visual
- Instruksi keamanan
- Periode diskusi atau tanya jawab
5. Metode Inkuiri
Istilah metode inkuiri didefinisikan sebagai suatu prosedur yang
menekankan belajar secara individual, manipulasi objek atau
pengaturan/pengkondisian objek, dan eksperimentasi lain oleh siswa sebelum
generalisasi atau penarikan kesimpulan dibuat.
Keunggulan metode inkuiri:
- Metode ini memiliki kemungkinan yang besar untuk membantu memperbaiki
dan/atau memperluas persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses
kognitif para siswa.
- Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi sifatnya, dan
memungkinkan sebagai pengetahuan yang melekat erat pada diri siswa.
- Metode penelitian dapat menimbulkan gairah belajar pada diri siswa.
- Metode ini memberikan kesempatan pada siswa untuk maju berkelanjutan
sesuai dengan kemampuannya sendiri.
- Metode ini menyebabkan siswa mengarahkan belajarnya sendiri.
- Metode ini membantu memperkuat konsep diri siswa dengan bertambahnya
rasa percaya diri selama proses kerja penemuan.
- Metode ini berpusat pada siswa.
- Metode ini membantu perkembangan para siswa menuju ke perasaan
skeptisme (perasaan meragukan/tidak percaya pada suatu hal) yang sehat
untuk mencapai kebenaran akhir dan mutlak.
Kelemaham metode inkuiri:
- Metode ini mempersyaratkan suatu persiapan kemampuan berpikir yang
dapat dipercaya.
- Metode ini kurang berhasil untuk mengajar pada kelas yang besar jumlah
siswanya.
- Harapan yang ditimbulkan oleh metode ini, mungkin mengecewakan bila
diterapkan untuk guru dan siswa yang sudah terbiasa dengan perencanaan dan
pengajaran yang tradisional.
- Mengajar dengan penemuan memungkinkan dipandang sebagai metode yang
terlalu menekankan pada penguasaan pengetahuan dan kurang
memperhatikan perolehan sikap dan keterampilan.
- Di dalam beberapa disiplin ilmu (misalnya : geografi) mungkin dibutuhkan
fasilitas tertentu untuk menguji gagasan dari disiplin ilmu tersebut yang tidak
tersedia di sekolah.
- Metode ini tidak memberi kesempatan untuk berpikir kreatif.
Prosedur pemakaian metode inkuiri:
- Mengidentifikasi kebutuhan siswa
- Pemilihan pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian, konsep, dan
generalisasi yang akan dipelajari
- Pemilihan bahan dan masalah atau tugas-tugas yang akan dipelajari
- Membantu memperjelas mengenai tugas/masalah yang akan dipelajari dan
peranan masing-masing siswa
- Mempersiapkan tempat dan alat-alat untuk penemuan
- Mengecek pemahaman siswa tentang masalah yang akan dipecahkan dan
tugas-tugasnya dalam pelaksanaan penemuan
- Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan penemuan
dengan melakukan kegiatan pengumpulan data dan pengolahan data
- Membantu siswa dengan informasi atau data yang diuperlukan oleh siswa
untuk kelangsungan kerja mereka, bila siswa menghendakinya
- Membimbing para siswa menganalisis sendiri dengan pertanyaan
mengarahkan dan mengidentifikasi proses yang digunakan
- Membesarkan hati dan menguji siswa yang iktu serta dalam proses penemuan
- Membantu siswa merumuskan kaidah, prinsip, ide, generalisasi, atau konsep
berdasarkan hasil penemuannya
6. Metode Pelatihan
Metode pelatihan pada umumnya digunakan untuk memperolah suatu
ketangkasan atau keterampilan dari apa yang telah dipelajari.
Keunggulan metode penelitian:
- Dapat melatih sifat motorik dengan baik, seperti menulis, permainan,
pembuatan dan lain-lain.
- Dapat melatih kecakapan mental, misalnya perhitungan, penggunaan rumus-
rumus.
- Dapat melatih hubungan, tanggapan, seperti penggunaan bahasa, grafik,
simbol, peta dan lain-lain.
Kelemahan metode penelitian:
Apabila latihan dilakukan terlalu lama maka siswa akan merasa kelelahan
karena tidak sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.
Prosedur pemakaian metode pelatihan:
- Siswa harus diberi pengertian yang mendalam sebelum diadakan latihan
tertentu
- Latihan untuk pertama kalinya hendaklah bersifat diagnosis, mula-mula
kurang berhasil, lalu diadakan perbaikan untuk kemudian bisa lebih sempurna
- Proses latihan hendaknya mendahulukan hal-hal yang esensial dan berguna
7. Metode Ekspositori
Metode ekspositori adalah suatu bentuk pengajaran dimana guru
menjelaskan dan menyampaikan informasi, pesan atau konsep kepada seluruh
siswa dalam kelas. Guru bertindak sebagai sumber utama tentang pengetahuan
matematik dan guru adalah satu-satunya orang yang membuat keputusan
bagaimana pelajaran harus dilaksankan.
Langkah-langkah pengajaran dengan metode ekspositori adalah sebagai berikut:
- Guru menuliskan topik pembelajaran
- Guru menginformasikan tujuan pembelajaran
- Guru menyampaikan dan mengulas materi prasyarat, serta memotivasi siswa
- Guru menjelaskan dan menyajikan pesan atau konsep kepada para siswa
dengan lisan atau tetulis
- Guru meminta siswa baik secara perorangan maupun kelompok untuk
menggunakan konsep yang telah dipelajari dengan cara mengerjakan soal
yang telah disediakan
- Guru menjelaskan langkah pelajaran sebelum siswa diberikan tugas sebelum
menyelesaikan masalah
Keunggulan metode ekspositori:
- Pelajaran yang diberikan menjadi lebih terpusat dan terarah
- Penguatan bagi guru dan siswa
- Guru bebas mengembangkan pelajaran sesuai tujuan
Kekurangan metode ekspositori:
- Siswa tidak dapat dengan bebas mengembangkan kemampuannya
- Tidak adanya komunikasi dua arah dengan siswa
- Guru bebas mengembangkan pelajaran sesuai tujuan
- Siswa cenderung merasa bosan
- Ingatan jangka pendek
- Siswa tidak dapat mengambil kesimpulan secara bebas
- Tidak efektif
8. Metode Laboratori
Metode laboratori adalah metode mengajar yang orientasi kegiatannya
didasarkan atas percobaan dan penyelidikan dengan obyek-obyek fisik.
Langkah-langkah metode laboratori:
- Siswa dibiarkan untuk melakukan percobaan dan penyelidikan yang
individual, berpasangan, atau berkelompok dan bebas menggunakan benda-
benda yang dapat dimanipulasi.
- Siswa diminta untuk melakukan percobaan mengukur garis tengah dan
keliling tiga obyek berbentuk lempengan misalnya.
- Siswa diminta untuk mencatat hasil percobaannya tersebut ke dalam bagan
yang telah guru persiapkan sebelumnya.
Keunggulan metode laboratori:
- Siswa mempunyai kesempatan untuk melakukan sesuatu pekerjaan yang
berhubungan dengan pelajaran.
- Kebebasan untuk mengembangkan kemampuan berfikirnya.
- Dapat bersosialisasi dan bertukar fikiran dengan temannya dalam
memecahkan masalah.
Kekurangan metode laboratori:
- Fasilitas yang kurang memadai.
- Biaya peralatan yang cukup mahal dan sulit didapatkan.
- Dapat terjadi ketidak singkronan antara hasil penelitian dengan tujuan yang
ingin dicapai oleh guru.
- Pendidik kurang memahami benar materi yang dibahas.
9. Metode Penemuan
Metode penemuan adalah suatu metode pengajaran yang menekankan
kepada siswa agar mereka menemukan sebuah pemahaman dan mereka mampu
untuk memahami apa yang mereka temukan tersebut.
Penerapan metode penemuan:
Didalam penerapanya, metode penemuan dapat dilaksanakan dengan dua cara,
yaitu :
- Metode penemuan murni
Dalam metode ini pelajaran terfokus pada siswa dan tidak terfokus pada guru.
- Metode penemuan terbimbing
Dalam metode ini, guru mengarahkan atau memberi pentunjuk kepada para
siswa tentang materi pelajaran.
Keunggulan metode penemuan:
- Memberi kebebasan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan
berfikirnya
- Adanya kerjasama sehingga lebih dekat dengan sesama murid
- Dapat memacu guru untuk meningkatkan kemampuanya agar dapat
menjawab pertanyaan siswa
- Dapat memperluas wawasan siswa
- Dapat memotivasi siswa agar lebih giat belajar
- Dapat memperkuat konsep diri siswa
Kekurangan metode penemuan:
- Tidak semua siswa dapat diterapkan metode ini dalam pembelajarannya.
- Harapan yang ditimbulkan oleh metode ini mungkin mengecewakan.
- Kurang berhasil dalam kelas yang jumlahnya besar.
F. Kajian Obervasi

Ilmu Pengetahuan Sosial

Mengajar di kelas rendah ternyata memang cukup sulit karena anak-anak


didik di kelas tersebut terbilang masih pemula. Seorang pendidik dituntut
memiliki kemampuan yang lebih dalam memahami kondisi anak seusia itu. Hal
ini saya rasakan saat melakukan observasi di kelas II di SD N Sari Mulya V.Pada
kegiatan observasi tersebut saya mengajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial tentang lingkungan alam dan lingkungan buatan.

Saat memulai kegiatan belajar mengajar, hal pertama yang saya lakukan
adalah mengkondisikan kelas, kemudian memberikan apersepsi. Setelah itu saya
mencoba mengulas sedikit materi yang sudah diajarkan sebelumnya. Pada
kegiatan awal ini mulai muncul kondisi anak yang berbeda-beda. Ada anak yang
aktif dalam mengikuti pengajaran, ada juga yang terlihat tidak begitu
bersemangat. Hal ini merupakan salah satu masalah yang harus ditangani oleh
pendidik, bagaimana ia harus mengkondisikan anak sehingga semua siswa bisa
mengikuti pengajaran dengan baik. Salah satu caranya, yaitu dengan memberikan
simulasi-simulasi yang bisa menyemangati para siswa dan membangkitkan minat
siswa untuk mengikuti pelajaran.

Memasuki kegiatan inti, saya menyampaikan materi dengan menggunakan


metode ceramah, metode tanya jawab, metode latihan, dan juga metode
demonstrasi sebagai upaya untuk memberikan pemahaman yang lebih jelas.
Sebagian siswa tidak begitu sulit untuk memahami materi yang disampaikan
meskipun materi tersebut hanya dibahas sekilas, karena memang durasi waktu
untuk penyampaian materi cukup singkat. Hal tersebut mungkin disebabkan
sebagian dari mereka sudah mempelajari materi tersebut sebelumnya.

Hambatan yang saya rasakan adalah jumlah siswa didalam kelas yang
terlalu banyak, sehingga kondisi anak tidak terkontrol dengan baik. Penanganan
yang dilakukan unutk mengatasi hal tersebut, yaitu dengan melakukan pendekatan
secara intensif kepada tiap-tiap siswa. Kendala juga terjadi pada saat pemberian
latihan. Masih ada beberapa siswa yang belum lancar membaca dan menulis
sehingga jalannya kegiatan belajar mengajar tidak sesuai dengan rencana waktu
yang ditentukan. Untuk menangani hal itu perlu adanya pendekatan dengan
melakukan bimbingan kepada siswa yang belum lancar membaca dan menulis
tersebut. Permasalahan-permasalahan tersebut juga harus menjadi perhatian kita
sebagai calon pendidik. Di kelas I siswa harus benar-benar dididik untuk
menguasai kemampuan membaca dan menulis serta berhitung, karena ketiga
faktor tersebut akan sangat berpengaruh pada proses belajar anak di kelas
selanjutnya.

Ilmu Pengetahuan Sosial

Pada observasi yang saya lakukan di SDN Sari Mulya V Cikampek, saya
mengajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, untuk kelas 3. Metode yang
saya gunakan adalah metode ceramah, tanya jawab, demonstrasi dan diskusi.
Materi yang saya ajarkan adalah materi tentang bagaimana sejarah mata uang
Indonesia, jenis-jenis uang dan kegunaannya.

Sebelum memulai pelajaran, kegiatan awal yang saya lakukan adalah


berdo‟a sebelum memulai pelajaran, mengabsen siswa, mengulang sedikit materi
yang sudah diajarkan, dan saya juga membuat simulasi-simulasi kecil agar siswa
bisa lebih fokus dalam menerima materi yang saya sampaikan setelahnya.

Dalam penyampaian materi saya tidak teralu menghadapi kesulitan karena


sebagian siswa telah membaca atau mempelajarinya di rumah. Ketika saya
bertanya siswa dapat menjawabnya. Hanya saja waktunya terlalu singkat sehingga
penjelasan yang saya sampaikan terlalu cepat dan kesempatan mereka untuk
bertanya juga tidak banyak.

Siswa-siswa kelas III di SD tersebut, tergolong pintar dan pemberani. Hal itu
dapat dilihat dari keberanian mereka dalam menjawab pertanyaan. Bahkan ada
beberapa siswa yang bertanya terus-menerus tentang materi yang saya ajarkan.
Ketika saya menerangkan bagaiman membedakan uang yang asli dan palsu
mereka sangat antusias dan diskusi dilakukan dengan sanat baik. Lalu ketika saya
memberkan soal, mereka tetap fokus dan mengerjakannya sesuai dengan yang
saya perintahkan. Suasana belajar pada saat itu pun sangat efektif dan tertib. Dan
saya terus memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan perasaan
mereka sehingga siswa dibiasakan untuk berpikir kritis dan kreatif.

Ilmu Pengetahuan Alam

Banyak metode pembelajaran yang dapat digunakan pada saat mengajar,


pemahaman beberapa metode pembelajaran sangat dibutuhkan oleh guru agar
tujuan pembelajaran dapat tercapai. Kesesuaian metode pembelajaran dengan
materi yang akan diajarkan juga dapat membantu siswa untuk lebih memahami
materi yang diajarkan. Pada saat melakukan praktek mengajar saya juga
menggunakan beberapa metode pembelajaran, yaitu: metode ceramah, tanya
jawab dan latihan. Saya menggunakan metode-metode tersebut sesuai dengan
materi yang saya ajarkan, yaitu mengenai kenampakan matahari. Pada saat saya
memulai pelajaran saya mengkondisikan kelas terlebih dahulu, kemudian saya
melakukan tanya jawab kepada siswa mengenai materi yang akan diajarkan,
sejauh manakah mereka mengetahui matahari. Yang saya tanyakan hanya seputar
materi yang memang akan saya ajarkan, misalnya matahari itu terbit dari sebelah
mana, warna matahari ketika pagi hari atau pada saat terbit, kedudukan matahari
pada saat pagi, siang dan sore hari, serta penyebab terjadinya baying-bayang.
Setelah itu barulah saya terangkan pada mereka mengenai hal-hal yang tadi saya
tanyakan secara detil, yaitu tentang arah terbitnya matahari, warna matahari ketika
pagi dan sore hari, kedudukan matahari pada pagi, siang, dan sore hari, serta
penyebab terbentuknya bayang-bayang itu karena apa. Setelah saya selesai
menjelaskan, kemudian saya kembali melakukan pertanyaan ulang tentang materi
yang telah saya jelaskan, dan setelah saya merasa bahwa murid-murid sudah
memahami materi yang saya ajarkan barulah saya melakukan evaluasi dengan
memberikan latihan soal tentang materi tersebut.
Pada saat praktek mengajar tidak begitu banyak kendala yang saya hadapi,
karena pada umumnya murid-muridnya sudah bisa membaca. Hanya saja ada
beberapa siswa yang masih belum paham dengan materi yang saya ajarkan, dan
juga pada saat latihan ada beberapa jawaban dari mereka yang cara penulisannya
salah atau kurang satu huruf, tetapi banyak juga yang jawabannya benar. Siswa
pun aktif-aktif sehingga tidak terlalu banyak kendala yang saya hadapi saat
mengajar. Mungkin hanya ada beberapa siswa yang terlalu aktif sehingga saya
sedikit sulit untuk mengkondisikan mereka. Selain hal-hal tersebut kendala yang
saya hadapi yaitu masalah waktu, karena menurut saya untuk menjelaskan materi
ini waktunya harus lebih banyak agar siswa-siswa pun lebih memahami materi
yang diajarkan.

Mungkin untuk mengatasi masalah di atas, seperti siswa yang masih salah
pada penulisan kata atau kurang penulisan huruf pada saat menulis bisa dengan
melakukan latihan menulis yang terus-menerus, serta dibimbing oleh guru agar
bimbingan dari guru juga orang tua di rumah sangat diperlukan dalam proses
pembelajaran menulis permulaan. Dan pada tahap menulis permulaan ini mungkin
metode SAS adalah metode paling baik yang dapat digunakan agar tidak terjadi
kesalahan penulisan oleh siswa pada tahap selanjutnya. Dan untuk masalah waktu
mungkin untuk murid Sekolah Dasar di kelas rendah jika menyampaikan materi
pembelajaran harus dilakukan pada beberapa kali pertemuan agar siswa benar-
benar dapat menyerap dan memahami materi yang diajarkan.

Ilmu Pengetahuan Alam

Dengan standar kompetensi mengungkapkan secara lisan beberapa


informasi dengan mendeskripsikan benda, saya mendeskripsikan benda-benda
mati yang ada di sekitar dengan menggunaka kalimat yang mudah dipahami oleh
siswa. Pada intinya materi yang saya sampaikan adalah mendeskripsikan benda
hidup dan mati. Metode yang saya gunakan dalam kegiatan belajar mengajar
adalah metode ceramah yaitu dengan bercerita atau menguraikan secara jelas
deskripsi dari benda hidup dan mati. Selain metode ceramah, saya juga
menggunakan metode tanya jawab yaitu dengan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya mengenai materi yang saya sampaikan apabila belum
mengerti. Adapun metode demonstrasi yang saya gunakan adalah menggunakan
contoh dari benda hidup dan mati dan kemudian saya menenangkan perbedaan
diantara keduanya.

Selama proses belajar, saya berusaha menguraikan dengan menggunakan


kalimat yang mudah dimengerti, dan saya mencoba untuk membuat kegiatan
tersebut menarik. Hambatan yang saya temui saat KBM tersebut, yaitu adanya
siswa yang belum memahami sepenuhnya materi yang saya sampaikan. Solusi
yang saya gunakan adalah dengan menerangkan kembali dengan singkat tetapi
tetap dipahami oleh siswa. Dengan demikian, saya bisa sekaligus memastikan
bahwa siswa memahami materi yang sudah saya sampaikan.

Bahasa Indonesia

Mengajar pada kelas rendah tidaklah mudah. Pada pelajaran bahasa


Indonesia di kelas III, saya menggunakan beberapa metode mengajar. Yang
pertama saya menggunakan metode ceramah, adalah metode penuturan secara
lisan. Murid hanya mendengar dan mencatat pokok-pokok yang penting yang
dikemukakan oleh guru. Yang kedua saya menggunakan metode tanya jawab,
adalah metode dengan cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang
dilakukan oleh guru untuk mengetahui respons dari siswa. Yang ketiga saya
menggunakan metode latihan, adalah cara penyajian dengan cara guru/pengajar
memberikan latihan berupa soal-soal evaluasi kepada siswa, untuk mengetahui
sejauh mana siswa mengerti materi yang telah dipelajari.

Kegiatan pada waktu mengajar yang saya lakukan adalah :

 Berdoa bersama
 Mengabsen siswa
 Apersepsi (bertanya sampai mana bahasa Indonesia minggu lalu yang
dipelajari)
 Kegiatan inti. Menjelaskan materi tentang „ benda-benda persegi dan
persegi yang ada di lingkungan kelas dan sekolah‟
 Diakhiri dengan pemberian tugas evaluasi kepada siswa tentang materi
yang telah dipelajari.
Pada waktu mengajar saya mendapatkan beberapa kendala dalam
menyampaikan pelajaran, anatara lain:

 Adanya siswa yang belum bisa membaca dengan lancar


 Salah satu siswa dikelas tidak bisa melafalkan hurup „R‟ dibaca „L‟ sperti
pada kata „CERMIN‟ dibaca „CELMIN‟
 Tingkah laku siswa yang suka bercanda di dalam kelas
Solusi yang saya lakukan untuk meminimalisir kendala adalah dengan
pendekatan pribadi maksudnya guru lebih cekatan dan teliti untuk mmengawasi
seluruh siswa dikelas, dan memotivasi di saat siswa terlihat sudah tidak fokus lagi
dengan cara bernyanyi.

Pendidikan Kewarganegaraan

Hal yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah penyampaian


materi yang dimaksud kepada peserta didik dengan cara yang sederhana dan dapat
dimengerti peserta didik. Ada banyak cara maupun teori yang dapat membantu
proses tersebut, misalnya dengan meode-metode pembelajaran yang dipadukan
dengan beberapa jenis permainan atau simulasi yang sederhana.

Metode yang digunakan dalam observasi, salah satunya adalah metode


ceramah ditambah simulasi serta metode diskusi. Metode-metode tersebut bisa
terbilang sesuai dengan kondisi kelas yang penuh. Itu bisa dilihat dari respon
peserta didik dalam menanggapi materi yang disampaikan pengajar serta dalam
menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Adapun ada kalanya respon tersebut
terlalu berlebihan hingga suasana kelas menjadi sangat riuh. Keadaan tersebut bisa
menjadi kendala ataupun salah satu bukti keberhasilan pengajar menyampaikan
materi. Menjadi kendala apabila suasana kelas tidak segera ditenangkan, karena
suasana ramai seperti itu sedikit sulit untuk dikembalikan ke suasana semula,
kecuali pengajar sedikit berteriak dalam menenangkan peserta didik. Cara tersebut
bisa dibilang cukup berhasil, meskipun setelah jam pelajaran selesai pengajar akan
sedikit kelelahan. Akan tetapi itu dapat menjadi bukti keberhasilan karena ternyata
peserta didik mengerti materi yang disampaikan pengajar.

Dalam proses pembelajaran ditemukan peserta didik yang sedikit menarik


diri dari lingkungan kelas atau peserta didik yang terlalu bersemangat hingga
tanpa diminta untuk menjawab pun akan selalu menjawab. Karakteristik peserta
didik tersebut cukup menarik perhatian pengajar. sehingga pengajar diharuskan
melakukan pendekatan yang cukup intensif, agar potensi-potensi yang dimiliki
peserta didik dapat ditingkatkan secara maksimal.

Matematika

Mata pelajaran Matematika yang diberikan di sekolah kepada anak bukan


semata-mata agar anak bisa menyebutkan rumus-rumus atau angka-angka saja,
namun agar anak juga bisa menggunakan rumus dan angka tersebut dalam
kehidupannya sehari-sehari. Begitu pun dengan materi pembelajaran mengenai
keliling dan luas persegi dan persegi panjang yang saya sampaikan pada saat
praktik mengajar di Kelas III SD N Sari Mulya V Cikampek. Penyampaian materi
tersebut bukan hanya bertujuan agar anak mengetahui rumus dari keliling dan luas
persegi dan persegi panjang, melainkan agar mereka juga bisa menerapkan atau
menggunakannya untuk memecahkan masalah nyata di lingkungannya yang
berhubungan dengan keliling dan luas persegi dan persegi panjang. Setelah
mengetahui rumus keliling dan luas masing-masing bidang datar, kami
mendemonstrasikan secara langsung bagaimana menerapkannya, yaitu dengan
menghitung keliling dan luas dari benda-benda di dalam kelas yang berbentuk
persegi maupun persegi panjang.
Selama proses belajar mengajar berlangsung, siswa dan siswi kelas III
yang berjumlah 50 itu mengikuti dengan cukup aktif. Mereka mau menjawab
ketika ditanya dan tidak segan-segan untuk maju ke depan ketika diminta. Selain
itu, mereka juga bisa menangkap materi yang disampaikan dengan sangat baik.
Namun, pada saat itu kendala yang saya hadapi tidak sedikit. Sebagai latihan, saya
memberikan tugas berupa soal essay. Namun, karena saya kira jumlah muridnya
tidak lebih dari empat puluh, saya hanya membawa empat puluh lembar soal.
Sepuluh anak yang tidak mendapatkan soal merasa kecewa. Untunglah mereka
tetap mau mengerjakan setelah saya meminta mereka melihat soal dari temannya
dan mengerjakannya di kertas. Dengan kelas yang tidak terlalu luas dan jumlah
murid yang banyak, saya harus berbicara agak berteriak supaya terdengar oleh
seisi kelas. Dari seluruh anak, ada beberapa anak yang asik mengobrol dan tidak
memperhatikan. Mereka langsung diam dan memperhatikan ketika dihampiri ke
tempat duduknya walaupun tanpa dimarahi. Ada juga anak yang selalu
mengangkat tangan jika saya meminta seseorang dari mereka untuk menjawab
atau maju ke depan kelas. Sebenarnya itu bukan hal yang tidak baik, tetapi akan
lebih baik jika yang menjawab atau maju bukan hanya anak yang itu-itu saja
melainkan memberikan kesempatan bagi yang lainnya.

Matematika

Salah satu tugas pokok sekolah dalam hal ini sekolah dasar adalah
menyiapkan siswa agar dapat mencapai perkembangannya secara optimal.
Seorang siswa dikatakan telah mencapai perkembangannya secara optimal apabila
dia antara lain telah memperoleh pendidikan dan prestasi belajar yang sesuai
dengan bakat, kemampuan, dan minat yang dimiliki. Kenyataan menunjukkan
masih terdapat siswa ynag memperoleh prestasi belajar yang kurang meyakinkan,
bahkan tidak lulus evaluasi belajar tahap akhir.
Ketidakberhasilan siswa tersebut tidak semuanya disebabakan oleh
kebodohan atau kelemahan intelektualnya, melainkan karena ketidakmampuannya
mewujudkan kemampuan dan bakat yang dimiliki yang bersumber dari adanya
hambatan atau masalah tertentu yang dihadapi. Siswa seperti itu tidak sewajarnya
dibiarkan begitu saja, melainkan harus di upayakan agar mereka terbebas dari
hambatan-hambatan atau masalah-masalah yang dapat mengganggu proses
perkembangan mereka.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengevaluasi
pelayanan yang diberikan pendidik dan meningkatkan pelayanan pendidik, dalam
hal ini berkaitan dengan metode pembelajaran yang digunakan harus disesuaikan
dengan kondisi anak, pendidik harus terampil dalam mengembangkan pribadi
anak, mengembangakan watak anak dan mengembangkan serta mempertajam hati
nurani anak, pendidik harus memperbaiki diri terutama sikapnya dalam mengajar
jika berhadapan dengan anak didik, harus mengevaluasi kembali mengenai tugas
pendidik dalam mendidik anak dan apa yang menjadi tujuan medidik anak.
Dengan demikian mereka diharapkan dapat mencapai perkembangan yang
optimal.
Berbagai jenis metode pembelajaran yang telah ada, yang memliki ciri
khas masing-masing, yang digunakan dalam proses belajar di kelas (sekolah)
dimana dimaksudkan untuk membantu para pendidik dalam menyampaikan
materi pembelajaran, agar lebih mudah, efisien, dan tepat sasaran sesuai dengan
tujuan pembelajaran awal. Setiap metode yang akan digunakan oleh pendidik bisa
secara langsung dipilih dan disesuaikan dengan kondisi anak baik mental maupun
intelegensinya, sebab kondisi setiap anak itu berbeda-beda, ada yang pintar,
sedang, kurang pintar, dan tidak pintar dalam hal intelegensinya. Ada pula anak
yang berani, pemalu, penakut, pendiam, aktif dan tidak aktif dalam kemampuan
psikomotoriknya. Semuanya bervariasi, oleh sebab itu metode penyampaian
materi harus disesuaikan dengan materi dan kondisi anak agar tujuan awal
pembelajaran tercapai dan diharapkan anak-anak akan faham dengan materi yang
disampaikan dan mampu menarik kesimpulan dari materi tersebut.
Dari berbagai jenis metode yang ada, yang sering digunakan oleh pendidik
terutama bagi jenjang pendidikan sekolah dasar yaitu metode ceramah, seperti
yang kita ketahui bahwa metode ini lebih menekankan anak untuk tidak berperan
aktif dalam pembelajaran, dalam metode ini guru lebih berperan aktif dan menjadi
pelakon utama dalam pembelajaran. Hal ini menyebabkan anak sulit untuk
berkembang secara pesat dalam hal intelektual, psikomotor anak pun akan
terhambat, sebab anak akan cenderung diam, mendengarkan gurunya menjelaskan
materi.
Dalam kesempatan kali ini, saya ditugaskan untuk menyampaikan materi
mata pelajaran Matematika kelas II dengan pokok bahasan bangun datar
(mengenal dan mengetahui titik sudut bangun datar), metode yang saya gunakan
dalam pembelajaran kali ini adalah:
a. Metode ceramah
b. Metode tanya jawab
c. Metode demonstrasi
d. Metode diskusi
Setiap metode yang saya pergunakan dalam pelajaran matematika ini mempunyai
maksud atau tujuan tersendiri, metode ceramah saya gunakan ketika awal
menjelaskan mengenai tujuan pembelajaran dan menjelaskan langkah
pembelajaran, dan menjelaskan sedikit materi yang disampaikan sebab saya
mengajar siswa kelas dua yang belum sepenuhnya boleh untuk dilepas. Kemudian
metode tanya jawab saya gunakan juga yaitu pada saat proses belajar, dimana saya
bertanya mengenai pengetahuan sebelumnya yang mereka miliki yang
berhubungan dengan materi yang akan disampaikan nanti, juga mengenai
pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan selama proses belajar di kelas. Yang
ketiga adalah metode demonstrasi, metode ini saya gunakan ketika saya
menjelaskan mengenai titik sudut sebuah bangun ruang, dimana saya menunjukan
yang manakah yang disebut dengan titik sudut dan berapa jumlah dari titik sudut
yang berada dalam bangun tersebut. Yang terakhir yang saya gunakan adalah
metode diskusi, ini saya terapkan ketika mereka saya perintahkan untuk
berkumpul denagn teman sekelompoknya kemudian mendiskusikan apa yang saya
sampaikan, sehingga mereka faham. Keempat metode yang saya pergunakan ini
berlangsung cukup lancar dimana proses awalnya adalah saya sedikit menjelaskan
materi yang disampaikan kemudian saya mendemostrasikan alat peraga yang saya
gunakan untuk menunjukan manakah yang disebut dengan titik sudut dan berapa
jumlahnya kepada masing-masing anak. Kemudian saya ajukan pertanyaan secara
berkala kepada mereka agar mereka tidak begitu rumit dalam menjawabnya, saya
arahkan mereka untuk mau mengacungkan tangannya dan menjawab pertanyaan
yang saya sampaikan, baik yang berhubungan dengan lingkungan sekitar maupun
yang tidak berhubungan dengan lingkungan sekitar (benda-benda yang mereka
temui sehari-hari). Kemudian saya memerintahkan mereka untuk berdiskusi
mengenai apa yang saya sampaikan dan demonstrasikan kepada mereka, serta
mendiskusikan soal-soal yang saya berikan yang harus dikerjakan oleh masing-
masing kelompok. Kemudian mereka pun mendemonstrasikan kembali apa yang
saya sampaikan dan menjawab pertanyaan tersebut di depan kelas (perwakilan
tiap kelompok).
Tujuan saya mengambil metode-metode ini adalah agar anak mampu
dengan cepat memahami materi yang disampaikan, tetapi tepat dalam
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, anak mampu membedakan
mana yang disebut denagn titik sudut, menghitung jumlah titik sudut pada contoh-
contoh bangun datar seperti meja, kursi, jendela, papan tulis, penghapus, buku,
televisi, tempat tidur, dan lain-lain.
Metode ini saya sesuaiakan dengan kondisi anak dan materi yang saya
sampaikan. Dengan gabungan dari berbagai metode ini bisa memotivasi anak
dalam mencari pengetahuan, mencari pembenaran, sehingga anak mampu
mengambil generalisasi dari materi yang disampaikan, tetapi ada hal yang harus
diingat bahwa kegiatan tersebut masih dalam bimbingan dan petunjuk dari
pendidik/guru, sebab mereka masih berada dalam lingkungan kelas rendah,
berbeda halnya ketika menghadapi anak-anak yang berada di lingkungan kelas
tinggi, sedikitnya mereka sudah bisa dilepas secara langsung dalam berdiskusi.
Anak-anak sanagat antusias dalam mengikuti pelajaran, mereka terpacu untuk
maju ke depan kelas menjawab serta mendemonstrasikannya. Dari kegiatan
tersebut saya dapat melihat kemampuan dan kondisi setiap siswa seperti apa dan
bagaimana, setelah itu saya mengetahui siapa saja anak yang memang kurang
mampu menerima materi dengan cepat dan tepat.
Hambatan-hambatan yang saya temui ketika mengajar adalah:
Pembelajaran (anak) di setiap sekolah, kelas selalu ditemukan anak yang
memang pendiam, pemalu, kurang berani, kurang cepat dalam menerima
pelajaran, sulit berkonsentrasi, anak yang hiperaktif dalam kelas, sebab itulah
keunikan yang mereka miliki dimana kita sebagai pendidik harus sudah siap dan
tahu bagaimana menghadapi anak-anak yang seperti disebutkan di atas. Hal yang
saya lakukan pada anak-anak yang kondisinya seperti itu adalah dengan
melakukan pendekatan secara individu dalam proses belajar, terus mengajukan
pertanyaan kepada mereka dan ini salah satu tujuan mengapa saya mengambil
langkah metode diskusi, dimaksudkan agar anak-anak yang memang pendiam dan
pemalu serta penakut, jika memang dia dihadapkan secara langsung untuk
menjawab pertanyaan kedepan kelas. Mungkin dengan cara dia melakukan diskusi
dia mau untuk mengeluarkan pendapat dan menunjukan kemampuannya
dihadapan teman satu kelompoknya. Usaha ini pun berhasil, dia mau untuk
mengeluarkan pendapatnya dan luar biasa, ternyata dia adalah siswa yang cukup
cerdas, jika dibandingkan dengan anak-anak yang bersedia untuk maju kedepan
kelas. Hanya saja dia terbentur dengan rasa malu yang berlebih, tetapi dengan
usaha yang cukup keras akhirnya saya mampu membuatnya maju dan
mendemonstrasikan materi yang di ajarkan kepada teman-temanya. Hambatan
yang kedua yaitu, jumlah murid dalam satu kelas yang sangat tidak wajar yaitu 57
siswa, dimana idealnya dalam satu kelas itu terdiri dari 20 sampai dengan 25
siswa, agar penyampaian materinya pun mudah diserap oleh anak-anak. Tetapi
saya siasati dengan menggunakan metode pembelajaran tadi, jadi anak tidak
jenuh, anak-anak cukup bisa dikondisikan dengan baik.
Metode demonstrasi, ceramah, diskusi, dan tanya jawab tidak buruk jika
diterapkan dalam pelajaran matematika kelas II dengan ketentuan siswa terus
mendapatkan bimbingan dan pantauan dalam belajar dan mengambil kesimpulan
materi agar tujuan awal pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
BAB III
PENUTUP

Pendidikan yang secara umum diartikan sebagai usaha untuk


mengembangkan segala potensi yang dimiliki tidak dapat berlangsung jika tidak
ada pendidik dan peserta didik. Untuk menjadi seorang pendidik, ada beberapa hal
yang harus dipenuhi, misalnya penguasaan materi pelajaran, sikap
bertanggungjawab, dan kemampuan mengelola proses belajar mengajar. Selain
itu, pendidik juga harus dapat memilih dan menerapkan metode yang tepat untuk
digunakan ketika mengajar peserta didiknya. Pendidik dapat mengkombinasikan
metode-metode yang ada antara satu dengan yang lainnya agar didapatkan hasil
yang maksimal. Penerapan metode yang bervariasi akan membuat anak atau
peserta didik tidak merasa jenuh dan lebih mudah memahami materi yang
disampaikan. Adapun hambatan-hambatan yang muncul ketika proses belajar
berlangsung dapat dihadapi dan diselesaikan pendidik melalui berbagai solusi
yang tepat. Dengan ini, pendidik dapat menciptakan situasi pendidikan yang
efektif sehingga tujuan pun akan tercapai.
DAFTAR PUSTAKA

Purwanto, Ngalim. 2003. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Sadulloh, Uyoh. 2006. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sadulloh, Uyoh, dkk. 2007. Pedagogik. Bandung: Cipta Utama.

Suryosubroto. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka


Cipta.

You might also like