You are on page 1of 14

i

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kompetensi mengajar adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh semua
tenaga pengajar. Berbagai konsep dikemukakan untuk mengungkap apa dan bagaimana
kemampuan yang harus dikuasai oleh tenaga pengajar di berbagai tingkatan sekolah.
Misalnya, Gagne (1974) mengemukakan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar, terdapat
tiga kemampuan pokok yang dituntut dari seorang guru yakni: kemampuan dalam
merencanakan materi dan kegiatan belajar mengajar, kemampuan melaksanakan dan
mengelola kegiatan belajar mengajar, serta menilai hasil belajar siswa.
Asesmen adalah kegiatan guru yang berkaitan dengan pengambilan keputusan
tentang pelaksanaan pembelajaran dan pencapaian kompetensi atau hasil belajar peserta didik
yang mengikuti proses pembelajaran. Untuk itu, diperlukan data sebagai informasi yang
dapat diandalkan sebagai dasar pengambilan keputusan. Data yang diperoleh guru selama
pembelajaran berlangsung dijaring dan dikumpulkan melalui prosedur dan alat penilaian yang
sesuai dengan kompetensi atau indikator yang akan dinilai. Dari proses ini, diperoleh
potret/profil kemampuan peserta didik dalam mencapai sejumlah standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang dirumuskan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan masing-
masing. Oleh karena itu pelaksanaan kegiatan pendidikan perlu untuk secara berkala dinilai
untuk memperoleh informasi yang berguna bagi pengambilan kebijakan pendidikan dalam
rangka mening-katkan mutu pendidikan. Meningkatkan mutu pendidikan adalah sebagai
upaya meningkatkan mutu sumber daya manusia, meningkatkan daya saing masyarakat dan
bangsa, meningkatkan martabat pribadi, masyarakat dan bangsa serta mewujudkan kemajuan,
kemakmuran dan kesejahteraan hidup masyarakat dan bangsa.
Seperti halnya pada pembelajaran sains, bukan hanya untuk menguasai sejumlah
pengetahuan, tetapi juga harus menyediakan ruang yang cukup untuk tumbuh
berkembangnya sikap ilmiah, berlatih melakukan proses pemecahan masalah, dan penerapan
IPA dalam kehidupan nyata. Konsep-konsep sains bukan diperoleh peserta didik (secara
instant) dari pendidik ataupun buku-buku, melainkan melalui kegiatan-kegiatan ilmuah.
Kegiatan-kegiatan ilmiah meliputi kemampuan: melakukan pengamatan, mencatat data,
melakukan pengukuran, mengimplementasikan prosedur, mengikuti instruksi, menginferensi,
menyeleksi berbagai cara, merencanakan, melaksanakan, serta melaporkan hasil investigasi.
2

Olek karena itu, diperlukan penilaian yang dapat memberikan informasi yang menyeluruh
terhadap tingkat kompetensi peserta didik.
Selama ini pelaksanaan penilaian kurang mampu menggali kemampuan peserta
didik yang sesungguhnya. Penilaian yang biasa dilakukan lebih banyak hanya mengukur dan
menghargai aspek pemahaman konsep saja, sementara aspek-aspek yang lain kurang
diperhatikan. Dari hasil pengamatan di lapangan, proses penilaian yang dilakukan semata-
mata hanya menekankan pada penguasaan konsep yang dijaring dengan tes tulis obyektif
sebagai alat ukurnya.. Keadaan semacam ini merupakan salah satu penyebab pendidik enggan
melakukan kegiatan pembelajaran yang memfokuskan pada pengembangan keterampilan
proses peserta didik.
Berdasarkan pemaparan di atas, menunjukkan bahwa bentuk atau sistem penilaian yang
digunakan dalam mengukur hasil belajar peserta didik belum dapat menunjukan informasi
yang otentik sesuai dengan harapan dalam rangka peningkatan mutu peserta didik. Oleh dari
itu, diperlukan adanya sistem penilaian yang berdasarkan pada dimensi-dimensi sains.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah dimensi sains itu?
2. Bagaimana pelaksanaan assesmen berdasarkan enam dimensi sains?

1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut :
1. Untuk memberikan informasi tentang dimensi-dimensi sains.
2. Untuk memberikan penjelasan tentang pelaksanaan assesmen berdasarkan enam
dimensi sains.

1.4 Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat :
1. Bagi mahasiswa, sebagai bahan ajar dalam mata kuliah asesmen;
2. Bagi penulis lain, sebagai bahan rujukan dalam melakukan penelitian lebih lanjut.

3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Dimensi Sains
Mendefinisikan sesuatu yang kompleks seperti halnya sains dalam satu kalimat
pendek, sederhana, dan berlaku universal sangatlah sulit, namun beberapa ahli telah
mencobanya. Definisi sains yang merefleksikan pendekatan yang diterima secara umum
dalam pendidikan sains saat ini adalah : sains merupakan suatu pembelajaran yang
terakumulasi dan sistimatik tentang fenomena alam. Kemajuan sains ditandai bukan hanya
oleh suatu akumulasi fakta, tetapi oleh berkembangnya metode ilmiah dan sikap ilmiah.
(Science, 1990 dalam Nandang 2009). Jadi sains merupakan proses belajar yang dilakukan
manusia untuk mempelajari fenomena-fenomena alam sehingga menghasilkan sekumpulan
fakta yang menuntun pada penemuan berbagai konsep, prinsip, generalisasi, teori, dan hukum
tentang alam sebagai wujud dari produk sains. Pengumpulan fakta dilakukan melalui proses
yaitu metode ilmiah dan sikap ilmiah yang memungkinkan keduanya berkembang seiring
dengan perkembangan pemahaman manusia tentang alam.
James B. Conant, seorang ilmuwan bekebangsaan Amerika mendefinisikan sains
sebagai : adalah serangkaian skema konsep-konsep dan konseptual yang telah
dikembangkan sebagai suatu hasil eksperimen dan pengamatan yang mendorong
dilakukannya eksperimen dan pengamatan lebih lanjut. Seperti halnya definisi pertama,
definisi kedua pun menekankan bukan hanya pada produk sains tetapi juga pada proses sains
yaitu eksperimen dan pengamatan sebagai suatu bentuk metode ilmiah yang juga di dalamnya
terkandung sikap ilmiah. Produk sains yang telah ditemukan mendorong untuk dilakukan
eksperimen dan pengamatan lebih lanjut sehingga memungkingkan berkembangnya metode
ilmiah, sikap ilmiah, dan produk sains itu sendiri. Istilah proses atau metode, pengamatan
(observasi), dan sistematik yang digunakan dalam difinisi sains menunjukkan adanya sifat
dinamik dari sains baik dalam prinsip maupun praktik. Implikasi yang penting dari definisi
sains ini adalah: (1) Sains merupakan hasil dari aktivitas manusia melalui proses sistematik
yang disebut metode ilmiah yang didasari oleh sikap ilmiah; (2) Sains memiliki otoritas yaitu
observasi. Oleh karena itu, sains memiliki keterbatasan, segala yang ada di luar jangkauan
indra manusia sebagai alat observasi berada di luar batas sains. (Conant, 1951 dalam
Nandang, 2009)
4

Berdasarkan kajian terhadap dua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa sains
pada hakikatnya meliputi enam dimensi dan dikenal sebagai enam dimensi sains, yaitu: (1)
dimensi produk (concept domain); (2) dimensi proses (process domain); (3) dimensi aplikasi
(application domain); (4) dimensi kreativitas (creativity domain); (5) dimensi sikap (attitude
domain); dan (6) dimensi sifat sains (nature of schience domain) (Enger, et al. 1930).
1. Dimensi Konsep (concept domain)
Sains sebagai konsep (concept) yaitu berupa pengetahuan baik pengetahuan faktual,
prosedural, maupun konseptual meliputi prinsip, hukum, dan teori. Hasil dari beberapa
konsep ini adalah produk. Yang dimaksud produk disini adalah produk ilmiah (scientific
product) yang merupakan hasil dari proses ilmiah. Sains sebagai Produk merupakan
akumulasi hasil upaya para perintis sains terdahulu dan umumnya telah tersusun secara
lengkap dan sistematis dalam bentuk buku teks. Dalam pembelajaran sains seorang guru
dituntut untuk dapat mengajak peserta didiknya memanfaatkan alam sekitar sebagai sumber
belajar. Alam sekitar merupakan sumber belajar yang paling otentik dan tidak akan habis
digunakan. Produk sains merupakan sekumpulan hasil kegiatan empirik dan kegiatan analitik
yang dilakukan oleh para ilmuwan selama berabad-abad.
Produk-produk sains ada dikemukakan dengan istilah-istilah : fakta, konsep, prinsip,
dan teori.
a. Fakta dalam sains adalah pernyataan-pernyataan tentang benda-benda yang benar-benar
ada, atau peristiwa yang betul-betul terjadi dan sudah dikonfirmasi secara obyektif.
Contoh : atom hidrogen mempunyai satu elektron;m merkurius adalah planet terdekat
dengan matahari; air membeku pada suhu 0
0
C.
b. Konsep sains adalah suatu ide yang mempersatukan fakta-fakta. Konsep merupakan
penggabungan antara fakta-fakta yang ada hubungannya satu sama lain. Contoh : semua
zat tersusun atas partikel-partikel; benda-benda hidup dipengaruhi oleh lingkungan;
materi akan berubah tingkat wujudnya bila menyerap atau melepaskan energi.
c. Prinsip sains adalah generalisasi tentang hubungan antara konsep-konsep sains.
Contohnya : udara yang dipanaskan akan memuai, adalah prinsip menghubungkan konsep
udara, panas, pemuaian. Artinya udara akan memuai jika udara tersebut dipanaskan.
d. Teori ilmiah merupakan kerangka yang lebih luas dari fakta-fakta, konsep-konsep, dan
prinsip-prinsip yang saling berhubungan. Teori bisa juga dikatakan sebagai model, atau
gambar yang dibuat oleh ilmuwan untuk menjelaskan gejala alam. Contoh : teori
meteorologi membantu para ilmuwan untuk emmahami mengapa da bagaimana kabut dan
5

awan terbentuk. Hukum merupakan pemikiran yang lebih umum dan telah terbukti
kebenarannya melalui eksperimen.
2. Dimensi Proses (process domain)
Sains sebagai Proses (process) yaitu berkaitan dengan prosedur pemecahan masalah
dengan menggunakan metode ilmiah yang meliputi merumuskan hipotesis, merancang dan
melaksanakan penyelidikan, mengumpulkan dan menganalisis data, serta menarik
kesimpulan. Yang dimaksud proses disini adalah proses ilmiah (scientific process) untuk
mendapatkan sains. Sains disusun dan diperoleh melalui metode ilmiah. Jadi yang dimaksud
proses sains adalah metode ilmiah. Sepuluh keterampilan proses meliputi : (1) observasi; (2)
klasifikasi; (3) interpretasi; (4) prediksi; (5) hipotesis; (6) mengendalikan variabel; (7)
merencanakan dan melaksanakan penelitian; (8) inferensi; (9) aplikasi; (10) komunikasi.
Proses ilmiah yang harus dilatihkan melalui pembelajaran sains, antara lain:
mengidentifikasi masalah, melakukan pengamatan (observasi), menyusun hipotesis,
merancang dan melakukan penyelidikan, dan merumuskan simpulan. Keterampilan inkuiri
lain yang mewarnai pembelajaran sains adalah: mengukur, menggunakan peralatan,
menggolongkan atau melakukan klasifikasi, mengolah dan menganalisis data, menerapkan
ide pada situasi baru, serta mengkomunikasikan informasi dalam berbagai cara, misalnya
dengan gambar, lisan, tulisan, dan sebagainya. Latihan Proses ilmiah dapat mengembangkan
sikap dan nilai, antara lain: rasa ingin tahu, jujur, sabar, terbuka, skeptis, kritis, tekun, ulet,
cermat, disiplin, peduli terhadap lingkungan, memperhatikan keselamatan kerja, dan bekerja
sama dengan orang lain.
Sains sebagai proses/metode meliputi : cara berfikir, sikap dan langkah-langkah
kegiatan scientis untuk memperoleh produk sains, misalnya : observasi, pengukuran,
merumuskan, menguji hipotesis, mengumpulkan data, bereksperimen dan prediksi. Sains
sebagai proses menyangkut proses atau cara kerja untuk memperoleh hasil (produk) inilah
yang kemudian dikenal sebagai proses ilmiah. Melalui proses-proses ilmiah akan didapatkan
temuan-temuan ilmiah.
Proses empirik suatu proses sains yang melibatkan panca indera. Yang termasuk proses
empiric adalah observasi, pengukuran, dan klasifikasi. Sedangkan keterampilan proses sains
dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu keterampilan proses dasar (Basic Skills) dan
keterampilan proses terintegrasi (Integrated Skills) . Proses sains ada dua macam yaitu proses
empiric dan proses analitik.

6

3. Dimensi Aplikasi (application domain)
Sains sebagai Aplikasi (application domain) yaitu berkaitan dengan penerapan metode
ilmiah dan produk sains dalam kehidupan sehari-hari. Yang dimaksud aplikasi disini adalah
aplikasi ilmiah (scientific application) untuk menerapkan proses-proses ilmiah yang telah
dilakukan dan menerapkan produk-produk ilmiah yang diperoleh dari proses ilmiah dalam
kehidupan nyata. Proses dan produk ilmiah yang diterapkan bertujuan untuk memecahkan
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari agar dapat hidup secara mandiri.
Keterampilan dimensi aplikasi meliputi : (1) berpikir kritis; (2) bertanya dengan open-
ended; (3) menggunakan proses ilmiah dalam memecahkan masalah yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari; (4) mengambil keputusan dengan sikap ilmiah; (5) memahami dan
evaluasi laporan media massa tentang perkembangan ilmiah; (6) menerapan konsep ilmu
pengetahuan dan keterampilan untuk masalah teknologi; (7); mampu untuk membuat
intradisciplinary connections-integration pada sains (8) mampu untuk membuat
interdisciplinary connections-integration pada sains dan ilmu pengetahuan yang lain; (9)
memahami prinsip-prinsip ilmiah dan teknologi yang terlibat dalam umum perangkat
teknologi.
4. Dimensi Kreativitas (creativity domain) :
Sains sebagai kreativitas berhubungan dengan ide baru atau cara-cara yang tidak biasa
dalam menggambarkan dan memanfaatkan produk sains serta kegiatan pemecahan masalah.
Yang dimaksud kreativitas disini adalah kreativitas ilmiah (scientific creativity) dalam
upaya memanfaatkan produk sains serta kegiatan pemecahan masalah dari proses ilmiah
untuk menghasilkan ide-ide atau gagasan-gagasan baru untuk kelangsungan hidup umat
manusia.
Keterampilan dimensi kreativitas meliputi : (1) visualization-production of mental
images ; (2) generation of metaphors; (3) imajinasi; (4) menggabungkan ide-ide baru;
(5);bertanya bersifat open-ended (6) mampu memecahkan masalah; (7); menggunakan
pertimbangan alternative; (8) membuat ide-ide yang tidak biasa; (9) menghasilkan berbagai
modes of communicating.
5. Dimensi Sikap (attitude domain) :
Sains sebagai Pemupukan Sikap (attitude) yaitu berkaitan dengan rasa ingin tahu
tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang
menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar. Makna
sikap pada pembelajaran sains dibatasi pengertiannya pada sikap ilmiah (scientific
7

attitude). Sikap ilmiah yang dapat dikembangkan pada peserta didik diantaranya: sikap ingin
tahu, sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru, sikap kerja sama, sikap tidak putus asa,
sikap tidak berprasangka, sikap mawas diri, sikap bertanggung jawab, sikap berfikir bebas,
sikap kedisiplinan diri.
Sikap (attitude) adalah kecenderungan mental terhadap orang, objek, subjek, peristiwa,
dan sebagainya. Dalam sains, sikap ini penting karena tiga faktor utama:
a. Sikap siswa membawa kondisi mental kesiapan terhadap matapelajaran sains. Dengan
sikap positif, anak akan melihat objek ilmu, topik, kegiatan, dan orang-orang
secara positif. Seorang anak yang belum siap atau ragu-ragu, karena alasan apapun,
akan kurang bersedia untuk berinteraksi dengan orang-orang dan hal-hal yang terkait
dengan ilmu pengetahuan.
b. Sikap bukanlah perilaku bawaan atau keturunan. Sikap seorang anak dapat diubah
melalui pengalaman. Guru dan orang tua memiliki pengaruh besar pada sikap anak
terhadap IPA.
c. Ketiga, sikap bersifat dinamis berdasarkan hasil pengalaman yang bertindak sebagai
faktor pengarah ketika seorang anak memasuki pengalaman baru. Keputusan dan
evaluasi anak dapat menyebabkan pergeseran prioritas dan kesukaan. Dalam
pembelajaran IPA, sikap dan nilai-nilai siswa yang negatif terhadap IPA seharusnya
dapat digeser, dari negatif ke netral dan bahkan ke sudut pandang positif. Seiring
dengan waktu, dan dengan pengalaman positif lanjutan dan penyesuaian dalam sikap,
siswa mungkin menjadi lebih terbuka terhadap ilmu pengetahuan, berpikir secara
berbeda, dan mengumpulkan ide- ide yang lebih bermanfaat.
Sains membentuk nilai-nilai tertentu, yang serikali disebut sikap ilmiah.
Beberapa nilai tersebut berbeda dalam jenis atau intensitasnya dari nilai-nilai kegiatan
manusia lainnya, seperti bisnis, hukum, dan seni. Nilai-nilai tersebut muncul dari sisi
hakikat sains, budaya masyarakat sains, dan nilai sehari-hari yang selaras sains, antara lain:
a) Menghargai data yang dapat diverifikasi, hipotesis yang dapat diuji, prediksi,
serta pembuktian yang teliti.
b) Memiliki keyakinan dan perasaan yang positif terhadap IPA sebagai hasil kerja keras
manusia.
c) Menghargai nilai-nilai kemanusiaan yang relevan dengan pengembangan IPA, yakni
integritas, ketekunan, kejujuran, rasa ingin tahu, keterbukaan terhadap ide-ide baru,
skeptisme, dan imajinasi.
8

Pembelajaran sains paling tidak dapat mengembangkan nilai-nilai kejujuran,
ketekunan, rasa ingin tahu, keterbukaan terhadap ide-ide baru, dan skeptisme .
6. Dimensi sifat sains (nature of science domain)
Sains sebagai sifat sain dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang bagamaimana
agar sains dapat lebih berkemabanng. . Sains itu adalah usaha yang dilakukan manusia yang
mengandalkan dengan penalaran, wawasan, ketrampilan, dan kreativitas. Pengetahuan ilmiah
yang dilakuakn oleh para ilmuan telah memberikan peran yang penting dalam perkemabngan
sains dalam kehidupan. Meningkatkan kesadaran siswa dan mengembangkan pemahaman
merupakan hal yang penting dalam peljaran sains. Ketrampilan yang dikembangkan dalam
dimensi sains yang ilmiah adalah: 1) merangkai pertanyaan dalam sebuah penelitian ilmiah;
2) bersifat kompetitif dalam penelitian ilmiah; 3) menggunakan metode ilmiah dalam
penelitian ilmiah; 4) dapat menggabungkan antara beberapa ilmu pengetahuan, teknologi,
ekonomi, politik, sejarah, sosiologi, dan filsafat; 5) dapat bekerja sama dengan tim dalam
penelitian ilmiah; 6) menentukan asal usul ide ilmiah; dan 7) menentukan cara agar ilmu
pengetahuan dapat membangun pemahaman tentang dunia alam.

2.2 Assesmen Berdasarkan Enam Dimensi Sains
Asesmen adalah kegiatan guru yang berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang
pelaksanaan pembelajaran dan pencapaian kompetensi atau hasil belajar peserta didik yang
mengikuti proses pembelajaran. Untuk itu, diperlukan data sebagai informasi yang dapat
diandalkan sebagai dasar pengambilan keputusan. Data yang diperoleh guru selama
pembelajaran berlangsung dijaring dan dikumpulkan melalui prosedur dan alat penilaian yang
sesuai dengan kompetensi atau indikator yang akan dinilai. Dari proses ini, diperoleh
potret/profil kemampuan peserta didik dalam mencapai sejumlah standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang dirumuskan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan masing-
masing (Admin, 2011).
Penjelasan tersebut di atas mengandung makna bahwa jauh sebelum diberlakukannya
sistem Penilaian Kelas dari Kurikulum 2004, penilaian tidak hanya ditujukan pada
penguasaan salah satu bidang tertentu saja, melainkan menyeluruh dan mencakup aspek
kognitif, afektif maupun psikomotorik. Setiap penggunaan asesmen alternatif bentuk apapun
dicirikan oleh hal-hal berikut:
(1) menuntut siswa untuk merancang, membuat, menghasilkan, mengunjukkan atau
melakukan sesuatu;
9

(2) memberi peluang untuk terjadinya berpikir kompleks dan/atau memecahkan masalah;
(3) menggunakan kegiatan-kegiatan yang bermakna secara instruksional;
(4) menuntut penerapan yang autentik pada dunia nyata;
(5) pensekoran lebih didasarkan pada pertimbangan manusia yang terlatih daripada
mengandalkan mesin.
Penggunaan jenis asesmen yang tepat akan sangat menentukan keberhasilan dalam
mengakses informasi yang berkenaan dengan proses pembelajaran. Pemilihan metode
asesmen harus didasarkan pada target informasi yang ingin dicapai.
Target pada pembelajaran sains menyangkut pada enam dimensi sains yang telah
dikemukakan di atas. Jadi asesmen yang dilakukan pada pembelajaran sains mengacu pada
enam dimensi sains (Enger, et al. 1930).
1. Asessemen berdasarkan dimensi konsep (concept domain)
Asesmen berdasarkan dimensi konsep ini dapat diartikan sebagai suatu penilaian untuk
ranah kognitif (pengetahuan) peserta didik. Pengetahuannya itu berupa produk sains yang
telah dikemukakan. Namun, dalam hal ini bukan berarti menghafalkan produk sains (konsep,
prinsip, hukum, atau teori) tetapi lebih dari itu yaitu peserta didik dituntut untuk memahami
produk-produk sains itu.
Dalam asesmen ini, instrumen yang digunakan dapat berupa instrumen tes maupun non
tes. Tes berkaitan dengan benar salah, sedangkan non tes tidak berkaitan dengan benar dan
salah, melainkan berkaitan dengan baik dan buruk, suka dan tidak suka, setuju dan tidak
setuju, dan sebagainya. Tes formal dan non formal, lebih dibedakan atas dasar struktur atau
konstruksi instrumen. Untuk tes formal sudah ada struktur yang dapat dikatakan baku atau
dibakukan. Bentuk-bentuk tes formal antara lain : pilihan ganda, asosiasi pilihan ganda,
sebab-akibat, melengkapi(isian singkat), Uraian objektif, uraian non objektif (essay),
menjodohkan.
2. Asessemen berdasarkan dimensi proses (procces domain)
Asesmen berdasarkan dimensi proses ini dapat diartikan sebagai suatu penilaian untuk
ranah psikomotor (kinerja ilmiah) peserta didik. Kinerja ilmiah ini meliputi kemampuan :
melakukan pengamatan, mencatat data, melakukan pengukuran, mengimplementasikan
prosedur, mengikuti instruksi, menginferensi, menyeleksi berbagai cara/prosedur,
merencanakan, melaksanakan, serta melaporkan hasil investigasi. Pada penilaian ini, peserta
didik diharuskanmelakukan tugas tertentu yang dapat mengggambarkan keterampilannya,
seperti praktik di laboratorium. Peserta didik diminta untuk mendemonstrasikan kompetensi
10

dan keterampilannya dalam bidang tertentu. Penilai (guru) dapat menggunakan lembar
pengamatan (check list) atau skala penilaian (rating scale) untuk aspek-aspek yang
diamati/dinilai.
Penilaian unjuk kerja sering disebut penilaian autentik atau penilaian alternatif yang
bertujuan untuk mengetahui tingkat kompetensi peserta didik dalam menye-lesaikan masalah-
masalah di kehidupan nyata. Penilaian ini menggunakan tes yang juga disebut tes unjuk kerja.
Hasil tes ini dapat digunakan untuk perbaikan proses pembelajaran sehingga kompetensi
peserta didik mencapai pada tingkat yang diinginkan. Pada kegiatan pembelajaran ini masing
tergolong pada proses eksplorasi yaitu suatu kegiatan pembelajaran untuk mencaritemukan
berbagai informasi, pemecahan masalah, dan inovasi.
3. Asessemen berdasarkan dimensi aplikasi (aplication domain)
Asesmen berdasarkan dimensi aplikasi ini dapat diartikan sebagai suatu penilai-an
untuk kegiatan peserta didik dalam mengaplikasikan atau menerapkan produk sains
(pengetahuan) dan proses sians (metode ilmiah). Pada kegiatan pembelajaran ini sudah
digolongkan pada kegiatan elaborasi yaitu serangkaian kegiatan pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik meng-ekspresikan dan mengaktualisasikan diri melalui berbagai
kegiatan dan karya yang bermakna. Dalam kegiatan ini peserta didik dapat melakukan
sesuatu dan/atau menghasilkan sesuatu. Sehingga instrumen dalam asesmen yang digunakan
dapat berupa tes unjuk kerja dan/atau tes unjuk produk, dengan menggunakan lembar
pengamatan (check list) atau skala penilaian (rating scale) untuk aspek-aspek yang dinilai.
4. Asessemen berdasarkan dimensi kreativitas (creativity domain)
Asesmen berdasarkan dimensi kreativitas ini dapat diartikan sebagai suatu penilaian
untuk kegiatan peserta didik dalam upaya memanfaatkan produk sains serta kegiatan
pemecahan masalah dari proses ilmiah untuk menghasilkan ide-ide atau gagasan-gagasan
baru untuk kelangsungan hidup umat manusia. Pada kegiatan pembelajaran ini digolongkan
pada kegiatan elaborasi dan juga konfirmasi karena memungkinkan di sini diberikan
penilaian, penguatan, dan pembenaran atas apa yang dihasilkan. Instrumen dalam asesmen ini
lebih cederung pada tes unjuk produk dengan menggunakan lembar pengamatan yang
dilengkapi dengan rubrik penskoran untuk aspek yang dinilai atas hasil kerja peserta didik.
Namun, dapat juga dilakukan penilaian terhadap proses kinerja yang dilakukan dalam
menghasilkan ide-ide baru, sehingga dapat digunakan instrumen tes unjuk kerja.


11

5. Asessemen berdasarkan dimensi sikap (attitude domain)
Asesmen berdasarkan dimensi sikap ini dapat diartikan sebagai suatu penilaian untuk
ranah afektif peserta didik. Sikap atau perilaku sebagai aspek penampilan atau performance
peserta didik dapat diukur dengan lembar pengamatan terutama ketika penampilan itu muncul
atau digali untuk muncul. Sikap atau perilaku peserta didik tersebut dikaitkan dengan hasil
pananaman nilai-nilai (religi, sosial, intelektual, dan pendidikan) dari materi sains. Data hasil
pengamatan sebagai hasil pengukuran penampilan, cenderung merupakan data ordinal. Ada
beberapa model pengukuran terhadap perilaku atau sikap afeksi ini, misalnya Skala Likert,
Skala Perbedaan Semantik, dan Skala Thurstone.
6. Asessemen berdasarkan dimensi sifat sains (nature of science domain)
Asesmen berdasarkan dimensi sifat sains ini dapat diartikan sebagai suatu penilaian atas
sikap ilmiah/afektif maupun kinerja ilmiah/psikomotorik peserta didik. Kecenderungan ini
dilakukan mengingat dalam hal ini sains itu merupakan apa yang dilakukan para ilmuwan
dalam kegiatan ilmiahnya untuk menghasilkan suatu produk sains. Apabila peserta didik
diperlakukan sebagai seorang ilmuwan, maka penilaian yang diterapkan berupa penilaian
kinerja dan sikap ilmiahnya, dengan instrumen dapat berupa tes unjuk kerja dan tes afektif.

12

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Berdasarkan pada hasil pembahasan di atas, maka dapat ditarik suatu simpulan sebagai
berikut :
1. Sains pada hakikatnya meliputi enam dimensi dan dikenal sebagai enam dimensi sains,
yaitu: (1) dimensi konsep (concept domain); (2) dimensi proses (process domain); (3)
dimensi aplikasi (application domain); (4) dimensi kreativitas (creativity domain); (5)
dimensi sikap (attitude domain); dan (6) dimensi sifat sains (nature of sains domain).
2. Asesmen yang dilakukan pada pembelajaran sains mengacu pada enam dimensi sains,
yaitu :
a. Asessemen berdasarkan dimensi konsep (concept domain)
Dalam asesmen ini, instrumen yang digunakan dapat berupa instrumen tes maupun
non tes.
b. Asessemen berdasarkan dimensi proses (procces domain)
Penilai (guru) dapat menggunakan lembar pengamatan (check list) atau skala
penilaian (rating scale) untuk aspek-aspek yang diamati/dinilai.
c. Asessemen berdasarkan dimensi aplikasi (aplication domain)
Instrumen dalam asesmen yang digunakan dapat berupa tes unjuk kerja dan/atau tes
unjuk produk, dengan menggunakan lembar pengamatan (check list) atau skala
penilaian (rating scale) untuk aspek-aspek yang dinilai.
d. Asessemen berdasarkan dimensi kreativitas (creativity domain)
Instrumen dalam asesmen ini lebih cederung pada tes unjuk produk dengan
menggunakan lembar pengamatan yang dilengkapi dengan rubrik penskoran untuk
aspek yang dinilai atas hasil kerja peserta didik.
e. Asessemen berdasarkan dimensi sikapsains (nature of science domain
Sikap atau perilaku sebagai aspek penampilan atau performance peserta didik dapat
diukur dengan lembar pengamatan terutama ketika penampilan itu muncul atau digali
untuk muncul.
f. Asessemen berdasarkan dimensi sains tentang alam (nature of sains domain)
Penilaian yang diterapkan berupa penilaian kinerja dan sikap ilmiahnya, dengan
instrumen dapat berupa tes unjuk kerja dan tes afektif.
13

3.2 Saran
Berdasarkan dari hasil penulisan makalah ini dapat disarankan kepada guru-guru
khususnya guru sains agar melakukan asesmen berdasarkan enam dimensi sains sehingga
dapat dikumpulkan informasi yang dinginkan.

You might also like