You are on page 1of 85

Akhir Pilpres 2014 di Tangan

Mereka
PESTA demokrasi yang melibatkan 133.574.277 rakyat Indonesia yang memiliki hak
pilih sudah usai. Rakyat sudah menentukan pilihannya. Hasilnya seperti yang
ditetapkan Komisi Pemilihan Umum pada 22 Juli lalu.
Pasangan calon nomor urut satu Prabowo Subianto-Hatta Rajasa memperoleh 62.576.444
suara (46,85 persen), sedangkan pasangan calon nomor urut dua Joko Widodo-Jusuf Kalla
memperoleh 70.997.833 suara (53,15 persen). Dengan hasil tersebut, KPU menetapkan
Jokowi-JK sebagai pasangan presiden dan wakil presiden terpilih.
Namun, Tim Pembela Merah Putih yang mewakili Prabowo-Hatta menggugat hasil KPU
tersebut ke Mahkamah Konstitusi. Mereka menolak hasil yang telah ditetapkan KPU,
menyoal perolehan angka yang dinilai tak benar (direkayasa selama proses rekapitulasi
berjenjang dari tingkat TPS ke PPS, PPK, KPU Kabupaten/Kota, KPU Provinsi, hingga KPU
Pusat). Mereka juga menyoal adanya jutaan pemilih siluman yang dimobilisasi dengan
memanfaatkan ketentuan diperbolehkannya KTP/paspor/identitas lain untuk mencoblos.
Mereka mendalilkan terjadinya kecurangan yang terstruktur, sistematis, dan massif selama
Pilpres 2014.
Meski banyak yang meragukan dalil itu, Tim Pembela Merah Putih bersikukuh dan yakin
akan hal itu. Mereka mengaku memiliki data lengkap dan siap dibuka di persidangan MK
yang akan dimulai 6 Agustus, lusa.
Nasib bangsa ini, nasib akhir Pemilihan Presiden 2014, dan hasil akhir pesta 133,5 juta rakyat
Indonesia berada di tangan sembilan hakim konstitusi. Penjaga dan penafsir tunggal
konstitusi.






Koalisi Janjikan Bukti di
MK
Jalan Politik Juga Ditempuh Tim Prabowo-
Hatta

JAKARTA, KOMPAS Beragam cara ditempuh koalisi pengusung Prabowo
Subianto-Hatta Rajasa untuk membuktikan penilaian mereka tentang adanya
kecurangan dalam Pilpres 2014. Cara itu tidak sebatas menggugat hasil di Mahkamah
Konstitusi, tetapi juga jalan hukum dan jalan politik.
Demikian disampaikan sejumlah politisi di Koalisi Merah Putih dan tim hukum Prabowo-
Hatta, secara terpisah, saat halalbihalal bersama Prabowo-Hatta dan koalisi di Rumah
Polonia, Jakarta, Minggu (3/8).
Halalbihalal dihadiri Prabowo dan Hatta, tetapi keduanya tidak memberikan pernyataan apa
pun kepada wartawan kecuali hanya mengucapkan selamat Idul Fitri. Selain mereka, hadir
pula sejumlah ketua umum dan perwakilan partai politik dari Koalisi Merah Putih. Dalam
kesempatan itu, ratusan relawan yang hadir berkesempatan bersalaman dengan Prabowo dan
Hatta.
Koalisi Merah Putih terdiri dari Partai Gerindra, Partai Amanat Nasional, Partai Golkar,
Partai Persatuan Pembangunan, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Bulan Bintang, dan Partai
Demokrat.
Ada kecurangan, ada cacat dalam proses pemilu ini, itulah yang kami perangi. Jadi tim
Prabowo-Hatta berjuang untuk memerangi kecurangan, memerangi ketidakadilan, memerangi
semacam penghianatan terhadap proses demokratisasi, ujar Sekjen Partai Golkar sekaligus
Koordinator Pelaksana Koalisi Merah Putih Idrus Marham.
Di MK, sebagai salah satu cara untuk membuktikan keyakinannya akan kecurangan tersebut,
Idrus mengatakan, tim hukum Prabowo-Hatta akan memaparkannya.
Terkait hal ini, mantan Ketua Tim Pemenangan Prabowo-Hatta Mahfud MD mengatakan, tim
hukum Prabowo-Hatta yang menyiapkan gugatan di MK merupakan tim profesional yang
sudah bekerja baik. Saya sudah cek tadi, bagus (kerjanya), katanya.
Saat diberikan kesempatan berpidato di hadapan relawan, Mahfud mengatakan tidak pernah
keluar dari tim Prabowo-Hatta. Dia mengatakan hanya mundur sebagai ketua tim
pemenangan karena tugas pemenangan sudah selesai. Sampai sekarang saya masih bagian
dari tim, ujarnya.
Namun, tidak sebatas di MK, Wakil Ketua Tim Advokasi Prabowo-Hatta Razman Arif
Nasution mengatakan, tim juga melaporkan tindak kecurangan yang terjadi selama Pilpres
2014 ke polisi. Terkait tindakan penyelenggara pemilu, yang dinilai membiarkan banyak
kecurangan terjadi, tim juga telah melaporkannya ke Dewan Kehormatan Penyelenggara
Pemilu.
Syarat Jokowi disoal
Selain langkah-langkah itu, tim telah menggugat syarat pendaftaran Joko Widodo sebagai
calon presiden ke pengadilan tata usaha negara. Tim menilai proses pendaftaran Jokowi cacat
karena izin Jokowi maju sebagai capres ke Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak
memenuhi syarat Undang-Undang Pilpres.
Dalam UU itu, menurut dia, izin harus diterima paling lambat tujuh hari sebelum pendaftaran,
tetapi kenyataannya pendaftaran Jokowi hanya enam hari selang waktunya dengan
permintaan izin ke Presiden.
Pansus pilpres
Sementara jalan politik yang akan ditempuh adalah membentuk panitia khusus pemilu
presiden (pansus pilpres) di Dewan Perwakilan Rakyat. Sekarang kita masih reses, nanti
masuk tanggal 14 Agustus baru kita bentuk pansus itu. Pansus itu harus dibuat, kata Max
Sopacua, anggota DPR sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Demokrat.
Substansi pembentukan pansus pilpres, menurut dia, bukan untuk menjatuhkan Joko Widodo-
Jusuf Kalla, tetapi untuk mengevaluasi kinerja dari penyelenggara pemilu. Diharapkan,
persoalan yang terjadi selama pilpres tidak terulang.
Anggota DPR dari PPP, Ahmad Yani, menambahkan, syarat membentuk pansus pilpres
adalah inisiasi dari minimal 25 orang dan 2 fraksi. Syarat itu, menurut dia, tidak sulit.
Langkah politik lainnya, disebutkan Razman Arif Nasution, terkait kemungkinan Koalisi
Merah Putih di DPRD DKI Jakarta menolak pengunduran diri Joko Widodo sebagai
Gubernur DKI Jakarta karena belum tuntas menjalankan tugas sebagai gubernur. Namun,
langkah ini dibantah Idrus Marham. Begitu pula isu anggota DPR/MPR dari Koalisi Merah
Putih yang akan memboikot Sidang Umum MPR yang melantik Jokowi-JK sebagai presiden
dan wakil presiden.
Untuk sidang perdana di MK, relawan Prabowo-Hatta akan dikerahkan untuk mengawal
sekaligus memberikan dukungan moral kepada tim advokasi Prabowo-Hatta. (APA)
Pola Konsumsi Bikin Subsidi
Membengkak


JAKARTA, KOMPAS Konsumsi bahan bakar minyak bersubsidi tetap akan
membengkak meskipun kebijakan pengendalian konsumsi BBM bersubsidi telah dilakukan.
Hal itu karena mencari harga yang lebih murah dan rasional masih menjadi pola konsumsi
masyarakat Indonesia. Untuk itu, kesadaran masyarakat ekonomi atas, terutama pengguna
mobil, untuk membeli BBM nonsubsidi sangat diperlukan.
Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia Danang Parikesit, Minggu (3/8), di Jakarta,
mengatakan, setelah kebijakan pembatasan solar bersubsidi di Jakarta Pusat diterapkan,
banyak orang membeli solar bersubsidi di stasiun pengisian bahan bakar untuk umum
(SPBU) di Jakarta Selatan, Jakarta Barat, dan Jakarta Timur. Konsumsi BBM bersubsidi akan
bertambah karena mereka menempuh jarak yang lebih jauh dan harus mengantre di SPBU di
luar Jakarta Pusat.
Dalam jangka pendek ini, saya yakin konsumsi solar bersubsidi di SPBU-SPBU di dekat
perbatasan Jakarta Pusat akan meningkat karena banyak orang mencari harga BBM yang
lebih murah, kata dia.
Menurut Danang, meski tergolong berekonomi kuat, mereka tetap mencari BBM dengan
harga lebih murah karena masyarakat Indonesia sekarang ini merupakan pencari perbedaan
harga, bukan kualitas. Mereka cenderung mencari harga BBM yang lebih murah karena
secara rasional dan ekonomis jauh lebih menguntungkan.
Pola konsumsi masyarakat Indonesia yang seperti itulah yang tidak dipahami pemerintah
dan para pengambil kebijakan, ujar Danang.
Selain itu, dia menambahkan, selama ini, dalam mobilitasnya, masyarakat juga terjebak
dalam satu pilihan, yaitu menggunakan kendaraan pribadi. Hal itu terjadi karena mereka sulit
memilih alternatif transportasi sebab pemerintah belum menyediakan transportasi publik
yang memadai.
Ke depan, pemerintah harus menaikkan harga BBM bersubsidi, tetapi sekaligus memberikan
pilihan lain kepada masyarakat. Kalau pilihan lain tidak diberikan, itu tidak adil karena sama
saja memindah subsidi dari kantong pemerintah ke kantong masyarakat.
Satu paket kebijakan terintegrasi sangat diperlukan. Kebijakan energi dan transportasi
publik harus menjadi paket bersama. Namun, kebijakan itu perlu ditopang dengan dua
kebijakan lain, yaitu pengendalian inflasi serta memberikan jaring pengaman sosial bagi
kelompok masyarakat yang tidak mampu dan perbaikan sistem logistik, kata Danang.
Sementara itu, belum semua SPBU di Jakarta Pusat menerapkan kebijakan pembatasan solar
bersubsidi mulai 1 Agustus 2014. Hal itu terjadi karena ada sejumlah persoalan teknis, seperti
masih adanya stok solar bersubsidi di SPBU tersebut.
Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Ali Mundakir, di Jakarta,
mengatakan, di Jakarta Pusat terdapat 26 SPBU yang harus melaksanakan kebijakan
pembatasan BBM bersubsidi. Dari jumlah tersebut, terhitung sejak Jumat sore pekan lalu, 16
SPBU masih mempunyai stok solar bersubsidi sehingga harus menghabiskannya terlebih
dahulu. Setelah solar bersubsidi habis, SPBU-SPBU itu masih harus membersihkan tangki
penyimpanan solar bersubsidi. Pasalnya, tangki-tangki itu nanti akan dialihkan untuk
menyimpan pertamina dex. (HEN)









Saat Anggota Keluarga
Mulai Ikut Terlibat

NURLATIFAH menundukkan kepala. Ujung kerudung yang dikenakan dia tarik sedikit
untuk menutupi wajahnya yang disorot puluhan kamera wartawan. Istri Bupati Karawang,
Jawa Barat, ini hanya membisu saat menuruni tangga lobi Gedung Komisi Pemberantasan
Korupsi. Tak hirau pertanyaan wartawan.
Satu jam berikutnya, suami Nurlatifah, Ade Swara, keluar menuruni tangga yang sama.
Seperti istrinya, Ade berusaha menutupi wajahnya dengan kain yang dia bawa. Jumat (18/7)
malam itu menjadi malam yang panjang bagi Nurlatifah dan Ade. Sehari sebelumnya, mereka
ditangkap KPK karena diduga memeras perusahaan properti PT Tatar Kertabumi yang ingin
mendapatkan surat permohonan pemanfaatan ruang untuk membangun mal di Karawang.
Dalam penangkapan itu, KPK mengamankan uang 424.000 dollar Amerika Serikat atau
setara Rp 5 miliar.
Selain menjadi istri Bupati Karawang, Nurlatifah juga merupakan anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah setempat dari Partai Bulan Bintang. Pada Pemilu 2014, dia kembali terpilih
menjadi anggota DPRD Karawang, kali ini dari Partai Gerindra. Sementara suaminya baru
dua tahun menjabat bupati Karawang.
Ade dan Nurlatifah merupakan pasangan suami-istri ketiga yang ditahan KPK. Sebelumnya,
KPK menahan Wali Kota Palembang Romi Herton dan istrinya, Masyito, karena kasus
dugaan korupsi sengketa pilkada di Mahkamah Konstitusi.
Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin dan istrinya, Neneng Sri
Wahyuni, merupakan pasangan suami-istri pertama yang ditahan KPK. Berbeda dengan Ade-
Nurlatifah dan Romi-Masyito yang ditahan berbarengan, Nazaruddin dan Neneng tidak
ditahan bersamaan. Nazaruddin yang buron baru bisa ditangkap di Kolombia. Neneng sempat
buron setelah menjadi tersangka korupsi pengadaan pembangkit listrik tenaga surya di
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Neneng ditangkap saat diam-diam pulang ke
Indonesia setelah buron ke sejumlah negara, seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand.
Anak-anak
Namun, kapan pun ditahan, pasangan suami istri yang harus mendekam di tahanan adalah
penderitaan. Penahanan itu membuat anak-anak mereka seperti yatim piatu, entah untuk
berapa lama.
Nazaruddin dan Neneng bahkan meninggalkan anak-anak yang masih kecil. Romi-Masyito
juga harus meninggalkan empat anaknya. Meski salah satu anak pasangan Ade-Nurlatifah
terpilih menjadi anggota DPRD Jawa Barat, pasti tetap ada perasaan kehilangan ketika
orangtuanya harus ditahan.
Pasangan suami istri yang ditahan itu mungkin baru menyadari penderitaan anak-anaknya
akibat ulah mereka saat sudah berada di sel.
Tak hanya suami istri, ada juga ayah dan anak yang terlibat dalam kasus korupsi. Anggota
DPR dari Fraksi Partai Golkar, Zulkarnaen Djabar, dan anaknya, Dendy Prasetya, kini harus
meringkuk di tahanan karena korupsi pengadaan Al Quran.
Pendidikan anti korupsi
Seusai menangkap Bupati Karawang dan istrinya, Ketua KPK Abraham Samad
mengungkapkan, korupsi sudah masuk ranah keluarga. Anggota keluarga menjadi komplotan
untuk melakukan korupsi. Entah disadari atau tidak, ada saja anggota keluarga yang lalu
menjadi komplotan atau kaki tangan. Lebih celaka lagi apabila itu dilakukan suami istri.
Korupsi sudah dilakukan dalam kaitan keluarga. Karena itu, peran KPK tidak hanya
melakukan penindakan. Kami juga melakukan pendekatan yang sifatnya pencegahan, seperti
memberikan pendidikan nilai luhur dan pendidikan nilai-nilai anti korupsi berbasis keluarga.
Dengan demikian, diharapkan keluarga penyelenggara negara pun tidak terjebak pada
perilaku koruptif, kata Abraham.
Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas mengungkapkan, pengalaman KPK menunjukkan,
nepotisme jadi salah satu penyebab utama perilaku koruptif di kalangan penyelenggara
negara. Kondisi itu diperburuk oleh adanya dinasti politik yang berkuasa di sejumlah daerah.
Ini gejala yang mengakibatkan wajah demokrasi kita tersandera beban kultural, katanya.
Dalam kasus pemerasan yang dilakukan Ade dan Nurlatifah, juga ada anggota keluarga lain
yang kebetulan secara tak langsung ikut terlibat. Kerabat dekat Nurlatifah disuruh untuk
menerima uang dari perusahaan properti yang diperas. Namun, KPK menilai dia tak tahu
bahwa itu uang hasil pemerasan Ade dan Nurlatifah sehingga meski ikut ditangkap, akhirnya
KPK melepaskannya.
Dalam kasus korupsi sengketa Pilkada Palembang di MK, Romi adalah orang yang
berkepentingan langsung karena dia calon wali kota. Namun, saat hendak menyuap mantan
Ketua MK Akil Mochtar, Romi melibatkan istrinya. Saat bersaksi di pengadilan, keduanya
kompak memberikan keterangan yang dianggap tak benar. Walhasil Romi dan Masyito tak
hanya disangka korupsi, tetapi juga memberikan keterangan tak benar di pengadilan.
Pelibatan keluarga dalam korupsi menjadi keprihatinan tersendiri bagi KPK. Jika sudah
masuk ke dalam keluarga, memberantas korupsi ibarat pepatah patah tumbuh hilang
berganti. Tak heran kalau koruptor pun beregenerasi. Pelakunya semakin muda dan tak
memandang gender. (KHAERUDIN)
Jajak Pendapat Kompas:
Harapan Bersemi pada
Presiden Terpilih
Harapan Bersemi pada Presiden Terpilih
Oleh: Dwi Erianto


TAHAPAN pemilihan presiden dan wakil presiden memasuki babak akhir. Komisi
Pemilihan Umum telah menetapkan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla sebagai
pemenang Pemilu Presiden 2014. Meski masih menunggu putusan Mahkamah
Konstitusi terkait gugatan pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, sudah muncul
optimisme publik terhadap presiden terpilih.
Optimisme dan gairah publik terhadap presiden dan wakil presiden terpilih itu terangkum
dalam jajak pendapat Kompas yang dilakukan dua pekan lalu. Optimisme itu tampak dari
keyakinan sebagian besar responden terhadap kemampuan Jokowi-JK dalam mewujudkan
rekonsiliasi nasional, menciptakan pemerintahan yang transparan, serta mengisi kabinet dari
kalangan profesional dan bebas intervensi partai.
Tak bisa dimungkiri, pasca pilpres kondisi masyarakat negeri ini terbelah. Selain sekitar 71
juta orang yang memilih pasangan Jokowi-JK, sebanyak 62,5 juta lainnya memilih pasangan
Prabowo-Hatta. Tugas awal pasangan Jokowi-JK adalah melakukan rekonsiliasi dengan
menyatukan kembali masyarakat yang berbeda pilihan. Tak kurang dari tiga perempat
responden meyakini pasangan itu mampu mewujudkan rekonsiliasi nasional dengan
mendekati dan merangkul kelompok yang berseberangan.
Tak hanya responden yang memilih Jokowi-JK, keyakinan terhadap Jokowi-JK mampu
melakukan rekonsiliasi nasional juga disuarakan mereka yang memilih pasangan Prabowo-
Hatta pada pilpres lalu. Hampir separuh responden yang memilih Prabowo-Hatta optimistis,
Jokowi-JK mampu merangkul kelompok Prabowo-Hatta yang pada 22 Juli lalu menolak
pelaksanaan Pilpres 2014 dan kini mengajukan gugatan ke MK.
Keyakinan responden tak bisa lepas dari langkah awal Jokowi-JK mendekati kelompok yang
memilih Prabowo-Hatta. Dalam pidato kemenangannya, Jokowi-JK mengganti salam dua jari
yang digunakannya pada masa kampanye dengan salam tiga jari yang berarti persatuan
Indonesia. Tak hanya itu, sikap simpatik juga disuarakan Jokowi-JK terhadap pasangan
Prabowo-Hatta dengan mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi.
Selain optimistis terhadap langkah rekonsiliasi, gagasan Jokowi-JK dalam membentuk
pemerintahan yang transparan menumbuhkan apresiasi positif. Dalam menyusun kabinetnya
mendatang, Jokowi-JK berencana menyusun kriteria menteri terlebih dahulu, baru mencari
kandidat yang cocok. Terbuka ruang terhadap masukan baik dari masyarakat, relawan,
ataupun partai pendukung dalam mencari kandidat yang cocok. Gagasan segar yang
menumbuhkan harapan itu diyakini mayoritas responden mampu diwujudkan Jokowi-JK.
Dalam menyusun kabinet mendatang, Jokowi-JK diyakini responden terbebas dari intervensi
partai pengusung. Publik optimistis pasangan ini mampu menghindari kebiasaan bagi-bagi
jatah kursi menteri di antara anggota koalisi. Keyakinan itu setidaknya disuarakan lebih dari
separuh responden. Sementara yang menjawab sebaliknya hanya satu dari tiga responden.
Praktik selama ini, presiden terpilih kerap terbelenggu partai dalam menyusun kabinetnya
sehingga profesionalitas kerap dikorbankan. Dengan melibatkan partisipasi publik, kabinet
mendatang diyakini akan diisi mereka yang profesional, bersih, dan berintegritas.
Apresiasi penyelenggara
Selain optimisme publik terhadap pemimpin baru, jajak pendapat ini juga merekam kinerja
KPU selaku penyelenggara pemilu. Tiga dari empat responden merasa puas terhadap kinerja
KPU dalam menyelenggarakan pemilu presiden dan wakil presiden Juli lalu. Apresiasi positif
responden itu terutama ditujukan terhadap kinerja KPU sejak pemungutan suara, rekapitulasi
suara, hingga penetapan pasangan terpilih.
Kepuasan responden itu tampaknya hasil dari transparansi yang dilakukan KPU. Misalnya,
KPU mengunggah formulir C1 yang berisi hasil rekapitulasi perolehan suara di tempat
pemungutan suara, rekapitulasi hasil suara di tingkat kecamatan (DA1), rekap hasil suara di
tingkat kabupaten/kota (DB1), dan rekap hasil suara di tingkat provinsi (DC1) ke laman
KPU. Kebijakan itu memungkinkan publik turut mengawasi proses penghitungan dan
rekapitulasi suara sehingga memperkecil peluang kecurangan dalam penghitungan suara.
Apresiasi senada disuarakan publik terhadap kinerja Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). Dua
pertiga responden mengaku puas terhadap kinerja lembaga tersebut dalam mengawasi proses
pemungutan suara hingga penetapan hasil pasangan capres-cawapres terpilih. Respons cepat
Bawaslu terkait laporan kecurangan pemilu turut andil terhadap penilaian positif ini. Sebagai
contoh, Bawaslu DKI Jakarta merekomendasikan pemungutan ulang di 16 TPS karena di
sana diduga terjadi pelanggaran pemilu.
Persoalan bangsa
Di tengah apresiasi positif terhadap Jokowi-JK dan kinerja penyelenggara pemilu, pemimpin
mendatang tetap dihadapkan pada berbagai persoalan negeri ini. Korupsi masih menjadi
persoalan utama bangsa yang perlu diselesaikan, selain masalah pendidikan, kesehatan, dan
kesejahteraan masyarakat.
Selama bertahun-tahun, praktik korupsi di negeri ini telah sampai pada taraf yang sangat
mengkhawatirkan sebagaimana temuan jajak pendapat Kompas beberapa tahun terakhir yang
bertema korupsi. Meski demikian, optimisme publik terhadap pemberantasan korupsi
kembali muncul dengan terpilihnya pasangan Jokowi-JK. Sedikitnya tiga dari empat
responden meyakini kepemimpinan Jokowi-JK mampu mendukung pemberantasan korupsi.
Kiprah Jokowi saat menjadi Wali Kota Solo ataupun Gubernur DKI Jakarta dalam
mendukung pemberantasan korupsi jadi referensi publik dalam menyikapi hal ini. Saat jadi
Wali Kota Solo, Jokowi mengedepankan transparansi APBD dengan memublikasikan
pengelolaan dana APBD sehingga masyarakat Solo terlibat mengawasi. Tak mengherankan
jika Jokowi meraih penghargaan Bung Hatta Anticorruption Award. Selama menjabat
Gubernur DKI Jakarta, Jokowi berkomitmen kuat membangun pemerintahan yang baik dan
bersih.
Persoalan lainnya adalah kesejahteraan masyarakat yang harus diprioritaskan. Saat debat
capres di Hotel Gran Melia, Jakarta, Juni lalu, Jokowi memaparkan program nyata mengatasi
kemiskinan melalui Kartu Indonesia Sehat dan Kartu Indonesia Pintar. Dengan kartu itu,
rakyat tidak perlu khawatir anaknya tidak bisa sekolah karena tidak mampu membayar, atau
jika suatu saat berobat ke rumah sakit tidak perlu khawatir terhadap biaya kesehatan.
Persoalan-persoalan yang mengemuka di ranah publik itu diyakini mayoritas responden
mampu diselesaikan Jokowi-JK. Bahkan, 70 persen responden yakin mereka mampu
membawa Indonesia berdikari secara ekonomi, berdaulat secara politik, dan berkepribadian
secara kebudayaan yang menjadi slogan pasangan Jokowi-JK.
Secara umum, apresiasi positif publik itu mencerminkan optimisme dan antusiasme terhadap
pemimpin baru. Jokowi memberi bukti selama jadi Wali Kota Solo dan Gubernur DKI
Jakarta. Sementara Jusuf Kalla jadi Wakil Presiden 2004-2009 dan Ketua Umum PMI.
Mereka akan segera diuji lewat dua hal, yakni penyusunan kabinet dan program kerja pro
rakyat. Jika kedua hal itu memenuhi harapan publik, satu langkah menuju Indonesia yang
lebih baik menemui titik terang. Jika tidak, kekecewaan akan mengeras dalam bentuk
perlawanan. (Litbang Kompas)



Pansus Tak Akan Mengubah
Hasil Pilpres


JAKARTA, KOMPAS - Panitia khusus pemilu presiden yang diwacanakan akan dibentuk
oleh sejumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Koalisi Merah Putih tidak akan bisa
mengubah hasil pilpres. Pansus hanya akan mengevaluasi kinerja dari para penyelenggara
pemilu.
Koalisi Merah Putih merupakan koalisi tujuh partai politik yang mengusung pasangan calon
presiden-calon wakil presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Ketujuh partai itu adalah
Partai Gerindra, Partai Amanat Nasional, Partai Golkar, Partai Persatuan Pembangunan,
Partai Demokrat, Partai Keadilan Sejahtera, dan Partai Bulan Bintang.
Yang bisa mengubah hasil pilpres hanya Mahkamah Konstitusi (MK). Kemudian yang bisa
memberikan sanksi kepada para penyelenggara pemilu, jika ditemukan pelanggaran selama
pemilu presiden, hanya Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP), kata Wakil
Ketua Komisi II DPR dari Fraksi Partai Demokrat Khatibul Umam Wiranu, Senin (4/8), di
Jakarta.
Adapun pansus pilpres hanya akan mengevaluasi kinerja penyelenggara pemilu selama
pilpres. Evaluasi dilakukan untuk mencegah kesalahan-kesalahan yang terjadi selama pilpres
agar tidak terulang kembali pada pemilu-pemilu selanjutnya.
Pembentukan pansus itu merupakan hak dari anggota DPR untuk mengawasi dan
menanyakan pelanggaran yang terjadi selama pilpres, katanya.
Namun, hingga kini pembicaraan di internal DPR soal pembentukan pansus pilpres itu belum
ada. Pembicaraan ini mungkin akan dilakukan seusai masa reses DPR. DPR akan kembali
bersidang mulai 14 Agustus.
Meski demikian, Khatibul menilai pansus pilpres perlu untuk dibentuk. Pasalnya, banyak
kesalahan yang terjadi selama pemilu legislatif terulang kembali di pemilu presiden. Salah
satunya adalah pembukaan kotak-kotak suara oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) setelah
penetapan hasil pemilu oleh KPU. Seharusnya pembukaan kotak suara tidak lagi boleh
dilakukan kecuali berdasarkan perintah dari MK.
KPU membuka kotak-kotak suara itu untuk mengumpulkan dokumen-dokumen sebagai
bahan persiapan gugatan perselisihan hasil pemilu di MK.
Tidak mendesak
Di sisi lain, Sekretaris Fraksi Partai Hanura DPR Saleh Husin menilai pansus pilpres tidak
mendesak untuk dibentuk. Kesalahan-kesalahan selama pilpres memang ada, tetapi hal itu
tidak perlu sampai membentuk pansus. Kesalahan itu cukup dikoreksi atau digugat saat
proses rekapitulasi di setiap jenjang atau tingkatan pemilu, ujar dia.
Selain itu, menurut Saleh, DPR juga masih memiliki pekerjaan yang lebih mendesak untuk
dituntaskan, yaitu penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2015. Ini harus bisa
dituntaskan sebelum masa jabatan anggota DPR yang sekarang berakhir pada September
mendatang.
Untuk membahas hal ini, waktu kami hanya 1,5 bulan. Jadi, lebih baik memprioritaskan
penyusunan anggaran ini karena dampaknya lebih besar buat rakyat Indonesia daripada
menghabiskan pikiran membentuk pansus pilpres yang hanya untuk kepentingan sekelompok
orang saja, tutur Saleh.
Pansus pilpres merupakan salah satu cara tim Prabowo-Hatta untuk membuktikan apa yang
mereka sebut sebagai kecurangan selama pilpres.
Selain rencana membentuk pansus pilpres, tim Prabowo-Hatta juga telah mengajukan
gugatan hasil pilpres ke MK. Mereka juga melaporkan kecurangan selama pilpres ke DKPP,
kepolisian, dan pengadilan tata usaha negara.






Mencegah Gerakan Radikal
Meluas

GERAKAN radikal merupakan fenomena global. Perubahan instabilitas politik di Timur
Tengah, seperti Irak dan Suriah, memunculkan gerakan radikal, seperti Islamic State of Iraq
and Syria atau Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS/NIIS) yang menghalalkan penggunaan
cara-cara kekerasan dan menebar ketakutan.
Sepak terjang ISIS dengan mudah diakses di dunia maya. Tanpa harus mencari, media sosial
yang kini digandrungi juga dilintasi informasi soal ISIS. Bahkan, di Youtube, muncul
seorang pria dengan propagandanya mengajak masyarakat di Indonesia secara provokatif
untuk bergabung dengan aktivitas gerakan radikal global ini.
Fenomena global seperti itu tentu dapat membakar semangat orang-orang yang berpikiran
sempit. Setidaknya, narapidana terorisme Abu Bakar Baasyir, termasuk beberapa narapidana
di LP Nusa Kambangan, tertarik dengan sepak terjang ISIS dan mendukung ISIS.
Menteri Hukum dan HAM Amir Syamsuddin mengakui, ada 20 narapidana terorisme,
termasuk Abu Bakar Baasyir. berbaiat mendukung ISIS. Namun, dukungan Abu Bakar
Baasyir ke ISIS itu justru ditentang anggota keluarganya sendiri.
Dukungan narapidana terorisme terhadap gerakan ISIS menunjukkan, narapidana terorisme
yang selama ini dibina di lembaga pemasyarakatan (LP) ternyata tidak mudah bertobat.
Ideologi radikal yang merasuk ke tulang sumsum tetap menjadi pegangan yang mereka
yakini.
Dukungan narapidana terorisme terhadap gerakan ISIS juga menunjukkan ideologi radikal
yang mengandalkan kekerasan untuk mencapai tujuan mudah dikonsumsi atau ditelan oleh
orang-orang yang tertutup dengan berbagai pandangan yang ada.
Oleh karena itu, berbagai upaya untuk mencegah dan membatasi ruang gerak kelompok
radikal berkembang sangat penting. Jangan sampai ideologi radikal dan kekerasan merusak
tatanan masyarakat Indonesia yang majemuk dan hidup berdampingan dalam semboyan
Bhinneka Tunggal Ika.
Jika ideologi radikal yang menghalalkan kekerasan itu terus membius lapisan masyarakat,
dapat dibayangkan apa yang akan terjadi di Indonesia dalam 20 tahun atau 50 tahun
mendatang.
Berbagai upaya untuk mengerem atau mencegah ideologi radikal dan kekerasan berlatar
belakang keagamaan berkembang subur harus menjadi kesadaran bersama dan dilakukan oleh
berbagai komponen bangsa, termasuk kalangan politisi di DPR.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan, misalnya, pengawasan terhadap lalu lintas warga
negara Indonesia ke negara-negara yang berkonflik di Timur Tengah. Untuk itu, Direktorat
Jenderal Imigrasi, termasuk kantor-kantor kedutaan besar RI di negara-negara tersebut, perlu
melakukan upaya ekstra untuk mengawasi dan mendeteksi lalu lintas WNI di negara-negara
Timur Tengah yang berkonflik.
Puluhan bergabung
Peran aparat kepolisian dalam mengawasi kelompok radikal yang memiliki jaringan dengan
kelompok radikal di luar negeri, seperti ISIS, juga menjadi penting. Kapolri Jenderal (Pol)
Sutarman mengakui, Polri tetap mengawasi kelompok radikal, termasuk kelompok radikal
yang memiliki jaringan dengan ISIS. Diperkirakan, sudah 50-an orang Indonesia yang masuk
ke Irak atau Suriah dan bergabung dengan ISIS.
Selain itu, upaya memberikan pemahaman yang benar mengenai konsep kekhalifahan
kepada masyarakat luas perlu dilakukan. Peran itu dapat diambil oleh organisasi massa
(ormas) Islam yang lebih moderat dan berpengaruh di masyarakat Indonesia, seperti
Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.
Direktur Sekolah Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Azyumardi Azra mengemukakan, ormas Islam, seperti NU dan Muhammadiyah, perlu
menjelaskan kembali konsep negara Islam. Negara Islam tidak relevan di Indonesia karena
bangsa Indonesia sepakat negara yang berdasarkan Pancasila. Ia menilai, konsep jihad untuk
mendirikan negara Islam dengan kekerasan seperti dipegang ISIS merupakan konsep yang
salah kaprah dan keliru.
Akan tetapi, yang tak kalah penting adalah bagaimana mengawasi dan mencegah propaganda
ideologi radikal dan kekerasan di dunia maya. Tanpa upaya serius menertibkan pembiusan
melalui internet itu oleh kementerian terkait, seperti Kementerian Komunikasi dan
Informatika, cepat atau lambat, ideologi radikal dan budaya kekerasan akan semakin
meracuni anak bangsa.
Aspek hukum
Dari sisi hukum, upaya pencegahan terhadap gerakan radikal dan kekerasan memang belum
maksimal. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Ansyaad Mbai
mengungkapkan, selama ini, ketentuan hukum yang ada, seperti Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, belum mampu menjerat
perbuatan-perbuatan awal yang mengarah pada perbuatan terorisme.
Ansyaad menyebut, misalnya, pelatihan militer atau menebar kebencian pada Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan Pancasila, termasuk janji atau sumpah (baiat) yang
mendukung organisasi yang berafiliasi dengan organisasi terorisme internasional.
Oleh karena itu, menurut Ansyaad, dalam amandemen UU No 15/2003, ketentuan UU No
15/2003 perlu diperkuat. Oleh karena itu, diperlukan dukungan politik dari anggota DPR,
khususnya anggota DPR terpilih periode 2014-2019. (Ferry Santoso)











Kemaritiman, Solusi
Fenomena Lebaran
Oleh: Bambang Sigap Sumantri


Apakah Joko Widodo benar-benar dilantik menjadi presiden bulan Oktober nanti?
Kita menunggu bagaimana Komisi Pemilihan Umum menghadapi gugatan kubu
Prabowo Subianto-Hatta Rajasa beberapa hari ke depan.
Dalam konteks arus mudik dan arus balik Lebaran kali ini, ada yang menarik ketika Jokowi
berpidato di atas pinisi.
Pada Selasa (22/7) setelah ditetapkan KPU sebagai presiden-wakil presiden terpilih, Joko
Widodo-Jusuf Kalla menyampaikan pidato di atas pinisi di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta.
Jokowi sengaja memilih kapal di pelabuhan tersebut sebagai salah satu upaya untuk menepati
janji waktu kampanye, komitmen untuk membangun industri maritim.
Sebagai negara yang terdiri atas ribuan pulau, sejak awal proklamasi negara ini berdiri,
kesadaran sebagai bangsa maritim ternyata tidak ada. Presiden dan semua elite politik hanya
riuh dalam perbincangan, sama seperti ketika guru-guru SMP mengajarkan kepada anak
didiknya tentang 17.000 pulau yang konon dimiliki Indonesia. Berhenti pada pengetahuan
tentang jumlah pulau, tetapi tidak pernah terkoneksi dengan kebijakan pemerintahan.
Contoh aktual adalah fenomena Lebaran yang tiap tahun menjadi agenda besar bangsa dan
rakyat Indonesia. Apa yang kita ketahui dan alami, tiap tahun adalah kemacetan kendaraan
yang luar biasa. Berkendara dengan mobil dari Jakarta ke Yogyakarta yang biasanya
ditempuh sekitar 12 jam menjadi 30 jam saat Lebaran. Bahkan, dari sebuah cuitan di media
sosial tadi malam, Magelang-Cirebon ditempuh 24 jam dari yang biasanya paling lama hanya
8 jam.
Kemacetan berjam-jam di jalan merupakan pemborosan bahan bakar, tenaga, dan pikiran.
Dampak logis dari kemacetan yang luar biasa ini adalah kecelakaan di jalan selalu terjadi
dengan angka yang fantastis dan korban meninggal serta luka yang sangat besar.
Berdasarkan data Posko Operasi Ketupat 2014 selama Lebaran, kendaraan yang terlibat
kecelakaan di jalur mudik 3.536 kendaraan dari berbagai jenis transportasi darat. Yang
memprihatinkan, dari jumlah itu, sebanyak 2.493 unit merupakan sepeda motor (70 persen
dari total kendaraan yang terlibat kecelakaan).
Angka 70 persen yang terlibat kecelakaan merupakan kendaraan sepeda motor tidak
mengejutkan. Belakangan ini bagi keluarga dengan penghasilan menengah ke bawah dan
umumnya masih berusia di bawah 40 tahun, mudik dengan kendaraan roda dua semakin
menjadi pilihan.
Membaca tren mudik sekarang ini, tampaknya angkutan darat tetap menjadi fokus
masyarakat. Saat tempat duduk kereta api cepat habis dengan makin banyaknya pemesanan
melalui internet dan harga tiket pesawat yang makin tak terjangkau, sepeda motor menjadi
pilihan yang tak terhindarkan, selain dianggap paling murah dari segi ongkos perjalanan.
Pemerintah sebaiknya mulai memikirkan bagaimana menyediakan angkutan laut untuk mudik
Lebaran dengan lebih terencana dan lebih banyak menjangkau masyarakat. Sebagian besar
penduduk yang berada di pantai utara, misalnya dari Jakarta sampai Banyuwangi, seyogianya
bisa dilayani dengan angkutan laut. Mulai dari angkutan Lebaran ini, semoga saja kesadaran
kemaritiman kita bisa diubah menjadi konsep yang operasional.
bambang.sigap@kompas.com









Vonis Masih Ringan
Putusan terhadap Perkara Korupsi Belum
Menjerakan


JAKARTA, KOMPAS Pemidanaan terhadap koruptor di paruh pertama tahun
2014 belum menumbuhkan harapan. Vonis hukuman penjara 0-4 tahun masih
mendominasi putusan hakim, dari pengadilan tingkat pertama hingga kasasi dan
peninjauan kembali.
Demikian hasil pantauan Indonesia Corruption Watch (ICW) terhadap putusan pengadilan
atas perkara korupsi selama periode 1 Januari hingga 30 Juni atau semester I-2014. Pantauan
dilaksanakan terhadap 210 perkara korupsi dengan 261 terdakwa yang diperiksa dan diadili
oleh seluruh tingkat pengadilan. Data diambil dari putusan yang disediakan di dalam situs
MA dan pemberitaan media.
Peneliti hukum ICW, Aradila Caesar, Minggu (3/8), mengungkapkan, dari 261 terdakwa,
sebanyak 193 orang (73,94 persen) divonis antara 1-4 tahun (kategori ringan), 44 orang
(16,86 persen) dihukum 4-10 tahun (kategori sedang), dan 4 orang (1,53 persen) dihukum di
atas 10 tahun (kategori berat). Sebanyak 20 terdakwa (7,67 persen) lainnya divonis bebas.
Tren ini relatif sama dibandingkan tahun sebelumnya. Pada semester I-2013, 93 terdakwa
dihukum ringan, 13 orang dihukum sedang, dan 1 orang dihukum berat. Sementara itu,
delapan terdakwa divonis bebas.
Dari 210 perkara korupsi yang divonis pada semester I-2014, menurut Aradila, negara
dirugikan Rp 2,863 triliun dan 49 juta dollar AS. Namun, kerugian negara sebesar itu tidak
diiringi dengan penjatuhan uang pengganti yang proporsional. Hanya 87 perkara yang diputus
untuk membayar uang pengganti dengan total Rp 87,04 miliar dan 5,5 juta dollar AS. Ini
cuma 2,25 persen dari total kerugian negara yang diakibatkan kasus korupsi yang diputus
pada semester I-2014, ungkap Aradila.
MA paling banyak
Dari pantauan ICW, MA justru paling banyak membebaskan pelaku korupsi (6 terdakwa),
disusul Pengadilan Negeri Denpasar (3 terdakwa); PN Makassar, PN Palu, dan PN Ambon
masing-masing membebaskan 2 terdakwa; serta PN Tanjung Karang, PN Pekanbaru, PN
Surabaya, dan Pengadilan Tinggi Jawa Barat masing-masing membebaskan satu terdakwa.
Padahal, optimisme publik terhadap pemberantasan korupsi sempat bangkit kembali setelah
melihat vonis-vonis berat yang dijatuhkan MA, terutama yang ditangani majelis hakim yang
diketuai Artidjo Alkostar. Hal tersebut, misalnya, terjadi terhadap politisi Partai Demokrat
Angelina Sondakh yang hukumannya ditambah dari 4,5 tahun menjadi 12 tahun serta
hukuman tambahan berupa pembayaran uang pengganti Rp 12,58 miliar dan 2,35 juta dollar
AS. Artidjo juga memperberat hukuman mantan pegawai pajak Tommy Hindratno dari 3,5
tahun menjadi 10 tahun.
Anggota Badan Pekerja ICW, Emerson Yuntho, mengatakan, apa yang dilakukan Artidjo
ternyata belum memberikan efek ke hakim yang lain. Jangan-jangan semangat
pemberantasan korupsi hanya ada pada diri Artidjo (dan timnya), tidak di seluruh hakim
MA, katanya.
Karena itu, Emerson meminta Ketua MA menginstruksikan hakim untuk menjatuhkan vonis
maksimal serta memiskinkan koruptor melalui hukuman denda dan uang pengganti. MA juga
diminta mencermati penggunaan upaya hukum peninjauan kembali oleh koruptor untuk
mencari kebebasan dan menghindari pembayaran uang pengganti. MA harus
memformulasikan pedoman pemidanaan perkara korupsi untuk menekan perbedaan bentuk
putusan. (ana)








Datang Awal, PNS Dapat
Hadiah
Oleh: Regina Rukmorini dan Fransisca Romana Ninik

MAGELANG, KOMPAS Sebanyak tujuh pegawai negeri sipil mendapat hadiah dari
Pemerintah Kota Magelang, Jawa Tengah, pada hari pertama kerja setelah liburan Lebaran,
Senin (4/8). Mereka adalah PNS di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil serta Badan
Pelayanan dan Perizinan Terpadu.
Hadiah yang antara lain berupa mesin cuci, lemari es, dan televisi itu diberikan sebagai
bentuk penghargaan kepada mereka karena telah datang awal sebelum jam kerja dimulai
pukul 07.00. Ketujuh orang tersebut datang dalam rentang waktu pukul 05.45 dan pukul
06.22.
Kepala Bagian Humas, Protokol, dan Sandi Telekomunikasi Pemkot Magelang Sutomo
Hariyanto mengatakan, pemberian hadiah ini sudah menjadi kegiatan rutin selama tiga tahun
berturut-turut. Selain memacu semangat kerja, pemberian hadiah ini juga untuk
mengingatkan setiap PNS akan tugas dan tanggung jawab mereka, yaitu bekerja dan
melayani masyarakat.
Sanksi
Di Jakarta pada hari pertama masuk kerja setelah Lebaran, pelayanan publik di balai kota
kembali normal.
Badan Kepegawaian Daerah DKI Jakarta menyatakan, PNS tidak diperbolehkan
memperpanjang cuti Lebaran sehingga semua harus masuk pada Senin ini. PNS yang tidak
masuk kerja tanpa alasan akan dikenai sanksi teguran dan pemotongan tunjangan kinerja
daerah selama satu bulan.
Sebelum memulai aktivitas harian, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dan Wakil Gubernur
DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menggelar halalbihalal bagi PNS di balai kota.
Tak lama seusai halalbihalal, Basuki memimpin rapat pimpinan rutin yang dilaksanakan
setiap Senin. Sementara Joko Widodo menemui tamu di ruang kerjanya.
Para pegawai langsung menuju ruang kerja masing-masing dan memulai pekerjaan seperti
biasa.
DPD I Golkar Tidak Ingin
Munas Dipercepat


JAKARTA, KOMPAS Mayoritas Dewan Pimpinan Daerah Tingkat I (tingkat provinsi)
Partai Golkar tidak menginginkan adanya percepatan Musyawarah Nasional Partai Golkar.
Mereka juga mendesak Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar menindak oknum di Golkar
yang melawan kebijakan partai.
Demikian disampaikan Sekretaris Jenderal Partai Golkar Idrus Marham, Minggu (3/8) di
Jakarta. Keinginan mayoritas DPD tingkat I itu, menurut dia, tertuang dalam surat yang
dikirim ke DPP Golkar.
Sudah ada 31 DPD yang mengirimkan surat itu ke DPP. Dua DPD lagi saya belum tahu
sikapnya, tetapi saya yakin mereka akan ikut sikap mayoritas DPD, kata Idrus tanpa
menyebutkan dua DPD yang belum berkirim surat ke DPP tersebut.
Menurut dia, DPD I sepakat untuk mengamankan hasil Munas Golkar 2009 yang salah satu
isinya adalah munas selanjutnya digelar tahun 2015. Jadi tidak akan ada percepatan munas,
ujarnya.
Namun, secara terpisah, Ketua Presidium Dewan Pimpinan Nasional Sentral Organisasi
Karyawan Swadiri Indonesia (Depinas Soksi) Lawrence TP Siburian mengatakan, Tuntutan
agar munas (digelar tahun 2014) muncul dari teman-teman di daerah. Kami sudah didatangi
teman dari Bali, Aceh, Papua, bahkan Jawa Barat. Kami (Soksi) tidak sendiri karena juga
berkoordinasi dengan Kosgoro dan MKGR, ujar Lawrence.
Jika paling lambat Oktober ini tidak digelar munas, menurut Lawrence, segala keputusan atau
surat yang ditandatangani Ketua Umum Golkar saat ini sudah tidak sah lagi karena masa
bakti mereka sudah berakhir.
Munas akan lebih mudah digelar pada tahun ini, lanjut Lawrence, jika kelak dalam putusan
sengketa pilpres Mahkamah Konstitusi tak mengubah ketetapan Komisi Pemilihan Umum
bahwa Joko Widodo dan Jusuf Kalla sebagai pemenang pilpres.
Garap dukungan
Tanpa memedulikan dipercepat atau tidaknya jadwal munas, Menteri Perindustrian MS
Hidayat yang siap mencalonkan diri sebagai ketua umum Partai Golkar langsung berencana
menggarap dukungan dari berbagai daerah. DPD Partai Golkar di Jawa Timur dan Jawa Barat
menjadi target pertamanya.
Mulai 9 Agustus, saya bertemu seluruh DPD I dan 38 DPD Golkar se-Jatim. Esok harinya,
saya bertemu kader Golkar se-Jawa Barat dan mendeklarasikan pencalonan saya secara
resmi. Saya siap maju dan mengemban amanah sebagai ketua umum Golkar, kata Hidayat.
Sebelum hari raya Idul Fitri 1435 H, Hidayat mengatakan telah bertemu dan bicara dengan
mantan Ketua Umum Partai Golkar Jusuf Kalla yang kini menjadi wakil presiden terpilih
2014-2019. Hidayat juga mengatakan tetap berkomunikasi dengan Ketua Umum Partai
Golkar Aburizal Bakrie. (APA/A12/OSA)










Pesona Jokowi di New
Orleans...

BAHASA Indonesia tiba-tiba mendominasi atmosfer lobi Hotel Sheraton di New Orleans,
Amerika Serikat, ketika ratusan orang, akhir pekan lalu, menghadiri Indonesian Diaspora
National Convention.
Banyak topik diperbincangkan pada acara itu. Dari sekadar bertukar kabar, silaturahim
Lebaran, hingga pembicaraan menyangkut politik. Namun, dari dengungan percakapan
politik di lobi hotel itu, satu kata yang paling kerap diucapkan adalah Jokowi. Joko Widodo,
sang presiden terpilih.
Tentu ada pro kontra menyangkut Pemilu Presiden 2014 di Indonesia. Ada apresiasi, ada pula
antipati terkait gugatan yang dilakukan pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor
urut satu.
Namun, jika menyangkut Jokowi, nuansa pembicaraan menjadi positif. Sampai-sampai ada
seorang anggota diaspora yang menyatakan tak ingin pulang ke Indonesia apabila pada
akhirnya Mahkamah Konstitusi menganulir kemenangan Jokowi.
Anggota Diaspora Indonesia yang hadir pada acara itu juga tak henti-hentinya meminta orang
Indonesia yang datang dari Jakarta untuk menceritakan perkembangan politik terakhir.
Mereka ingin kisah-kisah di balik layar atau sekadar ingin mengecek kebenaran informasi
dari media sosial.
Namun, tak hanya saat acara di Hotel Sheraton. Ketika sharing taksi dengan penumpang lain
dalam perjalanan dari Bandara Internasional New Orleans ke Sheraton, salah satu
penumpang, yakni independent translator dari San Francisco, Sabrina T Fitranty, juga
langsung memberondong Kompas dengan pertanyaan politik.
Ketika Kompas mengunjungi Katedral Saint Louis dan bertemu teman lama yang bekerja di
Houston, AS, dia juga langsung menanyakan kabar Jokowi, bukan kabar para sahabatnya.
Proaktif
Jokowi memang jadi topik terpanas yang secara agresif ditanyakan warga Indonesia di AS.
Topik Jokowi juga menular dibicarakan hingga panggung utama pembukaan Konferensi
Diaspora.
Moderator Sonia Lontoh, eksekutif Indonesia di Silicon Valley, juga menodong tiga
pembicara utama pada acara itu untuk menyikapi terpilihnya Jokowi sebagai presiden
Indonesia. Tiga pembicaraan utama itu adalah Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi, Wakil
Menteri Luar Negeri Dino Patti Djalal, dan Duta Besar AS untuk Indonesia Robert Blake.
Di hadapan warga Diaspora di AS, yang umumnya kaum profesional dan pebisnis, Dino
mengungkapkan optimismenya atas dukungan Jokowi terhadap dunia bisnis. Saya yakin dia
(Jokowi) akan men-deliver janjinya, terutama karena dia mengerti bisnis dan dulunya
pebisnis mebel, ujar Dino.
Dino bahkan mendorong pengurus Diaspora Indonesia di AS untuk secepatnya
memperkenalkan diri pada Jokowi. Jangan menunggu. Proaktif saja untuk memperkenalkan
diaspora, ujarnya. Peran diaspora memang didorong karena berjaringan luas di luar negeri
sehingga diharapkan berperan lebih aktif untuk meningkatkan ekspor Indonesia.
Mengaku hanya seolah sopir tembak dalam posisi sebagai Menteri Perdagangan, Lutfi
menambahkan, masyarakat tetap harus berperan aktif dalam pembangunan. Jangan hanya
menunggu, lakukan apa yang dapat dikerjakan, ujarnya.
Robert Blake, yang mengaku memaksa diundang supaya dapat berbicara dalam acara itu,
juga mengatakan, akan ada banyak energi positif yang dibawa oleh pemerintahan
Jokowi. (Haryo Damardono, dari New Orleans)








Genesis ISIS
Oleh: Trias Kuncahyono

SUATU hari, di Restoran Remboelan, seorang kawan bercerita, sebanyak 300-400 orang
Indonesia bergabung dengan ISIS. Namun, beberapa hari lalu, Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Terorisme Ansyaad Mbai memperkirakan jumlahnya 30 orang. Sebuah
video yang diunggah di Youtube menayangkan seorang anggota ISIS asal Indonesia, Abu
Muhammad al Indonesi, menjadi bukti. Ia mengajak orang-orang Indonesia bergabung.
Mengapa ada orang Indonesia yang bergabung? Bukankah mereka, menurut AFP, Al-
sumarian News yang dilansir Al Arabiya, dan CNN, Jumat (25/7), telah menghancurkan
makam Nabi Yunus di Ninive, Mosul, tempat yang dihormati umat Islam dan Kristen.
Bukankah mereka, menurut berita dari Mosul, telah menghancurkan tak kurang dari 30
tempat suci, termasuk masjid dan gereja. Bukankah mereka telah membunuh banyak orang?
Siapa ISIS itu?
ISIS (Islamic State of Iraq and Syria atau Negara Islam di Irak dan Suriah/NIIS), menurut
Zana Khasraw Gulmohamad dari Universitas Sheffield, bermula dari lahirnya Al Qaeda Irak
(AQI) tahun 2003. AQI didirikan Abu Musab al-Zarqawi asal Jordania, yang pada tahun
2006 dibunuh Amerika Serikat. Ia digantikan Abu Ayyoub al-Masri asal Mesir yang
mendukung pembentukan Islamic State of Irak (ISI). Setelah ISI berdiri, Abu-Baker al-
Baghdadi yang dikenal dengan nama Abu Dua atau Hamed Dawood Mohammed Khalil al-
Zawri (Awwad Ibrahim Ali-al-Badri al-Samarrai dan Abu Bakr al-Husayni al-Qurashi al-
Baghdadi) menjadikan Baquba sebagai markas besarnya. Al-Baghdadi, orang Irak,
menggantikan Masri yang tewas dibunuh tentara AS dan Irak.
Pada 2012, Al-Baghdadi mengirim orang-orangnya untuk membentuk Al Qaeda cabang
Suriah yang diberi nama Jabhat al-Nusra. Kelompok yang bertujuan menyingkirkan Presiden
Bashar al-Assad dan mendirikan negara Islam Sunni berorientasi salafis dipimpin Abu-
Muhammad al-Jawlani. Menurut Australian National Security, mereka menerima dana dan
dukungan dari AQI dan ISI. Namun, tunduk kepada Ayman al-Zawahiri, pemimpin Al
Qaeda.
Al-Baghdadi yang ingin menjadi pemimpin tunggal, tanggal 8 April 2003 lewat sebuah dekrit
menyatakan, NIR dan Jabhat al-Nusra berubah menjadi ISIS/ISIL. Namun, Jabhat al-Nusra
menolak hal itu. Percekcokan antara ISI dan Jabhat al-Nusra berkepanjangan dan gagal
ditengahi Ayman al-Zawahiri yang pada akhirnya menyatakan bahwa Al Qaeda memutus
hubungan dengan ISIS karena ISIS memiliki konsepsi dan posisi sendiri; tidak tunduk kepada
Al Qaeda Pusat dan Ayman.
Tumbangnya Saddam Hussein yang melahirkan rezim Syiah di Irak tidak memberi tempat
kepada kaum Sunni. Kegagalan pemimpin Irak, termasuk Perdana Menteri M Nouri al-
Maliki, membangun sistem politik inklusif telah memberi jalan bertumbuh kembangnya
kelompok militan di seluruh Irak yang pada gilirannya melahirkan ISIS. Kaum militan
memprotes marginalisasi ekonomi dan politik oleh penguasa, Syiah. Dukungan AS, Arab
Saudi, dan Qatar pada oposisi berhaluan keras di Suriah juga memberikan andil lahirnya
ISIS. (Bersambung)











Delegasi Palestina dan AS
Berunding di Kairo

KAIRO, KOMPAS Delegasi Palestina bersatu yang terdiri dari Hamas, Fatah, dan Jihad
Islami, Minggu (3/8), di Kairo, mulai melakukan perundingan dengan pejabat tinggi Mesir
untuk mencapai gencatan senjata di Jalur Gaza. Perundingan yang berpijak pada proposal
Mesir tentang gencatan senjata itu kini berlomba dengan waktu untuk segera menghentikan
agresi Israel di Jalur Gaza.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry mengirim Deputi Urusan Timur Tengah
William Burns untuk bergabung dalam perundingan di Kairo.
Seorang pejabat tinggi Palestina di Ramallah, Tepi Barat, yang tak menyebut namanya,
seperti dikutip harian The Jerusalem Post, mengungkapkan, otoritas Palestina telah mendapat
jaminan dari Pemerintah AS bahwa blokade atas Jalur Gaza akan dicabut setelah tercapai
kesepakatan gencatan senjata nanti. Selama ini, Hamas menuntut dicabutnya blokade atas
Jalur Gaza sebagai syarat kesediaannya mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan
Israel.
Koordinator Hubungan Luar Negeri Hamas Osama Hamdan mengatakan, tenggat
perundingan di Kairo bergantung pada sejauh mana mediator Mesir dan pihak Israel
memenuhi tuntutan Palestina itu.
Wartawan Kompas, Musthafa Abd Rahman, dari Kairo, melaporkan, baik Israel maupun
Hamas kini semakin berkepentingan dengan segera tercapainya gencatan senjata di Jalur
Gaza setelah kerugian dari kedua belah pihak semakin bertambah. Israel telah kehilangan 66
tentara dan ratusan lainnya luka-luka. Adapun di pihak Palestina, menurut Kementerian
Kesehatan Palestina, sebanyak 1.740 orang tewas dan 9.080 orang luka-luka.
Stasiun televisi Al Jazeera yang berbasis di Qatar melaporkan, tingkat serangan militer Israel
di Jalur Gaza Minggu kemarin menurun dibandingkan dengan Jumat lalu. Bahkan, Israel
menarik sebagian pasukan daratnya dari Jalur Gaza.
Dinyatakan tewas
Menurunnya tingkat serangan Israel di Jalur Gaza, Minggu, diduga kuat lantaran tentara
Israel, Hadar Goldin (23), yang semula diduga disandera pejuang Palestina pada Jumat lalu,
dinyatakan tewas dalam sebuah pertempuran.
Israel mengamuk dengan melakukan serangan membabi buta pada Jumat lalu setelah
menduga Hadar Goldin disandera. Bahkan, dugaan disanderanya Hadar Goldin
membuyarkan kesepakatan jeda kemanusiaan selama 72 jam yang diprakarsai PBB dan AS.
Satu-satunya serangan terbesar Israel pada Minggu kemarin adalah serangan atas sekolah
milik UNRWA/PBB di kota Rafah, Jalur Gaza selatan.
Serangan Israel atas sekolah milik UNRWA itu merupakan ketiga kalinya selama 10 hari
terakhir ini. Sekolah-sekolah milik UNRWA yang tersebar di seantero Jalur Gaza selama ini
selalu dijadikan tempat perlindungan warga Palestina.
PBB dan masyarakat internasional sering mengkritik keras aksi Israel menggempur sekolah-
sekolah milik UNRWA.
Sebagian besar serangan Israel Minggu kemarin difokuskan di kota Rafah dan sekitarnya di
Jalur Gaza selatan.
Sebaliknya, Israel mengizinkan penduduk Distrik Beit Lahiya dan sekitarnya di Jalur Gaza
utara untuk kembali ke rumah mereka masing-masing. Namun, Israel masih melarang
penduduk Beit Hanoun yang bertetangga dengan Beit Lahiya untuk kembali ke rumah
mereka.
Juru bicara militer Israel, Avichai Adraee, kepada kantor berita Turki, Anatolia, mengatakan,
operasi darat Israel di Jalur Gaza belum selesai, dan 48 jam mendatang akan menentukan
untuk dilanjutkan atau sudah cukup.
Ia menambahkan, militer Israel akan terus melakukan evaluasi atas sasaran yang telah
dicapai, khususnya sasaran penghancuran terowongan bawah tanah antara Israel dan Jalur
Gaza.
Adraee mengungkapkan, militer Israel berhasil menghancurkan banyak terowongan bawah
tanah, tetapi sulit menghitung jumlahnya secara persis.
Israel berkali-kali menegaskan, aksi militer mereka ditentukan oleh sejauh mana
penghancuran terowongan-terowongan itu berhasil.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Inggris Philip Hammond, di London, menuntut adanya
gencatan senjata tanpa syarat atas situasi Gaza yang dilukiskannya sebagai tidak tertahankan.
Kepada Sunday Telegraph, Hammond mengatakan, pembunuhan di Gaza harus berhenti. Ia
sangat prihatin dengan banyaknya jumlah korban sipil di Gaza.
Menciptakan perdamaian
Presiden Perancis Francois Hollande, dalam acara peringatan 100 tahun Perang Dunia I, di
Paris, mengimbau kepada dunia agar menggunakan deklarasi damai Perancis dan Jerman
sebagai pengalaman untuk menciptakan perdamaian. Dan untuk menghentikan penderitaan
penduduk sipil di Gaza, kata Hollande.
Sejauh ini, upaya intensif yang digalang dunia internasional untuk mengakhiri pertempuran
antara Israel dan Hamas belum membuahkan hasil optimal. Namun, langkah-langkah
diplomatik terus diusahakan. (AP/AFP/Reuters/JOS)













Distrik Shejaia, Saksi
Kekejaman Israel

DUA puluh enam hari serangan Israel ke Jalur Gaza, hampir semua sudut wilayah itu hancur.
Distrik Shejaia di timur Gaza City, berbatasan langsung dengan Israel, menjadi salah satu
yang terparah. Serangan Israel ke distrik itu, Minggu dini hari, 20 Juli, menewaskan 60 warga
Palestina hanya dalam hitungan jam. Tayangan stasiun televisi Al Jazeera memperlihatkan
jasad ibu bersama anak-anaknya dan mayat para pemuda bergelimpangan di jalan-jalan.
Karena lokasinya yang berbatasan langsung dengan Israel, Shejaia selalu menjadi garis
pertahanan pertama Palestina. Tak heran Israel pun kerap menjadikan mereka sasaran utama.
Bahkan, saat meletus intifadah pertama tahun 1988Israel saat itu masih menduduki Jalur
GazaShejaia sudah menjadi ajang pertarungan tentara Israel dan gerakan perlawanan
Palestina.
Distrik Shejaia adalah distrik terbesar di Gaza City. Berpenduduk 100.000 jiwa, distrik itu
terbagi dua bagian, Shejaia selatan dan utara. Pembagian distrik itu didasari latar belakang
etnis penduduk. Shejaia selatan dihuni mayoritas Turkman, keturunan Turki, yang datang ke
Jalur Gaza pada era Sultan al-Ayubi Saleh Ayub (1240-1249). Adapun di Shejaia utara
terdapat banyak kaum Kurdi yang datang dari Mosul, Irak.
Distrik Shejaia dibangun pada masa Salahuddin al-Ayubi (1137-1193), diberi nama Shejaia
yang artinya berani. Nama itu untuk mengenang keberanian seorang pejuang Kurdi yang
tewas dalam pertempuran pada masa Salahuddin al-Ayubi.
Shejaia strategis karena memiliki bukit Al-Mantar, 85 meter dari permukaan laut, yang
menjadi tempat pemantauan militer. Sejumlah pimpinan Palestina berdomisili di distrik ini,
antara lain petinggi Hamas, Khalil al-Hayya; pejabat Fatah, Abu Maher Hals; dan pejabat
Jihad Islami, Abdullah Shami.
Penghuni Shejaia sebagian besar kelas menengah ke bawah, dengan rumah sederhana dan
jalan yang sempit. Di distrik itu terdapat 11 masjid, yang terbesar adalah Ahmad Bin Usman,
yang menyimpan makam Pangeran Saifuddin Yalkhaga, pemimpin Jalur Gaza pada tahun
1445.
Distrik Shejaia mulai populer terutama akibat pertempuran Shejaia, yang terjadi satu tahun
sebelum meletus intifadah pertama tahun 1988. Saat itu terjadi pertempuran besar antara
tentara pendudukan Israel dan gerakan perlawanan Palestina. Begitu banyak jatuh korban
tewas dari tentara Israel ataupun gerilyawan Palestina.
Distrik Shejaia pun dikenal neraka bagi tentara Israel. Israel kerap memulai serangan
terhadap Palestina di distrik ini. Pada perang Jalur Gaza tahun 2008, Israel menggempur
tanpa ampun Shejaia. Pada perang tahun 2012, Israel kembali menggempur Distrik Shejaia,
distrik yang menjadi saksi kekejaman perang. (Musthafa Abd Rahman, dari Kairo)












Kerusuhan Xinjiang Telan
Korban 96 Jiwa

BEIJING, MINGGU Media Pemerintah Tiongkok, Minggu (3/8), melaporkan, sebanyak
96 orang yang terdiri atas 37 warga sipil dan 59 teroris tewas dalam kerusuhan yang terjadi
di Xinjiang, Tiongkok Barat. Xinjiang merupakan wilayah basis etnis minoritas Muslim
Uighur.
Total jumlah korban karena kerusuhan yang melibatkan etnis Uighur dan etnis mayoritas di
Tiongkok, yakni Han, telah mencapai 200 orang di ibu kota Xinjiang, Urumqi, sejak
kerusuhan terjadi pada tahun 2009.
Terkait kerusuhan terbaru pekan lalu, polisi telah menahan 215 teroris. Sebanyak 13 warga
sipil terluka pada kerusuhan hari Minggu kemarin di sebuah kantor polisi dan kantor
pemerintah di daerah Shache atau Yarkand (dalam bahasa Uighur), di Prefektur Kashgar.
Kerusuhan hari Minggu kemarin merupakan bagian dari serangkaian kekerasan yang telah
terjadi pada beberapa bulan terakhir dan dikaitkan dengan wilayah yang kaya dengan sumber
daya yang besar. Kelompok hak asasi manusia menuding Pemerintah Tiongkok telah
merepresi kehidupan beragama dan budaya di wilayah Xinjiang tersebut.
Berita mengenai kerusuhan pertama kali muncul pada Selasa lalu ketika media Pemerintah
Tiongkok, Xinhua, melaporkan bahwa puluhan orang tewas atau terluka karena kasus
penikaman. Dalam laporannya pada hari Minggu kemarin, Xinhua menyebutkan bahwa
sebanyak 35 warga sipil dari etnis Han tewas dan 2 orang warga sipil etnis Uighur juga
tewas.
Sekelompok orang yang bersenjatakan pisau dan kapak menyerang kantor polisi dan kantor
pemerintah, demikian Xinhua mengutip petugas polisi. Beberapa penyerang kemudian
beralih ke kota kecil dan menyerang warga sipil lainnya serta merusak kendaraan yang
berlalu lalang.
Kelompok bersenjata pisau dan kapak tersebut juga mengeblok jalanan dan menghentikan
kendaraan yang lewat sebelum akhirnya menikam para penumpang tanpa pandang bulu.
Para petugas telah menyita semua pisau dari lokasi kejadian. Penyelidikan sementara
menunjukkan bahwa serangan tersebut terorganisasi dan terencana serta terkoneksi dengan
kelompok teroris Gerakan Islam Turkistan Timur (ETIM).
Informasi di Xinjiang sangat sulit diverifikasi secara independen dan banyak analis asing
meragukan kapasitas ETIM. Juru bicara World Uyghur Congress (WUC), Dilxat Raxit,
menuduh pasukan keamanan Beijing menggunakan senapan mesin ringan sehingga jumlah
korban tewas sangat besar.
Menutup kebenaran
Pemerintah Tiongkok telah mendistorsi insiden tersebut dan menuding insiden itu sebagai
aksi teroris untuk menutupkan kebenaran, mereka melakukan tembakan untuk merepresi etnis
Uighur, kata Raxit dalam pernyataan yang dikirim melalui surat elektronik kepada AFP.
Sementara Beijing menyalahkan separatis Xinjiang sebagai pelaku serangkaian kekerasan,
baik di Xinjiang maupun di luar wilayah Xinjiang.
Insiden yang paling mengejutkan adalah penikaman yang terjadi di sebuah pasar di Urumqi
pada Mei 2014 yang mengakibatkan 39 orang tewas terbunuh. Juga penikaman di stasiun
kereta di kota Kunming pada bulan Maret 2014 yang menewaskan 29
orang. (AFP/REUTERS/LOK)









Gempa Guncang Yunnan
Longsor Batu di Nepal Tewaskan 100
Orang


BEIJING, MINGGU Sedikitnya 150 orang tewas dan 1.300 orang terluka akibat
gempa bumi yang menghantam wilayah pegunungan Provinsi Yunnan, Tiongkok barat
daya, pada Minggu (3/8). Gempa yang terjadi di Prefektur Zhaotong merobohkan
bangunan dan rumah.
Warga pun panik mencari mereka yang selamat di antara reruntuhan gempa. Setidaknya ada
150 orang tewas, demikian laporan kantor berita Pemerintah Tiongkok, Xinhua.
Banyak bangunan rusak dan korban tewas ataupun terluka masih terus didata. Pusat gempa
terletak di kota kecil Longtoushan. Kantor berita lainnya, China News Service, melaporkan,
lebih dari 1.300 orang mengalami cedera dan 12.000 rumah ambruk.
Televisi Pemerintah Tiongkok menayangkan gambar warga yang tengah berlari menjauhi
rumah-rumah mereka yang ambruk dan berkumpul di jalanan. Saksi mata mendeskripsikan
kehancuran di Yunnan tersebut di media sosial. Dinding sejumlah bangunan hancur dan
pipa-pipa air pecah. Aliran listrik pun dipadamkan, demikian ditulis seorang pengguna
media sosial yang tinggal di Ludian, 23 kilometer (km) dari pusat gempa.
Pesan tersebut dilengkapi dengan gambar dinding bangunan yang hancur dan tumpukan bata
yang berserakan di jalanan. Warga Ludian lainnya menggambarkan lokasi tersebut seperti
lokasi peperangan. Saya tidak pernah merasakan getaran yang sedemikian kuat sebelumnya.
Apa yang saya lihat sekarang hanyalah reruntuhan bangunan.
Ludian berpopulasi 265.900 orang dan terletak lebih dari 300 km dari ibu kota Provinsi
Yunnan, Kunming.
Longsor Nepal
Tim penyelamat bencana tanah longsor di timur laut Nepal, Minggu, akhirnya angkat
tangan bahwa tak ada lagi korban yang selamat. Bencana tanah longsor di Nepal telah
menewaskan 100 orang. Korban tewas karena tertimbun lumpur dan batu.
Sembilan jenazah telah ditarik dari reruntuhan setelah tanah longsor terjadi. Longsor tersebut
disebabkan hujan deras yang menghantam dusun-dusun kecil di sepanjang sungai di Distrik
Sindhupalchok pada Sabtu dini hari lalu. Sudah lebih dari 24 jam korban yang tewas
tertimbun lumpur. Kami tak punya harapan bisa menemukan lagi korban yang masih hidup,
kata Kepala Manajemen Bencana Nepal Yadav Prasad Koirala.
Kami menemukan satu korban tewas lagi sehingga korban tewas yang telah diangkat dari
reruntuhan longsor batu menjadi sembilan orang, kata Koirala. Ia menambahkan, menurut
data, ada 155 orang masih hilang. Polisi dan tentara Nepal terus mencari korban tanah
longsor tersebut.
Ribuan orang yang menyeberang ke perbatasan India telah dievakuasi di tengah kekhawatiran
terjadinya banjir bandang akibat tanah longsor tersebut. Para pekerja Nepal mencoba
membersihkan reruntuhan akibat tanah longsor tersebut dengan membendung Sungai
Sunkoshi. (AFP/LOK)











Trauma Chicago Boys

PADA awal tahun 1900-an, Argentina termasuk jajaran delapan negara termakmur dunia,
lebih kaya daripada Italia atau Perancis. Keadaan berbalik total setelah Perang Dunia I.
Profesor ekonomi dari Harvard, Edward L Glaeser, di situs Traducir Argentina menulis,
penyebabnya adalah pendidikan warga yang tertinggal dan ketidakstabilan politik.
Kantor berita Reuters menuliskan, krisis menyebabkan masyarakat bosan. Pada tahun 1930
militer mengudeta Hipolito Yrigoyen, presiden yang terpilih secara demokratis. Pergantian
kekuasaan pun mengharu biru Argentina sepanjang abad 20.
Kondisi ini memunculkan tokoh seperti Presiden Juan Peron dan istri ketiganya, Evita Peron,
yang populis dan anti ketimpangan sosial. Muncullah gerakan Peronis dengan tiga pilar:
keadilan sosial, kemerdekaan ekonomi, dan kedaulatan politik. Namun, Peronis tak bertahan
dan negara terus berganti pemimpin, antara tokoh politik ekstrem kiri dan kanan. Begitu terus
hingga awal dekade 2000-an.
Sejarah lain mewarnai kehidupan politik ekonomi berupa peran teknokrat yang disebut
sebagai Chicago Boys. Ini julukan bagi para ekonom Amerika Latin didikan University of
Chicago, Amerika Serikat. Ekonom AS peraih Hadiah Nobel, Milton Friedman, merupakan
salah satu motornya bersama Profesor Arnold Harberger.
Ini berawal dari program pertukaran mahasiswa Pontificia Universidad Catlica de Chile dan
University of Chicago pada 1955. Para mahasiswa ini kemudian balik ke Cile untuk
menjalankan perekonomian berdasarkan mekanisme pasar. Peran teknokrat Chicago Boys
ini meluas ke negara-negara Amerika Latin lewat bantuan Dana Moneter Internasional (IMF),
yang kerap tampil sebagai penolong saat negara Amerika Latin mengalami krisis ekonomi.
Analisis dari Stanford University menuliskan, Amerika Latin kemudian salah mengerti peran
Friedman. Ekonom besar AS ini hanya ingin menerapkan mekanisme pasar untuk
memperbaiki perekonomian kawasan. Namun, Friedman dicurigai karena dekat dengan para
pemimpin diktator Amerika Latin.
Argentina pun curiga kepada IMF dan Chicago Boys karena kapitalis asal AS dan Eropa
masuk lewat reformasi ekonomi ala IMF. Di bawah kepemimpinan para diktator, termasuk di
Argentina, bercokollah korporasi asal AS dan Eropa di sektor perbankan, pertanian, dan jasa
keuangan.
Ini diperburuk kuatnya tekanan kapitalis asing kepada pemerintah untuk melemahkan
kelompok pekerja dan menimbulkan ketimpangan. Hal ini peka bagi Argentina, yang saat ini
dipimpin Christina Fernandez, seorang Peronis. Sejak masih menjadi mahasiswi hukum
Universidad Nacional de La Plata dekade 1970-an, Christina telah terasuki ide-ide Peronis.
Isu Kepulauan Falkland, koloni Inggris di wilayah Argentina, semakin memunculkan
sentimen nasionalis Argentina. Kesadaran Amerika Latin akan resep buruk ekonomi IMF
yang mencekoki mekanisme pasar tanpa unsur sosial memunculkan kebencian. Ini diperkuat
kebangkitan Tiongkok, mitra yang dianggap positif di Amerika Latin. Argentina adalah salah
satu negara yang diuntungkan dengan investasi Tiongkok, termasuk pembangunan
infrastruktur.
Sejarah pahit ekonomi masa lalu, dan trauma kepada Chicago Boys, membuat Argentina di
bawah Hernandez balik melawan para pemberi pinjaman yang dianggap rakus. Hernandez
berusaha memenggal warisan utang negara masa lalu.
Pemenggalan utang ini ditolak kapitalis AS, yang diwakili Elliott Management. Argentina
dinyatakan selective default oleh Standard and Poors bukan karena tidak punya uang,
melainkan karena Elliott Management meminta utang dibayar penuh. Argentina tidak
membayar cicilan utang, walau mampu, sepanjang tuntutan Elliott Management tidak
dipenuhi. Itulah yang menjadi masalah. (REUTERS/AP/AFP/MON)









Perlu Pengawasan Tegas


BALIKPAPAN, KOMPAS Warga masyarakat, khususnya di Balikpapan, Kalimantan
Timur, menilai kebijakan pengendalian konsumsi bahan bakar minyak bersubsidi merupakan
langkah bagus untuk menyadari publik. Namun, langkah itu harus dilakukan dengan
pengawasan ketat dan tegas.
Aturan sudah ada, tetapi tidak ada pengawasan tegas. Imbasnya, mereka yang seharusnya
membeli BBM nonsubsidi leluasa membeli BBM subsidi. Itu yang membuat BBM subsidi
masih susah didapat, ujar Gabi (31), warga Gunung Samarinda Baru, Balikpapan, Minggu
(3/8), saat mengisi pertamax.
Gabi mengaku bukan orang berada, tetapi ia sadar motor matik dengan sistem injeksi
seharusnya diisi dengan pertamax. Mobil mahal juga seharusnya diisi BBM nonsubsidi. Di
Balikpapan, banyak orang kaya, tapi mentalnya kere, katanya.
Pantauan Kompas selama beberapa hari terakhir di sejumlah stasiun pengisian bahan bakar
untuk umum (SPBU) di Balikpapan, kendaraan yang antre untuk mengisi solar dan premium
subsidi adalah kendaraan yang seharusnya diisi solar nonsubsidi atau Pertamina Dex maupun
pertamax. Tidak pernah ada antrean kendaraan yang mengisi BBM nonsubsidi.
Minggu (3/8) sore, misalnya, di SPBU Balikpapan Baru terlihat pikap dobel kabin tahun
2013 mengantre solar subsidi. Demikian pula mobil matik tahun 2012 mengantre premium
subsidi. Selain itu, sejumlah sepeda motor matik dengan sistem injeksi juga masih mengisi
premium subsidi.
Pemilik mobil pikap yang mengaku dari Kalimantan Tengah itu mengatakan, ia membeli
solar subsidi karena harga. Harga solar nonsubsidi minimal dua kali lipat harga solar subsidi.
Saya beli solar nonsubsidi jika kehabisan solar subsidi, ujarnya.
Awal tahun 2011, BBM subsidi langka di semua SPBU maupun agen penjual minyak solar
(APMS) di Kaltim dan Kalimantan Utara. Namun, masyarakat pun jengkel karena di dekat
SPBU yang kehabisan BBM subsidi, sering ada pedagang bensin/solar subsidi dengan stok
banyak.
Andar Titi Lestari, External Relation Marketing Operation Regional VI Pertamina, di
Balikpapan, mengatakan, perilaku sebagian masyarakat yang mestinya membeli BBM
nonsubsidi tetapi tetap membeli BBM subsidi, menurut Andar, sulit dicari solusinya. Kami
di Pertamina hanya bisa mengimbau, katanya. (PRA)
Angkutan Umum Mengaku
Sulit Mengubah Waktu
Pengisian


JAKARTA, KOMPAS Kebijakan pengendalian bahan bakar minyak, terutama solar
bersubsidi, membuat pengusaha angkutan umum harus mengakali kegiatan operasional
karena sulit untuk memindah waktu pengisian bahan bakar minyak. Bahkan, para sopir
berpikiran membatasi waktu operasional mereka.
Ketua Umum Koperasi Angkutan Jakarta Nanang Basuki di Jakarta, akhir pekan lalu,
mengatakan, ongkos angkutan umum kemungkinan besar bisa naik karena kebijakan ini.
Pasalnya, biaya operasional diperkirakan membengkak dengan pembatasan pembelian solar
bersubsidi hanya pada pukul 08.00-18.00.
Kami biasanya isi penuh sekitar 50 liter tiap malam hari untuk persiapan pagi. Tidak bisa isi
pagi terus berangkat, kata Nanang.
Waktu operasional angkutan umum di Jakarta dimulai sejak pukul 05.00 hingga pukul 22.00
untuk kopaja, khususnya kopaja AC. Untuk mikrolet, bahkan beroperasi 24 jam. Karena itu,
para sopir angkutan umum mengaku kesulitan dengan pembatasan penjualan solar bersubsidi
tersebut.
Direktur PT Mayasari Bhakti Arifin Azhari juga mengatakan, pengisian tangki penuh
angkutannya biasa dilakukan saat hendak pulang ke pul pada malam hari. Dengan demikian,
pagi hari angkutan langsung berangkat keluar dari pul. Umumnya, angkutan keluar dari pul
pada pukul 03.00 atau 04.00.
Pada dasarnya, pembatasan tidak masalah apabila ada prioritas bagi angkutan umum untuk
mengisi (bahan bakar), kata Arifin.
Menurut dia, pembatasan ini akan berakibat kepada para pengguna angkutan umum.
Operasional dikhawatirkan terganggu hanya karena kebutuhan mengisi bahan bakar.
Penumpang pun bisa telantar karena angkutan umum mengejar waktu untuk mengisi solar
bersubsidi.
Kalau sekarang isinya pukul 08.00, penumpang yang mau berangkat kerja bagaimana
nasibnya? Kalau isinya sore, malam lebih baik tak beroperasi untuk menghemat, ungkap
Marko (45), sopir Kopaja 16, rute Ciledug-Tanah Abang.
Sopir Perusahaan Pengangkutan Djakarta (PPD) Jurusan Grogol-Kampung Melayu,
Kuswoyo (52), menyampaikan, pembatasan sebaiknya tidak dilakukan untuk angkutan umum
karena waktu pembelian biasanya dilakukan pada malam hari.
Kalau harus mengantre pagi hari, artinya kami tidak jalan. Belum lagi antrean akan panjang
karena semua kendaraan mengisi solar bersamaan, ujar Kuswoyo.
Setiap hari, ia dan rekannya menghabiskan Rp 600.000 untuk pemakaian solar dengan
delapan kali perjalanan pulang-pergi Grogol-Kampung Melayu. Pengisian biasanya
dilakukan dua kali, malam dan siang hari.
Kalau kami ubah waktu pengisian pada siang hari dengan solar penuh tetapi penumpang
tidak ada, kan, kami rugi. Sementara kalau isi pagi atau sore tentu susah karena penumpang
lagi ramai-ramainya, katanya.
Hal senada diungkapkan Jawawi (54), sopir Kopaja jurusan Senen-Tanjung Priok, yang
bingung menentukan waktu mengisi bahan bakar yang tepat apabila kebijakan ini diterapkan.
Menurut Jawawi, kebijakan ini hanya akan membuat pendapatannya secara tidak langsung
akan berkurang.
Jawawi dan rekannya membeli solar bersubsidi di SPBU wilayah Jakarta Utara karena
dihentikannya penjualan di Jakarta Pusat.
Secara terpisah, Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Andy
Noorsaman Sommeng menjamin pembatasan ini tak menimbulkan masalah pada angkutan
umum. Masyarakat diimbau untuk tenang dan tidak panik dengan kebijakan
ini. (A04/A10/PRA/PIN)





Menagih Keberpihakan

TUDINGAN bahwa pemerintah selama ini minim memberi dukungan bagi pengembangan
transportasi umum kerap disuarakan sejumlah kalangan. Populasi kendaraan pribadi
membeludak akibat tidak tersedianya alternatif moda transportasi umum memadai.
Adalah hak warga untuk membeli kendaraan pribadi, entah karena memang benar-benar
butuh ataupun sekadar memenuhi gaya hidup. Namun, jangan pula diabaikan adanya warga
yang terpaksa membeli kendaraan pribadi hanya gara-gara pemerintah tidak mampu
menyediakan sistem transportasi publik yang murah dan nyaman.
Fenomena maraknya pengajuan kredit kendaraan bermotor pun seharusnya dilihat pula dari
sisi tersebut. Selama ini, sebagian warga sebenarnya belum mampu membeli kendaraan
pribadi, tetapi karena dipaksa keadaan mereka harus mengajukan kredit.
Sebagai gambaran, jumlah populasi mobil yang terdata Kepolisian RI pada tahun 2012
mencapai 9,548 juta unit. Populasi mobil di Indonesia terus bertambah.
Dari data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia, total penjualan mobil di
Indonesia tahun 2011 sebanyak 894.164 unit. Meningkat menjadi 1.116.230 unit tahun 2012.
Pada tahun 2013, total penjualan mobil tercatat 1.229.916 unit. Sementara itu, sepanjang
Januari-Juni 2014 penjualan mobil sebanyak 642.311 unit.
Tren peningkatan penjualan juga terlihat pada sepeda motor. Dari data Asosiasi Industri
Sepeda Motor Indonesia, total penjualan sepeda motor tahun 2012 sebanyak 7.064.457 unit
dan naik menjadi 7.743.879 unit tahun 2013. Sepanjang Januari-April 2014, sepeda motor
yang terjual sebanyak 2.711.866 unit.
Seperti dituturkan ahli transportasi Universitas Katolik Soegijapranata, Djoko Setijowarno,
skema subsidi yang telah diterapkan sampai sekarang dinilai tidak tepat sasaran. Akibatnya,
subsidi cenderung dinikmati pemilik kendaraan pribadi.
Merujuk pada APBN-Perubahan 2014, subsidi BBM sebesar Rp 246,5 triliun. Sebanyak 97
persen di antaranya, yakni Rp 239,11 triliun, habis untuk subsidi transportasi darat.
Perinciannya, subsidi BBM untuk mobil pribadi menguras 50 persen dari anggaran tersebut,
yakni Rp 119,11 triliun. Disusul subsidi BBM sepeda motor sebesar 43 persen (Rp 102,82
triliun), mobil barang 4 persen (Rp 9,56 triliun), dan transportasi umum 3 persen (Rp 7,17
triliun).
Artinya, pemerintahan saat ini telah mewariskan kebijakan memanjakan kendaraan pribadi.
Dampak ekonominya besar karena menguras 93 persen subsidi BBM transportasi darat.
Di sisi lain, angkutan umum kian tidak diperhatikan. Mendorong warga kian meninggalkan
angkutan umum. Angkutan umum di beberapa kota pun sirna.
Akibat besarnya beban subsidi BBM, terutama bagi pemilik kendaraan pribadi, pemerintah
pun tidak punya dana membiayai program infrastruktur dan kegiatan produktif lainnya.
Kebijakan yang tidak pro kepentingan publik seperti ini sepatutnya diakhiri. Saatnya
pemberian dukungan bagi pengembangan transportasi umum agar segera dimulai di negeri
ini. (C Anto Saptowalyono)










Korporasi Petani Garam
Diragukan
KKP Yakin Terbentuk 50 Usaha

JAKARTA, KOMPAS Upaya pemerintah membangkitkan usaha garam rakyat
sebaiknya fokus pada pembenahan tata produksi dan tata niaga. Pembentukan badan
usaha berupa korporasi tambak garam rakyat dikhawatirkan akan mengulang
kegagalan proyek-proyek sebelumnya.
Direktur Eksekutif Indonesia for Global Justice Riza Damanik di Jakarta, Sabtu (2/8),
mengemukakan, selama ini pengelolaan tambak garam rakyat yang tidak efisien disebabkan
oleh lemahnya tata kelola, kualitas dan kuantitas produksi, serta tidak ada jaminan
perlindungan harga.
Upaya membangkitkan usaha garam rakyat seharusnya fokus untuk menjawab persoalan
dasar tersebut melalui, pertama, pembenahan tata kelola, termasuk akurasi data sebaran
produksi. Kedua, perbaikan tata produksi. Dan ketiga, tata niaga berupa jaminan pasar dan
harga jual.
Riza menambahkan, penguatan ekonomi petani garam seharusnya mengedepankan koperasi
sebagai kekuatan ekonomi rakyat ketimbang membentuk korporasi baru yang belum tentu
sesuai dengan pola usaha petani garam rakyat. Di samping itu, perlu upaya penguatan
keahlian, produksi, dan perniagaan.
Tanpa pembenahan tata kelola, tata produksi, dan tata niaga, program klusterisasi tambak
garam rakyat dikhawatirkan hanya berakhir sebagai proyek, kata Riza.
Pola klusterisasi garam rakyat yang akan dikembangkan Kementerian Kelautan dan
Perikanan tahun 2014-2019 adalah menghimpun lahan petambak-petambak garam hingga
membentuk hamparan seluas 40-50 hektar.
Klusterisasi, menurut rencana, diterapkan pada sembilan sentra produksi garam rakyat berupa
proses hulu-hilir produksi garam industri, meliputi petak tambak garam, tandon, gudang,
kantor, dan pabrik pengolahan garam. Teknologi yang akan diterapkan untuk menghasilkan
garam industri berupa geomembran ataupun teknologi ulir filter (TUF) dengan kapasitas
produksi ditargetkan 200 ton per hektar.
Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil Kementerian Kelautan dan
Perikanan Sudirman Saad mengemukakan, pihaknya sedang mengidentifikasi pemilik lahan
garam. Selanjutnya pihaknya akan memfasilitasi sertifikasi lahan sebagai landasan
pembentukan korporasi usaha garam rakyat serta menghitung anggaran yang dibutuhkan
untuk memfasilitasi pembentukan korporasi tersebut. Dalam kurun 5 tahun, ditargetkan
terbentuk 45-50 korporasi usaha garam rakyat.
Korporasi rakyat ini juga diarahkan untuk membeli garam petambak kecil di sekitarnya
dengan pola hubungan inti dan plasma. Penerapan inovasi teknologi dan industrialisasi garam
diharapkan mengoptimalkan produksi dan kualitas garam nasional, kata Sudirman.
Sekadar proyek
Secara terpisah, Sekretaris Jenderal Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) Abdul
Halim mengemukakan, pengelolaan garam dengan pola hulu-hilir harus ditopang jaminan
harga di pasar; penghentian praktik impor garam dari India, Australia dan Jerman; serta
regulasi pergaraman sebagai payung hukum lintas kementerian terkait.
Hasil penelusuran Kiara terhadap pelaksanaan Pugar di Indramayu (Jabar) dan Lombok
Timur (Nusa Tenggara Barat), ditemukan indikasi program itu hanya sebatas proyek. Petani
garam hanya mendapat pendampingan awal setelah dana program ditransfer.
Sementara itu, alat pengukur salinitas tidak bisa dipakai petani garam karena tidak pernah
mendapatkan pelatihan. Selain itu, tidak ada jaminan harga dari pemerintah sehingga harga
panen anjlok.
Tidak ada akses pasar yang dapat dipakai petani untuk menjual garamnya dengan harga
layak sesuai ketentuan pemerintah, ujarnya. (LKT)





Inflasi Terkendali, Tetapi
Defisit Lagi
Oleh: Anastasia Joice Tauris Santi

Jakarta, Kompas - Laju inflasi pada Juli tercatat sebesar 0,93 persen. Badan Pusat Statistik
di Jakarta, Senin (4/8), juga mengumumkan bahwa neraca perdagangan defisit sebesar 305,1
juta dollar AS. Secara musiman, inflasi pada saat Lebaran memang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan pada bulan lainnya. Namun, BPS beranggapan bahwa inflasi ini cukup
terkendali.
Penyumbang inflasi terbesar masih berasal dari kelompok bahan makanan. Dengan demikian,
laju inflasi pada tahun kalender hingga Juli sebesar 2,94 persen dan tingkat inflasi antartahun
sebesar 4,53 persen.
Laju inflasi pada Ramadhan dan Lebaran memang lebih tinggi, tetapi secara tahunan ada
penurunan, inflasi antartahun pada Juli 2014-Juli 2013 turun dibandingkan dengan inflasi
antartahun Juni 2014 dari Juni 2013 yang sebesar 6,7 persen.
Penurunan ini terjadi karena dampak beberapa kejadian pada Juli tahun lalu setelah ada
implementasi kenaikan harga bahan bakar minyak pada Juni 2013.
Selain itu, inflasi Juli 2014 juga lebih tinggi karena ada kenaikan tarif listrik, tahun ajaran
baru, dan kenaikan tarif transportasi pada Lebaran, kata analis dari MayBank Kim Eng, Dini
Agmivia.
Beberapa komoditas yang naik pada Juli lalu, antara lain, adalah ikan segar, tarif tenaga
listrik, tarif angkutan dalam kota, tarif angkutan udara, beras, daging sapi, telur ayam ras,
bayam, tomat sayur, dan bawang merah. Sementara itu, harga komoditas yang turun adalah
wortel.
Perdagangan defisit lagi
Nilai ekspor Indonesia pada Juni 2014 mencapai 15,42 miliar atau naik 4 persen
dibandingkan dengan ekspor Mei lalu.
Dibandingkan dengan Juni 2013 juga naik 4,45 persen. Dari sisi impor, nilai impor pada Juni
mencapai 15,72 miliar dollar AS. Angka ini naik 6,44 persen dari Mei 2014. Dibandingkan
dengan Juni 2013, impor naik 0,54 persen. Komoditas impor seperti tekstil dan bahan
makanan, seiring dengan bulan puasa dan Lebaran, menjadi salah satu pendorong kenaikan
impor.
Berdasarkan data impor dan ekspor tersebut, pada bulan Juni tercatat defisit sebesar 301,5
juta dollar AS. Secara akumulatif, defisit neraca perdagangan pada Januari-Juli mencapai
1,14 miliar dollar AS.
Permintaan beberapa barang impor pada bulan puasa dan Idul Fitri membesar. Pada sisi
ekspor, kondisi perekonomian yang membaik dari beberapa negara mitra dagang Indonesia
akan berdampak baik pula bagi prospek ekspor nonmigas Indonesia pada jangka menengah,
kata Ekonom Danareksa Research Institute Damhuri Nasution.
Damhuri sebelumnya memperkirakan ekspor Indonesia mencapai 14 miliar dollar AS pada
Juni dan impor sebesar 14,3 miliar dollar AS. Sehingga defisit sebesar 285,4 juta dollar AS,
ujarnya.









Warga Bentrok, 5 Orang
Tewas
Oleh: Fransiskus Pati Herin

AMBON, KOMPAS Warga dua desa di Kecamatan Huamual, Kabupaten Seram Bagian
Barat, Maluku, yakni Desa Luhu dan Desa Iha, terlibat bentrokan berdarah pada Senin (4/8).
Enam orang dikabarkan meninggal, masing-masing lima dari Luhu dan satu dari Iha.
Bentrokan tersebut dipicu kesalahpahaman warga di kedua desa menyusul salah satu warga
Desa Luhu ditemukan tewas di Desa Iha. Warga Luhu menuduh warga Iha membunuh warga
mereka yang diketahui mengalami keterbelakangan mental itu.
Akibat kesalahpahaman tersebut, kondisi di kedua desa yang bertetangga itu tegang dalam
dua hari terakhir. Situasi itu kemudian memuncak. Warga tidak bisa mengendalikan diri
sehingga terlibat bentrokan pada Senin sekitar pukul 06.00 WIT.
Kondisi masih memanas karena pertikaian masih berlangsung. Kami belum
mengidentifikasi secara pasti jumlah korban dan kerusakan yang timbul akibat bentrokan
itu, kata Wakil Kepala Kepolisian Resor Seram Bagian Barat Komisaris Alberth Sairela saat
dihubungi Kompas dari Ambon.
Dalam bentrokan itu, warga mempersenjatai diri dengan senjata tajam dan api. Sejumlah
informasi menyebutkan, beberapa korban tewas akibat terkena tembakan senjata api rakitan.
Menurut Alberth, aparat gabungan TNI dan Polri sedang bergerak menuju lokasi dari ibu kota
Kabupaten Seram Bagian Barat, Piru, yang ditempuh dalam waktu lebih kurang dua jam
perjalanan. Kondisi jalan yang buruk menyebabkan mobilisasi aparat terhambat.
Jangan terpancing
Bupati Seram Bagian Barat Jacobus Puttileihalat mengatakan, langkah pertama yang diambil
pemerintah adalah berkoordinasi dengan aparat keamanan untuk menetralkan keadaan.
Aparat akan berjaga di perbatasan kedua desa dan melucuti senjata warga.
Setelah kondisi kondusif, baru kami akan mengupayakan perdamaian. Namun, yang paling
penting saat ini adalah bagaimana mencegah konflik itu agar tidak meluas dan tidak
berkepanjangan. Warga juga kami imbau agar tidak terpancing oleh isu-isu yang
menyesatkan, tutur Jacobus.
Bentrokan berdarah antara Desa Luhu dan Desa Iha itu menambah panjang kasus konflik
sosial di Maluku dalam satu pekan terakhir. Sebelumnya terjadi bentrokan di antara dua desa
bertetangga di Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, yakni Desa Seith dan Lima.
Aparat Tetap Siaga di
Perbatasan Dua Desa


AMBON, KOMPAS Sebanyak 252 aparat gabungan dari TNI dan Polri tetap bersiaga di
perbatasan Negeri (Desa) Seith dan Negeri Lima di Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku
Tengah, Maluku, yang terlibat bentrokan berdarah pada Kamis pekan lalu. Hal itu dilakukan
untuk mengantisipasi adanya bentrok susulan, mengingat kedua pihak belum mencapai
kesepakatan damai dalam pertemuan pertama yang digelar pada Sabtu (2/8).
Pertemuan antara perwakilan dari kedua desa itu dilakukan di Polres Pulau Ambon dan
Pulau-pulau Lease, yang dimediasi Kepala Polres Pulau Ambon dan Pulau-pulau Lease Ajun
Komisaris Besar I Putu Bintang Juliana. Pertemuan itu juga dihadiri Kepala Badan Kesatuan
Bangsa dan Politik Kabupaten Maluku Tengah, Ali Sella.
Namun, pertemuan itu belum mendapatkan kata akhir. Kedua belah pihak yang berkonflik
masih berbeda pandangan terkait konsekuensi lanjutan setelah kesepakatan damai diambil.
Negeri Lima menginginkan proses hukum bagi sejumlah pelaku yang ditahan tetap berlanjut.
Namun, utusan dari Seith menolak.
Terkait bentrokan itu, polisi menahan dua warga Negeri Lima dan tiga warga Seith.
Perbedaan pandangan itu akan disampaikan kembali kepada warga di masing-masing desa
untuk mendapatkan tanggapan balik sebelum digelar pertemuan kedua pada pekan ini.
Oleh karena belum ada kesepakatan kedua belah pihak untuk berdamai, kami belum bisa
menarik personel Polri dan TNI yang kini masih di lapangan. Hal ini untuk mengantisipasi
kemungkinan yang tidak kita inginkan bersama, ujar Bintang di Ambon, Minggu (3/8).
Menurut dia, pasukan akan ditarik jika kedua belah pihak yang berkonflik sudah sepakat
berdamai. Selain bersiaga di perbatasan, sebagian personel gabungan TNI dan Polri disebar di
kedua desa untuk meredam gejolak, termasuk mencegah upaya provokasi yang saat ini
gencar dilakukan sejumlah oknum melalui penyebaran layanan pesan singkat (SMS).
Aparat keamanan juga menjamin keamanan bagi warga kedua desa yang hendak bepergian ke
Ambon. Akses utama dari Negeri Lima menuju Ambon melewati Negeri Seith. Jalur itu
sebelumnya diblokir oleh warga.
Rahmat Tunny, warga Negeri Lima mengatakan, warga Negeri Lima belum berani melintasi
wilayah Negeri Seith. Warga masih khawatir bentrokan, yang menewaskan empat orang
(Kompas, 1/8) akan terjadi lagi.
Menurut Sekretaris Negeri Seith, Issa Talla, pihaknya pun belum bisa menjamin keamanan
warga Negeri Lima yang melintas di wilayah Seith.(FRN)













Duka Selimuti Hari Raya

SUPIANUR (42), warga Kelurahan Panamas, Kecamatan Selat, Kabupaten Kapuas,
Kalimantan Tengah, tertunduk di depan kamar jenazah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
dr H Soemarno Sosroatmodjo. Matanya sembap. Sesekali ia terisak. Kedua anaknya, Angga
(10) dan Ahmad Noval (2), meninggal akibat kecelakaan kapal penyeberangan di Sungai
Kapuas, Selasa (29/7) lalu.
Supianur tak hanya kehilangan dua anaknya, tetapi juga kakak kandungnya, Samsuni (54)
dan keluarganya, pada hari kedua hari raya Idul Fitri itu. Samsuni beserta istrinya, Rusnah
Yaulida (44), dan anaknya, Yuliani (20), menjadi korban dalam kecelakaan kapal
penyeberangan itu. Sebanyak 17 penumpang kapal itu ditemukan meninggal (Kompas, 30/7-
2/8).
Samsuni dan keluarganya datang ke Panamas dari Pelaihari, Kota Banjarmasin, Kalimantan
Selatan, Senin (28/7), pada hari pertama Lebaran. Di hari kedua Lebaran, Supianur bersama
Samsuni sekeluarga akan mengunjungi saudaranya yang tinggal di Kota Kuala Kapuas,
Kabupaten Kapuas, Kalteng.
Mereka berangkat pagi-pagi menggunakan tiga sepeda motor dari Panamas dan menumpang
kapal penyeberangan yang dikemudikan Adi Rifani (18). Dengan membayar Rp 2.000 per
sepeda motor dan Rp 1.000 per orang, mereka menyeberangi Sungai Kapuas yang lebarnya
mencapai 400 meter dengan kedalaman 15-20 meter. Namun, musibah menimpa mereka.
Mesin mati
Di atas kapal berukuran 12 meter x 5 meter dengan mesin berkekuatan 26 tenaga kuda (PK)
itu, Supianur dan Samsuni sekeluarga menumpang bersama 63 penumpang lain. Selepas 120
meter dari dermaga di Panamas, mesin katup penyedot air mati, sehingga air sungai masuk
dan mesin penggerak pun tak berfungsi. Penumpang panik dan berteriak meminta tolong
kepada sejumlah warga yang melintas dengan kapal kelotok. Kapal sempat terombang-
ambing sekitar 30 menit dan perlahan mulai tenggelam.
Semuanya berjatuhan ke sungai. Saya hanya bisa memegang istri saya, Fitriyah (34). Noval
terlepas dan terseret arus. Air sedang pasang. Tak ada pelampung dan saya berusaha terus
berenang agar tidak tenggelam, tutur Supianur. Sekitar 20 menit kemudian, Supianur dan
istrinya mendapat pertolongan. Istrinya sempat pingsan akibat menelan banyak air.
Suwono (22), penumpang lain yang selamat mengatakan, kondisi kapal sangat rapuh dan tak
dilengkapi pelampung. Kayu di kapal sudah agak longgar, apalagi ada banyak orang dan
motor di atasnya. Kapal sempat miring ke samping sebelum tenggelam, kata dia. Suwono
menunggu Maisaroh (18), istrinya yang terbaring di RSUD dr H Soemarno Sosroatmodjo.
Mereka selamat, karena berpegangan pada helm yang menjadi pelampung darurat. Suwono
dan istrinya baru saja bersilaturahim ke rumah neneknya di Desa Basarang dan akan pulang
ke Desa Lamunti, Kapuas.
Rahmat (32), korban selamat asal Panamas, mengatakan, dia bersama Mirla (27), istrinya,
serta kedua anaknya, Tantri (9) dan Arif (7), berencana berziarah ke makam keluarga di
Banjarmasin. Mesin mati dan tiba-tiba kami tenggelam. Alhamdulilah, kami sekeluarga
selamat. Saya hanya berpegangan plastik berisi pakaian. Tidak ada pelampung di kapal, ujar
dia.
Kepala Bagian Operasional Polres Kapuas Komisaris Putu Yudha menuturkan, kapal itu
kelebihan penumpang. Kapal itu idealnya membawa 30 orang dan 15 sepeda motor. Namun,
saat itu penumpang mencapai 70 orang dan 20 sepeda motor, ujarnya. Adi Rifani dan Iwan
(30), pemilik kapal, ditetapkan sebagai tersangka dalam kecelakaan itu. Adi tidak memiliki
surat tanda kecakapan nakhoda.
Menurut Wakil Bupati Kapuas Muhajirin, tenggelamnya kapal ini adalah pelajaran bagi
semua. Keselamatan penumpang, termasuk kelayakan kapal, harus lebih diperhatikan.(dka)








Pejabat Bupati Karawang
Belum Ditunjuk

KARAWANG, KOMPAS Pemerintah Kabupaten Karawang, Jawa Barat, meminta
arahan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan menyusul ditangkapnya Bupati Karawang
Ade Swara oleh Komisi Pemberantasan Korupsi pekan lalu. Permohonan itu belum
membahas soal penunjukan pejabat pelaksana tugas (Plt), tetapi meminta petunjuk soal
kelanjutan pembangunan yang telah diprogramkan Ade Swara.
Wakil Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana menjelaskan, saat ini kewenangan dirinya
masih terbatas. Sekretaris Daerah Karawang sudah melayangkan surat kepada Gubernur
Jabar hanya minta arahan dan petunjuk, tapi belum membahas permintaan ditunjuknya
pelaksana tugas, ujar Cellica, pekan lalu.
Dia menjamin seluruh agenda pemerintahan berjalan terus. Segala prioritas pembangunan di
masa jabatan periode Ade Swara akan dilanjutkan. Berbagai kekurangan program akan terus
dievaluasi.
Sekda Karawang Teddy Rusfendi menambahkan, sejauh ini Ade masih Bupati Karawang
kecuali bila yang bersangkutan sudah melimpahkan kewenangannya. Namun untuk tanda
tangan dan kehadiran dalam suatu kegiatan sesuai aturan, bila bupati berhalangan bisa oleh
wakil bupati. Pemerintahan tetap jalan normal, ucap Teddy.
Sementara itu Polres Banggai, Sulawesi Tengah, menetapkan SA, kontraktor pengadaan
traktor pada Dinas Pertanian dan Perkebunan setempat tahun anggaran 2013. Dari 9 unit
traktor yang diadakan, 5 unit di antaranya diduga menyimpang.
Berdasarkan hasil penelusuran pada proyek yang menghabiskan APBD 2013 senilai Rp 600
juta, kami menetapkan SA sebagai tersangka, ujar Kepala Polres Banggai Ajun Komisaris
Besar Dulfi Muis, Minggu (3/8).
Tahun lalu, instansi terkait mengadakan 9 traktor. CV Cipta Karya milik SA yang menjadi
rekanan proyek ternyata belum melunasi pembelian 5 traktor yang menjadi tanggung
jawabnya. Padahal, dana sudah dicairkan sesuai harga satuan traktor.
Di Maluku, Polres Pulau Ambon dan Pulau-pulau Lease, menyita uang senilai Rp 329,5 juta
dalam kasus penggelapan gaji milik 105 guru di SMPN 2 Kota Ambon. Penyitaan itu
merupakan lanjutan dari penyelidikan terhadap tersangka Yodia Yuliana, istri Timotius
Kastanya, selaku bendahara gaji di sekolah itu.
Yodia dan Timotius diduga bekerja sama menggelapkan gaji guru yang dicairkan Timotius di
salah satu bank di Kota Ambon pada dua pekan lalu sebesar Rp 433 juta. Timotius dalam
pengejaran polisi, sedangkan Yodia sudah ditahan di Polres Ambon, pekan lalu. Dari hasil
pemeriksaan terhadap tersangka, kami telah menyita uang sebesar Rp 329,5 juta, kata
Kepala Polres Pulau Ambon dan Pulau-pulau Lease Ajun Komisaris Besar I Putu Bintang
Juliana, Minggu. (DMU/VDL/FRN)












Ranum Arabika dari Kaki
Kerinci
Oleh: Irma Tambunan


BUDIDAYA kentang tak semujur masa yang silam. Tanah di kaki Gunung Kerinci,
Kabupaten Kerinci, Jambi, itu sudah jenuh. Suharno (36) hampir putus asa setiap kali
menghitung modal yang telah keluar, diperparah hasil panen yang tak memuaskan.
Namun kini, kopi arabika membuatnya bersemangat lagi.
Dibandingkan 5 hingga 10 tahun lalu, panen kentang belakangan ini merosot hingga 70
persen. Kentang pernah menghasilkan 15 ton per hektar. Sekarang ini, hasil panen hanya
sekitar 3-5 ton per hektar. Upaya Suharno terus menjejali tanaman dengan pupuk kimia tak
juga mendongkrak panen. Tidak ada lagi harapan dengan kentang. Tanah sudah tandus,
kenang Suharno, Jumat (25/7).
Secercah harapan muncul ketika Suharno mendengar kabar ada petani menanam kopi arabika
(Coffea arabica) di kaki Gunung Kerinci. Komoditas yang di luar kebiasaan di wilayah itu
menggelitiknya. Suharno bersama Sukidi, petani lainnya-Legiran dan Ngatito, penasaran, lalu
mendatangi petani tersebut, Yakub (56).
Pengalaman Yakub rupanya serupa dengan hampir seluruh petani di wilayah itu. Bertanam
pada kondisi lahan yang sama selama bertahun-tahun, dengan memanfaatkan pupuk kimia
dan pestisida secara berlebihan, mengakibatkan lahan jenuh dan tak lagi menghasilkan secara
maksimal.
Pada 2004, Yakub meninggalkan budidaya kentang setelah mendengar cerita tentang
keberhasilan penanaman kopi arabika di Berastagi, Sumatera Utara. Dia pun menanami lahan
tandusnya dengan bibit kopi.
Ketika Suharno dan kawan-kawan berkunjung pada 2010, kopi di kebun Yakub tengah
berbuah lebat. Buah-buah kopi sebesar kelereng bergelantung memenuhi tangkai pohon.
Hasil panen itu menggiurkan para petani yang hampir tak percaya melihat lahan yang
disebut-sebut tandus itu memberi hasil melimpah.
Kunjungan tersebut mengubah jalan hidup Suharno dan sekitar 400 petani yang tersebar pada
21 desa di Kecamatan Kayu Aro, Gunung Tujuh, dan Kayu Aro Barat. Mereka ikut menanam
kopi arabika. Sebagian petani yang sempat meninggalkan lahannya untuk mencari tanah
subur dalam Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), akhirnya kembali ke lahannya.
Sejumlah aktivis lingkungan pun tertarik melihat potensi kopi arabika di kaki Gunung
Kerinci. Penanaman kopi diyakini menjadi solusi atas persoalan maraknya perambahan
dalam kawasan TNKS yang sejak 2011 dinyatakan organisasi dunia UNESCO berstatus
terancam (endangered), bersama-sama dengan kawasan Gunung Leuser dan Bukit Barisan
Selatan. Maraknya perambahan dan pembalakan liar menjadi penyebab utama kehancuran
hutan seluas 2,5 juta hektar yang menjadi rumah bagi lebih dari 200 spesies mamalia,
termasuk yang endemik sumatera seperti harimau dan gajah sumatera.
Para aktivis tersebut membangunkan sebuah industri kecil pengolahan kopi arabika di sekitar
kebun petani. Setiap kali petani panen, bisa langsung menjual hasilnya ke pengolahan itu.
Budidaya kopi arabika dipilih karena bijinya memiliki aroma unik. Selain itu, harganya lebih
tinggi dibandingkan kopi robusta.
Setiap kilogram gelondongan merah kopi arabika di tingkat petani saat ini dihargai Rp 6.000
per kilogram (kg), sedangkan kopi robusta sekitar Rp 3.000-Rp 4.000 per kg. Setelah diolah
menjadi gabah, harga kopi arabika bisa Rp 24.000 per kg, sedangkan harga kopi dalam
bentuk green bean sekitar Rp 55.000-Rp 60.000 per kg.
Dalam kemitraan dengan petani, menurut Emma Fatma, salah seorang aktivis yang kini aktif
di Lembaga Tumbuh Alami, dibuat kesepakatan bahwa petani dapat memperoleh bantuan
bibit kopi dengan catatan harus keluar dari kawasan TNKS. Kerja sama ini berhasil menarik
keluar sejumlah petani dari TNKS. Mereka mau kembali ke lahannya semula, lalu
menanaminya dengan kopi, kata dia.
Menyejahterakan
Antusiasme menanam kopi semakin meluas di wilayah itu. Saat ini diperkirakan 1.000 hektar
lahan di penyangga TNKS pada wilayah kaki Gunung Kerinci ditanami kopi arabika dengan
5 varietas unggul, yaitu Andungsari I asal Jember, Sigararutang dari Sumatera Utara, serta
Borbor, Timtim, dan P88 yang banyak ditanam di Aceh.
Emma mengatakan, petani tidak memerlukan pupuk kimia dalam penanaman kopi ini.
Pihaknya mendatangkan ahli botani dari Sumatera Utara. Para petani diajari memproduksi
pupuk organik yang dihasilkan dari kulit kopi. Petani juga diajari membuat mikro organisme
lokal yang bermanfaat sebagai pupuk cair dan pembasmi hama. Pemanfaatan bahan-bahan
organik menjadi salah satu syarat berjalannya kemitraan tersebut, yang sekaligus bertujuan
memulihkan kondisi lahan.
Hasilnya, setiap bulan kopi petani mencapai 1 kilogram per pohon. Bisa dibayangkan jika
seorang petani memiliki 1 hektar lahan yang ditanami 1.600 pohon kopi, bisa memperoleh Rp
9,6 juta per bulan.
Aktivis lainnya, Nur Chalis Fadhli, mengatakan, salah satu yang mendorong pertumbuhan
kopi arabika adalah keberadaan tanaman naungan, seperti pohon cemara dan surian. Dalam
program kemitraan ini, petani digerakkan untuk mengembangkan agroforest yang sangat
bermanfaat besar dalam menyangga taman nasional. Namun, masih dimungkinkan pula bagi
petani memanfaatkan lahan yang masih tersisa pada masa awal penanaman kopi dengan
menanami sayuran.
Sebagai jaminan pasar bagi petani, pihaknya menempatkan industri pengolahan. Seluruh kopi
arabika yang diolah kemudian dijual kepada eksportir di Medan.
Meski baru berusia 3 tahun, tanaman kopi Suharno telah menghasilkan 2 ton per bulan,
dengan penjualan senilai Rp 12 juta. Hasil itu tidak perlu dikurangi biaya pupuk kimia
maupun pestisida karena dia hanya memanfaatkan kotoran sapi dan bahan-bahan organik
lainnya. Hasilnya, buah kopi tumbuh lebat dan ranum.
Hasil kopi arabika yang menggiurkan itu telah menyejahterakan petani sehingga mereka tak
lagi merambah TNKS.









Mamiek Prakoso, Pelawak
Srimulat, Tutup Usia


SOLO, KOMPAS Pelawak senior Srimulat, Mamiek Prakoso (53), meninggal di Rumah
Sakit Brayat Minulya, Solo, Jawa Tengah, Minggu (3/8) sekitar pukul 14.30. Mamiek
menderita sakit pada bagian perut.
Adiknya, Eko Gudel, mengungkapkan, Mamiek dirawat di Rumah Sakit Brayat Minulya
sejak Sabtu (2/8). Mamiek merasa amat sakit pada bagian perutnya. Dia merasa sakit perut,
lalu oleh keluarga dibawa ke Solo, ujar Eko di Solo, Jawa Tengah, Minggu.
Ketika dalam perjalanan ke Solo, Mamiek dirawat sebentar di Rumah Sakit Mardi Lestari,
Sragen, Jawa Tengah, karena tidak kuat menahan sakit. Eko mengaku tidak mengetahui
persis sakit yang diderita kakaknya, tetapi Mamiek sebelumnya mengatakan tidak bisa buang
angin.
Sebelum hari raya Idul Fitri, Mamiek berada di kampung halamannya, Desa Sidowayah,
Kecamatan Sidowayah, Ngawi, Jawa Timur, untuk merayakan Idul Fitri bersama keluarga.
Namun, pada malam takbiran, Mamiek merasa perutnya sangat kesakitan.
Mas Mamiek dua hari sebelum Lebaran sudah pulang ke Ngawi, ujar Eko.
Kondisi Mamiek membaik pada Sabtu malam, bahkan dia sempat bercanda. Mamiek juga
akan dipindahkan dari ruang intensive care unit (ICU). Namun, pada hari Minggu, kondisi
Mamiek justru memburuk. Adik Mamiek yang lain, Didi Kempot, juga menemani Mamiek
saat dirawat di rumah sakit.
Kemarin, beberapa pelawak sahabat Mamiek datang ke Rumah Sakit Brayat Minulya untuk
melepas kepergian Mamiek. Mereka antara lain Nunung dan Gogon. Menurut rencana,
Mamiek akan dimakamkan di Sidowayah, Ngawi.
Mamiek, selain aktif melawak di atas panggung, juga bermain dalam film layar lebar.
Terakhir, Mamiek bermain dalam film Finding Srimulat bersama Reza Rahadian dan
pelawak-pelawak Srimulat, seperti Djujuk Djuariah, Kabul, Gogon Margono, dan
Nunung.(RWN)


Pendidikan Jasmani Kurang
Guru Siapkan Kebugaran Siswa

JAKARTA, KOMPAS Pendidikan jasmani dan kesehatan di sekolah belum
mendapat perhatian. Selain kualitas guru terampil belum merata, masih ada sekolah
yang menghadapi persoalan kurangnya jumlah guru pendidikan jasmani dan
kesehatan, jam pelajaran, dan sarana olahraga di sekolah.
Buruknya kualitas penjaskes (pendidikan jasmani dan kesehatan) menciptakan degradasi
moral serta perubahan nilai dan gaya hidup pada remaja, ujar Yunyun Yudiana, Dekan
Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung,
Jawa Barat, Sabtu (2/8). Melalui penjaskes, kata Yunyun, siswa dididik memiliki loyalitas,
integritas, dan tanggung jawab yang baik.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 413/U/1987,
pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan keseluruhan yang bertujuan
meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, intelektual, dan emosional melalui
aktivitas fisik. Sukarna dalam buku berjudul Kajian Para Pakar: Perkembangan Olahraga
Terkini menuliskan, pendidikan jasmani bermanfaat untuk kesehatan fisik serta kecerdasan
emosi, sosial, dan intelektual anak.
Masyarakat sehat secara jasmani dan rohani merupakan salah satu tujuan pendidikan
nasional, kata Syahrial Bakhtiar, mantan Dekan Fakultas Olahraga Universitas Negeri
Padang yang kini menjabat Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia Sumatera Barat.
Namun, dalam pelaksanaannya, menurut Syahrial, perhatian terhadap penjaskes masih
kurang.
Cuma sisipan
Syahrial mencontohkan, masih banyak sekolah yang lebih mengutamakan pendidikan
matematika, bahasa, ilmu pengetahuan alam, dan ilmu pengetahuan sosial. Penjaskes, melalui
kegiatan olahraga dan permainan, hanya dianggap sebagai sisipan kegiatan siswa.
Meski sudah belajar maksimal, siswa akan sulit berprestasi jika tidak diimbangi kebugaran
tubuh. Bagaimana bisa berprestasi jika sering sakit, mudah mengantuk, dan sulit
berkonsentrasi? Kebugaran tubuh yang menunjang aktivitas belajar hanya ada dalam mata
pelajaran penjaskes, kata dia.
Syahrial menjelaskan, di negara-negara maju, seperti Amerika dan Eropa, kesadaran menjaga
kebugaran dan kesehatan sudah ada sejak kecil. Ketika remaja, anak lebih senang berolahraga
daripada kegiatan lain yang tidak bermanfaat. Kesadaran itu juga dimiliki masyarakat
Singapura, Jepang, Tiongkok, dan Korea.
Sayangnya, di Indonesia, kesadaran itu belum ada. Akibatnya, produktivitas dan daya saing
kita rendah, ujar dia.
Agar bugar
Pengajar Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Jakarta, Samsudin, mengatakan,
setidaknya ada tiga masalah utama penjaskes, yaitu belum meratanya kualitas keterampilan
guru, minimnya sarana dan prasarana, serta kurangnya jam pelajaran penjaskes.
Dekan Fakultas Olahraga Universitas Negeri Yogyakarta Rumpis Agus Sudarko
mengungkapkan, masih banyak guru belum memahami konsep pendidikan jasmani sesuai
kebutuhan siswa. Kesalahan yang kerap terjadi, guru bersikap sebagai pelatih. Padahal,
tugas utama mereka ialah menyiapkan siswa untuk memiliki kebugaran, koordinasi tubuh
yang baik, serta memberikan muatan-muatan karakter manusia yang utuh, ujar dia.
Perlu ada terobosan dari pemerintah untuk menyelesaikan masalah penjaskes. Menurut
Yunyun, pemerintah perlu memperhatikan pelaksanaan penjaskes di sekolah. Caranya,
implementasi kurikulum penjaskes disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Selain itu,
pemerintah mesti menyediakan sarana dan prasarana pendukung, meningkat kualitas guru,
dan memberikan penghargaan bagi guru berprestasi. (A14)






Jejak Homo Erectus
Ditelusuri Lagi

JAKARTA, KOMPAS Bulan depan, Balai Arkeologi Yogyakarta melanjutkan ekskavasi
situs Patiayam di Kecamatan Jekulo, Kudus, Jawa Tengah. Ekskavasi kali ini bertujuan
menelusuri stratigrafi, kronologi, dan budaya paleolitik manusia Homo erectus di situs
tersebut.
Ekskavasi ini akan dipimpin langsung oleh Kepala Balai Arkeologi Yogyakarta Siswanto.
Jejak Homo erectus di Patiayam baru terlihat dari temuan fragmen tengkorak dan rahang
bawah sehingga rekonstruksi detail belum bisa dilakukan. Karena itu, dalam ekskavasi nanti
akan diteliti lebih lanjut lapisan material tanah dan batuan serta kronologinya untuk
mendeteksi masa periode kehidupan Homo erectus di lereng Gunung Patiayam ini, kata
Siswanto, Minggu (3/8), saat dihubungi dari Jakarta.
Dalam ekskavasi ini, tim peneliti mengajak beberapa penemu fosil di situs Patiayam. Dengan
mengikutsertakan para penemu, tim berharap bisa meneliti konteks lapisan tanah tempat
penemuan sehingga arah sebaran Homo erectus bisa ditelusuri.
Kami berharap secara horizontal ataupun spasial sebarannya bisa kami temukan. Tapi, jika
tetap tak ditemukan fosil manusia, kami akan mencocokkan apakah fosil Homo
erectus ditemukan pada lapisan tanah yang sama dengan fosil hewan-hewan vertebrata yang
sebelumnya pernah ditemukan. Selain itu, sisi budaya paleolitik Homo erectus di situs
Patiayam juga akan kami lihat, papar dia.
Tiga dekade
Berdasarkan data dari Forum Pelestari Situs Patiayam, proses penemuan fosil-fosil Homo
erectus, binatang purba, dan peralatan zaman paleolitikum berlangsung lebih dari tiga dekade
sejak tahun 1978 hingga 2014. Terakhir, pada awal Januari 2014, ditemukan gading gajah
purba Stegodon sp dengan panjang 80 sentimeter dan kaki kerbau purba Bovidae di aliran
Sungai Grenjeng, Gunung Patiayam, Kudus.
Sampai sekarang sudah ditemukan 16 jenis fosil manusia serta binatang darat dan laut di
kawasan situs Patiayam. Temuan itu antara lain fosil Homo erectus, harimau purba, kerbau
purba, banteng purba, dan gajah purba. Diperkirakan fosil-fosil yang ditemukan berumur 2
juta hingga 10.000 tahun lalu.
Di Patiayam ada temuan istimewa berupa fosil gading gajah purba Stegodon sp masih utuh
sepanjang 4 meter yang sampai sekarang dibiarkan berada di konteks tanahnya. Diperkirakan
tinggi gajah purba itu sekitar 4 meter dan pajangnya 6 meter, ucap Sancaka Dwi Supani,
Sekretaris Forum Pelestari Situs Patiayam sekaligus anggota Ikatan Ahli Arkeologi
Indonesia. (ABK)












Sejuta Imaji dari Ruang
Kardus
Oleh: Didit Putra Erlangga Rahardjo

Google I/O selalu menjadi acara yang paling banyak menyedot perhatian para
pemerhati teknologi dunia. Pada penyelenggaraan tahun ini, mereka memperkenalkan
Android L, versi terbaru penerus Kitkat dengan konsep desain baru, yakni Material
Design, untuk integrasi pengalaman yang mengalir sewaktu menggunakan gawai ke
komputer pribadi ataupun ke perangkat yang dikenakan (wearable gadget).
Bagi peserta yang hadir langsung, ada satu lagi hal yang juga ditunggu, yakni pembagian
hadiah. Sebuah kebiasaan yang dilakukan Google dalam beberapa tahun terakhir adalah
membagikan barang tertentu kepada seluruh peserta yang hadir, seperti notebook
Chromebook Pixel pada Google I/O tahun 2013, atau paket gawai meliputi produk Nexus
serta Chromebox untuk digunakan telekonferensi.
Tidak ada salahnya para peserta kemudian menantikan kejutan serupa pada perhelatan
Google I/O 2014. Namun, yang mereka terima adalah selembar kardus.
Rasa kecewa itu tidak bertahan lama setelah mereka membongkar kardus itu menjadi bentuk
yang kemudian bisa dilipat dan dirangkai membentuk perangkat yang bisa digenggam kedua
tangan. Di dalamnya terdapat sepasang lensa, dua buah magnet, serta sebuah karet.
Petunjuk pemakaian pun diberikan, pemilik hanya perlu mengunduh aplikasi ke telepon
seluler (ponsel) mereka, kemudian perangkat tersebut dimasukkan ke dalam kardus yang
dirangkai, diikat dengan seutas karet. Digenggam dengan erat, rakitan kardus ini pun
diletakkan di depan muka, mata tepat melihat di dalam melalui lensa yang sebelumnya
terpasang. Decak kagum pun mengikuti kemudian.
Betapa tidak, mereka menikmati suguhan visual tiga dimensi layaknya perangkat virtual
reality (VR) hanya bermodalkan selembar kardus dan ponsel yang sudah mereka miliki.
Setidaknya dari aplikasi yang diunduh bisa menjadi patokan potensi ataupun kemampuan dari
teknologi sederhana itu untuk menghadirkan pengalaman baru bagi pengguna ponsel.
Gerakan magnet yang ada di sisi kiri perangkat diterjemahkan sebagai ketukan ke layar
sehingga pengguna bisa berinteraksi dengan tampilan di depan mata, bahkan termasuk
permainan yang dibuat untuk perangkat ini.
Cardboard
Nama resmi dari proyek tersebut adalah Google Cardboard, sebuah hasil ide David Coz,
insinyur dari Google yang tengah bekerja di Institut Kebudayaan Google di Paris, Perancis.
Setelah memperkenalkan idenya, Google menyetujui agar David bisa mengembangkannya di
sela pekerjaannya. Peluang tersebut bernama Google 20 Percent Project yang memungkinkan
karyawan mengalokasikan 20 persen dari waktu kerjanya untuk proyek pribadi.
Dikutip dari Techcrunch, Coz yang seorang penggemar teknologi VR ini mengatakan bahwa
pemilihan kardus dilakukan agar proyek tersebut mudah dibuat dan murah, seluruh prosesnya
dilakukan oleh ponsel yang disematkan di bagian depan.
Kabar gembira selanjutnya, Google membuat proyek Cardboard-nya menjadi terbuka,
membuka akses bagi semua untuk mengembangkannya. Mulai dari kode pemrograman
sehingga pengembang aplikasi bisa menciptakan kontennya sendiri termasuk desain yang
bisa diunduh berikut komponen yang dibutuhkan. Dengan demikian, siapa pun yang tidak
hadir dalam acara Google I/O bisa ikut merasakan sensasi tiga dimensi.
Dalam hitungan hari, sudah bermunculan aplikasi yang dikembangkan oleh pihak ketiga
untuk memanfaatkan teknologi ini, mulai pemutar video hingga permainan elektronik.
Ada banyak spekulasi dari langkah Google ini, salah satunya untuk menyindir Facebook yang
baru saja membeli perusahaan pengembang teknologi VR, Oculus, dengan nilai 2 miliar
dollar AS. Seolah sebuah ejekan yang tersirat bahwa Google bisa menghadirkan teknologi
dan ekosistem teknologi VR tanpa harus mengeluarkan uang sepeser pun.
Namun, bisa jadi langkah ini adalah persiapan Google untuk masuk ke industri teknologi VR
dengan mempersiapkan ekosistem yang sudah matang terlebih dahulu.
Mudah
Kompas sendiri mencoba membuat Google Cardboard dari nol, dimulai dengan mengunduh
desainnya di situs resmi. Setelah dicetak, bisa ditempelkan ke kardus. Hanya butuh satu-dua
jam untuk memotong sesuai pola yang diberikan dan melipat seperti petunjuk yang diberikan.
Tantangan yang paling berat adalah mencari lensa yang dipakai untuk melihat gambar,
karena Google mensyaratkan agar menggunakan lensa yang cembung pada dua sisinya
dengan jarak fokus 45 milimeter. Barang tersebut sulit dicari di Indonesia meski tidak
menghalangi untuk menggunakan berbagai alternatif, seperti kaca pembesar atau lensa yang
dipakai untuk teropong. Hal itu, tentu saja, memiliki konsekuensi gambar yang kurang tajam.
Untuk magnet, desain tersebut mengharuskan penggunaan magnet neodymium berdiameter
20 milimeter berbentuk cincin serta magnet keramik dengan diameter yang sama. Barang
tersebut dengan mudah bisa didapatkan di toko-toko daring.
Akhirnya, dalam waktu dua jam saja Google Cardboard buatan sendiri sudah rampung.
Begitu ponsel dimasukkan, kita pun seolah berada di dunia lain berbekal aplikasi yang
tersedia melimpah di Play Store.
Menonton video layaknya di bioskop atau berjalan-jalan di dunia rekaan bisa terwujud berkat
proyek mudah dan murah ini. Semua bermula dari selembar kardus.
















TAJUK RENCANA
Korban Mudik Lebaran

SEBANYAK 515 orang meninggal dalam perjalanan mudik dan balik Lebaran 2014.
Data itu merupakan akumulasi dari H-7 hingga 1 Agustus 2014 (H+3).
Meski secara statistik jumlah korban meninggal menurun dibandingkan dengan Lebaran 2013
(sebanyak 575 orang), banyaknya korban yang meninggal setiap Lebaran tetap patut
disayangkan. Bahkan, harian ini Minggu, 3 Agustus, membandingkan jumlah korban arus
mudik dan balik Lebaran 2014 melebihi korban tsunami di Kepulauan Mentawai pada 2010.
Deskripsi itu tentunya untuk menambah efek dramatis dari korban mudik Lebaran.
Kita angkat kembali masalah korban mudik Lebaran guna mengentak kesadaran kita bahwa
di balik angka statistik itu adalah nyawa manusia. Dan, di balik nyawa manusia itu terdapat
suami atau istri, ayah atau ibu, anak, atau famili yang ditinggalkan oleh mereka yang telah
menjadi korban saat akan mudik Lebaran.
Kita memberikan apresiasi kepada anggota Polri, Kementerian Perhubungan, ormas, dan
pihak lain yang ikut mengatur arus Lebaran. Mereka rela tak liburan saat Lebaran. Kendati
demikian, besarnya korban meninggal pada saat Lebaran mengundang kritik. Sekretaris
Jenderal Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran Yenny Sucipto menegaskan, meski
korban kecelakaan lalu lintas lebih disebabkan faktor kelalaian manusia, pemerintah tetap
mempunyai tanggung jawab. Kita sependapat, meski terus memperbaiki, pemerintah belum
sepenuhnya bisa menjamin ketersediaan fasilitas publik, transportasi, dan infrastruktur secara
memadai.
Ketidaksiapan infrastruktur, termasuk kerusakan jembatan Comal, membuat waktu tempuh
mudik dan balik Lebaran makin panjang. Perjalanan Jakarta-Yogyakarta, yang dalam kondisi
normal ditempuh 12 jam, pada puncak mudik dan balik harus ditempuh lebih dari 24 jam.
Bahkan, ada yang harus menempuh lebih dari 30 jam. Kemacetan panjang memicu kelelahan,
dan kelelahan ikut memicu terjadinya kecelakaan.
Kritik harus digunakan untuk terus memperbaiki diri. Dalam setiap tantangan harus selalu
ada respons. Sebagaimana dirasakan wartawan harian ini yang mengikuti mudik sepeda
motor dengan kapal Pelni, Jakarta-Semarang ditempuh dalam 14 jam. Waktu tempuh itu bisa
lebih cepat dibandingkan dengan transportasi jalan raya untuk rute yang sama pada puncak
mudik. Bedanya, di jalur laut, kelelahan dan keselamatan lebih terjamin.
Sebagai negara maritim, transportasi laut harus jadi pertimbangan mengurangi beban jalur
favorit pemudik di pantai utara Jawa. Kebiasaan mudik sebagai laku kultural melalui
transportasi darat saatnya dilengkapi dengan jalur laut dengan memanfaatkan pelabuhan di
utara Jawa atau optimalisasi penggunaan jalur ganda kereta api Jakarta-Surabaya. Inilah
pekerjaan rumah pemerintahan baru. Pemerintahan baru harus bisa menjanjikan arus Lebaran
2015 lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya















TAJUK RENCANA
Bahaya Perang dan
Kekerasan

HAMPIR tidak ada hari berlalu tanpa berita perang dan kekerasan, lebih-lebih di
kawasan Timur Tengah dan sebagian Afrika belakangan ini.
Semakin timbul pertanyaan, mengapa radikalisme, gerakan militan, dan kekerasan mudah
merebak luas di tengah meningkatnya kesadaran tentang kemanusiaan, hak asasi, dan
perdamaian. Dunia seperti tidak habis-habisnya dikacaukan oleh perang dan gelombang
kekerasan.
Masyarakat dunia seperti dibuat tidak berdaya menghadapi fenomen perang yang
berkecamuk di Jalur Gaza antara gerilyawan Hamas dan pasukan Israel. Perang di Gaza, yang
berlangsung tidak seimbang antara Hamas dan Israel, sudah menewaskan lebih dari 1.000
warga Palestina, sementara puluhan di pihak Israel.
Bahaya kemanusiaan lebih besar tidak juga surut karena kedua pihak sama-sama
memperlihatkan agresivitas. Dendam dan semangat permusuhan sungguh melanggengkan
konflik bersenjata antara bangsa Israel dan Palestina, yang sama-sama keturunan Abraham
itu.
Tidak kalah mengerikan sebenarnya gerakan kaum militan Negara Islam di Irak dan Suriah
(NIIS) yang mengobarkan perang untuk mewujudkan cita-cita pembentukan pemerintahan
teokratis global yang berpusat di wilayah perbatasan Irak-Suriah. Upaya pembentukan NIIS
itu menimbulkan benturan keras dan konflik terbuka, terutama dengan Pemerintah Irak, yang
terus meminta korban jiwa. Kerugian harta benda juga tidak kecil.
Perang di Gaza dan gerakan NIIS telah menimbulkan kecemasan tentang bahaya kekerasan,
yang tidak hanya meminta korban jiwa dan kerugian harta benda, tetapi juga mengancam
perdamaian dunia. Ekspresi kecemasan bertambah atas aksi kelompok Boko Haram, yang
melakukan kekerasan, penculikan, dan pembunuhan dalam perjuangan merebut kekuasaan di
Nigeria. Jalan kekerasan serupa dilakukan kelompok militan Al-Shabab di Somalia dan
Kenya, yang berjuang merebut kekuasaan politik dengan menggunakan segala cara.
Kehadiran Al-Shabab, Boko Haram, NIIS, Al Qaeda, dan masih banyak lagi di panggung
dunia menimbulkan pertanyaan besar di tengah kemajuan peradaban dunia yang menekankan
perdamaian, demokrasi, dan hak asasi manusia. Tidak terlalu gampang menjelaskan
kehadiran berbagai gerakan radikal dan ekstrem yang mengeksploitasi kekerasan itu. Namun,
sejarah senantiasa memperlihatkan pertarungan abadi antara kekerasan dan perdamaian.
Akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20, misalnya, dunia diguncangkan oleh gerakan
nihilisme dengan tokoh utama Mikhail Bakunin asal Rusia. Tatanan dunia lama dikatakan
harus dinihilkan, ditiadakan, untuk memberikan tempat atas kehadiran dunia baru. Tantangan
yang dihadapi dunia seperti tak habis-habisnya oleh ancaman organisasi teroris dan gerakan
radikal dalam abad ke-21 ini.











Nasionalisme di Laut
Tiongkok Selatan
Oleh: A Dahana


PADA awalnya, isu Laut Tiongkok Selatan bagaikan daging beku di lemari es.
Indonesia berpendapat, soal wilayah yang disengketakan itu bukan urusannya. Padahal, ada
empat anggota ASEAN (Brunei, Filipina, Malaysia, dan Vietnam) terlibat dalam klaim
tumpang tindih atas wilayah yang konon kaya dengan sumber daya alam itu. Namun, ketika
dalam debat capres lalu masalah itu mencuat, publik Indonesia seakan terbangun dan soal
Laut Tiongkok Selatan (LTS) menjadi salah satu daya tarik untuk dibicarakan.
Menurut diktum teori ilmu hubungan internasional yang kini sudah dianggap kuno, politik
luar negeri suatu negara tak lain dari pencerminan politik domestiknya. Teori ini kini sudah
lebih njelimet lantaran di dalamnya perlu diperhitungkan ideologi, siapa yang jadi pemimpin,
berbagai pusat kekuasaan di negeri itu, suara publik, dan lain-lain. Namun, melihat sepak
terjang Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dalam menangani soal klaim tumpang tindih di
LTS dengan empat negara ASEAN dan Taiwan, tampaknya teori tradisional di atas banyak
benarnya juga.
Nasionalisme sejarah
Ekonomi Tiongkok masih nomor dua, di bawah AS. Namun, banyak yang memperkirakan,
sebelum pertengahan abad ini, perekonomian Tiongkok bakal melewati AS. Agar laju
perekonomian bisa terus maju, salah satu keperluan utamanya adalah energi. Konon, di LTS
itulah energi berupa gas dan minyak bumi melimpah. Karena itu, dengan bersenjatakan faktor
sejarahbahwa wilayah-wilayah yang diklaim sekarang sudah di bawah yurisdiksi Dinasti
Qing, 1644-1911, RRT mendeklarasikan wilayah itu sebagai punya gue.
Namun, barangkali yang tak kurang menariknya adalah faktor nasionalisme juga memegang
peran penting dalam sengketa ini. Kata para sejarawan Tiongkok, nasionalisme Tiongkok
adalah barang yang sudah lama ada. Mereka menarik sumber nasionalisme sampai ke sang
Kaisar Kuning, pemimpin yang dalam mitologi dipercaya hidup lebih dari 2500 tahun
sebelum Masehi (SM). Kaisar Kuning itu diyakini sebagai leluhur dari masyarakat yang
berada di sebuah wilayah yang belakangan dipersatukan oleh Qin Shi Huang Di, kaisar dari
Dinasti Qin yang memerintah sekitar 221-207 SM.
Qin Shi Huang ini pula yang menyatukan tembok yang dibangun di bagian utara Beijing,
yang berfungsi memisahkan masyarakat di wilayah dalam Tiongkok dengan orang-orang
yang dianggap suku barbar yang hidup di luar tembok. Itulah Chang Cheng atau Tembok
Besar.
Para sejarawan umumnya berpendapat, walaupun Dinasti Qin hanya berusia seumur jagung
dalam ukuran sejarah (15 tahun), pengaruhnya bergema selama ratusan tahun kemudian.
Namun, semasa Dinasti Yuan (1279-1368) dan Qing (1644-1911), dua pemerintahan manusia
dari luar Tembok Besar berkuasa, nasionalisme seakan terlupakan.
Ia baru muncul kembali menjelang akhir abad ke-19, ketika Sun Yat Sen menggali kembali
dan memperkenalkan Tiga Asas Kerakyatan (San Min Zhuyi) di mana nasionalisme jadi
salah satu faktor yang tak bisa dipisahkan dari konsep itu. Ideologi itu berkibar lebih kurang
38 tahun sampai akhirnya lenyap kembali dari daratan Tiongkok dengan hengkangnya kaum
nasionalis (Kuomintang) ke Taiwan. Republik Tiongkok (Zhonghua Minguo) di Taiwan kini
menjadi penerus wawasan nasionalisme seperti yang diperkenalkan Sun Yat Sen.
Dengan adanya cengkeraman kekuasaan Partai Komunis Tiongkok (PKT) sejak 1949 di
daratan Tiongkok, nasionalisme sekali lagi terkubur. Mao Zedong, sang penguasa selama
sekitar 27 tahun (1949-1976), sangat terobsesi dengan ide untuk menciptakan masyarakat
sosialis/komunis. Untuk itu, ia mengibarkan bendera politik sebagai panglima dan untuk itu
pula ia tak segan-segan, sejak pertengahan 1950-an, melancarkan berbagai kampanye politik.
Mulai dari Gerakan Seratus Bunga (1955), Lompatan Jauh ke Depan (1857-1960), hingga
mencapai puncaknya dengan Revolusi Kebudayaan (1966-1976).
Menurut perkiraan, jumlah korban yang ditelan oleh Gerakan Lompatan Jauh tak kurang dari
30 juta jiwa. Revolusi Kebudayaan yang berlangsung selama 10 tahun tentu menelan korban
jiwa yang lebih dari itu. Rangkaian kampanye baru berakhir setelah Mao meninggal pada
September 1976.
Sebagai akibat dari rentetan kampanye politik yang berlangsung selama hampir 30 tahun itu,
sebagian besar anggota masyarakat Tiongkok sudah muak dan lelah dengan politik. Karena
itu, ketika menjelang akhir 1970-an, Deng Xiaoping melakukan banting setir dari konsep
politik sebagai panglima Mao ke ekonomi sebagai panglima, mayoritas rakyat Tiongkok
menyambutnya dengan antusias.
Nasionalisme-sosialisme
Namun, dengan diperkenalkannya sosialisme dengan karakteristik Tiongkok dan ekonomi
pasar dengan karakteristik Tiongkok, timbullah masalah cukup serius. Sistem baru ini
mengizinkan semua orang untuk terjun ke pengejaran materi yang sering kali berlebihan.
Akibatnya, ideologi (baca: Marxisme, Leninisme, dan Pikiran Mao) telah terpinggirkan.
Bahkan, ada pemeo yang mengatakan, sekarang ini tak ada lagi seorang pun di Tiongkok
yang percaya akan sosialisme/komunisme. PKT sebagai pemegang monopoli kekuasaan di
daratan Tiongkok menggunakan sosialisme/komunisme hanya sebagai lambang.
Cara paling ampuh untuk keluar dari krisis ideologi ini dengan membangkitkan kembali
nasionalisme, ideologi yang seolah tertidur selama setengah abad. Sejak awal 1980-an,
propaganda partai untuk konsumsi massa dan sistem pendidikan untuk anak muda dipenuhi
oleh semangat nasionalisme.
Bahwa rakyat Tiongkok adalah pencinta tanah air dan bahwa ia bangsa besar, malahan
dijejalkan pula memori kolektif bahwa di masa lalu, Tiongkok mengalami penghinaan dari
kekuatan asing, khususnya Barat dan Jepang. Dosis nasionalisme itu makin ditingkatkan
setelah peristiwa pembantaian di Tiananmen, pada Juni 1989. Itulah saat ketika tentara
menggilas aksi demo mahasiswa dan publik.
Suntikan serum nasionalisme ini secara teoritis mudah dilakukan karena secara tradisional,
orang Tionghoa dikenal dengan sikap chauvinisme kulturalnya. Mereka mengklaim tanah
tumpah darah mereka sebagai pusat dunia, sesuai dengan namanya: Zhongguo. Puncak
kebanggaan sebagai bangsa besar itu tergambar ketika mereka merayakan sukses
menyelenggarakan Olimpiade 2008, saat para atletnya merebut medali paling banyak.
Tentang sikap galak di LTS, itu bersumber pada faktor dalam negeri juga. Pertama, ekonomi,
dan kedua, nasionalisme. Faktor kedua inilah yang bisa disebut sebagai konsumsi domestik.
Sikap ogah berunding dalam masalah tumpang tindih klaim kedaulatan wilayah itu
disampaikan Presiden Xi Jinping beberapa waktu lalu di Beijing, ketika menyambut
kunjungan Presiden Myanmar Thein Sein dan Wapres India Hamid Ansari. Kata Xi dengan
tandas, integritas teritorial tak bisa dikompromikan.
Namun, jurus nasionalisme dalam berperkara melawan kekuatan asing berisiko besar karena
bisa berkembang jadi xenophobia. Dampaknya, jika publik melihat pemerintah Xi lemah di
hadapan kekuatan asing, ia akan menghadapi kemurkaan populer. Demo besar, seperti yang
terjadi selama musim semi 1989 di Beijing dan kota-kota besar lain, bisa terjadi lagi.
Sebaliknya, jika sikap Tiongkok tetap kaku, dia berhadapan dengan sikap tak bersahabat dari
negara-negara tetangga.


A Dahana
Guru Besar Sinologi Universitas Binus dan UI; Peneliti di Lembaga Kerja Sama Ekonomi,
Sosial, dan Budaya Indonesia-China (LIC)



ANALISIS EKONOMI
Inflasi dan Bom Waktu
Subsidi

KABINET Indonesia Bersatu II tengah berupaya maksimal mengakhiri pemerintahan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono selama sepuluh tahun melalui program 100 hari
terakhir. Salah satu hasilnya, inflasi bulan Juli diperkirakan cukup rendah, sekitar 0,8 persen,
sehingga bisa menjadi inflasi tahunan terendah sepanjang dua periode pemerintahan tersebut.
Secara musiman, puncak pengeluaran masyarakat biasanya terjadi pada Juli-Agustus
sehingga inflasi bulanan cukup tinggi. Rendahnya komponen harga makanan menjadi salah
satu penentu rendahnya inflasi pada Juli tahun ini. Ciri khas negara berkembang dengan
jumlah penduduk besar seperti Indonesia, harga bahan pangan menjadi penentu inflasi.
Kemampuan mengelola pasokan serta menjamin distribusi menjadi kunci penting
pengendalian inflasi.
Selama Orde Baru, pemerintah sangat memperhatikan kedua faktor tadi sehingga berhasil
mempertahankan rezim inflasi relatif rendah. Setelah reformasi, akibat buruknya koordinasi
pemerintah (terutama dengan pemerintah daerah), stabilitas harga pangan menjadi salah satu
isu penting. Dalam rangka memitigasi persoalan tersebut, dibentuklah Tim Pengendali Inflasi
Daerah (TPID) guna meningkatkan koordinasi pemerintah pusat dan daerah.
Selain faktor bahan pangan, harga energi juga menjadi penentu pokok inflasi. Di Indonesia,
harga energi merupakan dilema serius akibat besarnya subsidi. Setiap kali terjadi penyesuaian
harga bahan bakar minyak (BBM), dalam rangka memitigasi risiko fiskal, inflasi melonjak.
Tahun lalu, setelah kenaikan harga BBM pada bulan Juni, inflasi bulan Juli menjadi sekitar 3
persen dan inflasi tahunan 8 persen. Demikian pula saat terjadi kenaikan harga BBM pada
2008 dan 2005, inflasi tahunan melonjak hingga mencapai 9 dan 13 persen.
Jika pemerintah tahun ini mampu menekan inflasi tahunan pada level 4,5 persen, apakah itu
prestasi? Tentu saja dari sisi kemampuan mengelola harga pangan perlu mendapat apresiasi.
Namun, harus juga diakui, inflasi rendah tahun ini akan menimbulkan beban fiskal cukup
besar sehingga menyisakan bom waktu bagi pemerintahan mendatang. Bisa dibayangkan,
pemerintah baru nanti harus menaikkan harga BBM sehingga akan menimbulkan implikasi
makroekonomi dan politik yang rumit.
Persoalan besarnya subsidi energi yang diperkirakan bisa menembus Rp 400 triliun tahun ini
juga memberikan implikasi bagi pola konsumsi, sebagaimana tampak dalam kebijakan
penghematan yang mulai berlaku awal Agustus ini. Dalam Undang-Undang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2014, sudah ditetapkan konsumsi
BBM tahun ini hanya boleh 46 juta kiloliter, lebih rendah daripada usulan pemerintah, sekitar
48 juta kiloliter.
Angka itu ditetapkan berdasarkan konsumsi riil tahun lalu. Namun, harus diingat, tahun lalu
terjadi kenaikan harga BBM. Jika tahun ini tak dinaikkan, konsumsi diyakini akan
meningkat. Karena sudah dipatok oleh UU APBN-P, tak ada pilihan lain bagi pemerintah
untuk menaati. Sebab, jika tidak bisa menaati, pemerintah baru nanti harus menerbitkan
peraturan pemerintah pengganti undang-undang (perppu). Itulah mengapa pembatasan
konsumsi BBM bersubsidi harus dilakukan agar menekan konsumsi sehingga tidak
melanggar undang-undang.
Di tengah berbagai prestasi, pemerintahan Yudhoyono meninggalkan persoalan struktural,
khususnya pada subsidi energi dan risiko fiskal. Akibatnya, kebijakan suku bunga juga tak
bisa diturunkan hingga akhir tahun ini. Kebijakan moneter ketat tentu memberikan beban
bagi ekspansi ekonomi. Apakah tahun 2015 lebih baik?
Ada dua potensi masalah, baik dari sisi domestik maupun eksternal, yang belum
memungkinkan pelonggaran moneter dilakukan bahkan hingga tahun depan. Pertama, dari
sisi domestik, tahun depan harga BBM akan naik sehingga inflasi diperkirakan tinggi. Kedua,
dari sisi eksternal, risiko likuiditas meningkat tahun depan seiring dengan normalisasi
kebijakan moneter di Amerika Serikat.
Selain terkait risiko fiskal, persoalan struktural yang juga diwariskan kepada pemerintah baru
nanti adalah ketergantungan pada likuiditas asing yang muncul dalam tingginya defisit
transaksi berjalan. Akibatnya, ketika terjadi aliran modal keluar, perekonomian kita akan
mengalami guncangan. Padahal, potensi terjadinya aliran keluar cukup besar terkait rencana
kenaikan suku bunga di negara maju tahun depan, terutama di AS.
Kebijakan moneter AS dan beberapa negara maju bersifat ultra-longgar dan tidak bersifat tak
normal. Dalam rangka menormalisasi kebijakan moneter mereka, selain mengurangi besaran
stimulus (tapering off), juga akan mulai menaikkan suku bunga (The Fed funds rate). Jika itu
dilakukan, investor global akan meracik kembali portofolio investasinya dengan cara
mengurangi investasi mereka di negara berkembang yang dianggap punya potensi masalah
fundamental.
Tahun lalu, Morgan Stanley memasukkan Indonesia dalam kelompok The Fragile Five
bersama Brasil, Rusia, Turki, dan India, yaitu kelompok negara yang memiliki masalah
fundamental serius. Tahun depan, jika suku bunga AS mulai naik, potensi gejolak pada pasar
domestik masih sangat besar mengingat persoalan struktural masih relatif sama. Selain
subsidi BBM yang berpotensi menimbulkan risiko fiskal, posisi neraca transaksi berjalan kita
juga masih mencatat defisit cukup besar.
Pada Mei lalu, Gary Shilling, pengamat pasar keuangan dunia, menulis di Forbes dan
Bloomberg tentang strategi investasi global dengan istilah memisahkan domba dari kambing.
Sayangnya, Indonesia dimasukkan ke kelompok kambing yang dianjurkan untuk dihindari
akibat buruknya berbagai persoalan struktural.
Tahun depan, kita menghadapi dua potensi risiko sekaligus, baik dari sisi domestik (inflasi)
maupun eksternal (kenaikan suku bunga). Untuk itu, BI Rate atau suku bunga acuan Bank
Indonesia (BI) bukannya turun, melainkan justru berpotensi naik sekitar 50 basis poin hingga
1 persen tahun depan. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi belum bisa didorong di bawah
kepemimpinan presiden baru nanti.
Lima tahun ke depan, fokus pemerintahan memang pada penyelesaian sejumlah persoalan
struktural. Karena itu, tak bisa berharap banyak periode pertama akan menunjukkan kinerja
maksimal. Tahap lima tahun kedua diharapkan baru mulai terlihat hasilnya.


A Prasetyantoko
Dosen di Unika Atma Jaya, Jakarta








Kabinet Jokowi
Oleh: Ahmad Syafii Maarif


SEKALIPUN pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih masih menanti sampai 20
Oktober 2014, tentunya persiapan pembentukan kabinet baru sudah dalam proses.
Pertama kali sepanjang sejarah Indonesia sejak proklamasi, publik diminta memberi
masukan dan usul untuk anggota-anggota kabinet yang sedang dirancang itu.
Sesuai janji-janji kampanye pasangan Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK) sebagai
presiden-wapres terpilih, maka kabinet yang akan datang mestilah profesional dan punya
integritas moral. Saya pun menambahkan: punya potensi menjadi negarawan.
Panggung akrobat politik
Tentu tidak tertutup kemungkinan para menteri itu berasal dari partai. Akan tetapi, harus
memenuhi tiga kategori tadi agar kepentingan bangsa dan negara lebih diutamakan di atas
semua kepentingan yang lain. Indonesia tercinta ini sudah terlalu lama dijadikan panggung
akrobat politik oleh para politisi tuna-integritas moral dengan menjadikan negara sebagai sapi
perahan. Jokowi-JK pasti telah menyadari semua borok politik ini untuk tidak dibiarkan
berlarut.
Di era Demokrasi Liberal (1950-1959) pernah dibentuk kabinet-kabinet profesional, tetapi
usianya tidak pernah lama karena selalu dibunuh oleh sengketa politik para elite yang
mengabaikan kepentingan yang lebih besar. Akibatnya, banyak keputusan politik penting
tidak ditentukan oleh sidang kabinet, tetapi oleh agenda partai-partai koalisi untuk tujuan
jangka pendek.
Di era Demokrasi Terpimpin (1959- 1966), di bawah sistem kekuasaan tunggal,
pembangunan nasional tidak berjalan sama sekali. Semuanya serba bercorak mercusuar.
Politik luar negeri yang bebas aktif dikorbankan karena negara terseret oleh suasana Perang
Dingin antara blok kapitalis dan blok komunis.
Oleh berbagai pertimbangan yang belum tentu rasional dan obyektif, posisi Indonesia berada
dalam tarikan kiri, sampai sistem yang diujicobakan itu menggali kuburnya sendiri karena
gagal melawan inflasi yang sangat parah untuk kemudian digantikan rezim Orde Baru (1966-
1998).
Jika di era Demokrasi Liberal peran partai dalam proses pembentukan kabinet sangatlah
besar, di era Demokrasi Terpimpin peran partai dihabisi sama sekali, kecuali PKI yang
memang diberi angin segar. Tumbangnya Demokrasi Terpimpin pada 1966 telah menyeret
PKI untuk berkubur bersama-sama, sesuatu yang tak terbayangkan ketika partai ini terasa
begitu mendominasi panggung politik nasional selama era itu. Partai-partai lain ketika itu
hanyalah bisa gigit jari atau menari menurut irama genderang yang ditabuh pihak lain.
Di era Orde Baru, peran militer begitu dahsyat, tetapi harus tunduk kepada pemimpin tunggal
tertinggi, sampai pemimpin itu kehabisan stamina untuk berkuasa lebih lama. Diterpa oleh
krisis moneter Asia Timur pada 1997/1998, fundamental ekonomi Indonesia yang semula
demikian dipuji oleh Bank Dunia dan IMF ternyata rapuh sekali. Rezim Orde Baru gagal
menghadapi desakan IMF untuk menalangi bank-bank swasta yang bangkrut, yang berujung
pemberian Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) sebesar Rp 650 triliun, yang sampai
hari ini tetap saja belum teratasi, sementara bank-bank yang dibantu telah berkibar kembali.
Lagi-lagi negara di era Reformasi tak berdaya mengatasi masalah gawat ini. Saya pun ragu,
apakah kabinet Jokowi-JK akan bisa berbuat banyak dalam tempo lima tahun mendatang,
karena beratnya persoalan bangsa dan negara yang serba terbengkalai.
Memberi harapan
Lambannya proses reformasi birokrasi selama ini akan jadi kendala utama bagi kabinet
Jokowi-JK untuk tancap gas, demi mewujudkan semboyan: makin cepat makin baik. Perkara
kemungkinan rintangan di parlemen, menurut hemat saya, akan bisa diatur. JK sebagai wakil
presiden sangat piawai dalam masalah ini.
Belum lagi masalah Bank Century dengan talangan dana Rp 7 triliun lebih masih saja
diperdebatkan di antara berbagai pihak. Baik BLBI maupun Century jelas-jelas telah
mengemplang pundi-pundi negara di tengah lautan kemiskinan rakyat yang belum
tertanggulangi secara baik dan efektif. Sekiranya Jokowi-JK berhasil membangun landasan
pemerintahan yang kuat-kokoh selama masa kerjanya nanti, tentu akan memudahkan
pemerintah-pemerintah selanjutnya menjadikan Indonesia sebuah bangsa dan negara yang
adil, bermartabat, dan dihormati dunia. Niat baik kedua tokoh itu memberikan harapan
kepada kita untuk tidak pesimistis.
Nah, untuk susunan kabinetapa pun namanya nantiperlu benar dipertimbangkan tiga
kriteria di atas. Stok calon menteri yang memenuhi syarat itu tidak kurang jumlahnya di
seluruh Nusantara. Jika perlu, melalui fit and proper test, sehingga mereka yang terpilih
benar-benar meyakinkan, di samping perlu pula menandatangani fakta integritas.
Untuk Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, saya mengusulkan agar dipecah menjadi
dua: pertama untuk perguruan tinggi dan ristek (riset-teknologi), kedua untuk kementerian
yang mengurus SMA ke bawah. Khusus untuk pemilihan rektor perguruan tinggi yang
selama ini memberi hak 35 persen suara kepada menteri harus segera ditiadakan karena itu
merupakan penghinaan kepada martabat perguruan tinggi. Adalah ironis sebuah perguruan
tinggi masih harus diajar berdemokrasi. Berilah perguruan tinggi hak penuh menentukan dan
menetapkan siapa yang akan memimpin lembaganya, menteri tidak perlu campur tangan.
Akhirnya, kepada Jokowi-JK, saya ucapkan selamat untuk membentuk sebuah kabinet
Indonesia yang benar-benar pro rakyat kecil, dan carilah calon menteri yang tidak partisan.
Janji Jokowi-JK untuk tidak terlibat dalam dagang sapi pembentukan kabinet semoga akan
menjadi kenyataan dalam tempo dekat ini. Bangsa ini sedang menunggu!


Ahmad Syafii Maarif
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah











Korupsi Berjubah
Legislasi
Oleh: Reza Syawawi

SEHARI sebelum Pilpres 2014, pada Selasa, 8 Juli, DPR membuat keputusan
mengejutkan. Rapat Paripurna DPR mengesahkan revisi UU No 27/2009 tentang MPR,
DPR, DPD, dan DPRD. Beberapa substansinya cenderung memperlihatkan resistensi
DPR atas penegakan hukum.
Pengesahan yang terkesan dipaksakan itu akhirnya membuat beberapa fraksi keluar dari
sidang: PDI-P, PKB, dan Hanura. Penolakan substansi atas rancangan revisi itu seharusnya
tak hanya yang terkait pengisian jabatan ketua DPR, tetapi juga harus dilihat dalam konteks
pemberantasan korupsi di DPR.
Salah satu isu krusial yang diamini mayoritas anggota DPR terkait izin pemeriksaan anggota
DPR dalam proses penegakan hukum. Berdasarkan naskah revisi UU tentang MPR, DPR,
DPD, dan DPRD (MD3) itu, muncul nama alat kelengkapan baru DPR: Mahkamah
Kehormatan Dewan (MKD). Alat kelengkapan ini tidak baru. Sebelumnya Badan
Kehormatan (BK).
MKD sama fungsinya dengan BK: menjaga serta menegakkan kehormatan dan keluhuran
martabat DPR sebagai lembaga perwakilan rakyat (Pasal 119 Ayat 2). Namun, dari
kewenangannya, MKD malah jadi alat yang mempersulit penegakan hukum. Pasal 245 Ayat
1 menyebutkan pemanggilan dan permintaan keterangan untuk penyidikan terhadap anggota
DPR yang diduga melakukan tindak pidana harus dapat persetujuan tertulis dari MKD. Dari
sisi hukum, rezim izin pemeriksaan pejabat negara sebetulnya pernah dibatalkan Mahkamah
Konstitusi (MK).
Pada 2001, sebuah putusan MK yang membatalkan izin pemeriksaan kepala daerah oleh
presiden harusnya menjadi preseden dalam perumusan produk legislasi di DPR. Secara
substansi, apa yang dirumuskan kembali DPR dalam UU MD3 memiliki kesamaan norma
dengan apa yang telah dibatalkan MK.
Dalam pertimbangan hukumnya, MK sangat jelas menerangkan bahwa izin pemeriksaan
terhadap pejabat negara bertentangan dengan Pasal 27 Ayat 1 UUD 1945, Setiap warga
negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung
hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Rumusan ini koheren dengan
prinsip menjamin sistem peradilan di Indonesia yang seharusnya bebas dari intervensi (Pasal
24 Ayat 1 UUD 1945).
MK menilai pejabat negara dalam menjalankan tugas dan kewenangannya terkait jabatan
negara yang diembannya memang berbeda dari warga negara lain yang bukan pejabat negara,
tetapi pejabat negara juga adalah warga negara. Sebagai subyek hukum, terlepas dari
jabatannya, kepala daerah pun harus diperlakukan sama di hadapan hukum.
MK juga berpandangan bahwa persetujuan tertulis pada tahap penyelidikan dan penyidikan
terhadap pejabat negara mana pun tak memiliki rasionalitas hukum yang cukup dan akan
memperlakukan warga negara secara berbeda di hadapan hukum. Perlakuan menjaga harkat
dan martabat pejabat negara (hak imunitas) dan lembaga negara seyogianya tak boleh
bertentangan dengan prinsip negara hukum dan asas peradilan pidana. Apalagi, sampai
berakibat pada terhambatnya proses hukum.
Proteksi hukum
Munculnya rezim izin pemeriksaan dalam revisi UU MD3 layak dicurigai sebagai bentuk
penyalahgunaan kewenangan legislasi yang dimiliki DPR untuk menciptakan proteksi hukum
bagi anggota DPR. Kecurigaan ini beralasan ketika begitu banyak anggota DPR yang
bermasalah hukum, termasuk dalam tindak pidana korupsi. Bagi Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK), izin pemeriksaan memang tak jadi soal sebab KPK memiliki hukum acara
sendiri dan tidak tunduk pada aturan ini. Namun, ini akan menyulitkan penegak hukum lain,
seperti Kepolisian dan Kejaksaan. Ini menunjukkan ketakkonsistenan DPR mendorong
kinerja penegakan hukum di luar KPK. Di satu sisi DPR menghendaki perbaikan di
Kepolisian dan Kejaksaan, di sisi lain justru menghadirkan regulasi penghambat dan
pemersulit penegakan hukum.
Pengesahan UU ini sangat layak dikategorikan sebagai bentuk pembangkangan hukum oleh
institusi DPR. Menurut UU No 12/2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan, materi UU wajib hukumnya mengakomodasi dan menindaklanjuti apa yang telah
diputuskan MK. Ketika rezim izin pemeriksaan telah dibatalkan MK, setiap keputusan untuk
mengaturnya kembali dalam sistem hukum adalah bentuk pembangkangan.
Harus ada upaya review atas aturan mengenai izin pemeriksaan itu: DPR merevisinya atau
masyarakat mengajukan uji materi atas UU itu ke MK. Politik legislasi DPR di akhir periode
ini harus tetap dikawal. Jangan digunakan untuk keuntungan kelompok tertentu, apalagi
menciptakan kebal hukum bagi DPR.


Reza Syawawi
Peneliti Transparency International Indonesia

Hukuman Mati dan
Pemberantasan Korupsi
Oleh: Lalola Easter

TUNTUTAN pada Akil Mochtar akhirnya dibacakan di Pengadilan Tipikor Jakarta
pada Senin, 16 Juni 2014.
Jaksa KPK menuntut Akil dengan pidana penjara seumur hidup tanpa ada alasan yang
meringankan. Sepanjang sejarah berdirinya KPK, baru kali ini tuntutan penjara seumur hidup
diberikan kepada tersangka perkara korupsi. Beberapa waktu lalu KPK sendiri membuka
ruang bagi masyarakat untuk mengusulkan tuntutan pemidanaan yang pantas bagi Akil.
Pilihan menghukum mati Akil pun muncul sebagai usul dari masyarakat, bahkan sebuah akun
di Facebook turut dibuat untuk menjaring dukungan masyarakat.
Wacana hukuman mati bagi koruptor bukan hal baru. Banyak yang menganggap hukuman
mati akan menjerakan orang-orang yang berniat melakukan korupsi dengan harapan praktik
korupsi menurun dengan signifikan. Mahfud MD dan hakim agung Artidjo Alkostar bahkan
pernah menyatakan bahwa hukuman mati adalah hukuman yang pantas diberikan kepada
koruptor.
Pasal 2 Ayat (2) UU Tipikor memang membuka peluang penjatuhan hukuman mati bagi
koruptor, tetapi syarat penjatuhannya adalah kondisi yang berada di luar kendali pelaku
korupsi. Hukuman mati bagi koruptor hanya bisa dijatuhkan apabila ia melakukan korupsi
pada saat negara dalam keadaan bahaya, bencana nasional, krisis ekonomi dan moneter, atau
jika korupsi dilakukan berulang.
Akil jelas tak dapat dituntut hukuman mati, tak peduli sebanyak apa alasan memberatkan
diberikan. Pertama, pasal yang digunakan untuk menuntutnya pasal suap, bukan pasal tentang
kerugian keuangan negara. Kedua, korupsi tak dilakukan ketika keadaan negara dan
perekonomian negara sedang genting.
Tuntutan seumur hidup yang diajukan jaksa KPK perlu diapresiasi karena merupakan
tuntutan maksimal yang bisa diberikan kepada tersangka korupsi dan belum pernah dilakukan
KPK. Sepanjang sejarah, belum ada satu koruptor pun yang dituntut ataupun divonis dengan
hukuman mati. Namun, kemudian muncul pertanyaan besar: apakah hukuman mati benar-
benar dapat mengurangi atau bahkan menghapus korupsi?
Dua alasan
Ada dua alasan utama mengapa hukuman mati bukan jawaban tepat menjerakan koruptor.
Pertama, hukuman mati adalah bentuk hukuman paling kuno dalam sejarah teori
penghukuman. Codex Hammurabi dari Babilonia tercatat sebagai sumber hukum paling kuno
yang memperbolehkan hukuman mati. Hukuman mati dalam konteks negara modern
memunculkan banyak perdebatan, terutama karena bertentangan dengan HAM.
Alasan kedua, belum ada kajian yang dapat dipertanggungjawabkan dan menunjukkan
penurunan angka korupsi. Parameter sederhana yang dapat digunakan untuk mengetahui
apakah hukuman mati berpengaruh terhadap pengurangan atau penghapusan korupsi adalah
Indeks Persepsi Korupsi (IPK) yang dikeluarkan oleh Transparency International.
Tiongkok dan Latvia, dua negara yang menerapkan hukuman mati bagi koruptor, berada pada
posisi tengah dari 177 negara yang disurvei. Latvia berada pada posisi 49 dengan IPK 53,
sedangkan Tiongkok berada pada posisi 80 dengan IPK 40. IPK Indonesia terpaut 8 angka
dengan Tiongkok: 32. Negara-negara dengan IPK tertinggi, seperti Denmark dan Selandia
Baru, tak memberlakukan hukuman mati untuk kejahatan apa pun, termasuk korupsi.
Melihat IPK Tiongkok dengan Indonesia yang tak terpaut jauh, patut diduga hukuman mati
tak menjerakan bagi pelaku korupsi. Apabila pelaku sudah dihukum mati, rehabilitasi dan
pemulihan nama baik tak dapat dilakukan jika ternyata yang dihukum mati bukanlah pelaku
korupsi. Hal ini terkesan kompromistis, tetapi harus dijadikan titik ekstrem untuk
menghindari penerapan hukum yang salah karena menyangkut nyawa manusia.
Lalu, apa pendekatan yang bisa digunakan untuk memaksimalkan pemidanaan dan
menjerakan koruptor? Alternatif yang patut dipertimbangkan dengan serius adalah
pemiskinan. Kombinasi penerapan UU Tipikor dan UU Pencucian Uang adalah pendekatan
baru yang menekankan pada perampasan aset untuk negara sehingga dapat menjaring
kekayaan koruptor yang diduga berasal dari korupsi.
Penggunaan pasal gratifikasi dalam UU Tipikor juga dapat jadi pendekatan baru dalam
menjerat pegawai publik yang diduga memiliki kekayaan tak sah. Keunggulan pasal ini
terletak pada kewajiban pembalikan beban pembuktian kepada tersangka dalam
membuktikan bahwa harta benda tertentu tidak diperolehnya secara melawan hukum.
Gayus Tambunan adalah preseden baik penerapan pasal gratifikasi. Sayangnya, KPK belum
pernah sekali pun menggunakan pasal ini untuk menjerat koruptor. Di awal penangkapan
Akil, KPK sempat menyiratkan penggunaan pasal gratifikasi. Namun, pasal itu tak muncul
dalam pembacaan tuntutan tempo hari.
Selain dua alasan itu, perlu pula pengaturan delik tentang peningkatan harta kekayaan secara
tak sah. Norma ini diatur dalam UNCAC dan disarankan diterapkan negara peserta, termasuk
Indonesia, tetapi belum juga ada pengaturan tentang illicit enrichment dalam UU Tipikor
yang kini berlaku.
Jika pemerintah dan DPR serius memberantas korupsi dan menjerakan koruptor, pembaruan
hukum nasional jadi hal mutlak. Perbaikan UU Tipikor melalui revisi UU Tipikor perlu
kembali dilakukan setelah sempat mangkrak di DPR sejak 2012. Hal sama berlaku pada
pembahasan RUU Perampasan Aset.
Penjeraan koruptor dapat tercapai tanpa harus memberlakukan hukuman mati kepada
pelakunya. Pemiskinan koruptor adalah alternatif baru untuk menjerakan koruptor sekaligus
mengembalikan aset negara.


Lalola Easter
Divisi Hukum dan Monitoring Peradilan Indonesia Corruption Watch











Kegalauan Sekolah Swasta
Oleh: Paulus Mujiran

MENTERI Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh dalam kunjungannya ke
Jawa Timur, baru-baru ini, menegaskan larangan bagi sekolah melakukan pungutan
pendidikan dalam bentuk apa pun kepada siswa ataupun orangtua/wali dalam proses
penerimaan siswa baru 2014/2015.
Pernyataan Mendikbud ini menegaskan masih terdapat pungutan, terutama di beberapa
sekolah. Permendikbud No 60/2011 yang jadi dasar larangan pungutan itu berlaku bagi
sekolah negeri dan swasta yang menerima dana bantuan operasional pendidikan (BOS).
Alasan Nuh, dengan melarang pungutan, pemerintah berkomitmen menyelenggarakan
pendidikan gratis dan murah. Sekolah tidak boleh menarik pungutan dalam bentuk apa pun
kecuali sumbangan.
Namun, larangan menarik pungutan ini sama halnya dengan mematikan sekolah swasta.
Sekolah swasta menerima pukulan paling telak dengan kebijakan tidak membolehkan
pungutan itu.
Pungutan seragam dan buku lembar kerja siswa (LKS) boleh dilakukan. Namun, pungutan
untuk pembangunan gedung, administrasi pendaftaran, masa orientasi, ekstra kurikuler,
laboratorium, dan ujian dilarang. Terhadap peraturan yang memberatkan ini, sekolah swasta
merasa diperlakukan tidak adil.
Ada beberapa alasan mengapa sekolah swasta semakin tertekan akibat perlakuan tidak adil
ini. Pertama, bagi sekolah swasta, pungutan menjadi napas hidup utama. Sejak awal, sekolah
swasta mengembangkan komitmen dengan siswa dan orangtua/wali untuk bersama-sama
menanggung biaya pendidikan.
Hampir semua kegiatan sekolah swasta didanai dari pungutan, mulai dari
pembangunan/renovasi gedung sekolah, gaji guru, biaya perawatan gedung, hingga sarana
prasarana pembelajaran. Sementara dana BOS yang rata-rata Rp 1 juta per siswa selama
setahun tidak mencukupi untuk menutup seluruh biaya operasional sekolah.
Sekolah swasta memiliki peran yang tidak dapat diabaikan begitu saja dalam mencerdaskan
anak-anak bangsa di Tanah Air. Keberadaan mereka bahkan sudah ada sebelum
kemerdekaan.
Pada masa lalu, sekolah swasta hadir menggantikan peran negara, yakni ketika negara belum
berhasil menghadirkan wajah pendidikan bagi anak-anak bangsanya. Peran sekolah swasta
ditegaskan oleh Keputusan Mahkamah Konstitusi terhadap uji materi UU No 20/2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. MK menyatakan, Lembaga pendidikan berbasis masyarakat
wajib memperoleh bantuan teknis, subsidi dana, serta sumber daya lain secara adil dan
merata dari pemerintah dan/atau pemerintah daerah.
Kedua, Pasal 3 Permendikbud No 60/2011 tegas menyatakan, sekolah dilarang memungut
biaya investasi dan biaya operasi dari peserta didik, orangtua, atau walinya. Pada Pasal 4 juga
dinyatakan bahwa sekolah yang diselenggarakan oleh masyarakat dilarang melakukan
pungutan kepada peserta didik dan orangtua/wali yang tidak mampu secara ekonomi.
Bahkan, Pasal 5 Ayat (1) menyebutkan, sekolah swasta yang menerima BOS tidak boleh
memungut biaya operasi. Masalahnya, tidak semua sekolah punya sumber pendanaan
mandiri sehingga di samping menerima BOS harus memungut dari siswa dan orangtua/wali.
Terancam gulung tikar
Terhadap aturan itu, sekolah swasta mempunyai dosa turunan dan beban moral, kecuali
pemerintah mampu memenuhi sebagian besar kebutuhan sekolah swasta. Semangat
pemerintah yang suka melarang, mencerminkan rezim tiran yang marjinal. Beberapa sekolah
swasta elite pun mulai mengeluhkan sulitnya mendapatkan murid karena para calon siswa
berbondong-bondong ke sekolah negeri. Sekolah negeri pun tak kurang akal, dengan
menerima murid sebanyak-banyaknya agar penerimaan dana BOS kian besar. Sebab, makin
banyak murid, berarti dana BOS makin besar.
Menjadi persoalan sebab masyarakat tahunya pendidikan jenjang SD dan SMP adalah murah
sehingga mereka tidak mengerti kalau di sekolah swasta dipungut biaya. Di tahun ajaran baru
seperti sekarang ini, sekolah swasta benar-benar dihajar habis-habisan. Promosi dana BOS
dan sekolah murah menampar keberadaan sekolah-sekolah swasta.
Dampak dari perlakuan itu, banyak sekolah swasta gulung tikar karena tidak mempunyai
murid. Banyak siswa lebih suka masuk ke sekolah negeri karena murah. Di sinilah kesulitan
sekolah swasta. Jika melakukan pungutan dianggap melanggar aturan, sementara jika tidak
memungut nasib sekolahnya kian buram. Begitu pun soal peluang guru mendapatkan
sertifikat profesional dan tunjangan profesi, ternyata lebih mudah di sekolah negeri.
Pemerintah pun seperti tidak peduli dengan membiarkan sekolah swasta sekarat dan terkapar
satu per satu. Genderang kematian sekolah swasta tengah ditabuh. Kita mencemaskan
komitmen negara yang makin abai dan lalai dalam mendukung sekolah-sekolah swasta yang
jasanya terbilang tidak kecil pada masa lalu.
Sekolah swasta menantikan malaikat yang mampu menjadi juru selamat. Pemerintahan
baru hasil Pilpres 2014 diharapkan lebih peduli dan mengerti tangisan sekolah swasta. Harus
dicatat, memarjinalkan sekolah swasta berarti melupakan jasa mereka dalam mendidik di
masa silam. Alasan pembenar bahwa pendidikan merupakan urusan negara justru menutup
peran serta masyarakat. Kegalauan sekolah swasta harus dicarikan terobosan.

Paulus Mujiran
Pendidik; The Dickstra Syndicate Semarang

You might also like