You are on page 1of 5

Nutrisi Pada Penderita Multiple Sclerosis

1
EPIDEMIOLOGI
Multiple Sclerosis (MS), adalah gangguan persarafan, yang ditandai dengan trias
inflamasi, demielinisasi, dan gliosis.
1
MS merupakan kelainan autoimun yang disebabkan
oleh agen-agen pemicu serangan mediator inflamasi T-sel yang menyebabkan
demielinisasi pada jaringan sistim saraf pusat.
2

Insiden penyakit ini di meningkat di daerah belahan bumi bagian utara dan selatan
equator.
2
Di AS berkisar antara 350.000 per tahun dan 2.5 juta orang di seluruh dunia.
Prevalensi pada umur dibawah 55 tahun, dengan kasus terbanyak pada usia 20-40 tahun,
dimana wanita memiliki rasio hampir dua kali lebih besar Studi tentang migrasi dan etnik
membuktikan bahwa faktor genetik dan lingkungan berpengaruh pada perkembangan MS.
Studi tentang migrasi menunjukkan bahwa faktor lingkungan akan menentukan resiko
terjadi MS, misalnya pasien yang melakukan migrasi dari suatu daerah insidensi ke
daerah insidensi tinggi sebelum umur 15 tahun mempunyai resiko tinggi untuk terjadi MS.

1,2
Predisposisi genetik pada anak kembar, menunjukan adanya asosisasi yang kuat antara
penyakit ini dengan antigen HLA spesifik(HLA DR-2), IL2RA dan IL7RA. Beberapa
pusat studi juga melaporkan bahwa virus HHV-6 dan EBV meningkatkan resiko
terjadinya penyakit ini.
1


ETIOLOGI
Penyebab MS adalah suatu autoimmun yang menyerang myelin dan myelin
forming sel pada otak dan medula spinalis, akan tetapi pada MS sebenarnya bukan suatu
autoimmun murni oleh karena tidak adanya antigen respon immun yang abnormal. Kausa
MS terdiri dari:
a. Virus : infeksi retrovirus akanmenyebabkan kerusakan oligodendroglia
b. Bakteri : reaksi silang sebagai respon perangsangan heat shock protein sehingga
menyebabkan pelepasan sitokin
c. Defek pada oligodendroglia
d. Genetika : penurunan kontrol respon immun
e. Lain-lain : toksin, endokrin, stress
1,3



Nutrisi Pada Penderita Multiple Sclerosis

2
PATOFISIOLOGI


Penyebab pasti MS tidak diketahui, tetapi terdapat kerusakan jaringan dan gejala
neurologi sebagai akibat langsung mekanisme imun terhadap antigen myelin. Infeksi
virus atau faktor-faktor lain mengawali masuknya T sel dan antibodi ke dalam CNS
dengan menembus sawar darah otak. Hal ini menyebabkan meningkatnya cell-adhesion
molecules, matrix metalloproteinases, dan proinflamatory cytokines, yang bekerja dalam
mengundang immune cells, gangguan matrix extra seluler untuk berpindah, dan respon
aktif autoimun terhadap antigen seperti dasar protein myelin, glycoprotein myelin,
oligodendrocyte glycoprotein myelin, proteolipid protein, crystalline,
phosphodiesterase, dan S 100. Ikatan antigen ini memicu respon autoimun yang
melibatkan cytokines, makrofag, dan komplemen. Serangan imun pada axon myelin,
memperlambat konduksi saraf, dan menimbulkan gejala neurologi.
3



NUTRISI
Menurut penelitian, karena faktor-faktor lingkungan berpengaruh pada MS,
maka nutrisi juga berpengaruh pada terapi, beberapa pedoman nutrisi pada
MS antara lain: diet rendah gula, bebas gluten, dan suplemen asam lemak,
terutama asam linoleat. Bedasarkan penelitian lain suplemen EPA dengan
dosis 1,7 g/hari dan DHA 1,1 g/hari memberikan efek yang sama dengan efek
asam oleat 10 g/hari dalam jangka waktu pemberian 2 tahun lamanya.
Sedangkan diet bebas gluten, bebas pectin,rendah fruktosa, rendah PUFA, Zn,
Cal, Phosphat tidak terbukti memberikan hasil yang efektif, namun para ahli
gizi tetap memberikan saran agar mewaspadai pemberian asupan yang
mengandung bahan-bahan diatas.
Pada pasien MS, sering diketemukan masalah neurogenic bladder, yang
beresiko menimbulkan ISK, maka dari itu untuk meminimalisir masalah ini,
pembatasan cairan juga perlu dipertimbangan. Namun bila terjadi masalah
konstipasi atau diare, pemberian diet serat harus disesuaikan dengan kondisi
pasien.
4


Nutrisi Pada Penderita Multiple Sclerosis

3
Beberapa penelitian tentang hubungan vitamin D dan B 12 terhadap penyakit
ini:

Serum 25-Hidroksivitamin D Levels and Risk of Multiple Sclerosis
Vitamin D diduga mempunyai efek protektif terhadap kelainan ini. Kenaikan
level serum dari 1,25-Dihidroksivitamin D pada susunan saraf pusat, berkorelasi
positif dalam menurunkan gejala patologi dan klinik dari Experimental
Autoimune Encephalomyelitis (EAE). Dalam studi migrasi epedemiologi,
diketahui bahwa suplementasi 25-dihidroxyvitamin D 100 nmmol/L atau lebih
tinggi pada usia sebelum 20 tahun berperan serta dalam mengurangi insiden
penyakit ini.
2
















Vitamin B 12 Metabolisme and Massive Dose Methyl Vitamin B12 Therapy in
Japanese Patients ith Multiple Sclerosis
Defisiensi vitamin B 12, menyebabkan dimielinisasi pada susunan saraf pusat,
meskipun tanpa gambaran anemia megaloblastik. Pada pemeriksaan di negara-
negara barat, didapatkan penurunan kadar vitamin B 12 serum dan
Nutrisi Pada Penderita Multiple Sclerosis

4
liquorcerbrospinalis, namun pada penelitian di Jepang hanya didapatkan
penurunan kadar unsaturated vitamin B 12 binding capacity pada serum, sehingga
didapatkan kesimpulan sementara bahwa gangguan terjadi pada metabolisme
vitamin B12, kesimpulan ini didukung observasi pasien penderita MS tanpa
gambaran anemia.
Transpor vitamin B12 dan unsaturated vitamin B 12 binding capacity
berhubungan dengan dua carrier, yaitu: transkobalamin II dan unsaturated R
Binder Protein. Pada pasien MS terjadi penurunan transkobalamin II dan
penurunan unsaturated R Binder Protein, dimana berfungsi untuk mengurangi
toksik kobalamin pada otak. Dilaporkan juga gejala meyerupai MS pada
defisiensi unsaturated R Binder Protein. Disisi lain defisiensi transkobalamin II
menyebabkan anemia megaloblastik.
Penyebab defisiensi vitamin B 12 pada MS belum diketahui secara
pasti,kemungkinan berhubungan dengan anemia pernisosa, karena kedua kondisi
ini berhubungan dengan patogenesis autoimun. Pada stadium kronik progresif,
defisiensi vitamin B 12 serum terjadi karena peningkatan kebutuhan untuk
memperbaiki selubung myelin yang rusak. Sehingga vitamin B 12 juga dapat
memperbaiki gangguan jalur afferen penglihatan dan pendengaran. Metil vitamin
B 12 pada pasien MS lebih memberikan hasil yang memuaskan dibanding
hidroksi B 12, sehingga dapat digunakan adjudvant therapy dengan terapi
imunossupresan.
5










Nutrisi Pada Penderita Multiple Sclerosis

5
DAFTAR PUSTAKA

1. Fisher, Naomi D. L., Williams, Gordon H. Hypertensive Vascular Disease.
Harrison's Principles of Internal Medicine. 16
th
Edition. McGraw Hill. USA.
2005.
2. Munger.K, Levin L, Holis B, Howard M, Ascherio A. Serum 25-Hidroksivitamin
D Levels and Risk of Multiple Sclerosis. Report: JAMA 2006:296:2832-2838
3. Simon R. Motor Deficit. Clinical Neurology.7
th
. McGraw Hill. USA. 2009.
4. Malan LK, Stump SE. Krauses. Food, Nutrition, and Diet Theraphy. 11
th
Edition.
Saunders. USA. 2004:1109-1111
5. Kira. J, Tobimatsu S, Gotto I. Vitamin B 12 Metabolisme and Massive Dose
Methyl Vitamin B12 Therapy in Japanese Patients ith Multiple Sclerosis.
Report :Internal Medicine 1994:33:82-86

You might also like