Professional Documents
Culture Documents
(skripsi)
12:48 AM Posted by Irga
BAB I
PENDAHULUAN
B. BATASAN MASALAH
Dengan terbatasnya waktu , tenaga, fasilitas, serta dana, maka kami membatasi cakupan
penelitian kami pada gangguan pernapasan pada karyawan unit produksi PT. Semen
Tonasa Periode 2002 - 2006
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka yang menjadi rumusan
masalah pada penelitian ini adalah :
1. Berapa besar gangguan pernapasan dihubungkan dengan masa kerja ?
2. Berapa besar gangguan pernapasan dihubungkan dengan jenis pekerjaan ?
3. Berapa besar gangguan pernapasan dihubungkan dengan usia ?
4. Berapa besar gangguan pernapasan dihubungkan dengan pemakaian alat pelindung diri
?
5. Berapa besar gangguan pernapasan dihubungkan dengan kadar debu diudara tempat
kerja ?
D. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan informasi tentang tentang gangguan pernapasan yang dialami oleh
karyawan unit produksi PT. Semen Tonasa 2002-2006
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran usia karyawan unit produksi yang mengalami gangguan
pernapasan periode 2002-2006.
b Mengetahui gambaran masa kerja karyawan unit produksi yang mengalami gangguan
pernapasan periode 2002-2006.
c. Mengetahui gambaran jenis pekerjaan karyawan unit produksi yang mengalami
gangguan pernapasan periode 2002-2006.
d. Mengetahui gambaran pemakaian alat pelindung diri karyawan unit produksi yang
mengalami gangguan pernapasan periode 2002-2006.
e. Mengetahui gambaran kadar debu lingkungan kerja pada unit produksi PT. Semen
Tonasa periode 2002-2006.
E. MANFAAT PENELITIAN
1. Hasil dari penelitian ini diaharapkan menjadi bahan masukan bagi perusahaan itu
sendiri untuk mengambil langkah kebijakan dalam menunjang pelaksanaan kesehatan dan
keselamatan kerja.
2. Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai sumbangan ilmiah yang bermanfaat
bagi pembaca atau penelitinya.
3. Bagi peneliti, merupakan pengalaman berharga dalam memperluas wawasan
pengetahuan dalam bidang kesehatan dan keselamatan kerja.
F. ACUAN PENELITIAN
1. Tinjauan kepustakaan
2. Bimbingan dan arahan dari pembimbing dan staf dosen bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas FK-UNHAS.
3. Seminar dan diskusi
4. Survey lapangan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Macam-macam Debu
Dari macamnya debu dikelompokan ke dalam :
a. Debu Organik (debu kapas, debu daun daunan, tembakau dan sebagainya).
b. Debu Mineral (merupakan senyawa komplek : SiO2, SiO3, arang batu dll) dan
c. Debu Metal (Debu yang mengandung unsur logam: Pb, Hg, Cd, Arsen, dll).
Dari segi karakter zatnya debu terdiri atas :
a. Debu Fisik (Debu tanah, batu, mineral, fiber)
b. Kimia (Mineral organik dan inorganik)
c. Biologis ( Virus, bakteri, kista) dan debu radio aktif .
Ditempat kerja jenis jenis debu ini dapat ditemui di kegiatan pertanian, pengusaha
keramik, batu kapur, batu bata, pengusaha kasur, pasar tradisional, pedagang pinggir
jalan dan lain lain.
Anthrakosilikosis
Anthrakosilikosis ialah pneumokoniosis yang disebabkan oleh silika bebas bersama debu
arang atu. Penyakit ini mungkin ditemukan pada tambang batu bara atau karyawan
industri yang menggunakan bahan batu bara jenis lain. Gejala penyakit ini berupa sesak
nafas, bronchitis chronis batuk dengan dahak hitam (Melanophtys). Penilaian paparan
dapat dinilai dengan pengambilan sample debu ukuran selektif dari zona pernapasan,
lebih disukai sample perorangan. Juga dapat dilakukan analisis berkala sejumlah sample
debu yang dapat masuk saluran pernapasan untuk mengetahui mineral komponennya.
Selain itu dapat dilakukan uji radiology.
Tidak ada penanganan spesifik pada anthrakosilikosis, namun apabila pada gambaran
radiology terdapat tanda Sindrom Caplan, maka pekerja sebaiknya dijauhkan dari
paparan.
Asbestosis
Asbestosis adalah jenis pneumoconiosis yang disebabkan oleh debu asbes dengan masa
latennya10-20 tahun. Asbes adalah campuran berbagai silikat yang terpenting adalah
campuran magnesium silikat pekerja yang umumnya terkena penyakit ini adalah
pengelola asbes, penenunan, pemintalan asbes dan reparasi tekstil yang terbuat dari asbes.
Gejala yang timbul berupa sesak nafas,batuk berdahak/riak terdengan rhonchi di basis
paru, cyanosis terlihat bibir biru. Gambar radiologi menunjukan adanya titik titik halus
yang disebut “ground glass appearance”, batas jantung dengan diafragma tidak jelas
seperti ada duri duri landak sekitar jantung (Percupine heart), jika sudah lama terlihat
penumpukan kapur pada jaringan ikat.
Penilaian paparan dapat dilakukan dengan pengambilan sample udara statis di lokasi-
lokasi yang telah ditetapkan memakai filter membrane, impinger, presipitator,termal, atau
konimeter. Akan tetapi yang paling disukai adalah pengambilan sample perorangan.
Penanganan kasus spesifik tidak ada, namun apabila ada gejala maka pasien sebaiknya
dijauhkan dari paparan lebih lanjut. Adapun efek lanjut berupa kanker paru ditangani
seperti kasus yang tidak berkaitan dengan asbestosis.
Asbestosis adalah suatu penyakit saluran pernafasan yang terjadi akibat menghirup serat-
serat asbes, dimana pada paru-paru terbentuk jaringan parut yang luas.
Asbestos terdiri dari serat silikat mineral dengan komposisi kimiawi yang berbeda. Jika
terhisap, serat asbes mengendap di dalam dalam paru-paru, menyebabkan parut.
Menghirup asbes juga dapat menyebabkan penebalan pleura (selaput yang melapisi paru-
paru).8
Berryliosis
Berryliosis, Penyebabnya adalah debu yang mengandung Berrylium, terdapat pada
pekerja pembuat aliasi berrylium tembaga, pada pembuatan tabung radio, pembuatan
tabung Fluorescen pengguna sebagai tenaga atom.
Byssinosis
Byssinosis disebabkan oleh debu kapas atau sejenisnya dikenal dengan : Monday
Morning Syndroma”atau”Monday Fightnesí” Sebagai gejala timbul setelah hari kerja
sesudah libur, terasa demam, lemah badan, sesak nafas, baruk-batuk, “Vital Capacity”
jelas menurun setelah 5-10 tahun bekerja dengan debu.
Stannosis
Stannosis Penyebab debu bijih timah putih (SnO)
Siderosis
Siderosis disebabkan oleh debu yang mengandung (Fe202)9,5
4. Pengendalian/pencegahan
a. Terhadap sumbernya
Pengontrolan debu di ruang kerja terhadap sumbernya antara lain :
1) Isolasi sumber agar tidak mngeluarkan debu di ruang kerja dengan “ Local Exhauster”
atau Dengan melengkapi Water Sprayer pada cerobong asap
2) Subtitusi alat yang mengeluarkan debu dengan yang tidak mengeluarkan debu.
b. Pencegahan terhadap transmisi
1) Memakai metoda basah yaitu, penyiraman lantai, pengeboran basah, (Wet Drilling)
2) Dengan alat (Scrubber, Electropresipitator, Ventilasi Umum)
c. Pencegahan terhap tenaga kerjanya
Antara lain menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) dengan menggunakan masker.11
BAB III
KERANGKA KONSEP
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan penelitian observasional yang bersifat deskriptif
BAB V
GAMBARAN UMUM PT SEMEN TONASA
B. STRUKTUR ORGANISASI13
PT. Semen Tonasa dalam menjalankan kegiatannya, sejumlah karyawan yang tersebar
dalam beberapa bagian dalam perusahaan dengan tugas dan tanggung jawab yang
berbeda, kesemuanya dimaksudkan untuk memperlancar kegiatan yang dilaksanakan oleh
perusahaan. Untuk mengkoordinir para karyawan dan demi lancarnya pengawasan
pekerjaan maka perlu untuk membentuk struktur organisasi perusahaan dengan tujuan
melibatkan seluruh karyawan serta segenap tenaga kerja yang ada dalam perusahaan
untuk menunjang suksesnya perusahaan karena tanpa adanya suatu struktur organisasi,
maka dapat mengakibatkan kesimpangsiuran dalam menjalankan tugas-tugas karyawan/
bawahan. Untuk menghindari hal ini, maka pimpnan perusahaan menjalankan adanya
kerjasama dari orang-orang tersebut, serta mempunyai satu tujuan yaitu merealisasikan
tujuan oerganisasi. Yang dimaksud dengan tujuan organisasi adalah kerangka yang
menunjukkan pembagian tugas dan wewenang, tanggung jawab dan hubungan antara
fungsi-fungsi dalam organisasi.
Sehingga dengan melihat struktur organisasi, dapat diketahui hubungan antara pimpinan
dan bawahan atau sebaliknya. Demikian juga garis wewenang dari hubungan tersebut.
Secara umum dapat kita lihat pada lampiran tentang susunan struktur organisasi PT.
Semen Tonasa.
C. KEADAAN PERSONALIA13
Tenaga kerja di PT (Persero) Semen Tonasa terdiri dari tenaga kerja wanita dan pria. Di
mana tenaga kerja pada PT. Semen Tonasa terdiri dari tenaga kerjapada unit non produksi
(staf di kantor). Adapun pembagian tenaga kerja pada PT. Semen Tonasa ini terbagi atas
tiga macam, yaitu: karyawan organik (tetap), pekerjaan kontrak (ikatan kerja) dan
percobaan/ non organik.
Disiplin kerja yang digunakan pada PT. Semen Tonasa dengan menetapkan jam kerja
karyawan yang dibagi atas tiga shift sebagai berikut: Shift I: 07.30 – 15.30, Shift II: jam
15.30 – 23.30, dan Shift III: jam 23.30 – 07.30.
Jam istirahat masing-masing shift adalah 1 jam. Pembagian shift ini adalah untuk jam
kerja pada unit produksi yaitu yang bekerja di dalam pabrik. Sedangkan karyawan yang
bekerja pada unit non produksi (staf yang bekerja di luar pabrik) tidak menggunakan
pembagian shift, tetapi menggunakan jam kerja dari jam 07.30 – 15.30 setiap hari,
dengan jam istirahat 1 jam.7
D. PRODUKSI13
1. Bahan Baku
Bahan baku utama yang dipergunakan untuk memproduksi semen adalah:
a. Batu Kapur
Batu kapur diperoleh dari lokasi yang telah dikuasai perusahaan, terletak di areal pabrik.
Batu kapur merupakan komponen bahan baku utama industri semen (80% dari seluruh
kebutuhan bahan baku). Jumlah cadangan batu kapur di sekitar lokasi pabrik, yang
dikuasai perusahaan saat ini diperkirakan dapat digunakan oleh pabrik Semen Tonasa II,
III, IV untuk jangka waktu ratusan tahun.
b. Tanah Liat
Tanah liat seperti halnya batu kapur juga diperoleh dari lokasi sekitar pabrik yang telah
dikuasai oleh perusahaan. Tanah liat merupakan komponen utama baku kedua setelah
batu kapur (17% dari seluruh kebutuhan bahan baku). Untuk jumlah pemakaian tersebut,
cadangan yang telah dikuasai perusahaan maupun yang berada di sekitar lokasi pabrik,
mampu memenuhi kebutuhan Pabrik Semen Tonasa II, III, dan IV untuk jangka waktu
ratusan tahun.
c. Pasir Silika
Pasir silika sebagai bahan baku pembantu yang digunakan untuk mengoreksi komposisi
kimia tanah liat yang tersedia di lahan dekat pabrik Semen Tonasa I. Jumlah pemakaian
pasir silika sebesar 3% dari kebutuhan totalbahan baku. Cadangan pasir silika yang telah
dikuasai oleh perusahaan saat ini di lokasi yang tidak jauh dari pabrik dapat memenuhi
kebutuhan pasir silika dalam jangka waktu puluahn tahun.
Di samping itu beberapa daerah yang dekat dengan lokasi pabrik seperti Kabupaten
Maros, Bone, Pinrang tersedia cukup banyak.
d. Gipsum
Gipsum yang digunakan pada waktu penggilingan semen seluruhnya merupakan produksi
dalam negeri yang dapat dibeli dari PT. Petro Kimia Gresik.
2. Proses pembuatan semen
Quarry
Batu kapur di quarry diledakkan dengan bahan peledak. Dengan alat berat batu kapur
dipilih yang berdiameter maksimum 170 cm, kemudian diangkut dengan Dup Truck ke
alat pemecah.
Crusher
Batu kapur hasil quarry dioecah oleh Hummer Crusher sehingga kecil-kecil dengan
diameter maksimum 3 cm.
Clay Pit (Tanah Liat)
Tanah liat diambil dengan alat berat dan diangkut ke tempat penampungan tanah liat.
Pasir Dryer
Clay yang berada di tempat penampungan (Storage Hall) dikeringkan dalam clay dryer
agar mendapatkan kadar air maksimum 3% kemudian dikumpulkan dalam silo.
Pasir Silika
Pasir silika yang diambil dari tempat penampungan pasir silika dikirim ke raw mill
bersama-sama dengan kapur dan tanah liat.
Raw Mill
Batu kapur, tanah liat dan pasir silika bersama-sama digiling dalam raw mill sampai
menjadi tepung atau raw meal dan dimasukkan ke dalam silo. Proses penggilingan
tersebut selalu mendapatkan pengawasan dari laboratorium sehingga raw meal yang
dihasilkan langsung siap dibakar.
Kiln
Raw meal dari silo diangkat ke kiln untuk dibakar dengan temperatur 1250o C s/d 1500o
C sehingga menghasilkan klinker (terak).
Finish Mill
Klinker (terak) bersama-sama gipsum 4% digiling dalam finish mill dan menghasilkan
semen.
Packing/ Pengantongan Semen
Sebelum dipasarkan, semen dikemas dalam sak di unit pengantongan semen. Semen
dipasarkan juga dalam bentuk curah.
E. Pelayanan Kesehatan Dan Keselamatan Kerja13
Dalam pelayan kesehatan dan keselamatan kerja, perusahaan telah berbuat banyak untuk
meningkatkan derajat ksehatan bagi karyawannya, antara lain:
1. penyuluhan, baik yang dilakukan oleh biro pelyanan keshatan maupun biro kesehatan
dan keselamatan kerja, mengenai kesehatan dan keselamatan kerja, seperti cara
pemakaian alat pelindung diri (masker, hearing protector, dll). Juga pemasangan pamflet
dan spanduk-spanduk yang bertemakan kesehatan dan keselamatan kerja.
2. penyediaan alat-alat pelindung diri bagi seluruh karyawan, terutama yang bekerja pada
lokasi atau tempat yang beresiko tinggi.
3. pengawasan secara ketat yang dilakukan oleh biro kesehatan dan keselamatan kerja
(K3) terhadap lingkungan pekerja.
4. tersedianya fasilitas pelayanan kesehatan di lingkungan perusahaan berupa 1 (satu)
buah rumah sakit dengan 3 orang dokter serta sejumlah tenaga paramedis. Di rumah sakit
tersedia obat-obatan dan sejumlah alat-alat kesehatan.
5. dilakukan pemeriksaan kesehatan pada karyawan di awal masuk bekerja di perusahaan
dan pemeriksaan berkala setahun sekali disertai dengan pemeriksaan penunjang seperti
tes labolatorium, foto thorax, audiometri.
DAFTAR PUSTAKA