CATATAN KOAS RADIOLOGI CT-Scan Kepala Ferdi Stefiyan
Trauma Kepala Pada pasien trauma kepala yang didapatkan gambaran adanya fraktur pada daerah meningeal area tengah sehingga kemungkinan terjadinya epidural hematoma. Pada pasien dengan fraktur depressed, gambaran garis lucent dari fraktur dapat berbentuk stellate atau semicircular. Pada kondisi kedua ini CT-scan brain, dan bone window diperlukan.
Pemeriksaan CT-scan tidak diperlukan pada pasien dengan low risk. Kriteria pasien low risk : 1. Asimtomatik 2. Pusing 3. Sakit kepala ringan 4. Laserasi kulit kepala 5. Hematoma 6. Usia diatas 2 tahun 7. Tidak ditemukan, tanda2 bahaya. Sedangkan pada pasien moderate risk, dan high risk perlu dilakukan pemeriksaan CT. Kriteria pasien moderate risk : 1. Perubahan tingkat kesadaran setelah kecelakaan. 2. Sakit kepala yang berat atau progresif. 3. Kejang post-trauma. 4. Muntah persisten. 5. Trauma multiple. 6. Cedera wajah serius. 7. Tanda2 fraktur basis crani (hemotympanum, rakun eyes, CSF keluar sebagai rinorhea dan otorhea). 8. Gangguan perdarahan. 9. Usia dibawah dua tahun. Kriteria pasien high risk : 1. Temuan neurologis fokal. 2. GCS kurang dari sama dengan 8. 3. Adanya penentrasi pada tulang tengkorak. 4. Adanya kekacauan metabolic.
Cara melihat CT-scan Trauma kepala. 1. Perhatikan Scalp injury. Pada saat menginterpretasikan Ct-scan kepala, pertama yang diperhatikan adalah bagian struktur ekstrakranial untuk melihat adanya gambaran scalp injury atau adanya radio opak yang berasal dari benda asing. Adanya pembengkakan jaringan lunak scalp biasanya dapat menjadi penuntun dalam menentukan tempat yang mengalami cedera. Subgaleal hematoma merupakan manifestasi yang sering dari scalp injury dan biasanya dapat diketahui menggunakan CT atau MRI sebagai jaringan lunak yang membengkak yang berlokasi pada jaringan fibrofatty subkutaneus dan di atas otot temporalis dan kalvarium.
2
Ferdi Stefiyan, 2013, FK Unsri
2. Lihat fraktur tulang. - Nondisplaced linear fractures calvarium merupakan tipe fraktur tulang yang paling sering terjadi.fraktur jenis ini sulit untuk dideteksi dengan CT-scan, khususnya jika potongan fraktur parallel dengan plane section. Untungnya jenis fraktur ini tidak memerlukan penanganan khusus. Operasi biasanya di indikasikan pada fraktur yang terdorong dan fraktur yang tercampur. - Adanya intracranial udara dapat terlihat pada fraktur coumpound atau fraktur yang melibatkan sinus paranasal. Potongan tipis Ct menggunakan algoritma tulang merupakan metode terbaik untuk mengevaluasi fraktur pada daerah kritis sepesrti pada basis crania, orbita, dan tulang wajah.
Gambar 1. Fraktur tengkorak yang Depressed. A. Axial CT scan menggambarkan right parietal depressed skull fracture dengan jaringan sekitar yang membengkak. The fracture is well seen when a wide window is used to enhance contrast between bone and soft tissue. B. The narrower window demonstrates excellent contrast between gray and white matter but fails to show the fracture. A small extra-axial hematoma is seen in the right parietal area.
3. Fraktur tulang temporal - Pasien dengan fraktur tulang temporal dapat mengalami ketulian, facial nerve palsy, vertigo, pusing, atau nistagmus. Gejala klinis ini sering tertutup jika adanya cedera yang lebih parah. - Tanda fisik dari fraktur tulang temporal adalah : hemotympanum, CSF otorrhea, ekimosis diatas procesus mastoid. 3
Ferdi Stefiyan, 2013, FK Unsri
- Adanya temuan seperti opafikasi sel udara pada mastoid, cairan di tengah kavitas telinga, pneumochepalus, atau kadang terlihat pneumolabyrinth, perlu dicurigai adnaya fraktur tulang temporal. - Frkatur tulang temporal sebaiknya mengguanakn ct potongan axial dan koronal dengan potongan tipis agar mendapatkan hasil yang baik. - Fraktur tulang temporal diklasifikasikan sebagai fraktur longitudinal dan tranverse tergnatung pada orientasi relative terhadap panjang axis tulang petrous. - Fraktur tulang temporal longitudinal adalah fraktur yang parallel terhadap axis petrous. - Fraktur tulang temporal tranverse adalah fraktur yang perpendicular terhadap axis tulang petrous. - Fraktur tulang temporal longitudinal biasanya disebabkan adnaya hantaman dari sisi samping kepala, dan dapat menimbulkan gejala klinis berupa tuli konduktif, dislokasi atau fraktur dari osikel, dan CSF otorhinorhea.facial nerve palsy dapat terjadi, namun biasanya gejala timbul tertunda ataupun inkomplete.
4
Ferdi Stefiyan, 2013, FK Unsri
Gambar 2. Axial CT scan shows a longitudinal left temporal bone fracture (arrowheads) with opacification of the mastoid air cells. Diastasis of the left lambdoid suture (open arrow) and fractures of the sphenoid sinus (curved arrow) and left lateral orbital wall (arrow) are also present. (Reprinted with permission from Gean AD. Imaging of Head Trauma. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 1994:63.)
- Fraktur tulang transversal biasanay terjadi akibat adanya hantaman dari arah occiput atau region frontalis - Komplikasi akibat fraktur tualng transversal biasanya lebih berat ketimbang fraktur longitudinal , yaitu : tuli sensorik, vertigo berat, nystagmus, perylimpatic fistula, facial paslsy. - Jenis fraktu transverse kemungkinan melibatkan carotid canal atau jgular foramen, sehingga dapat menyebabkan, cedar pada arteri carotid dan vena jugularis.
Klasifikasi cedera kepala - Cedera kepla diklasifikasikan menjadi dua : Primer dan sekunder - Primer lesion adalah akibat langsung dari hantaman kepala. - Sekunder lesion adalah akibat dari terjadinya primer lesion, biasanya akibat adanya tekanan masa atau vascular compromise. - Primary lesion : epidural, subdural, subarachnoid, dan intraventikuler hemorage, cortical intusion, intracerebral hematoma, subcortical gray matter injury, - Sekunder lesion : cerebral swelling, brain herniation, hydrocephalus, iskemia atau infarct, CSF leak, leptomeningeal cyst, enchepalomalacia.
Primary Head injury : Extra Axial 1. Epidural Hematoma - Epidural hematoma biasanya berasal dari arteri dan sering terjadi akibat adnya fraktur yang mengganggu arteri meningeal media. - Epidural hematoma dapat terjadi tanpa harus adanya fraktur, hal ini terjadi akibat tertariknya atau sobeknya arteri meningeal media, khususnya pada anak-anak. - Skull fraktur biasanya terlihat apda 85-95 persen ditemukannya epidural hematoma. - Pada sepertiga pasien dengan epidural hematoma, neurologic deteriotation terjadi setalah lucid interval. - Kebanyakan epidural hematoma terjadi pada temporal atau temporoparietal, walaupun dapat terjadi di frontal dan occipital. - Venous epidural hematoma lebih jarang terjadi ketimbang arterial epidurals hematoma, dan biasanya terjadi pada daerah vertex,posterior fossa, atau anterior aspek cranial fossa tengah, venous epidural hematoma biasnaya terjadi karena adnaya gangguan pada dural venous sinuses. - Pada pemeriksaan CT, akut epidural hematoma mudah untuk dilihat, gambarannya adalah high-attenuation lenticular atau biconvex extra-axial collections. Gambaran adnya efek masa pada sulci dan ditemukan pergeseran midline sering terlihat. - Pada pemeriksaan bone window penyebab epidural hematoma biasanya adalah linear skull fraktur.
5
Ferdi Stefiyan, 2013, FK Unsri
Gambar 3. Epidural Hematoma. Axial CT scan demonstrates a biconvex, high-attenuation, extra- axial collection causing mass effect on the right frontal lobe and mild midline shift (subfalcial herniation). Note how the epidural hematoma does not extend beyond the right coronal suture.
2. Subdural Hematoma - Subdural hematoma biasanya berasala dari vena, hal ini terjadi akibat adanya penarikan atau sobekan pada vena kortikal yang tranverse the subdural space yang berasal dari dural sinus. - Subdural hematoma dapat terjadi juga karena adanya penetrasi pada cabang arteri cerebral superficial. 6
Ferdi Stefiyan, 2013, FK Unsri
- Pasien subdrual hematoma biasanya terjadi akibat adanya trauma hantaman, yang biasanya sering dialami oleh pengendara bermotor, ataupun orang2 jatuh.
Gambar 4. Epidural Versus Subdural Hematoma. Axial diagram of the brain surface in the frontal region demonstrates the characteristic locations of the epidural hematoma (EDH) compared with the subdural hematoma (SDH). Note how the EDH is located above the outer dural layer and the SDH is located beneath the inner dural layer. Only the EDH can cross the falx cerebri.
Gambar 5. Left Subdural and Right Epidural Hematomas. Axial CT scan demonstrates a crescent- shaped high-attenuation collection extending along the entire left hemisphere consistent with a subdural hematoma (arrowheads). Compare the appearance with that of a small epidural hematoma seen on the right (arrow), where overlying scalp soft tissue swelling is also present
7
Ferdi Stefiyan, 2013, FK Unsri
Gambar 6. Acute and Chronic Subdural Hematoma. Axial CT scan demonstrates the heterogeneous appearance of superimposed acute and chronic subdural hematomas. The higher-attenuation material (open arrow) represents fresh bleeding into a chronic, low-attenuation subdural hematoma (closed arrow). Layering of acute blood products is seen in the posterior aspect of the collection (arrowhead). Midline shift or subfalcial herniation is also present, evidenced by displacement of the right lateral ventricle (asterisk) across the midline. 8
Ferdi Stefiyan, 2013, FK Unsri
- Kebanyakan subdural hematoma berlokasi di supratentorial, berlokasi di sepanjang konveksitas, subdural hematomajuga sering terlihat di sepanjang falx dan tentorium. - Gambaran subdural hematoma berubah berdasarkan waktu - Densitasi akut subdural hematoma awalnya akan meningkat karena adanya retraksi dari gumpalan darah. - Pada kondisi akut subdural hematoma akan terlihat hiperdense. - Densitas perlahan akan menurun akibat terjadinya degradasi protein dalam hematoma. - Terkadang pada pasien subdural hematoma dengan anemia berat, gambaran ct- scan dapat berupa isoden atau hipodens. - Pada kondisi kronik subdural hematoma, gambaran menggunakan CT, susah untuk dibedakan, sehingga pemberian kontras dapat diberikan intuk membantu menilai kondisi pasien. - Pada potongan gambar corona subdural hematoma dapat terlihat bentuk sebagai bikonveks seperti epidural hematoma, sedangkan pada potongan axial terlihat seperti sabit (crescent). -
Gambar 7. Subdural Hematomas With Hematocrit Effect. A CT scan (A) and T2-WI (B) in two different patients show large left hemispheric subdural hematomas with fluidfluid levels, known as the hematocrit effect. This appearance can be seen in patients with clotting disorders or in patients with rebleeding into an older subdural collection. (Reprinted with permission from Gean AD. Imaging of Head Trauma. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 1994:89, 95.)
9
Ferdi Stefiyan, 2013, FK Unsri
Gambar 8. Chronic Subdural Hematoma. Contrast-enhanced CT scan shows a large water-density left subdural collection consistent with a chronic subdural hematoma. There is considerable mass effect with midline shift. Displaced cortical veins can be seen along the brain surface (arrowheads). (Reprinted with permission from Gean AD. Imaging of Head Trauma. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 1994:96.)
10
Ferdi Stefiyan, 2013, FK Unsri
Gambar 9. Subacute Subdural Hematoma on CT. Noncontrast CT scan shows an isodense left subdural hematoma with displacement of the underlying cortex (arrows), compression of the lateral ventricle, and mild midline shift.
3. Subarachnoid Hemorage - Perdarahan subaraknoid adalah kondisi tersering pada trauma kepala namun jarang menyebabkan efek tekanan yang signifikan pada intracranial. - Subaraknoid biasanya terjadi karena adanya gangguan pada pembuluh darah subaraknoid kecil ataupun adnaya ekstensi langsung kedalam subaraknoid space oleh adanya kontusion atau hematoma. 11
Ferdi Stefiyan, 2013, FK Unsri
- Pada CT, perdarahan subaraknoid terlihat sebagai area linear dengan high attenuation didalam cistern dan sulci. - Subaraknoid yang terjadi di sepanjang konveks tulang dan daerah tentorium dpaat dibedakan dari subdrula hematoma dengan adanya gambaran yang melibatkan sulci, sedangkan subdural hematoma tidak. - jika terjadi unconsciousness pada pasien yang tidak diketahui asal mulanya, dan terlihat perdarahan subaraknoid, hal ini patut kita curigai sebagai adanya rupture aneurisma ketimbang akibat adnaya trauma. Pada kasus ini, Ct menggunakn kontras ataupun kateter angiograpi dapat menjadi pilihan dalam mendiagnosis.
Gambar 10. Subarachnoid Hemorrhage. Noncontrast axial CT scans in two different patients demonstrate high-attenuation material within the sulci (A) and right sylvian fissure (B) consistent with subarachnoid hemorrhage. (Reprinted with permission from Gean AD. Imaging of Head Trauma. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 1994:130, 131.)
4. Intraventricular hemorrhage - Intraventicular hemorrhage umumnya terlihat pada pasien dengan cedera kepala dan dapat terjadi karena beberapa mekanisme. - Intraventricular hemorrhage dapat terjadi karena robekan pada subependymal vena pada permukaan ventrikel. - Intraventricular hemorrhage terjadi akbiat adanya ekstensi langsung terhadap hematoma pada parenkim ke dalam sistem ventrikuler. - Intraventicular hemorrhage dapat terjadi karena adanya aliran retrograde dari perdarahan subaraknoid kedalam sistem ventrikuler melalui ventrikuler outflow foramen keempat. - Pasien dengan kondisi intraventricular hemorrhage berisiko untuk mengalami hydrocephalus akibat adnaya obstruksi. 12
Ferdi Stefiyan, 2013, FK Unsri
- pada pemeriksaan CT, perdarahan intraventrikuler muncul sebagai hiperdense, adanya kumpulan kecil peningkatan densitas di occipital horn mungkin merupakan suatu tanda dari perdarahan intraventrikuler.
Primary Head Injury : Intra-Axial 1. Diffuse axonal injury (DAI) - Merupakan tipe primary neuronal injury yang paling sering terjadi pada pasien dengan trauma kepala berat. - DAI ditandai dengan adanya gangguan yang menyebar pada axon yang dapat terjadi akibat cedera akselerasi maupun deselerasi. - Area pada otak yang terkena dapat saja jauh dari tempat cedera itu terjadi. - Pada pemeriksaan CT DAI dapat terlihat maupun tidak, hanya sekitar 20% dari lesi yang dapat terlihat pada CT. pada pemeriksaan CT biasanya ditemukan perdaran peteki yang kecil. - Pemeriksaan DAI lebih baik menggunakan MRI ketimbang CT -