You are on page 1of 2

Tip 8 Desain Toko: Desain Interior Toko Ibarat Menciptakan Gimmick

Posted by Anna Hape on September 7, 2007 33 Komentar


annahape.com Beberapa orang mengajukan pertanyaan mengenai bagaimana kiat mendesain toko. Di
balik pertanyaan itu tentu ada harapan sesuai dengan fungsi desain toko yaitu menarik minat pembeli
agar masuk ke dalam toko, merasa nyaman dan kemudian membeli barang atau jasa yang disediakan.
Saya lalu teringat cerita seorang pengusaha warteg (warung Tegal) yang semula sukses. Banyak orang
datang ke warungnya. Kondisi warungnya terbilang jorok untuk ukuran kantin standard. Sembari makan
di bangku panjang, orang bisa langsung comot lauk yang diinginkan. Pemandangan waktu makan juga
terarah ke dapur yang cuma dibatasi korden lusuh. Terlihat orang dapur yang berpakaian sekedarnya
dan penataan dapur yang jauh dari kesan bersih.
Nah, karena usahanya semakin maju, banyak pelanggan yang datang, konon cerita pengusaha itu ingin
meningkatkan kualitas warungnya c.q. desain interiornya. Maksudnya baik, supaya warungnya lebih
bersih, makanan tertata baik, dan pengunjung dapat makan lebih nyaman.
Apa yang terjadi? Ketika warteg dengan desain interior yang baru sudah siap melayani, para pelanggan
yang lama justru tidak mau datang alias menghilang. Mereka merasa tidak nyaman dan tidak pantas
masuk restoran.
Pelajaran apa yang bisa ditarik?
1. Desain toko atau showroom adalah bagian dari strategi marketing. Anda perlu mendefinisikan lebih
dulu siapakah konsumen yang menjadi sasaran Anda. Apa kesukaannya, status sosial atau ekonominya.
Desain toko yang baik adalah desain yang menyesuaikan dengan kondisi konsumen.
2. Secara keseluruhan desain toko berfungsi mirip logo perusahaan. Ada ciri atau karakter tertentu.
Contohnya adalah warteg tadi. Para pengunjung warteg mengasosiasikan warteg dengan interior
warung yang seperti itu. Kalau mau menggunakan contoh yang lebih tinggi kelasnya Anda bisa melihat
Time zone, Gramedia atau McDonald. Mendesain toko dengan harapan akan berkembang menjadi
jaringan toko sejenis lalu bukan perkara mudah. Karakter toko menjadi kata kunci yang harus dijabarkan
seorang desainer. Karena sekali ditetapkan, sulit untuk berubah.
Beberapa toko batik di Malioboro, Yogyakarta mencoba membagi konsumen mereka dalam dua kelas.
Yaitu mereka yang mencari batik yang murah, sekedar untuk oleh-oleh atau di pakai sendiri. Dan mereka
yang mencari batik berkualitas berharga di atas Rp 1 juta. Pemilik toko mensiasatinya dengan interior
berbeda. Lantai 1 ditata seperti layaknya toko pakaian produk masal. Kesannya penuh dengan gang yang
sempit.
Sementara lantai 2 ditata layak butik, dengan ruang yang lega. Ada meja kursi seperti ruang tamu, kaca
yang besar tersedia di beberapa sudut. Sementara batik ditaruh di etalase kaca dan dalam lemari jati.
Kesan yang mau ditampilkan adalah kesan wah, dan pelayanan premium.
Toko sepatu di Jalan Pajajaran Bogor menerapkan kiat yang lain. Di antara mereka ada yang mempunyai
dua toko di jalan yang sama. Satu toko untuk membidik konsumen kalangan menengah bawah. Satu lagi
untuk membidik konsumen kalangan menengah atas. Kalau Anda perhatikan, desain interior kedua toko
itu juga berbeda. Namun ada kesamaannya juga, yaitu karakter. Hal yang sulit didefinisikan tapi akan
terasa begitu Anda masuk ke dalamnya.
Dari segi keuangan, budget untuk design toko juga berbeda. Umumnya orang menganggap bahwa
desain toko adalah bagian dari biaya usaha atau promosi. Dan karena itu mereka cenderung pelit atau
menekan budget seminimal mungkin. Sementara budget interior rumah diasosiasikan dengan
kesenangan dan kenyamanan pribadi.
Pandangan semacam ini mempengaruhi cara orang dalam menentukan besaran budget untuk interior
toko. Dan hal itu tidak sepenuhnya benar. Desain interior toko dapat berfungsi sebagai gimmick yaitu
sesuatu yang special unik dan membuat toko tertentu menjadi lebih menonjol di banding toko sejenis.
Kalau Anda pas menerapkan fungsi desain interior toko sekaligus sebagai gimmick dalam arti posotif,
niscaya toko Anda akan lebih dilirik dibanding pesaing Anda. Berani coba?

You might also like