You are on page 1of 22

TEORIm

A. Gambaran Umum Konsep Diri


1. Pengertian Konsep Diri
Konsep diri adalahsemua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individ
u tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain ( S
tuarg and Sudeen, 1998 )
Konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh ; fisik, emosi, int
elektual, social maupun spiritual ( Rawllins, Beck, William, 1993 )
2. Komponen Konsep Diri
Menurut Stuatd and Sundeen ( 1998 ), konsep diri dibentuk dari lima komponen yaitu g
ambaran diri ( body image ), ideal diri ( self care ), harga diri ( self esteem ), peran diri (
self role ), identitas diri (self identity ).
a. Gambaran Diri
Gambaran diri merupakan sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadaar, termasuk
persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat
ini dan masa lalu.
b.Ideal Diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai deng
an standaar pribadi, aspirasi, tujuan ataau nilai yang ditetapkan.
c.Harga Diri
Harga diri adaalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa s
eberapa jauh perilaku mempengaruhi ideal diri.
d.Peran Diri
Peran diri merupakan pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan dari seseo
rang berdasarkan posisinya dimasyarakat.
e.Identitas Diri
Merupakan kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian y
ang merupakan sintesa dari semua aspek kopnsep diri.
3. Rentang Respon Konsep Diri
Respon konsep diri sepanjang rentang sehat sakit bekisar dari status aktualisasi diri ya
ng paaling adaptif sampai status kerancauan identitas yang lebih maladaptif serta depers
onalisasi.





Respon Adaptif Respon Malada
ptif




Pikiran logis Distorsi pikiran Gangguan pikir/d
elusi
Persepsi akurat Ilusi Halusinasi
Emosi konsisten Reaksi emosi berlebihan Sulit berespon emo
si
Dengan pengalaman atau kurang Perilaku disorganisa
si
Perilaku sesuai Perilaku aneh / tidak biasa Isolasi sosial
Berhubungan social Menarik diri

Rentang respons neurobiologis (Stuart & Sudden, 1998)

Respon adaptif merupakaan respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma social
dan budaya yang secaraa umum berlaku dimasyarakat. Respon maladaptive adalah resp
on yang diberikan individu dalam menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norm
a-norma kebudayaan, sedangkan posisi harga diri rendah berada diantara respon adaptif
dan mal adaptif ( Stuard and Sudeen, 1998 )

B. Gambaran Umum Harga Diri Rendah
1. Pengertian
Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk kehilangan
rasa percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak berdaya, pesimis, tidak ada harap
an dan putus asa ( Depkes RI, 2000 )
Gangguan harga diri adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri
yang negatif yang dapat diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung ( Towse
nd, 1998 )
2. Etiologi
Penyebab terjadinya harga diri rendah antara lain :
a. Faktor predisposisi ( Stuard and Sudeen, 1998 )
1) Penolakan orang tua
2) Harapan orang tua yang tidak realistis
3) Kegagalan yang berulang kali
4) Kurang mempunyai tanggung jawab personal
5) Ketergantungan pada orang lain
6) Ideal diri tidak realistis
b. Faktor presipitasi ( Stuard and Sudeen, 1998 )
Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau faktor dari luar individu
( eksternal or internal sources ) yang dibagi lima kategori.
1)Ketegangan peran adalah stress yang berhubungan dengan frustasi yang dialami i
ndividu dalam peran atau posisi yang diharapkan. Terdapat tiga jenis transisi peran yaitu
perkembangan, situasi dan sehat-sakit.
2)Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang
mengancam kehidupan.
3. Tanda dan Gejala
Menurut Keliat (1999) tanda dan gejala yang dapat muncul pda pasien harga diri rendah
adalah :
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri, individu mempunyai perasaan kurang
percaya diri.
b. Rasa bersalah terhadaap diri sendiri, individu yang selalu gagaal dalaam meraih sesu
atu.
c. Merendahkan martabat diri sendiri, menganggap dirinya berada dibawah orang lain.
d. Gangguan berhubungan social seperti menarik diri, lebih suka menyendiri dan tidak i
ngin bertemu orang lain.
e. Rasa percaya diri kurang , merasa tidak percaya dengan kemampuan yang dimiliki.
f. Sukar mengambil keputusan, cenderung bingung dan ragu-ragu dalam memilih sesu
atu.
g. Menciderai diri sendiri sebagai akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang s
uram sehingga memungkinkan untuk mengakhiri kehidupan.
h. Mudaah tersinggung atau marah yang berlebihan.
i. Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri.
j. Ketegangan peran yang dirasakan.
k. Pandangan hidup pesimis.
l. Keluhan fisik
m. Penolakan terhadap kemampuan personal
n. Destruktif terhadap diri sendiri
o. Menarik diri secara social
p. Penyalahgunaan zat
q. Menarik diri dari realitas
r. Khawatir
4. Penatalaksaanaan
a. Penatalaksanaan Keperawatan
Keliat ( 1999 ) menguraikan empat cara untuk meningkatkan harga diri yaitu :
1) Memberi kesempatan untuk berhasil
2) Menanamkan gagaasan
3) Mendorong aspirasi
4) Membantu membentuk koping
b. Penatalaksanaan Medis
1) Clorpromazine ( CPZ )
Indikasi untuk sindrom psikosis yaitu berat dalam kemampuan menilai
realitas, kesadaran diri terganggu, waham, halusinasi, gangguan
perasaan dan perilaku aneh, tidak bekerja, hubungan sosial dan melakukan aktivitas ruti
n.
Efek saamping : sedasi, gangguan otonomik serta endokrin.
2) Haloperidol ( HPL )
Indikasi : berdaya berat dalam kemampuan menilai realitaas dalaam fungsi netral ser
ta fungsi kehidupan sehari-hari.
Efek samping : sedasi, gangguan otonomik dan endokrin.
3) Trihexyphenidyl ( THP )
Indikasi : segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pascaa enchepalitis dan idiopati
k.
Efeksamping : hypersensitive terhadap trihexyphenidyl, psikosis berat, psikoneurosi
s dan obstruksi saluran cerna.
c. Terapi okupasi / rehabilitasi
Terapi yang terarah bagi pasien, fisik maupun mental dengan menggunakan akti
vitas terpilih sebagai media. Aktivitas tersebut berupa kegiatan yang direncanakan sesua
i tujuan ( Seraquel, 2004 )
d. Psikoterapi
Psikoterapi yang dapat membantu penderita adalah psikoterapi suportif dan indi
vidual atau kelompok serta bimbingan yang praktis dengan maksud untuk mengembalik
an penderita ke masyarakat ( Seraquel, 2004 )
e. Terapi psikososial
Kaplan and Sadock ( 1997 ), rewncana pengobatan untuk skizofrenia harus dituj
ukan padaa kemampuan daan kekurangan pasien. Selain itu juga perlu dikembangkan te
rapi berorientasi keluarga, yang diarahkan untuk strategi penurunan stress dan mengatas
i masalah dan perlibatan kembali pasien kedalam aktivitas.

C. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri
Rendah
1. Pengkajian
Menurut Stuard and Sudeen ( 1998 ) pengkajian pada pasien harga diri rendah mel
iputi tingkah laku :
a. Menyalahkan diri atau orang lain
b. Produktivitas menurun.
c. Gangguan berhubungan
d. Rasa bersalah
e. Mudah marah
f. Pesimis terhadap kehidupan
g. Keluhan fisik
h. Menarik diri dari realita
i. Cemas dan takut
j. Menguruing diri
k. Penyalahgunaaan zat
Sedangkan menurut Towsend ( 1998 ) pada pasien dengan gangguan harga diri rendah a
kan ditemukan batasan karakteristik :
a. Kurang kontak mata
b. Ungkapan yang mengaktifkan diri
c. Ekspresi rasa malu
d. Mengevaluasi diri sebagai individu yang tidak mampu untuk menghadapi
berbagai peristiwa.
e. Menolak umpan balik yang positif dan melebih-lebihkan umpan balik
yang negatif tentang dirinya.
f. Ragu-ragu untuk mencoba hal-hal yang baru.
g. Hipersensitif terhadap kritik, mudah tersinggung dengan pembicaraan
orang lain.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Keliat ( 1999 ), diagnosa yang lazzim muncul pada pasien dengan
gangguan konsep diri : harga diri rendah adalah :
a. Gangguan harga diri rendaah
b. Keputus asaan
c. Isolasi sosial : menarik diri
d. Resiko perilaku social
3. Perencanaan Tindakan Keperawatan Menurut Keliat (1998)
a. Kerusakan interaksi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.

TUM:
Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
TUK 1 :
Pasien dapat membina hu-bungan sa-ling percaya.
Menunjuk-kan ekspresi wajah bersa-habat, me-nunjukkan rasa senang, ada kontak mata,
mau berjabat ta-ngan, mau menyebut-kan nama, mau menja-wab salam, pasien mau du
duk ber-dampingan dengan pe-rawat, mau mengutara-kan masalah yang dihada-pi.
Intervensi :
1.1. Bina hubungan saling percaya de-ngan mengung-kapkan prinsip ko-munikasi terap
eu-tik.
TUK 2 : Pasien dapat mengidentifi-kasi kemam-puan dan aspek positif yang dimiliki
Intervensi :
2.1. Diskusikan ke-mampuan dan as-pek positif yang dimiliki pasien.
2.2. Setiap bertemu pasien dihindarkan dari memberi pe-nilaian negatif.
2.3. Utamakan mem-beri pujian yang realistic
TUK 3 :
Pasien dapat menilai ke-mampuan yang diguna-kan.
Intervensi :
3.1. Diskusikan de-ngan pasien ke-mampuan yang masih dapat di-gunakan selama sakit.
3.2. Diskusikan ke-mampuan yang dapat dilanjutkan penggunaan.
TUK 4 :
Pasien dapat menetap-kan meren-canakan ke-giatan sesuai dengan ke-mampuan yang di
miliki, pasien dapat membuat rencana ke-giatan hari-an.
Intervensi :
4.1. Rencanakan ber-sama pasien akti-vitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai ke-
mampuan: kegiat-an mandiri, kegiat-an dengan bantu-an sebagian, ke-giatan yang mem-
butuhkan bantuan total.
4.2. Tingkatkan kegi-atan sesuai de-ngan toleransi kondisi pasien
4.3. Beri contoh cara pelaksanaan kegi-atan yang boleh pasien lakukan.
TUK 5 :
Pasien dapat melakukan kegiatan se-suai kondisi sakit dan kemampuan-nya.
Intervensi :
5.1. Beri kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang tela direnca-nakan.
5.2.Beri pujian atas keberhasilan pasi-en
TUK 6 :
Pasien dapat memanfaat-kan sistem pendukung yang ada, pasien dapat memanfaat-kan s
istem pendukung yang ada di keluarga
Intervensi :
6.1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat kli-en dengan harga
diri rendah.
6.2. Bantu keluarga memberikan du-kungan selama pasien di rawat.
6.3. Bantu keluarga menyiapkan ling-kungan di rumah
.b. Resiko perubahan persepsi sensori: Halusnasi berhubungan dengan menarik diri.
TUM :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain supays tidak terjadi halusinasi
TUK 1 :
Klien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria :
Klien mampu, menunjukan ekpresi menerima/ bersahabat, kontak mata baik, mengataka
n masalah yang dihadapi
1.1. Bina hubungan saling percaya dengan klien menggunakan prinsop komunikasi tera
peutik.
TUK 2 :
Klien dapat mengenal perasaan yang menyebabkan perilaku menarik diri.
Kriteria :
Klien mampu mengungkapkan perasaannya yang menyebabkan menarik diri.
Intervensi :
2.1. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda tandanya.
2.1. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik d
iri atau tidak mau bergaul.
2.1. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta pe-nyeba
b yang muncul.
2.1. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.
TUK 3 :
Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain.
Kriteria :
Klien dapat menyebutkan manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain.
Intervensi :
1.1.Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan sosial dengan
orang lain dan kerugian bila yidak berhubungan dengan orang lain.
3.2. Beri kesempatan kepada klien untuk mengung-kapkan perasaan tentang keuntu-nga
n berhubungan sosial dengan orang lain.
3.3. Diskusikan dengan klien tentang manfaat berhubungan so-sial dengan orang lain.
3.4. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan klien mengungkapkan kemampuan
berhubungan dengan orang lain
3.5. Kaji pengetahuan pasien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lai
n.
3.6. Beri kesempatan kepada klien untuk mengung-kapkan perasaan tentang kerugian bi
la tidak berhubungan dengan orang lain.
3.7. Diskusikan dengan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lai
n.
3.8. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan klien mengungkapkan kemampuan
berhubungan dengan orang lain.

DAFTAR PUSTAKA
Keliat, at all. 1998. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta. Egc
Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta. Egc
Towsend, Mary C. 1998. diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatri. Jakarta. Eg
c
Depkes RI. 2000. Keperawatan Jiwa. Jakarta
Harrol, Kaplan. 1987. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta. Widya Medika

LAPORAN PENDAHULUAN
MASALAH UTAMA
Harga Diri Rendah

A. MASALAH UTAMA
Harga diri rendah
B. PENGERTIAN
Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak dapat
bertanggungjawab pada kehidupannya sendiri.
C. PROSES TERJADINYA MASALAH
Konsep diri di definisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang me
mbuat seseorang mengetahui tentang diriya dan mempengaruhi hubungannya dengan or
ang lain (Stuart & Sunden, 1995). Konsep diri tidak terbentuk sejak lahir namun dipelaj
ari.
RENTANG RESPON KONSEP DIRI
Salah satu komponen konsep diri yaitu harga diri dimana harga diri adalah penilaian ind
ividu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan
ideal diri (Keliat, 1999).
Sedangkan harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan
tidak bertanggungjawab atas kehidupannya sendiri. Jika individu sering gagal maka cen
derung harga diri rendah. Harga diri rendah jika kehilangan kasih sayang dan pengharga
an orang lain. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain, aspek utama adalah d
iterima dan menerima penghargaan dari orang lain.
Gangguan harga diri rendah di gambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri s
endiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keingina
n, mengkritik diri sendiri, penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan pada oran
g lain, perasaan tidak mampu, mudah tersinggung dan menarik diri secara sosial.
Faktor yang mempegaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua y
ang tidak relistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggungjawab pers
onal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yag tidak realistis. Sedangkan stresor
pencetus mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal seperti :

Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang
mengancam.
Ketegangan peran beruhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana in
dividu mengalami frustrasi. Ada tiga jeis transisi peran :
Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang berkaitan dengan pe
rtumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu ata
u keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai tekanan untuk peyesuaian diri.
Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarg
a melalui kelahiran atau kematian.
Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan
sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran,
bentuk, penampilan dan fungsi tubuh, perubahan fisik, prosedur medis dan keperawata
n.

Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara:

Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba tiba, misal harus operasi, kecelakaan, dice
rai suami, putus sekolah, putus hubugan kerja dll. Pada pasien yang dirawat dapat terjad
i harga diri rendah karena privacy yang kurang
kurang diperhatikan : pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak
sopan (pemasangan kateter, pemeriksaan pemeriksaan perianal dll.), harapan akan strukt
ur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena di rawat/sakit/penyakit, perlakua
n petugas yang tidak menghargai.
Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama

D. POHON MASALAH
Resiko isolasi sosial: menarik diri
(Resiko)
Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah
(Core problem)
Berduka disfungsional
(Penyebab)
E. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI

Masalah keperawatan:
Resiko isolasi sosial: menarik diri.
Gangguan konsep diri: harga diri rendah.
Berduka disfungsional.
Data yang perlu dikaji:
Data subyektif:
Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, meng
kritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data obyektif:
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, i
ngin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Kasus (Masalah Utama)
Gangguan konsep diri : harga diri rendah

B. Proses Terjadinya Masalah
1. Pengertian
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri se
ndiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan.
(Budi Ana Keliat, 1999). Menurut Schult & videbeck (1998) gangguan harga diri renda
h adalah penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan
secara langsung maupun tidak langsung.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa gangguan harga diri rendah adalah pen
ilaian yang negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan serta merasa tidak percaya pad
a diri sendiri.
Tanda dan Gejala:
Menurut Carpenito, L.J (1998 : 352); Keliat, B.A (1994 : 20)
Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap penyak
it. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat terapi sinar pad
a kanker
1. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika saya sege
ra ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan mengkritik diri sendiri.
2. Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya orang
bodoh dan tidak tahu apa-apa
3. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin bertemu dengan
orang lain, lebih suka sendiri.
4. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang memilih
alternatif tindakan.
5. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mung
kin klien ingin mengakhiri kehidupan.
2. Penyebab
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan dapat terjadi secara :
a. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, p
utus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan, di
tuduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :
Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang sembarangan, p
emasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan
perneal).
Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/ s
akit/ penyakit.
Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai pemeriksaan
dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan.
b. Kronik
Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit/ dirawa
t. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan mena
mbah persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang malad
aptive. Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau pada kli
en gangguan jiwa.

Tanda dan Gejalanya :
Data subjektif : mengungkapkan ketidakmampuan dan meminta bantuan orang lain
dan mengungkapkan malu dan tidak bisa bila diajak melakukan sesuatu.
Data objektif : tampak ketergantungan pada orang lain, tampak sedih dan tidak mel
akukan aktivitas yang seharusnya dapat dilakukan, wajah tampak murung.
3. Akibat
Harga diri rendah dapat beresiko terjadinya isolasi sosial : menarik diri, isolasi sosial m
enarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang ma
ladaptive, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (DEPKES RI, 1998 : 3
36).
Tanda dan Gejala:
Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
Menghindar dari orang lain (menyendiri).
Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain/p
erawat.
Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk.
Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas.
Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan atau pergi ji
ka diajak bercakap-cakap.
Tidak melakukan kegiatan sehari-hari.
Posisi janin saat tidur.
(Budi Anna Keliat, 1998)

LAPORAN PENDAHULUAN HARGA DIRI RENDAH

I. Kasus ( Masalah Utama )
Gangguan konsep diri; harga diri rendah
II. Proses Terjadinya Masalah
A. Core Problem
1. Definisi
Harga diri adalah penilaian tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh p
erilaku sesuai dengan ideal diri. ( Keliat B.A , 1992 )
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri ya
ng negatif, dapat secara langsung atau tidak langsung di ekspresikan.
2. Tanda dan gejala
a. Perasaan negatif terhadap diri sendiri
b. Hilang kepercayaan diri
c. Merasa gagal mencapai keingginan
d. Menyatakan diri tidak berharga, tidak berguna dan tidak mampu
e. Mengeluh tidak mampu melakukan peran dan fungsi sebagai mana mestinya
f. Menarik diri dari kehidupan sosial
g. Banyak diam dan sulit berkomunikasi

B. Penyebab
Koping individu tidak efektif
Harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif, koping merupakan
respon pertahanan individu terhadap suatu masalah. Jika koping itu tidak efektif maka i
ndividu tidak bisa mencapai harga dirinya dalam mencapai suatu perilaku.
C. Akibat
Menarik diri
Mekanisme terjadinya masalah :
Harga diri merupakan penilaian seseorang terhadap dirinya, individu dengan harga diri r
endah akan merasa tidak mampu , tidak berdaya, pesimis dapat menghadapi kehidupan,
dan tidak percaya pada diri sendiri. Untuk menutup rasa tidak mampu individu akan ban
yak diam, menyendiri, tidak berkomunikasi dan menarik diri dari kehidupan sosial.

III. A. Pohon Masalah
Gangguan isolasi sosial : menarik diri
Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Koping individu tidak efektif

B. Masalah Keperawatan dan Data Yang Perlu di Kaji
1. Isolasi sosial : menarik diri
Data yang perlu dikaji
a. Lebih banyak diam
b. Lebih suka menyendiri/ hubungan interpersonal kurang
c. Personal hygiene kurang
d. Merasa tidak nyaman diantara orang
e. Tidak cukupnya ketrampilan sosial
f. Berkurangnya frekwensi, jumlah dan spontanitas dalam berkomunikasi
2. Gangguan konsep diri harga diri rendah
Data yang perlu dikaji
a. Perasaan rendah diri
b. Pikiran mengarah
c. Mengkritik diri sendiri
d. Kurang terlibat dalam hubungan sosial
e. Meremehkan kekuatan/ kemampuan diri
f. Menyalahkan diri sendiri
g. Perasaan putus asa dan tidak berdaya.
3. Koping individu tidak efektif
a. Masalah yang di hadapi pasien (sumber koping)
b. Strategi dalam menghadapi masalah
c. Status emosi pasien

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN I

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien lebih suka menyendiri, banyak diam sulit berkomunikasi dengan teman-temannya
, pandangan mata kosong.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
3. Tujuan Khusus
Tuk :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2. klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
4. Tindakan Keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Beri peerhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
b. Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negatif
c. Utamakan memberikan pujian yang realistis
B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Fase Orientasi
a. Salam tarapeutik
"Selamat pagi mbak, perkenalkan nama saya Sri Sundari, saya biasa dipanggil Ndari, na
ma mbak siapa ? dan panggilan apa yang mbak sukai ? Baiklah mbak, di sini saya akan
menemani mbak, saya akan duduk di samping mbak, jika mbak akan mengatakan sesuat
u saya siap mendengarkan."
b. Evaluasi/ validasi
"Bagaimana perasaan mbak hari ini, saya ingin sekali ingin membantu menyelesaikan m
asalah mbak dan saya harap mbak mau bekerja sama dengan saya, kalau boleh saya tahu
apa yang terjaadi di rumah sehingga mbak sampai dibawa kemari ?"
c. Kontrak
"Mbak bagaimana kalau hari ini kita bincang-bincang tentang kemampuan yang mbak
miliki, di mana kita ngobrol mbak ? berapa lama ? baiklah bagaimana kalau kta nanti ng
obrol di taman selama + 15 menit.
3. Fase Kerja
"Nah, coba mbak cari kemampuan yang bisa mbak lakukan selama sebelum sakit. Baik,
apalagi mbak ?"
"Bagus sekali ternyata mbak memiliki kemampuan yang banyak sekali."
4. Fase Terminasi
a. Evaluasi
"Apa yang mbak rasakan setelah kita bincang-bincang selama 15 menit tadi ?"
"Bisa mbak ulangi lagi apa yang telah kita bicarakan tadi ?"
b. Rencana tindak lanjut
"Setelah ini kita akan berbicara mengenai kemampuan yang masih bisa mbak gunakan s
elama sakit."
c. Kontrak
"Baiklah mbak, waktu kita sudah habis bagaimana kalau kita cukupkan sampai di sini, k
ira-kira jam berapa kita bertemu lagi ? tempatnya di mana ?"
"Baiklah mbak bagaimana kalau kita"Baiklah mbak bagaimana kalau kita bertemu lagi j
am 11 selama + 20 menit."

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN II

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien lebih suka menyendiri, banyak diam, kurang berkomunikasi dengan teman-teman
nya.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan interaksi sosial menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
3. Tujuan Khusus
Tuk 3 : klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
Tuk 4 : klien dapat ( menetapkan ) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan y
ang dimiliki.
Tuk 5 : klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.
4. Tindakan Keperawatan
1. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan
a. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit.
b. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya
2. Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang di
miliki.
a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampu
an.
- Kegiatan mandiri
- Kegiatan dengan bantuan sebagian
- Kegiatan yang membutuhkan bantuan total
b. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
c. Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan .
3. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya
a. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
b. Beri pujian atas keberhasilan klien
c. Diskusikan tentang kemungkinan melaksanakan di rumah
B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
"Selamat pagi mbak, mbak masih ingat dengan saya. Coba sebutkan nama saya, bagus t
ernyata mbak masih ingat."
b. Evaluasi/ validasi
"Mbak kelihatan cantik dan segar hari ini, bagaimana perasaan mbak hari ini ?"
c. Kontrak
"Kemarin kita sudah berbicaara mengenai kemampuan yang mbak miliki selama sebelu
m sakit, nah sekarang sesuai dengan janji kita, bagaimana kalau kita mulai pembicaraan
kita mengenai kemampuan yang bisa mbak lakukan selama sakit atau di rumah sakit ini,
di mana kita bicara nanti mbak ? Bagaimana kalau kita bicara di ruang tamu + 30 menit
.
2. Fase Kerja
"Sekarang coba mbak ssebutkan kegiatan yang bisa mbak lakukan selama sakit."
"Baik, apalagi mbak ?"
"Mbak punya hobi apa ? memasak atau mungkin membuat ketrampilan ?"
"Nah ya itu tadi bisa mbak lakukan di rumah sakit ini, di sini tersedia fasilitas untuk
mbak bisa menggali kemampuan mbak ."
"Masih banyak kegiatan yang bisa mbak lakukan di sini sesuai dengan bakat dan kema
mpuan mbak."
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
"Apa yang mbak rasakan setelah kita bincang-bincang selama 30 menit tadi ?"
"Bisa mbak ulangi lagi apa yang elah kita bicarakan tadi ?"
b. Rencana tindak lanjut
"Mulai saat ini coba mbak lakukan sedikit demi sedikit apa yang telah kita bicarakan tad
i."
c. Kontrak
"Baiklah mbak, waktu kita sudah habis, bagaimana kalau kita cukupkan sampai di sini,
kira-kira jam berapa kita bertemu lagi ? tempatnya di mana ?

Harga diri rendah adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganal
isa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuart dan Sundeen, 1998 :227). Menur
ut Townsend (1998:189) harga diri rendah merupakan evaluasi diri dari perasaan tentan
g diri atau kemampuan diri yang negatif baik langsung maupun tidak langsung. Pendapa
t senada dikemukan oleh Carpenito, L.J (1998:352) bahwa harga diri rendah merupakan
keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kema
mpuan diri. Dari pendapat-pendapat di atas dapat dibuat kesimpulan, harga diri rendah a
dalah suatu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya kepercayaan diri, dan gagal
mencapai tujuan yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung, penuruna
n harga diri ini dapat bersifat situasional maupun kronis atau menahun.

2. Tanda dan gejala
Menurut Carpenito, L.J (1998: 352); Keliat, B.A (1994:20); perilaku yang berhubungan
dengan harga diri rendah antara lain:

Data subjektif:
a. Mengkritik diri sendiri atau orang lain
b. Perasaan dirinya sangat penting yang berlebih-lebihan
c. Perasaan tidak mampu
d. Rasa bersalah
e. Sikap negatif pada diri sendiri
f. Sikap pesimis pada kehidupan
g. Keluhan sakit fisik
h. Pandangan hidup yang terpolarisasi
i. Menolak kemampuan diri sendiri
j. Pengurangan diri/mengejek diri sendiri
k. Perasaan cemas dan takut
l. Merasionalisasi penolakan/menjauh dari umpan balik positif
m. Mengungkapkan kegagalan pribadi
n. Ketidak mampuan menentukan tujuan

Data objektif:
a. Produktivitas menurun
b. Perilaku destruktif pada diri sendiri
c. Perilaku destruktif pada orang lain
d. Penyalahgunaan zat
e. Menarik diri dari hubungan sosial
f. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah
g. Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)
h. Tampak mudah tersinggung/mudah marah

3. Penyebab
Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu yang tidak efektif a
kibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya system pendukung, kemunduran pe
rkembangan ego, pengulangan umpan balik yang negatif, disfungsi system keluarga sert
a terfiksasi pada tahap perkembangan awal (Townsend, M.C, 1998: 366). Menurut Carp
enito, L.J (1998: 82) koping individu tidak efektif adalah keadaan dimana seorang indiv
idu mengalami atau berisiko mengalami suatu ketidakmampuan dalam menangani stress
or internal atau lingkungan dengan adekuat karena ketidakadekuatan sumber-sumber (fi
sik, psikologis, perilaku atau kognitif). Sedangkan menurut Townsend, M.C (1998: 312)
koping individu tidak efektif merupakan kelainan perilaku adaptif dan kemampuan me
mecahkan masalah seseorang dalam memenuhi tuntunan kehidupan dan peran.

Dari pendapat-pendapat di atas dapat dibuat kesimpulan, individu yang mempunyai kop
ing individu tidak efektif akan menunjukkan ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri
atau tidak dapat memecahkan masalah terhadap tututan hidup serta peran yang dihadapi
. Adanya koping individu tidak efektif sering ditunjukkan dengan perilaku (Carpenito, L
.J, 1998:83; Townsend, M.C, 1998:313) sebagai berikut:

Data subjektif :
a. Mengungkapkan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah atau meminta bantuan
b. Mengungkapkan perasaan khawatir dan cemas yang berkepanjangan
c. Mengungkapkan ketidakmampuan menjalankan peran

Data Objektif :
a. Perubahan partisipasi dalam masyarakat
b. Peningkatan ketergantungan
c. Memanipulasi orang lain disekitarnya untuk tujuan-tujuan memenuhi keinginan sendi
ri
d. Menolak mengikuti aturan-aturan yang berlaku
e. Perilaku destruktif yang diarahkan pada diri sendiri dan orang lain:
f. Memanipulasi verbal/perubahan dalam pola komunikasi
g. Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar
h. Penyalahgunaan obat terlarang

4. Akibat

Harga diri rendah dapat berisiko terjadinya isolasi sosial : menarik diri, isolasi sosial me
narik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang mal
adaptif, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (DepKes RI, 1998:336). I
solasi Sosial menarik diri sering ditunjukkan dengan perilaku antara lain:
Data subjektif
a. Mengungkapkan enggan untuk memulai hubungan/pembicaraan
b. Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan orang lain
c. Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang lain

Data Objektif
a. Kurang spontan ketika diajak bicara
b. Apatis
c. Ekspresi wajah kosong
d. Menurun/tidak adanya komunikasi verbal
e. Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat berbicara

C. Data yang perlu dikaji pada diagnosa Isolasi sosial :menarik diri
Mengungkapkan enggan berbicara dengan orang lain
Klein mengatakan malu bertemu dan berhadapan dengan orang lain
Merusak diri sendiri
Merusak orang lain
Ekspresi malu
Menarik diri dari hubungan sosial
Tampak mudah tersinggung
Tidak mau makan dan tidak tidur
Tampak ketergantungan pada orang lain
Tampak sedih dan tida melakukan aktivitas yang seharusnya dapat dilakukan
Wajah tampak murung
Ekspresi wajah kosong,
Tidak ada kontak mata ketika diajak bicara
Suara pelan dan tidak jelas
Hanya memberijawaban singkat (ya/tidak)
Menghindar ketika didekati
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan harga diri rendah

F. FOKUS INTERVENSI

Pasien
SP 1
1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien
2. Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih digunakan
3. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan pasi
en
4. Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih
5. Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien
6. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP 2
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Melatih kemampuan kedua
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

Keluarga
SP 1
1. mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2. menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah yang dialami pasien besert
a proses terjadinya
3. menjelaskan cara - cara merawat pasien harga diri rendah

SP 2
1. melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan harga diri rendah
2. melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien harga diri rendah
SP 3
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat (discha
rge planning)
2. menjelaskan follow up pasien setelah pulang

G. DAFTAR PUSTAKA
1. Carpenito, L.J, (1998). Buku Saku Diagnosa keperawatan (terjemahan), Edisi 8, Pene
rbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

2. DepKes RI, (1989). Petunjuk Teknik Asuhan Keperawatan Pasien Gangguan Skizofr
enia, Direktorat Kesehatan Jiwa, Jakarta.

3. Keliat, B.A, (1994). Seri Keperawatan Gangguan Konsep Diri, Cetakan II, Penerbit B
uku Kedokteran EGC, Jakarta

4. Stuart, G.W & Sundeen, S.J, (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan). Edi
si 3, EGC, Jakarta

5. Townsend, M.C, (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikit
ari (terjemahan), Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

You might also like