Professional Documents
Culture Documents
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
LAPORAN LENGKAP
PRAKTIKUM ISOLASI SENYAWA BIOAKTIF
ISOLASI FLAVONOID DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi)
OLEH
KELOMPOK V (LIMA)
GOLONGAN JUMAT SORE
1. MARDIA N11107016
2. SASKIAH N11107020
3. VYNZZIE GUNANANDA N11107035
4. MULIYATI NUR N11107057
5. ALFONS YAHYA I N11107062
6. AGUSTINA N11107077
7. WAN NOR FADZLINA N11107083
ASISTEN
ICHSAN SAID, S.Si.
MAKASSAR
2009
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
LATAR BELAKANG
1.1 Pendahuluan
khatulistiwa dengan iklim tropis sehingga tanahnya subur dan cocok untuk
jamu, telah meluas sejak zaman nenek moyang hingga kini dan terus
3
dari nenek moyang kita yang teruji khasiatnya dan kenyataan bahwa
dan penghasil senyawa organik yang jenisnya dan jumlahnya tak terhingga.
belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi). Percobaan ini dilakukan atas dasar telah
simplisia ini.
4
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
dan mengidentifikasi komponen kimia dari suatu tanaman atau bahan alam.
(Averrhoa bilimbi).
1.3.1 Maserasi
rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut
aktif di dalam sel dan pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat akan
berdifusi keluar sel dan proses ini berulang terus sampai terjadi
keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam sel dan diluar sel.
5
kepolarannya menggunakan magnetik stirrer atau sentrifus, dan yang tidak
adsorben (fase diam). Dan partisi yaitu komponen kimia bergerak naik
dimana fase diam yang digunakan adalah bubur silika kasar yang
mencegah silikanya turun, dan digunakan kertas saring agar proses partisi
dapat berjalan baik dan lebih selektif karena lewat pori-pori penggunaan
digunakan dari yang paling nonpolar lalu paling polar agar proses pemisahan
6
1.3.6 Multi Eluen dan KLT Dua Dimensi
Sedangkan prinsip dari KLT dua dimensi adalah adsorpsi dan partisi
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Plantae
Divisio : Mlyophyta
Subdivisio : Angiospermae
Class : Magnoliopsida
Ordo : Oxalidales
Family : Oxalidaceae
Genus : Averrhoa
buloh (Bali), limbi (Bima), balimbeng (Flores),; Libi (Sawu), belerang (Sangi).
(1)
8
II.1.3 Morfologi Tumbuhan
besar dan mempunyai garis tengah hanya sekitar 30 cm. Ditanam sebagai
pohon buah, kadang tumbuh liar dan ditemukan dari dataran rendah sampai
atas. Cabang muda berambut halus seperti beludru, warnanya coklat muda.
Daun berupa daun majemuk menyirip ganjil dengan 21-45 pasang anak
daun. Anak daun bertangkai pendek, bentuknya bulat telur sampai jorong,
ujung runcing, pangkal membundar, tepi rata, panjang 2-10 cm, lebar 1-3 cm,
berkelompok, keluar dari batang atau percabangan yang besar, bunga kecil-
hijau kekuningan, bila masak berair banyak, rasanya asam. Biji bentuknya
bulat telur, gepeng. Rasa buahnya asam, digunakan sebagai sirop penyegar,
atau sebagai bahan obat tradisional. Perbanyakan dengan biji dan cangkok.
(2)
9
II.1.4 Kandungan Kimia
saponin. (3)
polifenol. (3)
II.1.5 Kegunaan
bilimbi) dapat berguna sebagai obat untuk menyembuhkan batuk rejan, gusi
berdarah, sariawan, sakit gigi berlubang, jerawat, panu, tekanan darah tinggi,
10
II.1.6 Data Ekologi
Keadaan tanah : tumbuh di tanah yang subur dan kaya unsur hara. (1)
Tempat tumbuh : Iklim yang cocok adalah iklim tropis, dengan curah
II.2 Ekstraksi
zat aktif dari simplisisa nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut
yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan
11
II.2.2 Ekstraksi
(4)
zat aktif dari sel tanaman adalah metanol, etanol, kloroform, hexan, aseton,
organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik tersebut
sehingga terjadi perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel
dan pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar
sel dan proses ini berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara
konsentrasi cairan zat aktif di dalam sel dan diluar sel. (4)
terlarut dari padatan inert ke dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses
padat dapat dilakukan jika bahan yang diinginkan dapat larut dalam solven
sedikit larut dalam pelarut. Namun sering juga digunakan pada padatan yang
12
larut karena efektivitasnya. [Lucas, Howard J, David Pressman. Principles
- Waktu ekstraksi
- Kuantitas pelarut
- Suhu pelarut
- Tipe pelarut
Sementara imersi terjadi saat bahan benar-benar terendam oleh pelarut yang
sirkulasinya cepat.
- Untuk perkolasi yang baik, partikel bahan harus sama besar untuk
13
- Dalam kedua prosedur, pelarut disirkulasikan secara counter-current
(4)
Lapisan organik dan air akan dapat dipisahkan dengan corong pisah, dan
berbagai sifat kimia yang berbeda. Contoh yang baik adalah campuran fenol
dalam dietil eter. Pertama anilin diekstraksi dengan asam encer. Kemudian
14
ditambahi basa untuk mendapatkan kembali anilinnya, dan alkali yang
fenolnya. (4)
Bila senyawa organik tidak larut sama sekali dalam air, pemisahannya
dan basa organik dalam derajat tertentu larut juga dalam air. Hal ini
pelarut tadi. Dengan cara ini senyawa akan terekstraksi dengan lebih baik.
(4)
Perhatikan senyawa organik yang larut baik dalam air dan dalam dietil
eter ditambahkan pada campuran dua pelarut yang tak saling campur ini.
Ceter dan Cair adalah konsentrasi zat terlarut dalam dietil eter dan di
15
II.2.3 Pengertian Ekstraksi
(4)
ekstraksi ini didasarkan atas perpindahan massa komponen zat padat yang
lapisan permukaan, dinding sel zat padat yang terlarut, berdifusi karena
faktor perbedaan konsentrasi dalam sel dan pelarut organik di luar sel,
tinggi dan hal ini memudahkan zat berkhasiat dapat diatur dosisnya. Dalam
16
II.2.5 Jenis-Jenis Ekstraksi
A. Maserasi
komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung
Keterangan:
B = Tutup
17
ke dalam bejana maserasi yang dilengkapi pengaduk mekanik, kemudian
ampasnya diperas dan ditambah cairan penyari lagi secukupnya dan diaduk
kemudian disaring lagi hingga diperoleh sari 100 bagian. Sari yang diperoleh
ditutup dan disimpan pada tempat yang terlindung dari cahaya selama 2 hari,
sempurna. (6)
pemanasan lemah, yaitu pada suhu 40 – 50oC. Cara maserasi ini hanya
lain : (6)
dengan pengadukan.
18
c. Koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu
19
pemindahan massa akan berhenti bila keseimbangan telah terjadi.
B. Perkolasi
cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Kekuatan yang
berperan pada perkolasi antara lain : gaya berat, kekentalan, daya larut,
tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya gesekan
(friksi). (6)
digunakan untuk menyari disebut cairan penyari atau menstrum, larutan zat
aktif yang keluar dari perkolator disebut sari /perkolat, sedang sisa setelah
Keterangan:
A = Perkolator
B= Botol Cairan-
penyari
C = Keran
D = Tutup karet
E = Gabus
F = Sarangan
G = Botol
20
Kecuali dinyatakan lain, perkolasi dilakukan sebagai berikut : 10 bagian
simplisia atau campuran simplisia dengan derajat halus yang cocok dibasahi
menetes dan di atas simplisia masih terdapat selapis cairan penyari. Lalu
Cara perkolator lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi karena: (6)
maka cara perkolasi diganti dengan cara reperkolasi. Dalam proses perkolasi
biasa, perkolat yang dihasilkan tidak dalam kadar yang maksimal. (6)
A. Refluks
21
Metode refluks merupakan metode berkesinambungan dimana cairan
penyari secara kontinu akan menyari zat aktif di dalam simplisia. Cairan
molekul cairan dan jatuh kembali ke dalam labu alas bulat sambil menyari
d Keterangan :
b c. Kondensor bola
Alat Refluks
22
Simplisia yang biasa diekstraksi dengan cara ini adalah simplisia yang
mempunyai tekstur yang keras seperti akar, batang, buah/biji dan herba. (7)
lebih 2 cm diatas permukaan simplisia, atau 2/3 dari volume labu kemudian
labu alas bulat dipasang kuat pada statif pada heating mantel lalu kondensor
dipasang pada labu alas bulat yang dikuatkan dengan klem pada statif. (8)
Aliran air dan pemanasan dijalankan sesuai dengan suhu pelarut yang
B. Soxhletasi
terkondensasi menjadi molekul cairan oleh pendingin balik dan turun menyari
simplisia di dalam klonsong dan selanjutnya masuk kebali ke dalam labu alas
bulat setelah melewati pipa siphon, proses ini berlangsung hingga proses
penyarian zat aktif sempurna yang ditandai dengan beningnya cairan penyari
23
yang melalui pipa siphon tersebut atau jika diidentifikasi dengan KLT tidak
Keterangan
a = Pendingin
b = mantel
c = Pipa samping
d = sifon
menerus, sehingga zat aktif yang tidak tahan pemanasan kurang cocok.
Metode soxhlet bila dilihat secara keseluruhan termasuk cara panas namun
24
proses ekstraksinya secara dingin, sehingga metode soxhlet digolongkan
kertas saring sedemikian rupa (tinggi sampel dalam klonsong tidak boleh
lebih dari pipa sifon). Selanjutnya labu alas bulat diisi dengan cairan penyari
yang sesuai kemudian ditempatkan di atas water bath atau heating mantel
dan diklem dengan kuat kemudian klonsong yang telah diisi sampel dipasang
pada labu alas bulat yang dikuatkan dengan klem dan cairan penyari
Setelah itu kondensor dipasang tegak lurus dan diklem pada statif
dengan kuat. Aliran air dan pemanas dilanjutkan hingga terjadi proses
C. Metode Infus
sampel tanaman dalam pelarut dengan suhu 90ºC selama 15 menit. Hal ini
infus. Jika tidak dinyatakan lain prosedur kerja infus dengan merendam
25
sampel dalam pelarut yang bersuhu 90ºC selama 15 menit setelah itu
B = Tangas air
D. Metode Destilasi
menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan.
Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu.
Jadi ada perbedaan komposisi antara fase cair dan fase uap, dan hal ini
dilakukan. (6)
Kalau komposisi fase uap sama dengan komposisi fase cair, maka
Metode ini merupakan termasuk unit operasi kimia jenis perpindahan massa.
Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan,
26
1: Heat source
2: Still pot
3: Still head
4: Thermometer
5: Condenser
6: Cooling water in
Alat Destilasi
8: Distillate/receiving flask
9: Vacuum/gas inlet
27
15: Stirrer bar/anti-bumping granules
maupun zat cair) dari suatu campuran yang mempunyai titik didih
berbeda.
Dengan adanya uap air yang masuk, maka tekanan kesetimbangan uap
adlam suatu system, sehingga produk akan terdestilasi dan terbawa oleh uap
28
Uap jenuh akan membasahi permukaan bahan, melunakkan jaringan
dan menembus ke dalam melalui dinding sel, dan zat aktif akan pindah ke
rongga uap air yang aktif dan selanjutnya akan pindah ke rongga uap yang
bergerak melalui antar fase. Proses ini disebut hidrofusi. Di bawah ini contoh
1. Labu destilasi, berfungsi sebagai wadah atau tempat suatu campuran zat
Terdiri dari :
2. Steel Head, berfungsi sebagai penyalur uap atau gas yang akan masuk
29
3. Thermometer, biasanya digunkan untuk mengukur suhu uap zat cair yang
a. Berskala suhu tinggi yang diatas titik didih zat cair yang akan
didestilasi.
b. Ditempatkan pada labu destilasi atau steel head dengan ujung atas
4. Kondensor, memiliki 2 celah, yaitu celah masuk dan celah keluar, untuk
aliran uap hasil reaksi dan untuk aliran air keran. Pendingin yang
adalah agar bagian dari dalam pipa lebih lama mengalami kontak dengan
air sehingga pendinginan lebih sempurna dan hasil yang dihasilkan lebih
sempurna.
5. Labu didih, biasanya selalu berasa atau keset, yang berfungsi untuk
6. Pipa dalam = pipa destilasi, berfungsi sebagai tempat mengalirnya uap air
tersedia.
30
terutama dari tumbuh-tumbuhan, mineral, dan mikroorganisme. Cara
zat cair lalu uap tersebut didinginkan kembali supaya jadi cair dengan
bantuan kondensor.
pada permukaan kaca tipis. Lembaran kaca yang telah dioles lemak
bunga, setelah dua atau tiga hari, bunga-bunga yang layu dibuang diganti
31
Kegunaan minyak menguap antara lain sebagai korigensia odoris,
- Hidrokarbon : Terpen-terpen/Siskuiterpen
- Aldehid
- Keton
- Fenol
- Oksida-oksida : Peroksida
tipis serbuk halus yang dilapiskan pada lempeng kaca, plastik ataulogam
beberapa menit dengan alat yang harganya tidak terlalu mahal. (9)
membutuhkan penyerap dan cuplikan dalam jumlah yang sedikit dan noda-
32
noda yang terpisahkan dilokalisir pada plat seperti pada lembaran kertas.
kalsium sulfat untuk mempertinggi daya lekatnya. Zat ini digunakan untuk
adsorben universal untuk kromatografi senyawa netral, asam dan basa. (10)
kromatografi lapis tipis tergantung pada jenis pelarut, zat penyerap dengan
33
cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa
yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda. Kita akan membahasnya
silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam
atau plastik yang keras. Jel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase
yang mana dapat berpendarflour dalam sinar ultra violet, alasannya akan
posisi awal dari tetesan. Jika ini dilakukan menggunakan tinta, pewarna dari
34
Ketika bercak dari campuran itu mengering, lempengan ditempatkan
dalam sebuah gelas kimia bertutup berisi pelarut dalam jumlah yang tidak
terlalu banyak. Perlu diperhatikan bahwa batas pelarut berada di bawah garis
dimana posisi bercak berada. Alasan untuk menutup gelas kimia adalah
untuk meyakinkan bawah kondisi dalam gelas kimia terjenuhkan oleh uap
dari pelarut. Untuk mendapatkan kondisi ini, dalam gelas kimia biasanya
jenuh dalam gelas kimia dengan uap mencegah penguapan pelarut. Karena
Pelarut dapat mencapai sampai pada bagian atas dari lempengan. Ini
berwarna untuk kombinasi tertentu dari pelarut dan fase diam. (12)
35
sebelumnya. Namun, sering kali pengukuran diperoleh dari lempengan untuk
berdasarkan pada jarak yang ditempuh oleh pelarut dan jarak yang tempuh
dipindahkan dari gelas kimia dan posisi pelarut ditandai dengan sebuah
dari garis awal, sementara pelarut berjarak 5.0 cm, sehingga nilai Rf untuk
Jika mengulang percobaan ini pada kondisi yang tepat sama, nilai R f
yang akan diperoleh untuk setiap warna akan selalu sama. Sebagai contoh,
nilai Rf untuk warna merah selalu adalah 0.34. Namun, jika terdapat
36
perubahan (suhu, komposisi pelarut dan sebagainya), nilai tersebut akan
berubah. Anda harus tetap mengingat teknik ini jika anda ingin
selanjutnya. (13)
- Pelarut
- Kelembaban udara
- Konsentrasi
- Senyawa asing
37
partisi. Kemasan adsorben yang sering digunakan adalah silika gel G-60,
kieselgur, Al2O3, dan Diaion. Cara pembuatannya ada dua macam : (14)
a. Cara kering yaitu silika gel dimasukkan ke dalam kolom yang telah diberi
kolom melalui dinding kolom secara kontinyu sedikit demi sedikit hingga
masuk semua, sambil kran kolom dibuka. Eluen dialirkan hingga silika gel
mapat, setelah silika gel mapat eluen dibiarkan mengalir sampai batas
dinding kolom sedikit demi sedikit hingga masuk semua, dan kran dibuka
Dalam kromatografi lapis tipis, fase diam adalah lapisan tipis jel silika
atau alumina pada sebuah lempengan gelas, logam atau plastik. Kolom
38
Penggunaan kolom
yang berwarna, yaitu kuning dan biru. Warna campuran yang tampak adalah
bagian atas, dan kemudian tambahkan larutan secara hati-hati dari bagian
atas kolom. Lalu buka kran kembali sehingga campuran berwarna akan
39
Selanjutnya tambahkan pelarut baru melalui bagian atas kolom, cegah
Lalu buka kran, supaya pelarut dapat mengalir melalui kolom, kumpulkan
dalam satu gelas kimia atau labu dibawah kolom. Karena pelarut mengalir
kontinyu, tetap tambahkan pelarut baru dari bagian atas kolom sehingga
40
Penjelasan tentang apa yang terjadi
senyawa biru tidak bergerak secara sangat cepat melalui kolom. Itu berarti
bahwa senyawa biru harus dijerap secara kuat pada jel silika atau alumina
menghabiskan waktu dalam pelarut, sehingga keluar dari kolom lebih cepat.
(14)
41
Setelah seluruh senyawa kuning selesai terkumpulkan, Pelarut yang
telah digunakan diganti dengan pelarut yang lebih polar. Ini akan mempunyai
(14)
• Pelarut polar akan bersaing untuk mendapatkan ruang pada jel silika atau
• Akan ada atraksi yang lebih besar antara molekul-molekul pelarut polar dan
biru akan menghabiskan waktu dalam larutan dan karenanya akan bergerak
organik, mungkin produk yang diharapkan akan menjadi produk yang tidak
Ini bukan merupakan pekerjaan yang cepat dan mudah. Apa yang akan
dikumpulkan dan apa yang keluar dari bawah kolom dalam seluruh
rangkaian pipa yang berlabel. Bagaimana besar setiap sampel akan jelas
42
tergantung pada bagaimana besar kolom yaitu mungkin akan terkumpul
1cm3 atau 5cm3 sampel atau apapun itu besarnya yang sesuai. (14)
dan membuatnya ke dalam kromatografi lapis tipis. Tetesan pada garis dasar
II.3.3 Fraksinasi
bercak noda pada lempeng dengan pengamatan pada UV 254 nm dan 366.
43
mm meskipun beberapa pengerjaan melibatkan penggunaan lempeng yang
terhadap abrasi. KLTP dibahas dalam beberapa literatur dimana metode ini
masih menjadi metode yang populer. Ada perbedaan utama antara KLTP
selebar lempeng.
UV atau flouresensi.
volume yang ditotolkan (volume hingga 500 ml larutan dapat dicapai dengan
sekitar 2 cm dari ujung pita dengan tepi lempeng. Ini dapat menghindarkan
miligram samapi satu berat yang sangat rendah dapat diaplikasikan tetapi
44
sayangnya waktu pengembangan yang panjang tidak dapat dihindarkan dari
waktu 30-60 menit pada KLT akan memakan waktu beberapa jam pada
KLTP dengan lapisan setebal 2 mm. Ini tidak serta merta menjadi kerugian
pelarut sebagai fas gerak yang memiliki kepolaran di bawah profil KLTnya.
lebih 2 cm. Pengembangan kedua dan selanjutnya, polaritas dari fase gerak
lebih lanjut atau penggunaan lain. Suatu lempeng kecil yang tajam dapat
dilakukan agak di bawah zona pemisahan. Zona ini dapat dikerok dengan
spatula besi atau alat lain yang cocok. Sejumlah pelarut diperlukan untuk
45
KLT dua dimensi dan multieluen memiliki prinsip yang sama yaitu
yang baik dan cukup sering dilirik sebagai suatu prosedur untuk dilakukan.
pemisahan kurang lebih 20 jenis asam amino pada selulosa atau silika gel,
satu sampel per lempeng yang bisa di analisa dalam satu waktu. Hasilnya
46
Gambar mekanisme KLT 2 dimensi
BAB III
METODE KERJA
47
III.1 Alat dan Bahan
chamber, corong pisah, kaca ukuran 20x20 cm, gegep kayu, gelas piala,
gelas ukur, gunting, kipas angin, lampu UV 254 nm, lampu UV 366 nm, labu
pensil, pipa kapiler, pipet tetes, seperangkat alat sentrifuge, seperangkat alat
kromatografi kolom, statif dan klem, tabung reaksi, timbangan ohaus, dan
vial.
aluminium foil, etanol, etil asetat, H2SO4 10%, hexan, kapas, kertas label,
kertas timbang, kertas saring, kloroform, lem, lempeng KLT, metanol, sampel
Menggunakan pisau atau gunting atau dipetik secara langsung dengan jari
48
Daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) yang telah diambil, dicuci
hingga bersih dengan air mengalir lalu ditiriskan lalu sampel dikeringkan
bilimbi) yang telah kering dan halus ditimbang sebanyak 100 g ; Dimasukkan
hingga sampel terendam dengan cairan penyari volumenya lebih tinggi 2 cm.
Toples ditutup erat dan diberi plester untuk menghindari menguapnya cairan
wadah (yang telah ditarer) dan dibiarkan menguap dengan bantuan kipas
angin ; Ditimbang bobot ekstrak, diberi label dan disimpan dalam eksikator.
ECP ini seperti magnetik stirer ataupun sentrifuge, maka yang digunakan
49
dalam lumpang dan digerus dengan mortir sebagai pengganti magnetik
stirer.
dilarutkan dalam etil asetat sedikit demi sedikit dalam wadah ; Kemudian
homogen, didiamkan sebentar sehingga terlihat ada yang larut dan tidak larut
berupa endapan ; Ambil bagian yang larut dan pindahkan ke dalam wadah
lain dengan menggunakan pipet tetes ; Sisa ekstrak berupa endapan yang
tidak larut dipindahkan ke wadah lain ; Ulangi prosedur ini hingga dua kali
(hingga jernih)
Ditimbang silika kasar dan ekstrak ; Diperoleh bobot silika yaitu 100x
dari ekstrak ; Silika dibagi dalam dua bagian ; Bagian pertama yang
50
dibasahkan dengan pelarut hexan ; Diaduk-aduk hingga terbasahi semuanya
silika yang tadi sedikit demi sedikit ; Kemudian digerus di dalam lumpang
Pengerjaan Partisi
25ml), Metanol = 100% (25 ml) ; Ditampung dalam vial hingga mencapai
51
Disiapkan alat dan bahan ; 49 vial yang tersedia dari hasil pemisahan
dengan metode kromatografi kolom dipilih dengan range tertentu. Vial yang
dipilih adalah vial ke 1, 7, 11, 15, 19, 23, 27, 31, 35, 39, 43, 47, dan 49 ;
dimana vialnya telah diberi batas atas 0,5 cm, batas bawah 1 cm, jarak
antara tepi silika dengan noda pertama dan terakhir 0,4 cm, jarak antara
nodanya yaitu 0,7 cm ; Dielusi dengan eluen yang paling baik pemisahannya
dengan KLT yaitu eluen hexan : etil asetat (3 : 1) di dalam chamber yang
dengan cara dilarutkan dengan kloroform ; Fraksi di dalam vial ini dibiarkan
menguap.
52
III.5.1 Penyiapan Lempeng KLTP
halus 7 gram untuk satu lempeng ; Disiapkan sejumlah air yaitu 2 kali dari
bobot silika ; Dilarutkan silikanya dalam air hingga terbasahi ; Alat pembuat
Diratakan dengan gabus hingga rata ; Dikeluarkan dari alat dan diratakan
Dikeringkan.
pada lampu UV 254 nm dan UV 366 nm ; Dikerok semua pita yang tampak ;
Multi Eluen
tabung sentrifus sebanyak 3 kali dengan metanol ; Diuapkan dan setelah itu
53
Disiapkan perbandingan eluen dari yang non-polar hingga polar
nm.
mencapai batas atas, diputar 90o, lalu dielusi lagi ; Setelah di elusi ke-2
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
54
Pada praktikum isolasi senyawa bioaktif ini dilakukan proses ekstraksi,
identifikasi, dan isolasi komponen kimia yang terdapat dalam daun belimbing
agak kering. Setelah itu, daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) yang telah
diambil, dicuci hingga bersih dengan air mengalir lalu ditiriskan lalu sampel
ini dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari
komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari. Prinsip dari
maserasi itu sendiri yaitu pelarut organik akan menembus dinding sel dan
masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut
55
antara larutan zat aktif di dalam sel dan pelarut organik di luar sel, maka
larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini berulang terus
sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam sel
ekstrak nanti akan dimasukkan ke dalam lumpang dan digerus dengan mortir
metanol daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) dilarutkan dalam etil asetat
sehingga terlihat ada yang larut dan tidak larut berupa endapan. Ambil
bagian yang larut dan pindahkan ke dalam wadah lain dengan menggunakan
pipet tetes. Sisa ekstrak berupa endapan yang tidak larut dipindahkan ke
wadah lain. Ulangi prosedur ini hingga dua kali (hingga jernih)
Metode kolom konvensional ini dibantu dengan gaya gravitasi dan oleh
karena hanya bantuan ini sehingga prosesnya memakan waktu yang lama.
Langkah awal dari metode ini adalah semua alat dibersihkan dan dicuci
dengan metanol, termasuk vial dan kolom. Setelah itu disiapkan bubur
silikanya. Dimana proses penyiapan bubur silika itu, silika kasar saja yang
56
digunakan, meskipun sebenarnya silika haluspun juga bisa digunakan.
kasar dengan konsistensi atau bobot yang lebih besar dibandingkan silika
halus. Hal ini dikarenakan bila hanya menggunakan silika halus akan
dengan gaya gravitasi. Silika kasar direndam dengan hexan dalam suatu
kasar adalah 100 kali dari jumlah bobot ekstrak yang digunakan. Sisa bobot
pada saat penyiapan sampel dengan metode kering. Prosesnya yaitu ekstrak
dilarutkan dengan kloroform hingga larut, dan ditambahkan sisa silika tadi,
digerus hingga kering dan sisa silika yang tidak dipakai disimpan sebagai
menyumbat sedikit ujung kolom, dan biarkan memadat terlebih dahulu dan
tetes. Setelah itu ditambahkan sampel tadi yang sudah disiapkan lalu
dimasukkan sisa silika kasar tadi sebagai pengganti kertas saring (sehingga
57
proses partisi lebih maksimal), setelah itu dimasukkan perbandingan eluen
satu per satu, dimulai dari eluen yang paling non-polar hingga ke yang polar.
Maksud dari kenapa eluen yang digunakan haruslah dari non-polar terlebih
karena apabila yang digunakan eluen polar terlebih dahulu maka akan
menyebabkan senyawa polar dan non-polar akan ikut tertarik oleh eluen
polar tersebut sehingga hasil partisinya pun menjadi kacau. Jadi harus
sebab tidak ada lagi senyawa non-polar yang tersisa, sehingga hasil
(25ml).
silika. Langkah awal dari fraksinasi adalah pemilihan dari hasil partisi metode
umumnya dipilih range 10. Hal ini disesuaikan dengan kondisi hasil partisi
58
(jumlah vial yang digunakan). Semakin kecil range vial semakin tampak hasil
partisinya jika ada senyawa yang sama dari tiap perwakilan vial.
saring. Sambil menunggu chamber jenuh, ke-14 vial itu ditotolkan pada
lempeng yang seolah-olah sudah diaktifkan dan setelah ditotol dan chamber
hingga batas atas setelah itu dikeluarkan dari chamber dan dikeringkan dan
gram silika halus untuk 1 lempeng dan sejumlah air yang digunakan adalah
59
dua kali bobot silika. Dilarutkan silika tadi dalam air di stock erlenmeyer
hingga larut. Dipasang kaca 20x20 cm pada alat dan diratakan posisinya.
Ditaburkan silika tadi di atas kaca yang sudah dibersihkan dengan etanol
alat dan diratakan lagi bagian yang belum rata dengan tangan sambil
Disiapkan ekstrak dan lempeng yang telah dibuat tadi. Ekstrak yang
dipilih adalah ekstrak pada fraksi III. Hal ini berdasarkan penampakan noda
yang warnanya paling menonjol yaitu ungu kehijauan (vial ke-31) berada
pada fraksi III. Dilarutkan ekstrak dengan kloroform hingga larut. Diberi tanda
chamber dengan memasukkan eluen tadi dan ditutup (bila perlu dengan
penampakan pitanya pada UV 254 nm dan 366 nm. Dikerok sejumlah pita
Yang terakhir, dilakukan multi eluen dan KLT dua dimensi. Mula-mula,
Karena fraksi yang dipilih adalah fraksi III, maka pelarut yang digunakan
60
untuk melarutkan ekstrak didalam vial adalah metanol. Karena seperti yang
tengah-tengah dan fraksi yang dipilih adalah fraksi III yang diketahui
dimana fraksi III ada penggabungan noda-noda pada vial 31 – 42 dari 49 vial
hasil kromatografi kolom. Jadi pelarut yang digunakan pun bersifat hampir
sentrifus kemudian dipisahkan dan ditampung di dalam vial. Setelah itu vial
baik untuk penotolan pada lempeng sebab memenuhi syarat pelarut yang
ekstrak dan mudah menguap. Meskipun sebenarnya pelarut lain bisa juga
61
sedikit ini agar bisa dilihat pergerakan noda atau hasil dari elusinya, apakah
noda yang ingin dibuktikan tunggal atau tidak bisa dilihat kenaikannya sedikit
demi sedikit sehingga jelas hasilnya, karena itu dipilih dari non-polar ke polar.
Eluen yang dipilih tidak boleh memiliki perbedaan tingkat kepolaran yang
jauh apa lagi kalau eluen kedua atau ketiga melebihi kepolaran dari eluen
kepolaran yang lebih tinggi dari KLTP, harus berdekatan sehingga kenaikan
dan UV 366 nm. Namun, pada percobaan ini tidak didapatkan hasil yang
366 nm, noda yang telah ditotolkan justru melayang atau menumpuk di atas
hingga batas atas. Setelah mencapai batas atas, diputar 90o untuk
Namun pada percobaan KLT dua dimensi ini pun tidak didapatkan senyawa
62
BAB V
KESIMPULAN
63
V.1 Kesimpulan
(Averrhoa bilimbi) adalah metode dengan berat simplisia 100 gram dan
etil asetat 25 ml dan hasil partisi larut etil asetat 1,6 gram dan yang tidak
gram, berat silica 42 gram dan perbandingan eluen heksan : etil ( 1:0 =
(5 ml), heksan : etil = 4:1 (5ml) dan heksan : etil asetat = 1 : 1 (5ml) serta
64
8. Hasil pengisolasian menunjukkan bahwa belimbing wuluh tidak diperoleh
senyawa tunggal.
DAFTAR PUSTAKA
1. Http://www.rizkytrondol.wordpress.com/belimbing-wuluh//
65
2. Http://www.tubuhsehat.com/tanaman-obat-dilingkungan-sendiri/averrhoa-
bilimbi//
3. Http://www.tanamanObat.org/BelimbingWuluh//
5. Anief, Moh. 1995. Ilmu Meracik Obat : Teori Dan Praktik. Gadjah Mada
University Press : Yogyakarta. 165-166.
12. Http://www.chemistry.org/materi_kimia/instrumen_analisis/kromatografi1/
kromatografi_kolom/
13. Http://www.chemistry.org/materi_kimia/instrumen_analisis/kromatografi1/
kromatografi_lapis_tipis/
14. Http://www.chemistry.org/SitusKimiaIndonesia/Kromatograf-Kolom//
LAMPIRAN
66
GAMBAR
UV 254 nm UV 366 nm
67
Eluen = Heksan : etil asetat = 1 : 0
D. Fraksinasi
68
UV 366 nm UV 254 nm
UV 254 nm UV 366 nm
69
UV 254 nm UV 366 nm
Hexan : Etil ( 4 : 1 )
Hexan : Etil ( 1 : 1 )
70
SKEMA KERJA
Ekstrak MeOH
Diuapkan
Ekstrak awal ekstrak larut etil asetat ekstrak tidak larut etil
71
C. Kromatografi Kolom Konvensional
Penyiapan Ekstrak
Ekstrak ditimbang
72
Sisa silika disimpan
Proses Partisi
Dirangkai alat kolom
Ditampung di vial
Diuapkan
D. Fraksinasi
73
Diperoleh 4 fraksi
Dipasang alatnya
dikeringkan
Proses KLTP
74
Dilihat pita yang terbentuk pada UV 254 dan 366
Multi Eluen
6 vial (ekstrak)
Ekstrak
75
Dielusi hingga batas atas
Diputar 90o
Dikeringkan
76
HASIL DISKUSI
dikatakan bahwa senyawa flavonoid larut dalam etil asetat. Dan alasan
mengapa eluaen yang digunakan pada proses KLT adalah heksan : etil
asetat 3 : 1 karena belum tentu senyawa yang ditarik dengan etil asetat
konsentrasi yang sedikit bisa ikut tertarik dalam etil asetat. Sehingga hasil
yang diperoleh ada senyawa yang tertinggal di bawah dan adapula yang
flavonoid karena senyawa flavonoid yang ditarik oleh kelompok lima berbeda
dengan flavonoid yang ditarik oleh kelompok lain. Setiap jenis flavonoid
nodanya.
senyawa tersebut pada waktu dielusi tidak naik atau dengan kata lain oleh
kepolarannya.
77
Alasan mengapa menggunakan metode partisi padat karena
sebenarnya tidak terlalu bermasalah pada metode apa yang digunakan. Hal
ini didasarkan pada jurnal yang diperoleh, dikatakan bahwa dengan metode
partisi cair maupun padat, senyawa flavonoid bisa ditarik dari suatu simplisia.
Hal ini terbukti juga dengan kelompok lain yang juga menarik flavonoid
dengan metode partisi cair, tetap juga mendapatkan senyawa tunggal dari
flavonoid.
78