You are on page 1of 8

http://uqihamzah.blogspot.com/2009/12/manifestasi-kelainan-kulit-pada.

html
MANIFESTASI KELAINAN KULIT PADA PENDERITA GAGAL GINJAL
Disusun Oleh : Rakhmawati Lailiana Putri , S.Ked

Ginjal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang mempunyai fungsi dan peranan penting. Kegagalan ginjal dalam
melaksanakan fungsi vital tubuh dapat menyebabkan gagal ginjal. Gagal ginjal mengakibatkan manifestasi berbagai
sistem dalam tubuh, salah satunya adalah manifestasi kelainan pada kulit. Sehingga identifikasi perubahan atau kelainan
kulit secara dini akan dapat menunjang diagnosis dan manajemen dengan merunut pada kondisi dasar yang tampak pada
kulit.

A. Manifestasi kelainan kulit pada penderita gagal ginjal akut
1. Edema
Edema adalah gambaran yang utama ditemukan pada penderita gagal ginjal akut dengan sindrom nefrotik.
Gambar 1. Edema di ekstremitas bawah
2. Uremic Frost
Uremic frost (kristal uremik) yaitu munculnya semacam serbuk seperti lapisan garam pada permukaan kulit dimana hal
itu merupakan tumpukan ureum yang keluar bersama keringat, hal ini terjadi jika kadar BUN sangat tinggi.

B. Manifestasi kelainan kulit pada penderita gagal ginjal kronis
1. Perubahan kulit secara umum
1.1. Kulit kering (xerosis)
Gagal ginjal dapat menyebabkan perubahan pada kelenjar keringat dan kelenjar minyak yang menyebabkan kulit menjadi
kering. Kondisi kulit kering ini dapat juga disebabkan dari perubahan metabolisme vitamin A pada gagal ginjal kronik,
yang saling berkaitan dengan perubahan volume cairan dari pasien yang menjalani dialisis. Kulit kering akan
menyebabkan infeksi dan apabila terluka akan membuat proses penyembuhannya menjadi lebih lambat. Selain itu kulit
kering dapat juga menjadi penyebab gatal gatal (pruritus).
1.2. Perubahan warna kulit
Perubahan yang terjadi pada kulit yaitu kulit berwarna pucat akibat anemia dan seringkali memperlihatkan warna kuning
keabu-abuan karena penimbunan karotenoid dan pigmen urine (terutama urokrom) pada dermis. Pigmen urokrom yang
biasanya pada ginjal yang sehat dapat dibuang namun pada penderita gagal ginjal kronik dan terminal menumpuk pada
kulit sehingga kulit penderita menjadi kuning keabu-abuan.
1.3. Perubahan rambut
Rambut kepala menjadi menipis, mudah rapuh dan berubah warna.
1.4. Perubahan kuku
Kuku menjadi tipis, rapuh, bergerigi, memperlihatkan garis-garis terang dan kemerahan berselang-seling. Perubahan pada
kuku ini merupakan ciri khas kehilangan protein kronik, biasanya didapatkan pada pasien dengan kadar serum albumin
rendah dan akan menghilang apabila kadar serum kembali normal (garis Muehrcke).
Gambar 3. Kuku Muehrche (Muehrches nail) pada pasien dengan kadar serum albumin rendah
Perubahan kuku lainnya adalah ujud kuku half-and-half, yaitu warna kuku bagian proksimal putih (50 persen) dan bagian
distal berwarna merah muda (50 persen) dengan batas yang tegas. Bentuk kuku Terry (Terrys nails) adalah istilah ujud
kuku yang digunakan dimana hanya 20 persen bagian distal kuku yang normal (berwarna merah muda).
Gambar 4. Half and half nails

2. Pruritus
Pruritus (rasa gatal) dapat diartikan sebagai suatu sensasi yang membuat penderitanya mempunyai keinginan untuk
menggaruk. Mekanisme dasar pruritus belum dipahami sepenuhnya, teori terakhir meliputi hiperparatiroidisme sekunder,
kelainan divalent-ion, histamine, sensitisasi alergi, proliferasi (hiperplasi) dari sel mast di kulit, anemia defisiensi besi,
peningkatan vitamin A, xerosis, polineuropati peripheral dan berubahnya sistem saraf, keterlibatan sistem opioid, sitokin,
serum asam empedu, nitrat oksida atau beberapa kombinasi ini. Beberapa penulis mengemukakan bahwa meningkatnya
magnesium dalam serum, fosfor dan kalsium telah terlibat pada uremic pruritus yang merupakan peranan penting
penyebab pruritus.

3. Kalsifikasi (calcification)
Kalsifikasi metastatik pada kulit penderita gagal ginjal kronik merupakan hasil dari hiperparatiroidisme sekunder atau
tersier. Peningkatan level hormon paratiroid (PTH) yang abnormal dapat memicu timbunan kristal kalsium pirofosfat
yang terdapat di dermis, lemak subkutaneus atau dinding arterial.
Adakalanya pengapuran pembuluh darah dapat terjadi trombosis akut, dalam hal ini akan terjadi suatu sindrom yang
disebut calciphylaxis. Trombosis akut yang terjadi diproduksi oleh symmetrical livedo reticularis, kemudian akan terjadi
iskemia dan dengan cepat dapat menjadi hemoragik dan mengalami ulserasi.
Gambar 6. Calciphylaxis cutis yang mengalami ulserasi di tungkai bawah kanan
Gambar 7. Calciphylaxis di ekstremitas bawah pada pasien dengan gagal ginjal terminal (ESRD), nekrosis iskemik
ditunjukkan dengan lesi yang menghitam, terdapat eschar yang kasar

4. Bullous Dermatosis
4.1. Porphyria cutanea tarda (PCT)
Porphyria cutanea tarda disebabkan oleh kekurangan enzim uroporphyrinogen decarboxylase (UROD). Ketika aktivitas
UROD menurun, porphyrin menjadi berlebihan produksinya. Porphyrin kemudian terakumulasi di hati dan disebarkan
dalam plasma menuju ke berbagai organ. Pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa, hemodialisa dapat
memudahkan untuk terjadinya penimbunan porphyrin di dalam kulit yang bermanifestasi di kulit sebagai fotosensitivitas
dan bula subepidermal.
Gambaran paling umum dari PCT adalah kerapuhan kulit dari paparan sinar matahari setelah terkena trauma mekanik,
dapat menjadi erosi atau bula, biasanya pada tangan dan lengan bawah dan dapat juga terjadi pada wajah dan kaki.
Hipertrichosis juga sering terdapat di atas temporal dan area wajah tetapi dapat juga meliputi tangan dan kaki. Perubahan
warna meliputi melasma seperti hiperpigmentasi pada wajah.
Gambar 8.. Porphyria Cutanea Tarda yang menunjukkan kulit yang menebal dengan blister, scar dan milia
4.2. Pseudoporphyria
Kondisi ini seringkali tidak dapat dibedakan dari PCT yang ditandai kerapuhan kulit dan formasi blister (lepuh) pada kulit
yang terpapar sinar matahari. Akan tetapi, kejadian hipertrichosis sedikit ditemukan, dan tingkat plasma porphyrin pada
umumnya normal. Pseudoporphyria dapat juga terjadi pada beberapa pasien yang mendapatkan pengobatan dengan
tetrasiklin, nabumetone, nitroglyserin, asam nalidixic, furosemide, dan fenitoin.
Gambar 9. Pseudoporphyria yang menunjukkan lesi yang terdiri dari scar berwarna pink, erosi, dan bulla yang luas di jari
telunjuk kanan

5. Acquired Perforating Dermatoses
Perforating disorders terdiri dari perubahan elemen particular dari jaringan konektif (contoh, jaringan kolagen atau
elastin), dimana terjadi penekanan dari papillary dermis dengan eliminasi transepitelial.
Manifestasi klinisnya adalah timbul papul-papul hiperkeratotik dalam bentuk papul-papul dome-shaped (berbentuk
kubah) dengan pusat yang keratotik pada tubuh dan ekstremitas bagian ekstensor, seringkali pada distribusi yang linear
(garis lurus).
Gambar 10. Lesi papulonodular pada acquired perforating dermatosis di ekstremitas bawah.

6- Nephrogenic Fibrosing Dermopathy
Nephrogenic fibrosing dermopathy (NFD) adalah penyakit yang baru-baru ini diuraikan, penyakit ini menyerupai
scleromyxedema. Manifestasi klinisnya adalah kulit pasien secara progresif akan menjadi eritematous, terjadi sclerotic
dermal plaques pada tangan dan kaki, dengan sedikit manifestasi terjadi pada kepala dan leher. Histopatologi dari NFD
menyerupai scleromyedema, dengan adanya proliferasi fibroblas di dermis dan septa pada subkutaneus yang dihubungkan
dengan peningkatan kolagen septal dan dermal serta musin.
Gambar 11. Nephrogenic Fibrosing Dermopathy yang menunjukkan adanya sclerotic hyperpigmented plaques yang
berlokasi di derah paha
Diposkan oleh Aris Budiarso di 21:27



Diposkan oleh hamzah di 22.50
http://m.klikdokter.com/?p=articles/2093/mengenal-transfusi-darah
Sejarah Transfusi Darah
Prosedur transfusi darah sudah berlangsung sejak ratusan tahun yang lalu. Ada berbagai versi yang
mempersoalkan kapan prosedur transfusi pertama kali dilakukan. Dikisahkan pertama kali percobaan transfusi
darah dilakukan pada abad 15. Pada tahun 1492, Paus Giovanni Cibo menderita sakit parah dan berada dalam keadaan
koma. Berbagai usaha penyembuhan dilakukan tapi tidak ada yang berhasil. Kemudian, datanglah seorang dokter
bernama Abraham Meyre dan berjanji akan menyelamatkan Paus Giovanni Cibo dengan cara mentransfusikan darah.
Akhirnya, dipilihlah 3 orang anak penggembala berusia 10 tahun dan transfusi darah dilakukan. Pada saat itu transfusi
dilakukan lewat mulut, karena konsep sirkulasi dan metode akses intravena belum diketahui. Sayangnya, ketiga anak
penggembala itu meninggal beberapa saat setelah proses transfusi tersebut sedangkan kondisi Paus tidak membaik dan
akhirnya meninggal.
Pengetahuan mengenai transfusi darah mulai berkembang sejak adanya teori sirkulasi darah oleh dokter William Harvey
pada tahun 1613. Sejak saat itu berbagai praktik transfusi darah antar hewan mulai dicobakan. Namun pencobaan
transfusi ke manusia selalu menemui hasil yang fatal. Transfusi darah ke manusia pertama kali dilakukan oleh dr. Jean-
Baptiste Denis, dokter Raja Perancis Louis XIV, yang melakukan transfusi darah domba ke seorang anak 15 tahun yang
sedang sakit pada tahun 1667.
Pengetahuan tentang transfusi darah semakin berkembang pada dekade awal abad ke 19, dengan ditemukannya golongan
darah. Pada tahun 1818, dr. James Blundell, dokter kandungan dari Inggris, untuk pertama kalinya berhasil melakukan
transfusi darah antar manusia untuk pengobatan perdarahan postpartum. Dia menggunakan darah suami pasien tersebut
sebagai donor.
Definisi Transfusi Darah
Transfusi darah adalah pemindahan darah dari satu orang (donor) ke dalam pembuluh
darah orang lain (resipien). Hal ini biasanya dilakukan sebagai manuver penyelamatan
nyawa (life-saving) untuk menggantikan darah yang hilang karena perdarahan hebat,
saat operasi ketika terjadi kehilangan darah atau untuk meningkatkan jumlah darah
pada pasien anemia. Darah terdiri dari sel-sel darah serta plasma darah. Sel darah
terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan trombosit,
sedangkan plasma darah mengandung air, protein, glukosa, mineral, fibrinogen dan
faktor-faktor pembekuan yang terdiri dari faktor pembekuan I-XIII. Di dalam eritrosit
terdapat molekul hemoglobin yang sangat penting. Hemoglobin berguna untuk mengikat oksigen di paru-paru dan
melepaskan oksigen tersebut ke organ tubuh yang membutuhkannya. Dapat dikatakan, darah merupakan komponen
penting dalam tubuh. Melalui darah, oksigen akan terangkut ke seluruh organ tubuh, terutama organ vital agar fungsinya
dapat terus berjalan. Oleh karena itu prosedur transfusi darah merupakan suatu tindakan yang sangat penting untuk
kelangsungan hidup seseorang.
Komponen Darah Transfusi
Whole blood
Whole blood (darah lengkap) biasanya disediakan hanya untuk transfusi pada
perdarahan masif. Whole blood biasa diberikan untuk perdarahan akut, shock
hipovolemik serta bedah mayor dengan perdarahan > 1500 ml. Whole blood akan
meningkatkan kapasitas pengangkutan oksigen dan peningkatan volume darah.
Transfusi satu unit whole blood akan meningkatkan hemoglobin 1 g/dl.
Packed Red Blood Cell (PRBC)
PRBC mengandung hemoglobin yang sama dengan whole blood, bedanya adalah
pada jumlah plasma, dimana PRBC lebih sedikit mengandung plasma. Hal ini
menyebabkan kadar hematokrit PRBC lebih tinggi dibanding dengan whole blood,
yaitu 70% dibandingkan 40%. PRBC biasa diberikan pada pasien dengan perdarahan
lambat, pasien anemia atau pada kelainan jantung. Saat hendak digunakan, PRBC perlu dihangatkan terlebih dahulu
hingga sama dengan suhu tubuh (37C). bila tidak dihangatkan, akan menyulitkan terjadinya perpindahan oksigen dari
darah ke organ tubuh.
Plasma Beku Segar (Fresh Frozen Plasma)
Fresh frozen plasma (FFP) mengandung semua protein plasma (faktor pembekuan), terutama faktor V dan VII. FFP biasa
diberikan setelah transfusi darah masif, setelah terapi warfarin dan koagulopati pada penyakit hati. Setiap unit FFP
biasanya dapat menaikan masing-masing kadar faktor pembekuan sebesar 2-3% pada orang dewasa. Sama dengan PRBC,
saat hendak diberikan pada pasien perlu dihangatkan terlebih dahulu sesuai suhu tubuh.
Trombosit
Transfusi trombosit diindikasikan pada pasien dengan trombositopenia berat (<20.000 sel/mm3) disertai gejala klinis
perdarahan. Akan tetapi, bila tidak dijumpai gejala klinis perdarahan, transfusi trombosit tidak diperlukan. Satu unit
trombosit dapat meningkatkan 7000-10.000 trombosit/mm3 setelah 1 jam transfusi pada pasien dengan berat badan 70 kg.
banyak faktor yang berperan dalam keberhasilan transfusi trombosit diantaranya splenomegali, sensitisasi sebelumnya,
demam, dan perdarahan aktif.
Kriopresipitat
Kriopresipitat mengandung faktor VIII dan fibrinogen dalam jumlah banyak. Kriopresipitat diindikasikan pada pasien
dengan penyakit hemofilia (kekurangan faktor VIII) dan juga pada pasien dengan defisiensi fibrinogen.
Komplikasi Transfusi Darah dan Penanganannya
Reaksi hemolitik
Reaksi yang terjadi biasanya adalah penghancuran sel darah merah donor oleh
antibodi resipien dan biasanya terjadi karena ketidakcocokan golongan darah ABO
yang dapat disebabkan oleh kesalahan mengidentifikasikan pasien, jenis darah atau
unit transfusi. Pada orang sadar, gejala yang dialami berupa menggigil, demam, nyeri
dada dan mual. Pada orang dalam keadaan tidak sadar atau terbius, gejala berupa
peningkatan suhu tubuh, jantung berdebar-debar, tekanan darah rendah dan
hemoglobinuria. Berat ringannya gejala tersebut tergantung dari seberapa banyak
darah yang tidak cocok ditransfusikan.
Reaksi non hemolitik
Reaksi ini terjadi karena sensitisasi resipien terhadap sel darah putih, trombosit atau
protein plasma dari donor. Gejalanya antara lain demam, urtikaria yang ditandai
dengan kemerahan, bintik-bintik merah dan gatal tanpa demam, reaksi anafilaksis,
edema paru, hiperkalemia dan asidosis.
Infeksi
Resiko penularan penyakit infeksi melalui transfusi darah bergantung pada berbagai
hal antara lain; angka kejadian penyakit di masyarakat, keefektifan skrining yang dilakukan, kekebalan tubuh resipien dan
jumlah donor tiap unit darah. Beberapa infeksi yang biasa terjadi adalah virus hepatitis, HIV, Citomegalovirus, bakteri
stafilokokus, yesteria dan parasit malaria.
Penanggulangan komplikasi transfusi :
Stop transfusi
Naikan tekanan darah dengan cairan infus, jika perlu tambahkan obat-obatan.
Berikan oksigen 100%
Pemberian obat-obatan diuretik manitol atau furosemid
Obat-obatan antihistamin
Obat-obatan steroid dosis tinggi
Periksa analisa gas dan pH darah.

DARAH DAN MACAM-MACAM KOMPONENNYA
Ditulis pada April 18, 2012
Darah yang didonorkan oleh seseorang ternyata tidak hanya dibuat dalam 1 jenis saja, tetapi bisa
dibuat menjadi berbagai komponen darah. Dibawah ini akan dijelaskan secara singkat tentang beberapa komponen darah
yang ada, dimana pembuatannya disesuaikan dengan kebutuhan yang paling sering didaerah yang bersangkutan.
DARAH UTUH (Darah Lengkap = Whole Blood = WB)
Satu unit (kantong) berisi 250-350 ml darah yang masih lengkap (utuh) komponennya.
DARAH UTUH SANGAT SEGAR, umurnya < 6 jam, masih berisi trombosit dan semua faktor koagulasi , termasuk
faktor labil.
DARAH UTUH SEGAR, umumrnya < 24 jam, masih berisi trombosit dan faktor-faktor koagulasi, kecuali faktor labil.
DARAH UTUH SIMPAN, umurnya > 24 jam sampai 3-4 minggu. Berisi eritrosit, albumin, dan faktor-faktor koagulasi
yang umurnya panjang.
DiIndonesia, WB umumnya lebih tersedia daripada komponen yang lain. WB ini digunakan sekaligus sebagai pengganti
eritrosit (Hb) dan volume yang hilang.
DARAH DIPADATKAN (Darah Endap = Packed Red Cell = PRC)
Dari 250 ml darah utuh, diperoleh sekitar 100-125 ml PRC. Isinya hanya eritrosit dan sedikit plasma dengan hematokrit
70-80%. Jika dibuat dengan sistem terbuka pada suhu 4 2C, hanya boleh disimpan selama 12 jam, tetapi kalau dibuat
dengan sistem tertutup, boleh disimpan sampai 30 hari. PRC diberikan pada pasien anemia tanpa penurunan volume darah
(anemia aplastik, leukemia, thalassemia, gagal ginjal kronis, perdarahan kronis) yang ada tanda oxygen need (rasa
sesak, mata berkunang-kunang, berdebar-debar, pusing, gelisah, atau Hb < 6 g/dl). Dengan 250 ml PRC akan diperoleh
kenaikan Hb sekitar 0,5 g/dl.
DARAH MERAH CUCI (Eritrosit Cuci = Washed Erythrocyte = WE)
Dibuat dari PRC yang yang dicuci normal saline 3x untuk membuang leukosit dan antibodi plasma yang menempel
dieritrosit. Harus sudah digunakan dalam 4-6 jam setelah pembuatan. Komponen ini cocok untuk pasien yang
memerlukan transfusi berulang-ulang dan pasien yang pernah mengalami reaksi demam karena leukosit donor (reaksi
transfusi).
TROMBOSIT
Tersedia sebagai Plasma Kaya Trombosit (Platelet Rich Plasma = PRP) atau Konsentrat Trombosit (Platelet /
Thrombocyte Concentrate = TC). Dari 250 ml darah utuh, diperoleh 50 ml PRP atau 20 ml TC. PRP berisi 90% dan TC
berisi 70-80% jumlah total trombosit yang semula ada dalam darah utuh. 1 unit PRP atau TC berisi 28 milyar trombosit
dan dapat menaikkan kadar trombosit 5000/mm3(tetapi berdasarkan pengalaman saya diklinis tidak sematematis itu).
Trombosit diberikan pada pasien perdarahan dengan trombositopenia akibat transfusi masif atau DBD, trombositopati
(functional defect), leukemia, atau anemia aplastik dengan perdarahan. Trombosit diberikan sampai perdarahan berhenti
atau masa perdarahan (Bleeding Time) mencapai < 2x nilai normal.
PLASMA
Dari 250 ml darah utuh diperoleh 125 ml plasma. Plasma banyak digunakan untuk mengatasi gangguan koagulasi yang
disebabkan defisiensi faktor koagulasi, defisiensi imunoglobulin herediter, dan overdosis obat antikoagulans (warfarin,
dsb).
Sebenarnya pilihan pertama untuk mengatasi gangguan koagulasi adalah konsentrat faktor koagulasi tersebut, namun
konsentrat ini harganya sangat mahal dan sukar didapat. Diberikan 10 ml/kgBB untuk 1 jam pertama, lalu 1 ml/kg BB per
jam sampai hasil tes hemostasis (PPT dan APTT) menunjukkan nilai < 1,5 x nilai normal. Maksimal pemberian 20
ml/kg/hari.
PLASMA SEGAR BEKU (Fresh Frozen Plasma = FFP), Plasma segar yang dibekukan dan disimpan pada suhu minimal
-20C dapat bertahan 1 tahun. Berisi semua faktor koagulasi kecuali trombosit. Diberikan untuk mengatasi defisiensi
faktor koagulasi yang masih belum jelas dan defisiensi anti-thrombin III.
PLASMA SEGAR (Fresh Plasma = FP), Berasal dari darah utuh segar < 6 jam, berisi semua faktor koagulasi (juga faktor
labil) dan trombosit. Harus diberikan dalam 6 jam.
PLASMA BIASA (Plasma Simpan), berisi protein plasma dan sedikit faktor koagulasi.
Plasma juga dapat diberikan pada plasma loss/leakage (DBD, luka bakar luas), diberikan 10-20 ml/kg BB.
CRYOPRECIPITATE (Konsentrat Faktor VIIIc)
Dari plasma segar yang dibekukan (menjadi FFP), kemudian dicairkan pada 4C dan disentrifuge. Jika disimpan pada
suhu -30C, dapat bertahan selama 12 bulan. Namun ingat, sebelum dipakai sediaan harus dicairkan dulu pada 4C dan
segera diberikan sebelum 6 jam. Dari 250 ml darah utuh, diperoleh 15-20 ml cryoprecipitate yang berisi 50-75 IU faktor
VIIIc dan 40-125 mg fibrinogen. Indikasi penggunaannya adalah untuk defisiensi faktor VIIIc, hemofilia A, penyakit Von
Willebrand, afibrinogenemia (kongenital maupun acquired / DIC). Karena waktu paruh faktor VIII adalah 12 jam, maka
pemberiannya harus diulang.
Sekarang sudah ada gambaran kan, darah yang didonorkan akan diolah menjadi apa saja. Diharapkan setelah membaca
ilustrasi ini , akan tergerak hati teman2 semua untuk mendonorkan sebagian kecil volume darahnya demi menolong
sesama, toh setelah 120 hari juga sel darah merah (eritrosit) akan dihancurkan. Jadi, ketimbang dihancurkan sia-sia, akan
lebih bijaksana bila diberikan pada yang membutuhkan. You dont have to be a doctor to save livesjust donate blood.
(its safe, its simple, and it saves lives)
Jenis-Jenis Darah Transfusi


Saya sudah sering sekali mendengar istilah Kalau PRC itu labu untuk darah merah dan WB itu untuk darah lengkap.
Tapi baru tahu kalau darah transfusi itu macamnya ada banyak dan baru tahu Kepanjangan dari singkatan-singkatan itu...
Monggo yang ingin lebih tahu silahkan unduh gambar Jenis-jenis darah transfusi di atas...
\^0^/

TRANSFUSI DARAH
TRANSFUSI DARAH
Tujuan tranfusi darah :
1. Mengembalikan volume darah yang hilang
2. Menambah fraksi darah yang kurang
Macam transfusi darah :
1. Transfusi dengan darah seluruhnya ( whole blood )
2. Transfusi dengan komponen darah
TRANSFUSI DENGAN WHOLE BLOOD
Indikasi transfusi dg whole blood :
Perdarahan akut dan profusehypovelemik shock
Exchange transfusion : haemolitik diseases of the new born
Intoxicaci.
Kegagalan faal hati akut
Keuntungan : mudah didapat dan tehnik lebih mudah.
Kerugihan : lebih sering kemungkinan terjadinya reaksi tranfuse.
Macam transfusi dengan whole blood :
1. FRESH BLOOD : darah setelah pengambilan/telah disimpan pada suhu 4 derajat celcius, selama kurang dari 6 jam.
2. STORED BLOOD : darah yang telah disimpan pada suhu 4 derajat celcius, selama lebih dari 6 jam. Trombosit, faktor
V, VII, biasanya mudah rusak.
TRANSFUSI DENGAN KOMPONEN DARAH
1. Komponen darah padat (sel darah).
Transfusi dengan Sel Darah Merah (SDM) : -SDM diendapkan
-SDM dipadatkan (Packed RBC)
-Lekosit Poor RBC
-Washed RBC
Transfusi dengan sel darah putih (SDP)
Transfusi dengan trombosit : -Platellet Rich Plasma (PRP)
-Platellet Concentrate (PC)
2. Komponen darah non sel (komponen cair) :
Transfusi dengan Plasma : -single donor plasma
-pooled plasma
Transfusi dengan fraksi plasma : albumin, globulin, fibrinogen, AHF (anti hemophilitik factor), dsb.
I. TRANSFUSI DENGAN SEL DARAH MERAH (SDM)

Transfusi dengan memakai sel darah merah yang diendapkan/dipadatkan dengan nama : PRC (Packed Red Cells).
Cara membuat PRC : Darah disentrifuse dengan kecepatan 2000rpm, selama 60 menit. Kemudian plasma dipisahkan,
sehingga volume darah menjadi 60-70% dari semula.
PRC yang telah dibuat harus dipakai dalam waktu kurang dari 4jam. Dengan tehnologi yang lebih maju, proses
pemisahan darah dan plasma itu dilakukan dengan system tertutup, sehingga PRC yang terbentuk masih bisa dipakai asal
tidak melebihi 21 hari. Hal tersebut karena PRC merupakan media yang baik untuk kuman.
Keuntungan transfusi dengan PRC :
Dapat diberikan SDM dalam jumlah yang banyak pada satu kali transfusi
Penambahan volume darah lebih sedikit,shg bahaya decom cordis menurun
Kadar Na, K, NH4, dan penderita lain
Plasma dapat digunakan pada penderita lain
Kadar anti A dan anti B dalam PRC rendah, shg dpt dilakukan substitusi bila diperlukan.
Kemungkinan terjadinya reaksi transfusi juga lebih kecil.
Kerugihan transfusi dengan PRC :
PRC yg terbentuk harus dipakai dalam waktu<4jam/21 hari
PRC tidak mengandung factor pembekuan darah, shg tdk dpt memperbaiki perdarahan bila diperlukan.
Indikasi transfusi dengan PRC :
Anemia tanpa penurunan volume darh, misal : perdarahan kronis, defisiensi Fe.
Penderita dg decom, cordis (vol penambahan sedikit)
Penderita sirhosis hepatic (kadar NH4 sedikit)
Transfusi dengan sel darah merah yang lainnya adalah dengan : LEKOSIT POOR RBC (LPRBC), yaitu sel darah merah
yang mengandung sedikit sekali sel darah putih (lekosit). Sebagaimana diketahui lekosit adalah penyebabnya adlh reaksi
transfusi. Jadi dg mengurangi kandungan lekosit dlm darah yg hendak ditransfusikan, diharapkan kemungkinan terjadinya
reaksi transfuse dapat dikurangi.
Indikasi transfusi dg LPRBC :
Penderita yg memiliki titer antibody lekosit yg tinggi
Penderita yg pernah mengalami reaksi transfuse yg berat
Kontra indikasi transfuse dg LPRBC :
Penderita dg lekhopeni yg berat
Kerugihan transfuse dg LPRBC ini adalah : lekosit tdk dpt dihilangkan 100%
Jenis transfusi dg sel darah merah lain : transfusi dg WASHED RBC (WRBC)
Tujuan pencucian sel darah merah ini :
Menghilangkan protein plasma
Menghilangkan antibodi pd sel darah merah (Anti A/Anti B)
Menghilangkan/mengurangi sel darah putih (lekosit)
Kerugihan pd transfuse dg WRBC : Pencucian yg berulang menjadikan strelisasi darah kurang terjamin. Indikasi transfusi
dg WRBC : Pada penderita dg gangguan Auto Immun.
II. TRANSFUSI DENGAN SEL DARAH PUTIH
Indikasi pemberian transfusi dg sel darah puti : bila terjadi lekhopeni yg berat sehingga khawatir terjadi suatu reaksi.
Transfusi dg sel darah putih tdk efektif karena :
Umur lekosit yg pendek
Jumlah lekosit yg sedikit. Untuk meningkatkan 1500 lekosit diperlukan sekitar 40 unit darah segar.
Transfusi dg sel darh putih jarang sekali digunakan.
III. TRANSFUSI DENGAN TROMBSIT
Indikasi pemberian transfusi dg trombosit adlh bila terjadi TROMBHOPENI yg berat, sehingga dikhawatirkan terjadi
perdaraha.
Terdapat 2 macam trombopheni yg dpt ditransfusikan :
PRP (Plathellet Rich Plasma)
PC (Platellet Concetrate)
Cara mendapatkan PRP dan PC adalah : darah disentrifuse selam 3 menit dg kecepatan 2300 rpm, maka supernatan nya
adlh PRP. Bila PRP tersebut kita sentrifuse lagi selama 3 menit dg kecepatan 2300 rpm, maka endapan yg terjadi adlh PC.
Untuk melakukan transfuse dg trombosit ini tdk perlu dilakukan reaksi silang terhadap gol.darah ABO, sedangkan
terhadap Rhesus masih tetap dilakukan. Pemberian 1 unit PC dapt meningkatkan sekitar 15.000/mm3 trombosit. Setelah
suatu transfusi dg trombosit, maka umur trombosit hanya sekitar 1-3 hari, sehingga dapat dilakukan transfusi sebanyak 2-
3 kali dalam seminggu.
IV. TRANSFUSI DENGAN KOMPONEN CAIR (PLASMA)
1. Transfusi dg plasma :
Indikasi pemberian transfusi dg plasma adlh :
Suatu keadaan dimana banyak plasma yg hilang, misalnya : luka bakar yg luas, demam berdarah, dsb.
Dehidrasi
Perdarahan oleh karena defisiensi faktor pembekuan darah.
Transfusi dg plasma ini ada 2 macam :
1) Single Donor Plasma
Dibuat dari 1 unit darah
Resiko hepatitis lebih kecil
Titer iso antibody tinggi
2) Pooled Plasma
Dibuat dari beberapa unit darah
Resiko terkena hepatitis tinggi
Titer iso antibody kecil
Volume yg didapat cukup tinggi
Kerugihan pemberian tranfusi dg plasma adlh bahwa transfusi ini tidak dapat mengatasi anemia.
Keuntungan pemberian transfusi dg plasma, dibanding dg transfusi dg Whole Blood adlh :
Tidak perlu dilakukan reaksi silang
Unit darah dipakai untuk beberapa maacam transfusi
Kemungkinan reaksi hemolitik kecil
2. Transfusi dg plasma spesifik :
Albumin
Cryoprecipitate (anti hemophili concetrate)
3. Transfusi dg gamma globulin : pemberian antibody
4. Transfusi dg fibrinogen.

You might also like