You are on page 1of 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


HEPATITIS

disusun guna memenuhi tugas pada Program Pendidikan Profesi Ners
Stase Keperawatan Medikal Bedah






oleh
Alfian Fahrosi, S.Kep.
NIM 082311101069




PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
2

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HEPATITIS
Oleh: Alfian Fahrosi
NIM. 082311101069

1. Kasus (diagnosa medis)
Hepatitis
2. Proses terjadinya masalah (pengertian, penyebab, patofisiologi, tanda &
gejala, penanganan)
a. Pengertian
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat
disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan
serta bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999).
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis
dan klinis, biokimia serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001)
b. Etiologi
Virus

Alkohol
Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alkohol
sirosis.
Type A Type B Type C Type D Type E
Metode
transmisi
Fekal-oral
melalui
orang lain
Parenteral
seksual,
perinatal
Parenteral
jarang seksual,
orang ke orang,
perinatal
Parenteral
perinatal,
memerlukan
koinfeksi dengan
type B
Fekal-
oral
Keparahan Tak ikterik
dan asimto-
matik
Parah Menyebar luas,
dapat
berkembang
sampai kronis
Peningkatan
insiden kronis
dan gagal hepar
akut
Sama
dengan
D
Sumber
virus
Darah,
feces,
saliva
Darah,
saliva,
semen,
sekresi
vagina
Terutama
melalui darah
Melalui darah Darah,
feces,
saliva
3

Obat-obatan
Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis
toksik dan hepatitis akut.

c. Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh
infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-
bahan kimia. Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini
unik karena memiliki suplai darah sendiri. Sering dengan berkembangnya
inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan
terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan
nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel
hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun
dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya,
sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi
hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan
suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya
perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini
dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah
billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap
normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu
intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan billirubin tersebut
didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi.
Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus
hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan
regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin
indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin
direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan karena
kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin.
4

Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat
(abolis). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat
dieksresi ke dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan
kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat
disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan
menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.

d. Tanda & Gejala
1. Masa tunas
Virus A : 15-45 hari (rata-rata 25 hari)
Virus B : 40-180 hari (rata-rata 75 hari)
Virus non A dan non B : 15-150 hari (rata-rata 50 hari)
2. Fase Pre Ikterik
Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi
virus berlangsung sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama
kali timbul), nausea, vomitus, perut kanan atas (ulu hati) dirasakan
sakit. Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan
malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu badan meningkat
sekitar 39
o
C berlangsung selama 2-5 hari, pusing, nyeri
persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus B.
3. Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan
suhu badan disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera
yang terus meningkat pada minggu I, kemudian menetap dan baru
berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang disertai gatal-gatal
pasa seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2
minggu.

4. Fase penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa
sakit di ulu hati, disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari
5

setelah timbulnya masa ikterik. Warna urine tampak normal, penderita
mulai merasa segar kembali, namun lemas dan lekas capai.
d. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada penderita Hepatitis terdiri dari istirahat, diit, dan
pengobatan medikamentosa (Arif Mansjoer, 2001 hal.514). Berikut ini
akan dijelaskan satu persatu.
a. Istirahat. Pada periode akut dan keadaan lemah diharuskan
cukup istirahat karena pada kondisi-kondisi tertentu klien
akan merasakan keletihan.
b. Diit. Dapat diberikan diit hati II III (diit tinggi lemak, tinggi
karbohidrat serta rendah lemak). Jika pasien mual, tidak
nafsu makan atau muntah-muntah, sebaiknya diberikan infus
RL. Jika sudah tidak mual lagi, diberikan makanan yang
cukup kalori (30-35 kalori/kg BB) dengan protein cukup (1g/
kg BB). Pemberian lemak sebenarnya tidak perlu dibatasi.
Sedangkan menurut Sjahmien Moehji buku Ilmu Gizi 2
bahwa dalam diit penyakit hati harus terdapat protein dalam
jumlah yang banyak untuk mengganti sel-sel hepar yang
rusak dan mencegah penumpukan lemak dalam sel-sel hati.
Pemberian lemak dalam diit sebaiknya tidak terlalu banyak /
dibatasi.
c. Medikamentosa
1) Kortikosteroid tidak diberikan karena menggangu
transfer bilirubin yang mengakibatkan terjadinya retensi
bilirubin dalam sel.
2) Berikan obat-obat yang bersifat melindungi hati karena
pada penderita Hepatitis, organ hati sudah tidak
berfungsi normal. Contoh obat yang diberikan seperti
Curcuma tablet, Methicol tablet, Methioson tablet.
3) Jangan diberikan antiemetik, karena dapat menyebabkan
konstipasi.
6

4) Vitamin K diberikan pada kasus dengan kecenderungan
perdarahan.
e. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
a. Pemeriksaan pigmen
urobilirubin direk
bilirubun serum total
bilirubin urine
urobilinogen urine
urobilinogen feses
b. Pemeriksaan protein
protein totel serum
albumin serum
globulin serum
HbsAG
c. Waktu protombin
respon waktu protombin terhadap vitamin K
Pemeriksaan serum transferase dan transaminase
AST atau SGOT
ALT atau SGPT
LDH
Amonia serum
Radiologi
foto rontgen abdomen
pemindahan hati denagn preparat technetium,
emas, atau rose bengal yang berlabel radioaktif
kolestogram dan kalangiogram
arteriografi pembuluh darah seliaka
Pemeriksaan tambahan
Laparoskopi
7

biopsi hati

f. Komplikasi
Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan
oleh akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut
ensefalopati hepatik. Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan
menyebabkan sirosis hepatis, penyakit ini lebih banyak ditemukan pada
alkoholik.

g. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Tetanus
Pengkajian
Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan
hati.
1. Aktivitas
Kelemahan
Kelelahan
Malaise
2. Sirkulasi
Bradikardi ( hiperbilirubin berat )
Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa
3. Eliminasi
Urine gelap
Diare feses warna tanah liat
4. Makanan dan Cairan
Anoreksia
Berat badan menurun
Mual dan muntah
Peningkatan oedema
Asites
5. Neurosensori
8

Peka terhadap rangsang
Cenderung tidur
Letargi
Asteriksis
6. Nyeri / Kenyamanan
Kram abdomen
Nyeri tekan pada kuadran kanan
Mialgia
Atralgia
Sakit kepala
Gatal ( pruritus )
7. Keamanan
Demam
Urtikaria
Lesi makulopopuler
Eritema
Splenomegali
Pembesaran nodus servikal posterior
8. Seksualitas
Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan

9


h. Pathway






















-Dx,Prognosa, Perawatan



Pengaruh alkohol, virus hepatitis,
toksin
Inflamasi Hepar
Gangguan suplai darah normal sel hepar
Gangguan metabolisme
karbohidrat, lemak dan
protein
Kerusakan sel parenkim, sel
hati dan duktus empedu
intrahepatik
Hepatomegali
Kerusakan konjugasi
Retensi bilirubin
Obstruksi
Glikolisis
menurun
Perasaan tidak
nyaman di kuadaran
kanan atas
Glukoneogenesis
menurun
Glikogen dalam hepar
berkurang
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
Peningkatan
garam empedu
dalam darah
Nyeri Akut
Hipertermi
Pereegangan
kapsula hati
Anoreksia
Glikolisis menurun
Glukosa dalam darah
berkurang
Fatigue
Bilirubin tidak sempurna
dikeluarkan melalui
duktus hepatikus
Regurgitasi pada
duktuli empedu
intrahepatik
Ikterus
Bilirubin direk
meningkat
Pruritus Risiko tinggi
kerusakan
integritas kulit
Kurang
pengetahuan
10

i. Masalah keperawatan
Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita
hepatitis :
1. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
2. Nyeri akut.
3. Hipertermi
4. Fatigue (kelemahan)
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit
6. Kurang pengetahuan













j. Rencana Tindakan Keperawatan

No. Diagnosis Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
1 Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
Berhubungan dengan :
Ketidakmampuan untuk
memasukkan atau mencerna
nutrisi oleh karena faktor
biologis, psikologis atau
ekonomi.
DS:
- Nyeri abdomen
- Muntah
- Kejang perut
- Rasa penuh tiba-tiba
setelah makan
DO:
- Diare
- Rontok rambut yang
berlebih
- Kurang nafsu makan
- Bising usus berlebih
- Konjungtiva pucat
- Denyut nadi lemah

NOC:
- Nutritional status:
Adequacy of
nutrient
- Nutritional Status
: food and Fluid
Intake
- Weight Control

Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1 x 24
jam nutrisi kurang teratasi
dengan indikator:
- Albumin serum
- Pre albumin serum
- Hematokrit
- Hemoglobin
- Total iron binding capacity
- Jumlah limfosit
NIC : Ingestion
- Kaji adanya alergi makanan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien
- Yakinkan diet yang dimakan
mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
- Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan
harian.
- Monitor adanya penurunan BB
dan gula darah
- Monitor lingkungan selama
makan
- Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam makan
- Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan, rambut
kusam, total protein, Hb dan
kadar Ht
- Monitor mual dan muntah
- Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
12

- Monitor intake nuntrisi
- Informasikan pada klien dan
keluarga tentang manfaat nutrisi
- Kolaborasi dengan dokter tentang
kebutuhan suplemen makanan
seperti NGT/ TPN sehingga
intake cairan yang adekuat dapat
dipertahankan.
- Atur posisi semi fowler atau
fowler tinggi selama makan
- Kelola pemberan anti emetik
- Anjurkan banyak minum
- Pertahankan terapi IV line
- Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan
cavitas oval
2 Nyeri akut berhubungan
dengan:
Agen injuri (biologi, kimia,
fisik, psikologis), kerusakan
jaringan

DS:
- Laporan secara verbal
DO:
- Posisi untuk menahan nyeri
- Tingkah laku berhati-hati
- Gangguan tidur (mata sayu,
NOC :
- Pain Level,
- pain control,
- comfort level

Setelah dilakukan tinfakan
keperawatan selama 1 x 24
jam Pasien tidak mengalami
nyeri, dengan kriteria hasil:
- Mampu mengontrol
nyeri (tahu penyebab
nyeri, mampu
menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
- Melaporkan bahwa nyeri
NIC : Pain relieve/physical
comfort
- Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
- Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
- Bantu pasien dan keluarga untuk
mencari dan menemukan
dukungan
- Kontrol lingkungan yang dapat
13

tampak capek, sulit atau
gerakan kacau,
menyeringai)
- Terfokus pada diri sendiri
- Fokus menyempit
(penurunan persepsi waktu,
kerusakan proses berpikir,
penurunan interaksi dengan
orang dan lingkungan)
- Tingkah laku distraksi,
contoh : jalan-jalan,
menemui orang lain
dan/atau aktivitas, aktivitas
berulang-ulang)
- Respon autonom (seperti
diaphoresis, perubahan
tekanan darah, perubahan
nafas, nadi dan dilatasi
pupil)
- Perubahan autonomic
dalam tonus otot (mungkin
dalam rentang dari lemah
ke kaku)
- Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah, merintih,
menangis, waspada,
iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
berkurang dengan
menggunakan
manajemen nyeri
- Mampu mengenali nyeri
(skala, intensitas,
frekuensi dan tanda
nyeri)
- Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
- Tanda vital dalam
rentang normal
- Tidak mengalami
gangguan tidur

mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
- Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
- Ajarkan tentang teknik non
farmakologi: napas dala,
relaksasi, distraksi, kompres
hangat/ dingin
- Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Berikan informasi tentang nyeri
seperti penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan berkurang dan
antisipasi ketidaknyamanan dari
prosedur
- Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
14

- Perubahan dalam nafsu
makan dan minum
3 Hipertermia
Berhubungan dengan :
- penyakit/ trauma
- peningkatan
metabolisme
- aktivitas yang berlebih
- dehidrasi

DO/DS:
kenaikan suhu tubuh
diatas rentang normal
serangan atau konvulsi
(kejang)
kulit kemerahan
pertambahan RR
takikardi
Kulit teraba panas/
hangat

NOC:
Thermoregulasi


Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
pasien menunjukkan :
Suhu tubuh dalam batas
normal dengan kreiteria hasil:
Suhu 36 37C
Nadi dan RR dalam
rentang normal
Tidak ada perubahan warna
kulit dan tidak ada pusing,
merasa nyaman
NIC : Temperature regulation
Monitor suhu sesering
mungkin
Monitor warna dan suhu kulit
Monitor tekanan darah, nadi
dan RR
Monitor penurunan tingkat
kesadaran
Monitor WBC, Hb, dan Hct
Monitor intake dan output
Berikan anti piretik:
Kelola Antibiotik
Selimuti pasien
Berikan cairan intravena
Kompres pasien pada lipat
paha dan aksila
Tingkatkan sirkulasi udara
Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR
Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
Monitor hidrasi seperti turgor
kulit, kelembaban membran
mukosa)
15

4 Fatigue
Batasan karakteristik :
Peningkatan dalam
keluhan fisik
Peningkatan keperluan
untuk istirahat
Penerimaan kebutuhan
energi tambahan untuk
mengerjakan tugas rutin

NOC
. Energy Conservation
Tindakan
individu untuk
mengatur
energi selama
memulai dan
mempertahanka
n aktivitas















Fatigue Level
Mengobservasi
atau
melaporkan
Setelah dilakukan tindakan
keperawtan selama 2 x 24
jam pasien tidak ada tanda-
tanda fatigue dengan
Kriteria Hasil :
- Klien mampu
menyeimbangkan antara
aktivitas dan istirahat
- Klien mampu
menggunakan waktu
istirahat untuk
memulihkan kembali
energi
- Klien mampu mengenali
keterbatasan energi yang
dimiliki
- Klien mampu
menggunakan teknik
penyimpanan energi
(Energy Conservation)
- Klien mampu mengatur
aktivitasnya untuk
penyimpan energy

Kriteria Hasil :
- Klien melaporkan tidak
adanya kelelahan dan
kelesuan
NIC : Energy Enhancement
- Tentukan penyebab kelelahan
misalnya nyeri
- Tentukan apa saja dan berapa
banyak aktivitas yang
dibutuhkan untuk
membangun ketahanan
- Batasi aktivitas yang berlebih
- Dukung alternatif periode
istirahat dan aktivitas
- Instruksikan pasien atau
orang lain yang penting untu
mengenalai tanda dan gejala
dari kelelahan yang
membutuhkan pengurangan
aktivitas
- Bantu klien untuk
mengidentifikasi tugas-tugas
yang dapat dilakukan
keluarga di rumah untuk
mencegah atau mengurangi
kelelahan
- Ajarkan pengaturan aktivitas
dan teknik manajemen waktu
untuk mencegah kelelahan
- Bantu klien dalam
menentukan prioritas
aktivitas untuk menyimpan
16

keparahan dari
kelelahan yang
berkepanjangan
secara umum








Rest
Kuantitas dan
pola
pengurangan
aktivitas untuk
pemulihan fisik
dan mental

- Klien melaporkan tidak
adanya nyeri otot
- Klien memlaporkan tidak
adakanya peningkatan
stress
- Klien mampu
meningkatkan kualitas
tidur dan istirahatnya
- Klien mampu
menyeimbangkan antara
aktivitas dan istirahat

Kriteria hasil :
- Klien mampu
meningkatkan jumlah
istirahat
- Klien mampu
meningkatkan kualitas
istirahat
- Klien mampu
meningkatkan istirahat
fisik
- Klien mampu
memulihkan energy
setelah istirahat

energi yang dimiliki

5 Risiko gangguan integritas
kulit
NOC :
- Tissue Integrity :

Setelah dilakukan tindakan
NIC : Pressure Management
Anjurkan pasien untuk
17


Faktor-faktor risiko:
Eksternal :
- Hipertermia atau
hipotermia
- Substansi kimia
- Kelembaban udara
- Faktor mekanik
(misalnya : alat yang
dapat menimbulkan luka,
tekanan, restraint)
- Immobilitas fisik
- Radiasi
- Usia yang ekstrim
- Kelembaban kulit
- Obat-obatan
- Ekskresi dan sekresi
Internal :
- Perubahan status
metabolik
- Tulang menonjol
- Defisit imunologi
- Berhubungan dengan
dengan perkembangan
- Perubahan sensasi
- Perubahan status nutrisi
(obesitas, kekurusan)
- Perubahan pigmentasi
Skin and Mucous
Membranes
- Status Nutrisi
- Tissue
Perfusion:perifer
- Dialiysis Access
Integrity

keperawatan selama.
Gangguan integritas kulit
tidak terjadi dengan kriteria
hasil:
Integritas kulit yang baik
bisa dipertahankan
Melaporkan adanya
gangguan sensasi atau
nyeri pada daerah kulit
yang mengalami
gangguan
Menunjukkan pemahaman
dalam proses perbaikan
kulit dan mencegah
terjadinya sedera berulang
Mampu melindungi kulit
dan mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami
Status nutrisi adekuat
Sensasi dan warna kulit
normal
-
menggunakan pakaian yang
longgar
Hindari kerutan padaa tempat
tidur
Jaga kebersihan kulit agar tetap
bersih dan kering
Mobilisasi pasien (ubah posisi
pasien) setiap dua jam sekali
Monitor kulit akan adanya
kemerahan
Oleskan lotion atau minyak/baby
oil pada derah yang tertekan
Monitor aktivitas dan mobilisasi
pasien
Monitor status nutrisi pasien
Memandikan pasien dengan
sabun dan air hangat
Gunakan pengkajian risiko untuk
memonitor faktor risiko pasien
(Braden Scale, Skala Norton)
Inspeksi kulit terutama pada
tulang-tulang yang menonjol dan
titik-titik tekanan ketika merubah
posisi pasien.
Jaga kebersihan alat tenun
Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk pemberian tinggi protein,
mineral dan vitamin
18

- Perubahan sirkulasi
- Perubahan turgor
(elastisitas kulit)
- Psikogenik
Monitor serum albumin dan
transferin
-
6 Kurang Pengetahuan
Berhubungan dengan :
keterbatasan kognitif,
interpretasi terhadap
informasi yang salah,
kurangnya keinginan untuk
mencari informasi, tidak
mengetahui sumber-sumber
informasi.


DS: Menyatakan secara
verbal adanya masalah
DO: ketidakakuratan
mengikuti instruksi,
perilaku tidak sesuai

NOC:
- Knowledge :
disease process
- Kowledge :
health Behavior

Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1 x 24
jam pasien menunjukkan
pengetahuan tentang proses
penyakit dengan kriteria
hasil:
- Pasien dan keluarga
menyatakan pemahaman
tentang penyakit, kondisi,
prognosis dan program
pengobatan
- Pasien dan keluarga
mampu melaksanakan
prosedur yang dijelaskan
secara benar
Pasien dan keluarga mampu
menjelaskan kembali apa
yang dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya
NIC : Cognition
- Kaji tingkat pengetahuan pasien
dan keluarga
- Jelaskan patofisiologi dari
penyakit dan bagaimana hal ini
berhubungan dengan anatomi dan
fisiologi, dengan cara yang tepat.
- Gambarkan tanda dan gejala yang
biasa muncul pada penyakit,
dengan cara yang tepat
- Gambarkan proses penyakit,
dengan cara yang tepat
- Identifikasi kemungkinan
penyebab, dengan cara yang tepat
- Sediakan informasi pada pasien
tentang kondisi, dengan cara yang
tepat
- Sediakan bagi keluarga informasi
tentang kemajuan pasien dengan
cara yang tepat
- Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
- Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
19

mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
- Eksplorasi kemungkinan sumber
atau dukungan, dengan cara yang
tepat
20

DAFTAR PUSTAKA
Black & Hawks (2009). Medical Surgical Nursing : Clinical Management for
Positive Outcome. 8 Edition. St Louis Missouri: Elsevier Saunders.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah . Jakarta:
EGC.
Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan) Jilid 3. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan.
Nurarif & Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA and NIC-NOC. Jakarta: Mediaction Publishing.
Price Sylvia A dan dan Lorraine M Wilson .(1995). Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Price & Wilson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
Suyono, Slamet. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jakarta.: Balai
Penerbit FKUI

You might also like