You are on page 1of 15

BAB I

PENDAHULUAN
Untuk melakukan anastesi yang aman salah satu persyaratannya adalah mengetahui
khasiat, efek samping, dan cara kerja obat anestesi. Obat anestesi dibagi dalam dua kelompok
besar yaitu :
1. obat anestesi umum
2. obat anestesi regional
obat anestesi umum adalah obat yang dapat menimbulkan suatu keadaan depresi umum
dari pelbagai pusat di SSP yang bersifat reersible, dimana seluruh perasaan dan kesadaran
ditiadakan sehingga agak mirip keadaan pingsan.
obat anestesi umum masih dibagi lagi menurut cara pemberiannya yaitu:
1. obat anestesi inhalasi
2. obat anestesi parenteral
obat anestesi parenteral setelah penyuntikan, kadar obat anesthesia dalam darah
meningkat, lalu diikuti kenaikan kadar dalam jaringan otak sehingga pasien menjadi tidak
sadar. Untuk mempertahankan tahapan anesthesia, kadar dalam darah harus dipertahankan
dengan penyuntikan berkala atau memberikan tetesan secara kontinyu sebab obat tersebut
mengalami metabolisme di hati dan dikeluarkan le!at ginjal.
"ika pemberian obat anesthesia dihentikan, kadar dalam darah menurun, terjadi difusi
balik dari jaringan otak ke dalam darah dan pasien sadar kembali. #akin lama anesthesia
berlangsung, makin lama juga proses sadar kembalinya karena jaringan tubuh selain otak
juga menjadi jenuh dengan obat anesthesia.
BAB II
PEMBAHASAN
Propofol merupakan obat anestesi intraena yang bekerja cepat dengan karakter
recoery anestesi yang cepat tanpa rasa pusing dan mual$mual. Propofol merupakan cairan
emulsi minyak$air yang ber!arna putih yang bersifat isotonik dengan kepekatan 1% &1ml'1(
1
mg) dan mudah larut dalam lemak. Propofol menghambat transmisi neuron yang dihantarkan
oleh *+,+. Propofol adalah obat anestesi umum yang bekerja cepat yang efek kerjanya
dicapai dalam !aktu -( detik.
Sifat Fisik dan Kimia Propofol
Propofol sedikit larut dalam air, memiliki p.a 11, serta memiliki koefisien partisi /0/1:1
pada p1 /$2,3.Propofol memiliki nama kimia 2,/$diisopropilfenol dengan bobot molekul
102,20 dan struktur kimia sebagai berikut :
Propofol biasa tersedia dalam sediaan emulsi injeksi steril dan bebas pirogen
&45P657+89). Propofol injeksi biasa digunakan secara intraena
Farmakologi
Propofol merupakan obat sedatie$hipnotik yang digunakan dalam induksi dan
pemeliharaan anestesi maupun sedasi. 5njeksi secara intraena pada dosis terapetik
memberikan efek hipnotik dengan cepat, biasanya dalam !aktu -( detik dari a!al pemberian
injeksi. Serupa dengan obat anestesi dengan aksi cepat yang lain, !aktu paruh dalam darah
otak : 1$; menit, dihitung untuk induksi cepat pada anestesi.
Farmakokinetik
Propofol dengan cepat diabsorbsi tubuh dan didistribusikan dari darah ke jaringan.
4istribusi propofol melalui 2 fase, dengan fase kedua merupakan fase yang lebih lambat
karena terjadi metabolisme di hati yang signifikan &konjugasi) sebelum diekskresi le!at urin.
.onjugat inaktif dari profopol terbentuk dan berhubungan dengan <uinol.
2
Senya!a yang juga terdeteksi dalam urin antara lain adalah obat utuh, propofol
glukoronid, 1$ glucoronid, -$ glukoronid, dan konjugat -$sulfat dari 2,/$diisopropil$1,-$
<uinol. =ebih kurang 2 % dari dosis yang diberikan diekskresi le!at feses. Propofol dapat
menembus plasenta dan diekskresi melalui susu.
Profil farmakokinetik propofol digambarkan dengan modek kompartemen ;. Setelah
dosis bolus diberikan, terjadi keseimbangan dengan cepat antara plasma dan otak yang
menggambarkan kecepatan onset pada anestesi.4istribusi propofol tidak konstan, tetapi
menurun jika terjadi keseimbangan antara jaringan tubuh dengan plasma dan menjadi jenuh.
>ingkat dimana keseimbangan terjadi merupakan tingkat dan durasi infus.
Pemutusan dosis setelah pemeliharaan anestesi selama lebih kurang 1 jam atau untuk
sedasi pasien 5?U selama 1 hari, menyebabkan penurunan cepat konsentrasi propofol dalam
darah. Pemberian infuse jangka panjang &1( hari pada sedasi pasien 5?U) menyebabkan
akumulasi signifikan propofol dalam jaringan, maka sedasi propofol menjadi lambat dan
!aktu untuk sadar kembali menjadi meningkat.
4e!asa : klirens propofol antara 2;$3( m=@kg@ml &1,/$;,- =@menit pada 0( kg manusia
de!asa). Aliminasi obat utama terjadi melalui konjugasi hepar menjadi metabolit inaktof
yang kemudian diekskresi le!at ginjal. .onjugat glukoronid sebanyak : 3( % dari dosis
yang diberikan .
*eriatri : dengan semakin tingginya usia pasien, dosis propofol yang dibutuhkan untuk
mencapai efek anestesi semakin turun. >idak nampak adanya hubungan usia dengan
perubahan farmakodinamik dan sensitifitas, melainkan tampak pada adanya perubahan
farmakokinetik. Pada pemberian dosis bolus 57, terjadi konsentrasi puncak plasma yang lebih
tinggi, maka dibutuhkan penurunan dosis. .onsentrasi plasma yang tinggi dapat
menyebabkan pasien mengalami efek kardiorespiratori meliputi hipotensi, apnea, obstruksi
saluran nafas, dan atau desaturasi oksigen. 4osis yang lebih rendah direkomendasikan untuk
inisiasi dan pemeliharaan sedasi@anestesi pada geriatric.
Pediatri : 4istribusi dan klirens propofol pada anak sama dengan de!asa.
.egagalan organ : >idak ada perbedaan farmakokinetik propofol pada pasien dengan
serosis hapatik kronik atau gagal ginjal kronik maupun dengan orang normal.
.onsentrasi terapetik sedasi dapat dipelihara pada konsentrasi serum (,((1$(,((B mg=
>oksisitas konsentrasi toksik dalam darah adalah (,22 mg@=
;
Caktu paruh propofol 2$- menit &Dase 5), ;($/( menit &Dase 55), ;$12 jam &!aktu paruh)
7olume distribusi : steadi state 101$;-B =, elimination 2(B$1((2 =. "uga dilaporkan
dengan 7d 2$11 =@kg dan /( =@kg
.lirens total B-$1;B =h
5katan protein E B3% &hemoglobin, eritrosit, serum protein yang lain), hipoalbumin
dapat meningkatkan fraksi bebas.
Farmakodinamik
Sistem saraf pusat
Propofol mengurangi laju metabolik otak untuk oksigen &?#6O
2
), aliran darah ke otak
&?,D), dan tekanan intrakranial &5?P). Pemberian propofol untuk menghasilkan sedasi pada
pasien dengan SO= &space occupying lesion) intrakranial tidak meningkatkan 5?P. 4osis
yang besar dari propofol ini dapat mengurangi tekanan darah sistemik dan juga mengurangi
tekanan perfusi otak &?PP). +utoregulasi serebroaskular sebagai respon terhadap perubahan
tekanan darah sistemik dan reaktiitas aliran darah ke otak untuk merubah Pa?O
2
tidak
dipengaruhi oleh propofol. 4alam hal ini kecepatan aliran darah ke otak akan berubah seiring
dengan perubahan pada Pa?O
2
dengan adanya propofol dan midaFolam. Propofol
menimbulkan perubahan elektroensefalografi &AA*) sama dengan tiopental, termasuk
kemampuan untuk menghasilkan supresif penuh dengan dosis tinggi. ,angkitan potensial
somatosensori kortikal yang dimanfaatkan untuk monitoring fungsi medula spinalis tidak
begitu bermakna pada penggunaan propofol tunggal tetapi penambahan nitro oksida atau
anastesi inhalasi menghasilkan penurunan amplitudo. Pada leel sedasi yang sama, propofol
menghasilkan gangguan memori pada derajat yang sama seperti midaFolam. Peningkatan
toleransi terhadap obat dalam menekan sistem saraf pusat sering terjadi pada pasien yang
sering menggunaan opioid, obat hipnotik sedatif, ketamin dan nitrous oksida.
1ipotensi merupakan komplikasi akibat pemberian propofol khususnya pada orang tua,
bahkan dapat menyebabkan hipotensi preintubasi paska induksi yang sedang sampai berat.
1ipotensi ini dapat menurunkan ?,D dan menimbulkan episode sekunder iskemi serebral
yang dapat menyebabkan gejala sisa neurologi.
Sistem kardioaskular
-
Propofol menghasilkan penurunan tekanan darah sistemik yang lebih besar
dibandingkan dosis tiopental pada saat induksi. Pada keadaan dimana tidak ada gangguan
kardioaskuler, dosis induksi 2 $ 2,3 mg@kg,, menyebabkan penurunan tekanan darah
sistolik sebesar 23$-(%. Perubahan yang sama terlihat juga terhadap tekanan arteri rerata
&#+P) dan tekanan darah diastolik. Penurunan tekanan darah ini mengikuti penurunan curah
jantung sebesar 13% dan penurunan resistensi askular sistemik sebesar 13$23 %. 6elaksasi
otot polos askular dihasilkan oleh propofol adalah terutama berkaitan dengan hambatan
aktiitas saraf simpatik.
2,;(
#enurut 4hungana, propofol menyebabkan hipotensi akibat
asodilatasi perifer yang diakibatkan oleh peningkatan produksi endothelial dan lepasnya
nitric oxide.
Afek inotropik negatif dari propofol dapat dihasilkan dari penurunan kalsium intraselular
akibat hambatan influks kalsium trans sarkolema. Afek tekanan darah akibat propofol dapat
diperburuk pada pasien hipoolemi, pasien lanjut usia dan pasien dengan gangguan fungsi
entrikel kiri yang berkaitan dengan penyakit arteri koroner.
4isamping penurunan tekanan darah sistemik, peningkatan denyut jantung seringkali tidak
berubah secara nyata. ,radikardi dan asistol juga telah diamati setelah induksi anestesia
dengan propofol, yang menghasilkan rekomendasi dimana obat antikolinergik diberikan
ketika stimulasi agal terjadi berkaitan dengan pemberian propofol. Propofol dapat
mengurangi aktiitas sistem saraf simpatik pada cakupan yang lebih besar dibandingkan
dengan aktiitas sistem saraf parasimpatik, dengan menghasilkan dominasi aktiitas
parasimpatik.

6efleks baroreseptor yang mengontrol denyut jantung juga didepresi oleh
propofol sehingga mengurangi refleks takikardia yang selalu mengikuti hipotensi. 1al ini
yang menyebabkan laju jantung tidak berubah secara bermakna setelah penyuntikan propofol.
Sistem !espirasi"
Propofol menghasilkan depresi entilasi tergantung pada dosis, kecepatan pemberian dan
premedikasi, dengan apnu yang berlangsung pada 23% hingga ;3% pasien setelah induksi
dengan propofol. Pemberian opioid pada pengobatan preoperatif dapat meningkatkan efek
depresi entilasi. Pemakaian infus rumatan propofol akan mengurangi olume tidal dan
frek!ensi pernafasan. Propofol mengurangi respon entilasi pada karbon dioksida dan juga
hipoksemia. Propofol dapat mengakibatkan bronkodilatasi dan menurunkan insidensi sesak
pada pasien asma. .onsentrasi sedasi dari propofol akan menekan respon entilasi terhadap
3
hiperkapnia disebabkan efek dari kemoreseptor sentral. ,erbeda dengan anestesi inhalasi
dosis rendah, respon kemorefleks perifer pada karbon dioksida masih tetap ada ketika
dirangsang oleh karbon dioksida dengan adanya propofol.
Efek#efek lain"
Propofol tidak mempengaruhi fungsi ginjal atau hepar sebagaimana dinyatakan oleh
konsentrasi enFim transaminase lier atau kreatinin. Propofol tidak mempengaruhi sintesis
kortikosteroid atau mempengaruhi respon normal terhadap stimulasi +?>1. Propofol dalam
formula emulsi tidak mempengaruhi fungsi hematologi atau fibrinolisis.
Propofol juga mempunyai efek antiemetik yang signifikan pada dosis subhipnotik &1(
mg) dan telah digunakan untuk mengatasi mual muntah paska operasi &PO87).
Peningkatan tekanan bola mata dicegah setelah pemberian propofol, oleh sebab itu
propofol ideal digunakan pada operasi mata
Interaksi o$at
.onsentrasi fentanil dan alfentanil meningkat dengan pemberian yang bersamaan
dengan propofol. .ombinasi midaFolam dan propofol memberikan efek sinergistik dalam hal
onset yang lebih cepat dan total dosis yang lebih rendah.

5nteraksi ketamin dengan propofol
adalah aditif.
Sindroma infus propofol
Sindroma infus propofol adalah kejadian yang jarang terjadi dan merupakan suatu
keadaan yang kritis pada pasien dengan penggunaan propofol yang lama &lebih dari -2 jam)
dan dosis yang tinggi &lebih dari 3 mg@kg,,@jam). ,iasanya terjadi pada pasien yang
mendapat sedasi di unit pera!atan intensif.
Sindroma ini ditandai dengan terjadinya kegagalan jantung, rabdomiolisis, asidosis
metabolik dan gagal ginjal. Penanganannya adalah oksigenasi yang adekuat, stabilisasi
heodinamik, pemberian dekstrosa,dan hemodialisa.
Hipotensi aki$at propofol
/
1ipotensi didiagnosa sebagai adanya penurunan darah arteri disertai laju nadi yang
menurun atau normal. Pada kepentingan klinis dan eksperimental, diagnosa hipotensi
ditegakkan bila ada penurunan tekanan arteri rerata &#+P) lebih dari -(% atau #+PG/(
mm1g, atau penurunan tekanan darah sistolik lebih besar 2(% dari tekanan darah sistolik
semula atau tekanan darah sistolik lebih kecil dari B( mm1g.
1ipotensi merupakan salah satu efek samping dari propofol. Pada dosis induksi 2 $ 2,3
mg@kg,, menyebabkan penurunan tekanan darah sistolik sebesar 23$ -(%
4erajat hipotensi yang relatif ringan sebagian besar berasal dari perubahan tahanan pembuluh
darah. ,ila tekanan darah terus turun di ba!ah kritis, hipotensi paling sering disebabkan
perubahan curah jantung. ,atas kritis hipotensi untuk penderita normal akibat perubahan
curah jantung adalah sistolik B( mm1g.
1ipotensi bila berlangsung lama dan tidak diterapi akan menyebabkan hipoksia jaringan.
,ila keadaan ini berlanjut terus akan mengakibatkan keadaan syok hingga kematian.
6espon kompensasi terhadap hipotensi adalah mekanisme yang menurunkan kapasitas
ena &untuk menjaga pengisian jantung), mekanisme yang meningkatkan kontraksi jantung
dan denyut jantung &untuk mengoptimalisasi curah jantung pada keadaan menurunnya isi
jantung) dan mekanisme yang meningkatkan tahanan askular &untuk menurunkan kapasitas
ena), yang meredistribusi curah jantung pada berbagai keadaan askular untuk menjamin
perfusi ke organ$organ kritis, dan yang meningkatkan tekanan di sistem arteri proksimal.
Efek %ipotensi ter%adap fungsi organ
Susunan saraf pusat
1ipotensi menyebabkan penurunan aliran darah ke otak &?,D) sehingga dapat
menyebabkan iskemi serebral yang berefek pada terjadinya gejala sisa neurologi.
+utoregulasi serebral adalah kemampuan otak untuk memper$tahankan ?,D tetap konstan,
baik pada keadaan dimana terjadi perubahan pada tekanan darah sistemik ataupun tekanan
perfusi serebral &?PP) yaitu dengan usaha dilatasi sebagai respon terhadap berkurangnya
aliran darah atau iskemia. +utoregulasi ini berlangsung jika tekanan arteri rerata &#+P)
berada pada /($13( mm1g. ,atas ba!ah tekanan darah sistolik adalah 23 mm1g dan 11;
mm1g pada pasien dengan hipertensi. "ika #+P lebih rendah dari batas ba!ah autoregulasi
&/(mm1g), aliran darah ke otak akan menurun.
0
Sistem kardioaskular
.etika curah jantung menurun, baroreseptor yang berada di jantung, aorta dan arteri
karotid terangsang untuk meningkatkan laju jantung dan pelepasan katekolamin
menyebabkan asokonstriksi di perifer dan meningkatkan kontraktilitas untuk menambah
curah jantung dan menstabilkan tekanan darah.
;(
#eskipun mekanisme protektif ini pada
mulanya akan meningkatkan tekanan arteri darah dan perfusi jaringan, namun efeknya
terhadap miokardium justru buruk karena meningkatkan beban kerja jantung dan kebutuhan
miokardium akan oksigen. .arena aliran darah koroner tidak memadai, maka ketidak$
seimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen terhadap miokardium semakin meningkat,
menimbulkan suatu infark di jantung.
Pada pasien dengan gagal jantung, penurunan kontraktilitas jantung mengurangi curah
jantung dan meningkatkan olume dan tekanan akhir diastolik entrikel kiri, hingga
mengakibatkan kongesti paru$paru dan edema. 4engan bertambah buruknya kinerja entrikel
kiri, keadaan hipotensi berkembang dengan cepat sampai akhirnya terjadi gangguan sirkulasi
yang menggangu sistem organ$organ penting.
&in'al dan Hati
Perfusi ginjal yang menurun mengakibatkan anuria dengan olume urine kurang dari 2(
cc@jam. 4engan semakin berkurangnya curah jantung, terjadi respon kompensatorik, aliran
darah ke ginjal berkurang, retensi natrium dan air sehinga kadar natrium dalam kemih juga
berkurang. Sejalan dengan menurunnya laju filtrasi glomerulus, terjadi peningkatan ureum
kreatinin. ,ila hipotensi berat dan berkepanjanganan, dapat terjadi nekrosis tubular akut yang
kemudian disusul gagal ginjal akut.
Syok yang berkepanjangan akan mengakibatkan gangguan sel$sel hati dan bermanifetasi
sebagai peningkatan enFim$enFim hati.
Saluran (erna"
5skemik saluran cerna berkepanjangan umumnya mengakibatkan nekrosis hemoragik
2
dari usus besar. Penurunan motilitas saluran cerna ditemukan pada keadaan hipotensi.
Indikasi dan Penggunaan
Propofol merupakan obat injeksi 57 sedatie dan hipnotik yang dapat digunakan pada
induksi maupun pemeliharaan pada anestesi. Propofol tidak direkomendasikan untuk induksi
anestesi pasien diba!ah usia ; tahun maupun pemeliharaan anestesi pada usia diba!ah 2
bulan karena keamanan dan efektifitasnya tidak dipastikan.
Pada pasien de!asa, propofol yang diberikan secara intraena dapat digunakan cepat
untuk menginisiasi atau pemeliharaan sedasi #onitoring +nesthesia ?are &#+?) selama
diagnostic. Propofol bisa digunakan untuk sedasi #+? bersama anestetik local pada pasien
yang mengalami pembedahan.
Propofol tidak diindikasikan untuk pasien pediatric 5?U sedasi, orang yang baru
melahirkan terutama yang melalui operasi cesar, ibu menyusui.
Propofol tidak mempunyai sifat analgesik. 4an pada dosis rendah, propofol memiliki
efek antiemetik.
Propofol tidak disarankan untuk pasien dengan peningkatan tekanan intrakranial. Pada
pasien dengan ri!ayat epilepsi juga harus diberikan hati$hati.
B
Efek Samping
Afek samping pada sistem pernapasan antara lain depresi pernapasan, sesak nafas
&apnea), bronkospasme dan laringospasme. Pada sistem kardioaskuler berupa hipotensi,
aritmia, takikardia, bradikardia, hipertensi. Pada susunan saraf pusat adanya sakit kepala,
pusing, euforia, kebingungan, gerakan klonik mioklonik, opistotonus, kejang, mual, muntah.
Pada daerah penyuntikan dapat terjadi nyeri sehinggan dicampurkan lidokain pada saat
pemberiannya.
)erdosis
"ika terjadi oerdosis, pemberian injeksi harus segera dihentikan karena kemungkinan
besar dapat menyebabkan depresi kardiorespiratori. 4epresi respiratori harus ditangani
dengan entilasi menggunakan oksigen. 4epresi kardioaskular mungkin memerlukan
pengubahan posisi pasien dengan menaikkan kaki pasien, meningkatkan laju aliran infuse,
dan pemberian obat antikolinergik.
Kontraindikasi
Propofol dikontraindikasikan bagi pasien dengan hipersensitiitas pada obat atau bahan
penyusun obat. Propofol injeksi juga dikontraindikasikan bagi pasien yang alergi terhadap
telur, produk telur, kedelai atau produk kedelai.
Dosis
4osis dan laju@kecepatan pemberian harus ditetapkan secara indiidual dan harus
berdasarkan respon klinis. Persyaratan keselamatan dan dosis untuk induksi anestesi pada
pasien pediatrik hanya ditetapkan untuk anak$anak usia ; tahun atau lebih. Persyaratan
keselamatan dan dosis pemeliharaan anestesi hanya ditetapan untuk anak$anak usia 2 bulan
lebih atau lebih.
INDIKASI D)SIS DAN ADMINIS*!ASI
Induksi Anestesi
Umum
)rang de+asa ,ang se%at kurang dari -- ta%un . -( mg setiap 1(
detik sampai induksi onset &2 hingga ; mg @ kg).
Diatas -- ta%un/ lema%/ atau Pasien ASA#PS III atau I0. 2( mg
setiap 1( detik sampai induksi a!al &1 sampai 1,3 mg @ kg).
Anestesi 'antung. 2( mg setiap 1( detik sampai induksi a!al &(,3$
1,3 mg @ kg).
Pasien $eda% saraf. 2( mg setiap 1( detik sampai induksi a!al &1
sampai 2 mg @ kg)
Pasien pediatrik # se%at/ dari 1 ta%un sampai 23 ta%un . 2,3$;,3
mg @ kg diberikan selama 2($;( detik.
Pemeli%araan
Anestesi Umum
Infusion
)rang de+asa ,ang se%at di$a+a% -- ta%un. 1(($2(( mcg @ kg @
menit &/ sampai 12 mg @ kg @ jam).
Diatas -- ta%un/ lema%/ Pasien ASA#PS III atau I0. 3($1(( mcg @
kg @ min &; sampai / mg @ kg @ jam).
Anestesi 'antung. Sebagian besar pasien memerlukan: Propofol
Primer dengan Sekunder Opioid Amulsi 1(($13( mcg @ kg @ min
4osis rendah injeksi propofol dengan Opioid Primer 3($1(( mcg @ kg
@ min
Pasien $eda% saraf. 1(( to 2(( mcg@kg@min &/ to 12 mg@kg@h). 1(($
2(( mcg @ kg @ menit &/ sampai 12 mg @ kg @ jam).
Pasien pediatrik # se%at/ usia 4 $ulan sampai 23 ta%un. 123$;((
mcg @ kg @ menit &0,3$12 mg @ kg @ jam)
Pemeli%araan
Anestesi Umum
Intermiten $olus
Orang de!asa yang sehat kurang dari 33 tahun: penambahan 2(
hingga 3( mg sesuai kebutuhan
Inisiasi dari MA5
Sedasi.
)rang de+asa ,ang se%at di$a+a% -- ta%un. =ambat infus atau
lambat teknik injeksi direkomendasikan untuk menghindari apnea
atau hipotensi. .ebanyakan pasien memerlukan infus 1(($13( mcg @
kg @ menit &/ sampai B mg @ kg @ jam) selama ; sampai 3 menit atau
suntikan lambat (,3 mg @ kg lebih dari ; sampai 3 menit segera diikuti
oleh infus pemeliharaan.
Diatas -- ta%un/ lema%/ Pasien ASA#PS III atau I0. Sebagian besar
pasien memerlukan dosis yang mirip dengan orang de!asa yang
sehat. ,oluses cepat harus dihindari.
Pemeli%araan dari
MA5 Sedasi
)rang de+asa ,ang se%at di$a+a% -- ta%un. 7ariabel tingkat
teknik infus lebih baik melalui teknik bolus intermiten. .ebanyakan
pasien memerlukan infus 23$03 mcg @ kg @ menit &1,3$-,3 mg @ kg @
jam) atau inkremental bolus dosis 1( mg atau 2(mg.
Pada lan'ut usia/ lema%/ Neurosurgi(al/ atau Pasien ASA#PS III
atau I0. Sebagian besar pasien memerlukan 2(% dari dosis laFim
de!asa. 4osis bolus cepat &tunggal atau berulang) jangan digunakan.
Inisiasi dan Pemeli%araan Sedasi I5U/ entilasi mekanik
Pasien de+asa $ .arena efek residual dari agen anestesi atau sedasi
sebelumnya, kebanyakan pasien infuse harus dia!ali 3 Hg @ kg @
menit &(,; mg @ kg @ jam) selama sedikitnya 3 menit. Selanjutnya
ditingkatkan menjadi 3$1( mcg @ kg @ menit &(,;$(,/ mg @ kg @ jam)
selama 3 sampai 1( menit dapat digunakan hingga efek klinis yang
diinginkan tercapai.. =aju pemeliharaan 3$3( mcg @ kg @ menit &(,;$;
mg @ kg @ jam) atau yang lebih tinggi mungkin diperlukan.
Ealuasi efek klinis dan penilaian fungsi SSP %arus dilakukan
setiap %ari selama pera+atan untuk menentukan dosis minimum
propofol ,ang diperlukan untuk o$at penenang"
Daftar Pustaka
1. #offat, +nthony ?., dkk. 2((-. ?hlarkeIs +nalysis of 4rugs and Poisons in
Pharmaceuticals, ,ody Dluids and Post #ortem #aterial. Adisi ke 555. 1alaman 1-B-$
1-B3. US+ : >he Pharmaceutical Press
2. >jay, >an 1oan. 6ahardja, .irana. 2((0. Obat$Obat Penting.Adisi ke 75. 1alaman
-(( dan -(-. "akarta : P> AleJ #edia .omputindo
;. C!!1.astraFeneka$us.com@pi@diprian.pdf
-. Cirjoatmodjo, .arjadi. 1BBB@2(((. +nestesiologi dan reanimasi modul dasar untuk
pendidikan s1 kedokteran. 1alaman 132 dan 13B. 4irektorat "enderal Pendidikan
>inggi 4epartemen Pendidikan 8asional
.
13

You might also like